Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 30

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NEONATAL DENGAN

BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

DISUSUN OLEH KELOMPOK V:.

1. AHMAD SYARKAWI, A.Md.Kep

2. AKHMADI, A.Md.Kep

3. IBNU RUSLAN, A.Md.Kep

4. MOHRI MITRA AFIRIN, A.Md.Kep

5. NINING ISWANDARI, A.Md.Kep

6. RIZA FEBRINA RAHMAYANTI, AMd.Kep

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES HAMZAR

KABUPATEN LOMBOK TIMUR

NUSA TENGGARA BARAT

2022
2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyusun Makalah

“Asuhan Keperawatan pada Neonatal dengan Berat Bayi Lahir Rendah

(BBLR)”.

Kami menyadari sepenuhnya adanya kekurangan dalam menyusun

Makalah Asuhan Keperawatan pada Neonatal dengan Berat Bayi Lahir

Rendah (BBLR) ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kami masih

dalam tahap pembelajaran, diupayakan untuk yang akan datang dilakukan

perbaikan, peningkatan, dan penyempurnaan sehingga dapat terwujudnya

makalah yang lebih baik. Oleh karena itu, segala kritikan dan saran yang

bersifat kontruktif dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan dari

Makalah ini. Semoga segala budi baik dari semua pihak diberkati oleh

Tuhan Yang Maha Esa.

Semoga apa yang kami kami susun ini dapat bermanfaat bagi

pembacanya agar dapat mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan

tentang pelayanan keperawatan terhadap masyarakat yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikumwr. Wb.

Lombok Timur, Oktober 2022

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa

gestasi (Setyo & Paramita, 2015). Kondisi bayi yang lahir dengan BBLR seringkali tidak

sebaik kondisi bayi normal pada umumnya.

Penyebab terjadinya BBLR dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor ibu, faktor

janin, dan faktor plasenta. Faktor dari ibu meliputi berat badan yang tidak adekuat selama

hamil, malnutrisi, riwayat kehamilan dengan BBLR, remaja, tubuh pendek, sudah sering

hamil, status sosial ekonomi rendah, anemia, penyakit kronis, merokok, dan ketuban pecah

dini. Faktor janin dan plasenta yang dapat menyebabkan BBLR antara lain kehamilan ganda,

hidroamnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan, insufiensi plasenta, plasenta previa, dan

solusio plasenta (Hanum, Oswati & Veny, 2014). BBLR juga dapat mengakibatkan

kematian pada bayi.

Bayi dengan berat badan bayi lahir rendah merupakan penyebab tersebesar kematian

bayi yang diikuti kejadian infeksi. Bayi BBLR secara umum belum mempunyai kematangan

dalam sistem pertahanan tubuh untuk beradaftasi dengan lingkungan. Bayi prematur yang

mempunyai berat badan rendah akan cenderung mengalami hipotermia. Hal ini dapat

disebabkan karena tipisnya lemak subkutan pada bayi sehingga sangat mudah dipengaruhi

oleh suhu lingkungan (Wahyuni, 2017)

Berdasarkan data dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahin 2018, menunjukkan

bahwa prevalensi bayi dengan berat badan lahir < 2500 tertinggi di provinsi Sulawesu

Tengah dengan persentase 8,9 %. Sedangkan yang terendah di provinsi Jambi dengan

presentase 2,6 %. Di Jawa Tengah sendiri jumlah persentase bayi dengan berat berat badan

lahir < 2500/BBLR yaitu 6,0% (Kementerian Kesehatan/KEMENKES, 2018).

4
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menulis makalah yang berjudul

“Asuhan Keperawatan pada Neonatal dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penulisan

makalah ini adalah:

1. Bagaimanakah konsep dasar Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)?

2. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan pada neonatus dengan

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)?

