Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 5

What Is Mental Health?

Mental health includes our emotional, psychological, and social well-being. It affects how we
think, feel, and act. It also helps determine how we handle stress, relate to others, and make
choices. Mental health is important at every stage of life, from childhood and adolescence
through adulthood.

Over the course of your life, if you experience mental health problems, your thinking, mood, and
behavior could be affected. Many factors contribute to mental health problems, including:

 Biological factors, such as genes or brain chemistry


 Life experiences, such as trauma or abuse
 Family history of mental health problems

World Mental Health Day is observed on October 10 every year. The purpose of this momentum
is to raise awareness of mental health issues around the world, as well as to mobilize efforts to
support mental health.

Stigma against people with mental health disorders in Indonesia is still very strong. In fact,
based on data from the Health Research and Development Agency of the Indonesian Ministry of
Health, there are at least 450,000 families in Indonesia who suffer from schizophrenia (long-term
mental disorder).

Unfortunately, the issue of mental health in Indonesia is still a stigma that can have a negative
impact on sufferers. For example, such as discrimination and being ostracized from society. This
stigma can hinder the healing and recovery of mental health sufferers. Not only stigma, it turns
out that there are several challenges regarding mental health issues in Indonesia, including:

Say Positive Things to Yourself

Research shows that the way you think about yourself can have a powerful effect on your
psyche. When we view ourselves and our lives negatively, we also feel the negative effects. On
the other hand, if you get used to using words that make you more positive, then this will make
you more optimistic.

Sport

Your body will release endorphins that help get rid of stress and improve your mood before and
after exercise. That's why exercise is a powerful antidote to stress, anxiety, and depression. Look
for small ways to increase exercise, such as taking the stairs, or walking to a nearby place. To
get the maximum benefit, get at least 30 minutes of exercise every day, and try to do it
outdoors. Sun exposure also helps the body produce vitamin D, which increases serotonin levels
in the brain.

Be open to someone

Knowing that you are valued by others is important to help you think more positively. Learn to
be open to others, which makes you more able to think positively and get to know yourself
better.

Rest
At times when all the work feels like too much, step away, and do nothing but the thing that
stresses you out even more, at least until you feel a little better. Sometimes the best thing to do
is a simple breathing exercise: Close your eyes and take 10 deep breaths. For each inhale, count
to four as you inhale, hold for a count of four, and exhale for a count of four. This works well to
help you fight stress.

Sleep on Time

A large number of studies have shown that lack of sleep has a significant negative effect on
mood. Try to sleep at a regular time each day. Avoid playing gadgets before bedtime and limit
caffeinated drinks for the morning.

Mental disorders or mental illness can start with some of the following symptoms, including:

•Screaming or fighting with family and friends.

Delusions, paranoia, or hallucinations.

Loss of ability to concentrate.

Persistent fear, worry, or guilt.

Inability to cope with stress or everyday problems.

Excessive anger and prone to violence.

Have bad experiences and memories that can't be forgotten.

Have thoughts of hurting yourself or others.

Withdrawing from people and daily activities.

Hearing voices or believing something that is not true.

Terjemah :

Apa itu Kesehatan Mental?

Kesehatan mental mencakup kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial kita. Itu mempengaruhi
cara kita berpikir, merasa, dan bertindak. Ini juga membantu menentukan bagaimana kita
menangani stres, berhubungan dengan orang lain, dan membuat pilihan. Kesehatan mental penting
pada setiap tahap kehidupan, dari masa kanak-kanak dan remaja hingga dewasa.

Selama hidup Anda, jika Anda mengalami masalah kesehatan mental, pemikiran, suasana hati, dan
perilaku Anda dapat terpengaruh. Banyak faktor yang berkontribusi terhadap masalah kesehatan
mental, termasuk:

 Faktor biologis, seperti gen atau kimia otak


 Pengalaman hidup, seperti trauma atau pelecehan
 Riwayat keluarga dengan masalah kesehatan mental
Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (World Mental Health Day) diperingati pada tanggal 10 Oktober setiap
tahun. Tujuan momentum ini untuk meningkatkan kesadaran akan masalah kesehatan mental di seluruh
dunia, serta memobilisasi upaya dalam mendukung kesehatan mental.
Stigma terhadap pengidap gangguan kesehatan mental di Indonesia masih sangat
kuat. Padahal, berdasarkan data dari Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan Indonesia, setidaknya ada 450.000 keluarga di
Indonesia yang menderita skizofrenia (gangguan mental jangka panjang).
Sayangnya, isu kesehatan mental di Indonesia masih menjadi stigma yang dapat
berdampak buruk pada penderita. Misalnya seperti diskriminasi dan dikucilkan dari
masyarakat. Stigma ini dapat menghambat kesembuhan dan pemulihan penderita
kesehatan mental. Tak hanya stigma saja, ternyata ada beberapa tantangan
mengenai isu kesehatan mental di Indonesia, diantaranya

Lima tantangan kesehatan mental di Indonesia:


1.Stigma terhadap pengidap gangguan kesehatan mental
Stigma atau nilai buruk yang diberikan kepada pengidap kesehatan mental di
Indonesia didapatkan melalui pengaruh lingkungan yang buruk. Labelling,
pengucilan, dan stereotip terhadap pengidap gangguan kesehatan mental membuat
orang yang menderita gangguan mental memilih bungkam atau tidak berkonsultasi
kepada ahli. Akibatnya, berdasarkan data dari Riskesdas pada tahun 2018, 12 juta
penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami depresi dan 19 juta penduduk di atas
15 tahun mengalami gangguan mental emosional.
2.Rendahnya pemahaman mengenai kesehatan mental
Di Indonesia, informasi mengenai kesehatan mental masih belum banyak dipahami
oleh masyarakat. Minimnya pengetahuan tentang kesehatan mental membuat
penilaian masyarakat terhadap pengidap gangguan kesehatan mental menjadi
negatif. Akibatnya, terjadi salah penanganan terhadap penderita kesehatan mental.
3.Kesehatan mental di Indonesia masih jadi hal tabu
Keterbatasan pemahaman dan pengetahuan mengenai kesehatan mental di
Indonesia tidak dapat lepas dari nilai-nilai tradisi budaya atau kepercayaan
masyarakat. Sebagian masyarakat masih mempercayai penyebab kesehatan mental
berasal dari hal-hal supernatural atau takhayul sehingga pengidap gangguan
kesehatan mental menganggap gangguan yang terjadi dalam dirinya adalah aib.
Pemahaman ini membuat orang yang membutuhkan bantuan tenaga ahli enggan
untuk ditangani. Tak jarang, pengidap gangguan kesehatan mental merasa malu
untuk berada di masyarakat.
4.Diskriminasi terhadap pengidap gangguan kesehatan mental
Kesadaran masyarakat yang rendah tidak jarang mengakibatkan munculnya
diskriminasi terhadap pengidap gangguan kesehatan mental. Bentuk diskriminasi
tersebut dapat berupa perlakuan kasar, penghinaan, maupun perundungan. Tak
jarang pula masyarakat menjauhi pengidap gangguan kesehatan mental serta
keluarganya.
5.Akses terhadap kesehatan mental belum merata
Akses terhadap kesehatan mental di Indonesia masih sulit. Anggaran pemerintah
untuk kesehatan mental, kapasitas rumah sakit jiwa, serta bangsal psikiatri di
rumah sakit umum masih belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Di Indonesia, ada delapan provinsi yang tidak memiliki rumah sakit jiwa dan tiga
provinsi tidak memiliki seorang pun psikiater. Kementerian Kesehatan Indonesia
memprediksi setidaknya 90% orang dengan gangguan kesehatan mental tidak
mendapatkan akses terhadap perawatan yang memadai.