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui secara umum mengenai BBLR serta asuhan keperawatan yang tepat

terhadap neonatur dengan BBLR.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat mengetahui dan memahami tentang definisi penyakit Berat Bayi

Lahir Rendah (BBLR).

b. Dapat mengetahui dan memahami tentang etiologi penyakit Berat Bayi

Lahir Rendah (BBLR).

c. Dapat mengetahui dan memahami tentang patofisiologi penyakit Berat

Bayi Lahir Rendah (BBLR).

d. Dapat mengetahui dan memahami tentang manifestasi klinis penyakit

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).

e. Dapat mengetahui dan memahami tentang klasifikasi penyakit Berat Bayi

Lahir Rendah (BBLR).

f. Dapat mengetahui dan memahami tentang penatalaksanaan medis

5
penyakit Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).

g. Dapat mengetahui dan memahami tentang pengkajian dalam asuhan

keperawatan pada neonatus dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).

h. Dapat mengetahui dan memahami tentang diagnosa keperawatan dalam

asuhan keperawatan pada neonatus dengan Berat Bayi Lahir Rendah

(BBLR).

i. Dapat mengetahui dan memahami tentang intervensi dalam asuhan

keperawatan pada neonatus dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).

j. Dapat mengetahui dan memahami tentang implementasi dalam asuhan

keperawatan pada neonatus dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).

k. Dapat mengetahui dan memahami tentang evaluasi dalam asuhan

keperawatan pada neonatus dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).

6
BAB II

PRMBAHASAN

A. TINJAUAN TEORI/ KONSEP PENYAKIT BAYI BERAT BADAN

LAHIR RENDAH

1. Definisi

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari

2500 gram dibandingkan dengan berat badan seharusnya untuk masa gestasi

bayi < 37 minggu (Marmi dan Rahardjo, 2014). BBLR (kurang dari 2.500

gram) merupakan salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap

kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 katagori yaitu

BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 mingggu) atau

BBLR karena intra uterin retardation (IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi

berat bayi kurang untuk usianya (Dep Kes RI, 2010).

Menurut Utama, (2018) Dalam Putri DKK (2019) bayi berat lahir

rendah/ BBLR merupakan keadaan dimana bayi yang baru lahir dengan

berat badan < 2500 gram.

Bari berat lahir rendah (BBLR) merupakan kondisi bayi lahir dengan

berat kurang dari < 2500 gram tanpa memandang gestasi. Berat bayi sendiri

yaitu berat bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah bayi lahir

(Maternity, Artum & Nita 2018).

7
2. Etiologi

Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu:

a. Faktor ibu

1) Penyakit

a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan

antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung

kemih.

b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,

hipertensi, HIV/AIDS, TORCH (Toxoplasma, Rubella,

Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus), dan

penyakit jantung.

c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.

2) Ibu

a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada

usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek ( kurang dari 1

tahun).

c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

3) Keadaan sosial ekonomi

a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal

ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang

kurang.

b) Aktivitas fisik yang berlebihan

c) Perkawinan yang tidak sah.

8
b. Faktor janin, faktor janin meliputi :kelainan kromosom, infeksi janin

kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan

kembar.

c. Faktor plasenta, faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta

previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom

parabiotik), ketuban pecah dini.

d. Faktor lingkungan. Lingkungan yang berpengaruh antara lain :tempat

tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun

(Nuratif, 2015).

3. Patofisiologi

Homeostatis adalah kemampuan organisme mempertahankan fungsi-

fungsi survival terhadap gangguan dan perubahan lingkungan. Homeostasis

adalah sesuatu yang dinamis dan dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan atau

maturitas organ dan fungsi organ makhluk tersebut (Pantiawati, 2010).

Pada umumnya neonatus cukup bulan homeostasisnya cukup memadai

dalam menghadapi tantangan besar pada saat kelahiran diluar uterus.

Berbeda dengan bayi-bayi BBLR yang mengalami imaturitas berbagai

sistem organ tubuh terutama prematur, dimana dapat menimbulkan berbagai

permasalahan yang mempunyai makna klinik yang berhubungan dengan

kelahirannya. Keterbatasan homeostasis neonatal khususnya pada bayi

BBLR sering menimbulkan maladaftasi dengan konsekuensi timbulnya

kelainan-kelainan atau penyakit-penyakit yang khas pada masa neonatus

antaralain : kesulitan pernafasan (penyakit membrane hialin, perdarahan

paru, sindrom aspirasi, pneumonia bawaan dan pnemouthoraks), serangan

paru: apnoe yang berulang, hipoglikemik, hipokalsemia,

9
hyperbilirubinemia, anemia dan oedema. Maladaftasi karena karena

imaturitas susunan saraf pusat mengakibatkan perdarahan intravaskuler.

Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru pada dasarnya kecil

berkaitan denga ukuran bayi. Rendahnya residual fungsional pada bayi

prematur sering berhubungan dengan pernafasan periodic jenis chetne-

stokes (Pantiawati, 2010).

Instabilitas suhu tubuh merupakan salah satu masalah khusus pada bayi

prematur. Ketidakmampuan mempertahankan suhu tubuh yang normal dan

berkurangnya jaringan lemak subkutan cenderung membuat bayi

BBLR/prematur lebih mudah mengalami hipotermi bila suhu lingkungan

berubah. Penurunan suhu dapat amat besar sehingga kemungkinan menjadi

komplikasi misalnya asidosis metabolik, sklerema neonatorum dan

sebagainya (Pantiawati, 2010).

Fungsi gastrointestinal (absopsi maupun sekresi enzim pencernaan)

pada bayi prematur hampir selalu inadekuat. Absorpsi lemak, laktosa dan

kalsium sering mengalami gangguan yang dapat mengakibatkan diarekronik

dan rikets yang berat sebelum kesulitan ini dikenali. Karena itu asupan

kalsium dan vitamin D perlu diperhatikan dalam perawatan bayi BBLR

(Pantiawati, 2010).

Imaturitas organ yang lain seperti hati yang menyebabkan metabolisme

intermedia yang buruk, mudah terjadi hyperbilirubinemia dan juga sering

mengalami perdarahan sebagai akibat berkurang atau tidak terbentuknya

faktor-fakto rpembekuan darah. Imaturitas ginjal terutama kurang mampu

mengeluarkan asam dari dalam tubuh merupakan preisposisi terhadap

asidosis dan gangguan keseimbangan cairan yang berat (Pantiawati, 2010).

1
0
4. Manifestasi Klinis

a. Sebelum bayi lahir

1) Pada anemnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus partus

prematur dan lahir mati.

2) Pergerakan janin pertama lebih lambat, gerakan janin lebih lambat,

walaupun kehamilannya sudah agak lanjut

3) Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan

4) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut

seharusnya

5) Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion gravidarum

atau perdarahan antepartum

b. Gejala klinis setelah bayi lahir

1) Bayi dengan retradasi pertumbuhan intra uterin

2) Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu

3) Bayi small for date sama dengan bayi retradasi pertumbuhan

intrauterine

4) Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuh

c. Tanda dan Gejala

1) Berat badan kurang dari 2.500 gram

2) Panjang badan kuranga atau sama dengan 45 cm

3) Lingkar dada kurang atau sama dengan 30 cm

4) Lingkar kepala kuarang dari 33 cm

5) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

6) Jaringan lemak bawah kulit sedikit

1
1
7) Tulang tengkorak lunak atau mudah bergerak

8) Menangis lemah

9) Kulit tipis, merah dan transparan

10) Tonus otot hipotonik

11) Letak kuping menurun

12) Ukuran kepala kecil

13) Masalah dalam pemberian makanan (reflek menelan dan

menghisap berkurang)

14) Anemia

15) Hiperbilirubinemia

16) Suhu tidak stabil (Kulit tipis dan transparan) (Nuratif, 2015)

5. Klasifikasi

Berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan : prematuritas dan

dismaturitas

1. Prematuritas murni adalah bayi yang lahir dengan masa kehamilan

kurang dari 37 minggu dan berat badan bayi sesuai dengan gestasi atau

yang disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB-

SMK)

2. Dismatur, berat badan kurang dari seharusnya untuk masa gestasi /

kehamilan akibat bayi mengalami retardasi intauteri dan merupakan

bayi yang kecil untuk masa pertumbuhan (KMK).

6. Penatalaksanaan Medis

a. Pemeriksaan Penunjang

1
2
Menurut Antika & Cahyo (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat

dilakukan pada bayi berat badan lahir rendah antara lain:

1) Pemerikasaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterina

serta menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan

pemeriksaan ultra sonografi.

2) Memeriksa kadar gula darah dengan dektrostix atau laboratorium

jika hipoglikemia perlu diatasi

3) Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya

4) Bayi BBLR lebih banyak membutuhkan banyak kalori

dibandingkan dengan bayi normal

5) Melakukan tracheal-washing pada bayi yang akan menderita

aspirasi meconium.

6) Sebaiknya setiap jam dihitung frekuensi pernafasan dan bila

frekuensi lebih dari 60 kali permenit dilakukan foto thorax.

Menurut Maternity, Arum dan Nita (2018) Pemeriksaan penunjang

yang dapat dilakukan pada bayi berat badan lahir rendah antara lain:

1) Pemeriksaan skor ballard

2) Tes kosok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan atau

premature.

3) Pengecekan darah rutin, glukosa darah, serta pengecekan kadar

elektrolit dan analisis gad darah jika diperlukan.

4) Foto dada ataupun babygram yang biasa diperlukan pada bayi baru

lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam

atau diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.

5) USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan 35 minggu.

1
3
b. Penatalaksanaan

1) Mempertahankan suhu tubuh ketat, BBLR mudah mengalami

hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuh bayi harus dipertahankan

dengan ketat.

2) Pengawasan nutrisi (ASI). Reflek menelan BBLR belum sempurna,

oleh sebab itu pemberian nutrisi dilakukan dengan cepat.

3) Pencegahan infeksi dengan ketat, BBLR sangat rentan dengan

infeksi. Mempertahankan prinsip-prinsip pencegahan infeksi

termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.

4) Penimbangan berat badan. Perubahan berat badan mencerminkan

kondisi gizi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh

sebab itu penimbangan dilakukan dengan ketat.

5) Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan

bersih, pertahankan suhu tubuh tetap hangat

6) Kepala bayi dipakaikan topi, beri oksigen bila perlu.

7) Tali pusat dalam keadaan bersih.

8) Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI (Antika &

Cahyo, 2010)

7. Komplikasi BBLR

Menurut Cunningham dkk. (2014 Dalam Latifah Dkk (2017) komplikasi

pada neonatus dengan bayi berat lahir rendah antara lain:

a. Hipotermia

b. Asfiksia

1
4
c. Infeksi

d. Hipoglikemi

e. Sindrom gawat nafas

f. Apnea of prematury

g. Hiperbilirubin

h. Gangguan cairan dan elektrolit

Selain itu juga menimbulkan masalah jangka panjang yaitu:

a. Gangguan pertumbuhan

b. Gangguan perkembangan

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BERAT BADAN

LAHIR RENDAH

1. Pengkajian

a. Biodata

Menggunakan identitas (Matondang dkk, 2013) antara lain: nama,

umur, tanggal dan jam lahir, jenis kelamin, berat badan, panjang badan,

dan identitas orang tua.

b. Riwayat Kehamilan

Pada riwayat kehamilan perlu dikaji antara lain: hari pertama haid

terakhir (HPHT), hari perkiraan lahir (HPL), keluhan selama

kehamilan, antenatal care (ANC), imunisasi tetanus toxoid (TT), dan

kebiasaan ibu sewaktu hamil.

c. Riwayat Persalinan

Untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, keadaan bayi,

dan penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah

proses persalinan mengalami kelainan atau tidak (Anggraini, 2010).

1
5
d. Riwayat Penyakit ibu

Meliputi riwayat penyakit saat hamil, riwayat penyakit sistemik,

riwayat penyakit keluarga, riwayat keturunan kembar dan riwayat

operasi.

e. Pemeriksaan

1) Pemeriksaan khusus

Dilakukan dengan pemeriksaan AFGAR Score pada menit ke-1,

ke-5, dan ke-10 (Marni dan Raharjo, 2012).