Katakan Hal Positif pada Diri Sendiri 


Penelitian menunjukkan bahwa cara kamu berpikir tentang diri sendiri dapat memiliki efek
yang kuat pada kejiwaan kamu. Ketika kita memandang diri kita dan hidup kita secara
negatif, maka kita juga merasakan efek negatifnya. Sebaliknya, jika membiasakan diri
menggunakan kata-kata yang membuat lebih positif, maka hal ini membuat kamu lebih
optimis. 

Olahraga
Tubuh akan melepaskan endorfin yang membantu menyingkirkan stres dan meningkatkan
suasana hati kamu sebelum dan sesudah berolahraga. Itulah sebabnya olahraga adalah cara
penangkal stres, kecemasan, dan depresi yang ampuh. Carilah cara-cara kecil untuk
menambah aktivitas olahraga, seperti naik tangga, atau jalan kaki ke tempat yang dekat.
Untuk mendapatkan manfaat maksimal, lakukan olahraga setidaknya 30 menit setiap hari,
dan coba melakukannya di luar ruangan. Paparan sinar matahari juga membantu tubuh
menghasilkan vitamin D, yang meningkatkan tingkat serotonin di otak. 

Terbukalah pada Seseorang


Mengetahui bahwa kamu dihargai oleh orang lain adalah penting untuk membantu kamu
berpikir lebih positif. Belajar terbuka kepada orang lain, yang membuat kamu lebih mampu
berpikir positif dan semakin mengenal diri sendiri. 

Istirahat
Pada saat-saat semua pekerjaan terasa seperti terlalu banyak, menjauhlah, dan lakukan apa
pun kecuali hal yang membuat kamu semakin stres, setidaknya sampai kamu merasa sedikit
lebih baik. Terkadang hal terbaik untuk dilakukan adalah latihan pernapasan sederhana:
Tutup mata dan ambil 10 tarikan napas dalam-dalam. Untuk masing-masing tarikan napas,
hitung sampai empat saat menarik napas, tahan selama empat hitungan, dan buang napas
untuk empat hitungan. Hal ini bekerja baik untuk membantu kamu melawan stres. 

Tidur Tepat Waktu


Sejumlah besar penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur memiliki efek negatif yang
signifikan pada suasana hati. Coba tidur pada waktu yang teratur setiap hari. Hindari bermain
gadget sebelum waktu tidur dan membatasi minuman berkafein untuk pagi hari.

Gejala Kesehatan Mental


Gangguan mental atau penyakit mental dapat diawali dengan beberapa gejala berikut ini,
antara lain:

•Berteriak atau berkelahi dengan keluarga dan teman-teman.

•Delusi, paranoia, atau halusinasi.


•Kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi.

•Ketakutan, kekhawatiran, atau perasaan bersalah yang selalu menghantui.

•Ketidakmampuan untuk mengatasi stres atau masalah sehari-hari.

•Marah berlebihan dan rentan melakukan kekerasan.

•Memiliki pengalaman dan kenangan buruk yang tidak dapat dilupakan.

•Memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.

•Menarik diri dari orang-orang dan kegiatan sehari-hari.

•Mendengar suara atau mempercayai sesuatu yang tidak benar.

•Mengalami nyeri yang tidak dapat dijelaskan.

•Mengalami perubahan suasana hati drastis yang menyebabkan masalah dalam


hubungan dengan orang lain.

•Merasa bingung, pelupa, marah, tersinggung, cemas, kesal, khawatir, dan takut
yang tidak biasa.

•Merasa sedih, tidak berarti, tidak berdaya, putus asa, atau tanpa harapan.

•Merokok, minum alkohol lebih dari biasanya, atau bahkan menggunakan narkoba.

•Perubahan drastis dalam kebiasaan makan, seperti makan terlalu banyak atau
terlalu sedikit.

•Perubahan gairah seks.

•Rasa lelah yang signifikan, energi menurun, atau mengalami masalah tidur.

•Tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti merawat anak atau pergi ke
sekolah atau tempat kerja.

•Tidak mampu memahami situasi dan orang-orang.

You might also like