2) Pemeriksaan umum

Untuk mengetahui keadaan umum bayi meliputi tingkat kesadaran

(sadar penuh, apatis, gelisah, koma), pernafasan, warna kulit,

denyut jantung, suhu aksila, postur, Gerakan dan ketegangan otot

(Muslihatun,2010).

3) Tanda-tanda vital (Marni dan Rahardjo, 2012) ,meliputi:

a) Suhu dinilai dari temperature normal rektal atau axila yaitu

36,5°C sampai 37,5°C.

b) Denyut jantung dinilai dari kecepatan, irama, kekuatan. Dalam

satu menit normalnya 120-160x/menit.

c) Pernafasan dinilai dari sifat pernafasan dan bunyi nafas. Dalam

satu menit pernafasan normal 40-60x/menit.

4) Pemeriksaan fisik sistematis (Muslihatun,2010)

a) Kepala

Untuk mengkaji ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, adakah

mesochepal atau mikrochepal serta kelainan chepal hematoma,

caput succedaneum, hidrochepalus.

1
6
b) Muka

Adakah tanda-tanda paralysis (kelumpuhan otot wajah) antara

lain: wajah asimetris, peningkatan air mata, gerakan kelopak

mata lambat (Muttaqin, 2012).

c) Mata

Adakah kotoran di mata, warna kuning di sklera dan warna

putih pucat di konjungtiva.

d) Telinga

Adakah serumen atau cairan.

e) Mulut

Adakah cianosis dan bibir kering, kelainan seperti labioskizis

atau labiopalatoskizis.

f) Hidung

Adakah nafas cuping hidung atau kotoran yang menyumbat

jalan nafas.

g) Leher

Adakah pembesaran kelenjar thyroid.

h) Dada

Simetris atau tidak, retraksi, dan frekuensi bunyi jantung.

i) Abdomen

Bentuk dinding perut, adanya benjolan, penonjolan sekitar tali

pusat, perdarahan tali pusat, adakah pembesaran hati dan

limpa.

j) Genetalia

1
7
Jika laki-laki apakah testis sudah turun pada skrotum, dan

perempuan apakah labia mayora sudah menutupi labia minora.

k) Ekstremitas

Adakah oedema, cianosis, akral dingin, apakah kuku sudah

melebihi jari-jari, apakah ada kelainan polidaktili atau

sindaktili.

l) Anus

Apakah anus berlubang atau tidak.

5) Pemeriksaan reflek (Marni dan Rahardjo, 2012)

a) Reflek moro

Untuk mengetahui gerakan memeluk bila dikagetkan.

b) Reflek rooting

Untuk mengetahui cara mencari puting susu dengan

rangsangan atau sentuhan pada pipi daerah mulut.

c) Reflek walking

Bayi menggerak-gerakan tungkainya dalam suatu gerakan

berjalan atau melangkah jika diberikan dengan cara memegang

lengannya sedangkan kakinya diberikan menyentuh

permukaan yang rata dan keras.

d) Reflek sucking

Untuk mengetahui reflek hisap dan menelan.

e) Reflek grasfing

Untuk mengetahui kekuatan menggenggam.

f) Reflektonik neck

1
8
Untuk mengetahui otot leher bayi akan mengangkat leher dan

menoleh kekanan dan kekiri jika di letakkan pada posisi

tengkurap.

6) Pemeriksaan atopometri (Marni dan Rahardjo, 2012)

a) Lingkar kepala: normal 30-38 cm

b) Lingkar dada: normal 33-35cm

c) Panjang badan: normal 48-50cm

d) Berat badan: normal 2500-4000gr

7) Eliminasi

Dalam 24 jam pertama bayi akan mengeluarkan meconium dan

dapat BAK dengan volume 20-30 ml/hari.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Pola nafas tidak efektif (D.0005) berhubungan dengan maturitas pusat

pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/

kelelahan, ketidak seimbangan metabolik.

b. Hipotermi (D.0131) berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan

penurunan lemak tubuh subkutan.

c. Resiko defisit nutrisi (D.0032) berhubungan dengan ketidak mampuan

mencerna nutrisi karena imaturitas.

d. Resiko infeksi (D.0142) berhubungan dengan pertahanan imunologis

yang kurang.

1
9
3. Intervensi

NO DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI

1 Pola nafas tidak efektif Pola nafas Pemantauan Respirasi

(D.0005) (L.01004) (I.01014)

Penyebab 1. Ventilasi semenit Observasi

1. Depresi pusat 2. Tekanan 1. Monitor frekuensi,

pernafasan ekspirasi dalam irama, kedalaman

2. Hambatan upaya nafas rentang normal dan upaya napas

(nyeri saat bernafas, 3. Tekanan inspirasi 2. Monitor pola napas

kelemahan otot dalam rentang (seperti bradypnea,

pernafasan) normal takipnea,

3. Imaturitas neurologis 4. Tidak Dyspnea hiperventilasi,

5. Tidak tampak kussmaul, Cheyne-

Gejala dan tanda mayor penggunaan otot stokes)

Objektif: bantu napas 4. Monitor adanya

1. Penggunaan otot bantu 6. Pemanjangan meconium di

pernafasan fase ekspirasi jalannafas

2. Fase ekspirasi 7. Tidak terjadi 5. Monitor sumbatan

memanjang pernapasan jalan napas

3. Pola nafas abnormal cuping hidung 6. Palpasi

(mis: takipnea, 8. Frekuensi napas kesimetrisan

bradypnea, normal ekspansi paru

hiperventilasi, 9. Kedalaman napas 7. Auskultasi bunyi

kussmaul, Cheyne- normal napas

stokes) 8. Monitor saturasi

2
0
oksigen

Gejala dan tanda minor 9. Monitor nilai AGD

Objektif : 10. Monitor foto thorax

1. Pernafasan cuping

hidung Terapeutik

2. Ventilasi semenit 1. Atur interval

menurun pemantauan

3. Kapasitas vital menurun respirasi sesuai

4. Tekanan ekspirasi kondisi pasien

menurun 2. Dokumentasikan

5. Tekanan inspirasi hasil pemantauan

menurun

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan

prosedur

pemantauan

2. Informasikan hasil

pemantauan

2 Hipotermi (D.0131) Termoregulasi Manajemen

Penyebab Neonatus (L.14135) Hipotermia (I.14507)

1. Kerusakan hipotalamus 1. Bayi tidak Observasi

2. Berat Badan Ekstrem menggigil 1. Monitor suhu tubuh

3. Kekurangan lemak 2. Konsumsi oksigen 2. Identifikasi

subkutan normal penyebab

4. Terpapar suhu 3. Kutis memorata hipotermia (mis:

2
1
lingkungan rendah tidak terjadi terpapar suhu

5. Malnutrisi 4. Dasar kuku tidak lingkungan rendah,

6. Pemakaian pakaian sianotik pakaian tipis,

tipis 5. Suhu tubuh kerusakan

7. Penurunan laju normal hipotalamus,

metabolisme 6. Suhu kulit penurunan laju

8. Transfer panas( mis. normal metabolisme,

Konduksi, konveksi, 7. Frekuensi nadi kekurangan lemak

evavorasi, radiasi) normal subkutan)

9. Kurang terpapar 8. Kadar glukosa 3. Monitor tanda dan

informasi tentang darah normal gejala akibat

pencegahan hipotermi 9. CRT < 3 detik hipotermia

10. Ventilasi normal (hipitermi ringan:

Gejala dan tanda mayor takipnea, disartria,

Objektif: menggigil,

1. Kulit teraba dingin hipertensi, diuresis;

2. Menggigil hipotermi sedang:

3. Suhu tubuh di bawah aritmia, hipotensi,

nilai normal apatis, koagulopati,

refleksmenurun;
Gejala dan tanda minor hipotermiberat:
Objektif: oliguria, refleks
1. Bradikardi ( Normal menghilang, edema
120-160 x/menit) paru)
2. Dasar kuku sianotik

2
2
3. Hipoglikemia Terapeutik

4. Hipoksia 1. Sediakan lingkungan

5. Pengisian kapiler > 3 yang hangat (mis:

detik atur suhu ruangan,

6. Konsumsi oksigen inkubator)

meningkat 2. Ganti pakaian dan

7. Ventilasi menurun atau linen yang basah

8. Takikardi 3. Lakukan

9. Kutis memorata (pada penghangatan pasif

neonatus) (mis: selimut,

menutup kepala,

pakaian tebal)

4. Lakukan

penghangatan aktif

eksternal

(mis:kompres

hangat, botol hangat,

selimut hangat,

perawatan metode

kangguru)

5. Lakukan

penghangatan aktif

internal (mis: infus

cairan hangat,

oksigen hangat,

2
3
lavase peritoneal

dengan cairan

hangat)

Edukasi

1. Anjurkan ibu untuk

melakukan metode

kangguru

3 Resiko defisit nutrisi Status nutrisi bayi Manajemen nutrisi

(D.0032) (L.03031) (I.03119)

Faktor resiko 1. Berat badan Observasi

1. Ketidak adekuatan meningkat 1. Identifikasi status

refleks hisap bayi 2. Panjang badan nutrisi

2. Ketidak mampuan tetap atau 2. Identifikasi

mengabsorbsi nutrient meningkat kebutuhan nutrisi

3. Peningkatan 3. Membran mukosa bayi

kebutuhan tampak merah 3. Identifikasi perlunya

metabolisme 4. Kulit tampak penggunaan selang

4. Faktor fsikologis (mis: kemerahan nasogastric

stress, keengganan 5. Sklera normal 4. Monitor asupan

untuk makan) 6. Bayi tidak rewel nutrisi

7. Tidak tampak 5. Monitor berat badan

pucat 6. Monitor hasil

8. Tidak terjadi pemeriksaan

kesulitan laboratorium

2
4
menyusui

9. Pola menyusui Terapeutik

teratur 1. Lakukan oral

10. Turgor kulit hygiene sebelum

baik menyusui bayi

11. Proses 2. Berikan ASI ibu

tumbuhkemban untuk mencegah

g normal konstipasi

12. Lapisan lemak 3. Berikan suplemen

elastis makanan jika perlu

4. Hentikan pemberian

makanan melalui

selang nasogatrik

jika asupan oral

dapat di toleransi

Edukasi

1. Ajarkan ibu posisi

menyusui yang baik

dan benar

4 Resiko infeksi (D.0142) Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi

Faktor resiko (L.14137) (I.14539 )

1. Faktor resiko 1. Tidak ada Observasi

2. Ketidak adekuatan demam ( suhu 1.Monitor tanda dan

pertahanan tubuh 36.5°C-37,5°C gejala infeksi lokal

2
5
primer 2. Tidak mengalami dan sistemik

3. Ketuban pecah lama malaise

4. Ketuban pecah sebelum 3. Tidak ada letargi Terapeutik

waktunya 4. Tidak mengalami 1. Batasi jumlah

5. Malnutrisi gangguan pengunjung

6. Peningkatan paparan kognitif 2. Cuci tangan sebelum

organisme pathogen 5. Kadar sel darah dan sesudah kontak

lingkungan putih normal dengan pasien dan

7. Ketidak adekuatan 6. Bayi tidak lingkungan pasien

pertahanan tubuh menggigil 3. Pertahanakan teknik

sekunder aseptic pada pasien

8. Penurunan hemaglobin berisiko tinggi

9. Vaksinasi tidak adekuat


Edukasi

1. Jelaskan tanda dan

gejala infeksi

2. Ajarkan ibu cara

mencuci tangan

dengan benar

Kolaborasi

1. Kolaborasi

pemberian imunisasi

jika perlu

4. Implementasi

2
6
Implementasi merupakan tahapan keempat dari proses keperawatan.

Tahap ini muncul jika perencanaan yang dibuat diaplikasikan pada klien.

Aplikasi yang dilakukan pada klien akan berbeda, disesuaikan dengan

kondisi klien saat ini dan kebutuhan yang paling dirasakan oleh klien.

Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibelitas dan kreativitas

perawat. (Debora, 2013).

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tahapan kelima dari proses keperawatan. Pada tahap ini

perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan

kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang

terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian, atau bahkan belum

teratasi semuanya. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan yaitu suatu

proses yang digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi klien untuk

mengetahui kesesuaian tindakan keperawatan, perbaikan tindakan

keperawatan, kebutuhan klien saat ini, perlunya dirujuk pada tempat

kesehatan lain, dan apakah perlu menyusun ulang prioritas diagnosis

supaya kebutuhan klien bias terpenuhi. (Debora, 2013).

BAB III

2
7
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan keadaan dimana bayi yang baru

lahir dengan berat badan < 2500 gram. Penyebab dari bayi dengan berat badan

lahir rendah disebabkan beberapa faktor yaitu faktor ibu, penyakit, keadaan sosial

ekonomi, faktor janin, faktor plasenta dan faktor lingkungan.

Berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu prematuritas

dan dismaturitas. Penatalaksaan untuk bayi berat badan lahir rendah biasanya

dengan pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan medis lainnya seperti dengan

pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan kadar gula darah dengan dektrostix atau

laboratoriun.

Asuhan keperawatan pada pasien neonatus dengan berat badan lahir rendah,

meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, inervensi, implementasi dan evaluasi.

Pada fase pengkajian perlu dilakukan anamnesa untuk data subjektif (meliputi:

biodata, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, dan riwayat penyakit ibu) dan

data objektif (meliputi: pemeriksaan fisik, penunjang, dan pemeriksaan

pendukung lainnya). Diagnosa keperawatan yang sering didapatkan pada kasus

berat badan lahir rendah yaitu pola nafas tidak efektif (D.0005), hipotermi

(D.0131), resiko defisit nutrisi (D.0032), Resiko infeksi (D.0142). Implementasi

merupakan tahapan keempat dari proses keperawatan. Tahap ini muncul jika

perencanaan yang dibuat diaplikasikan pada klien. Evaluasi adalah tahapan kelima

dari proses keperawatan.

B. SARAN

2
8
Bagi pembaca makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan

wawasan tentang pentingnya pengetahuan tentang berbagai faktor penyebab bayi

berat lahir rendah sehingga mengurangi resiko.

DAFTAR PUSTAKA

2
9
Anggraini, Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Budiarti, Tri. (2011). Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta, Trans Info Media.

Debora, O. (2013). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik (2nd ed;P.P Lestari,

Ed). Jakarta Selatan: Salemba Medika.

Evania, N . 2013. Konsep Dasar Pemeriksaan Fisik Keperawatan. Jogjakarta: D-

Medika

Rahardjo. (2014). Dampak Masalah Pada Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah.

Blogspot,co,id Diakses pada tanggal 18 Oktober 2015 pada pukul 11:45

WIB.

Fahrin nizami. (2014). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan. Blogspot, co, id

Diakses pada tanggal 17 Oktober 2015 pada pukul 10:11WIB.

Nuratif, (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan

NANDA Revisi Jilid 1. Mediaction Publishing : Yogyakarta

Maryanti. (2011). Asuhan Neonatus & bayi. EGC, Jakarta

Maryunani, A. (2016). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita & Anak Pra-Sekolah

(cetakanke). Bogor: Penerbit IN MEDIA.

Marni, Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Prasekolah.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Matondang, dkk. 2013. Diagnosis Fisik pada Anak. Jakarta: CV Aung Seto.

Muslihatun, NW. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.

Muttaqin, A. 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan persyarafan.

Jakarta: Salemba Medika

Antika & Cahyo. (2010). Berat Badan Lahir Rendah. Medical Book : Yogyakarta

Askar. (2012). Asuhan Keperawatan Anak & bayi. EGC, Jakarta.

3
0
Minarti. (2010). Ilmu Teori Perkembangan Psikoseksual & Psikososial Anak. EGC.

Jakarta.

Proverawati, Atikah. (2010). Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta, Nuha Medika.

Satriana & Harlimansyah. (2010). Perkembangan Bayi & Anak. EGC.

Jakarta Wong L.D. (2010). Buku Ajar Keperawatan Neonatus. EGC, Jakarta

Maternity, D., Arum, DA., Nita,E (2018). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita

Dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.

3
1

You might also like