Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 46

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA LANSIA

TERHADAP OSTEOPOROSIS DAN OSTEOARTHRITIS

Disusun Oleh:

Bella Amanda Putri (19005)


Isna Husnul K.G.S (19019)
Ricca Ayu Ratnasari (19036)
Rika Nur Anggraini (19037)
Sifa Fauziah (19047)

AKADEMI KEPERAWATAN SUMBER WARAS


Jl. Kyai Tapa No 1, Grogol Petamburan Jakarta Barat 11840
Telp. 5682011, Pes.146, Fax. 56967453
Website : http://akpersumberwaras.ac.id e-
mail : akpersumberwaras1@gmail.com
TAHUN 2022
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menua merupakan suatu proses yang pasti terjadi dalam kehidupan manusia,
yang artinya bahwa proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertensi, namun dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah seseorang yang berarti
telah melalui tiga tahap kehidupan yaitu, anak, dewasa dan tua. Dalam proses
menua ialah suatu kondisi yang rentan terhadap masalah-masalah kesehatan
seperti kejadian osteoarthritis dan osteoporosis pada lansia.

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif non peradangan


yang dapat mempengaruhi kesehatan lansia dan cenderung menibulkan nyeri
sendi. Sedangkan, osteoporosis ialah suatu penyakit tulang sistemik yang
ditandai oleh menurunnya kekuatan tulang sehingga tulang mudah patah.
Kejadian osteoarthtritis pada lansia meskipun tidak menimbulkan kematian,
namun hal ini dapat mengganggu aktivitas pada lansia. Karena gangguan
terjadinya nyeri sendi pada lutut, kekakuan, serta bengkak sering kali
menyebabkan terjadinya keterbatasan gerak pada lansia, sehingga dapat
berdampak pada kemandirian lansia dalam perawatan dirinya serta berdampak
buruk pada kualitas kehidapannya.

Osteoporosis merupakan suatu penyakit tulang sistemik yang kronik dan


progresif dengan karakteristik menurunnya massa tulang, kerusakan
mikroarsitektur, kerapuhan tulang yang selanjutnya meningkatkan resiko
terjadinya fraktur. Bahwa berdasarkan data the World Health Organization
(WHO) dan International Osteoporosis Federation (IOF), penderita
Osteoporosis di dunia lebih dari 200 juta orang, dan 50 persen kejadian patah
tulang disebabkan oleh Osteoporosis yang dapat memicu terjadinya kecacatan
seumur hidup hingga kematian.

Sementara Prevalensi Osteoporosis di Indonesia, tercatat pada perempuan usia


50-80 tahun sebesar 23 persen dan usia 70-80 tahun sebesar 53 persen.
Sementara untuk prevalensi patah tulang belakang ditemukan sebesar 9 persen
pada perempuan dan 16 persen pada laki-laki, oleh karena itu, osteoporosis di
Indonesia perlu disikapi dan mendapat perhatian secara serius, mengingat
Osteoporosis merupakan penyakit yang tidak hanya diderita oleh sebagian
besar wanita yang telah menopause, namun juga dapat menyerang siapapun,
tidak hanya lansia namun juga kelompok usia muda.

Prevalensi osteoarthtritis cukup tinggi di Indonesia. PBB memprediksi bahwa


persentase lansia di Indonesia akan mencapai 74 juta lansia tahun 2025 atau
sekitar 25% di Indonesia. BPS (Badan Pusat Statistik) juga memaparkan
bahwa pada tahun 2045 negara Indonesia memiliki sekitar 63,31 juta
penduduk lansia atau hampir mencapai 20% populasi. Prevalensi OA
berdasarkan usia di Indonesia cukup tinggi yaitu 5% pada usia 40 tahun, 30%
pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia tua (lansia) lebih dari 61 tahun.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah “Bagaimana
asuhan keperawatan keluaraga dengan masalah OA dan Osteoporosis pada
lansia ? “

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawata keluarga pada lansia
dengan masalah keperawatan osteoartritis (OA) dan osteoporosis.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
kesehatan osteoartritis (OA) dan osteoporosis yang di derita pada
lansia.
b. Untuk mengedintifikasi asuhan keperawatan keluarga masalah
kesehatan osteoartritis (OA) dan osteoporosis yang di derita pada
lansia.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Osteoarthritis
1. Definisi Osteoarthritis
Osteoarthriis adalah gangguan pada sendi yang bergerak penyakit ini
bersifat kronik berjalan progresif lambat, tidak meradang ditandai oleh
abrasi pada rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada
permukaan persendian yang mengakibatkan nyeri dan kaku pada sendi
(Harrison, 2014).
Osteoarthritis merupakan penyakit degeneratif pada sendi akibat
pemecahan biokimia artikular tulang rawan di sendi sinovial lutut
sehingga kartilago sendi rusak .gangguan ini berkembang secara lambat
tidak simetris dan non inflamasi ditandai dengan pembentukan osteofit
pada bagian pinggir sendi yang mengakibatkan sendi mengalami kekakuan
(Theresia Titin Marlina, 2015).

2. Etiologi
Osteoarthritis merupakan penyakit yang terjadi karena degradasi pada
tulang rawan sendi, Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
osteoarthritis antara lain:
a. Umur
Prevalensi dan beratnya osteoarthritis semakin meningkat seiring
dengan bertambahnya umur. Osteoarthritis jarang terjadi pada usia
dibawah 40 tahun tetapi sering terjadi pada usia diatas 60 tahun.
b. Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoarthritis pada lutut dan sendi.
Sedangkan pria lebih sering terkena osteoarthritis pada paha,
pergelangan tangan dan leher.secara keseluruhan pada usia dibawah 45
tahun frekuensi osteoarthritis sama antara laki-laki dan perempuan
tetapi diatas 50 tahun wanita lebih banyak menderita osteoarthritis
daripada pria.
c. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang kegiatannya sering memberikan
tekanan pada sendi sehingga beresiko terjadi osteoarthritis seperti pada
tukang jahit osteoarthritis lebih sering terjadi pada lutut. Sedangkan
pada kuli bangunan osteoarthriti terjadi pada pinggang.
d. Gaya hidup
Beberapa gaya hidup yang kurang sehat seperti merokok dapat
menyebabkan jaringan kekurangan oksigen sehingga pembentukan
tulang rawan sendi menjadi terhambat.
e. Genetik
Faktor heriditer juga dapat mempengaruhi timbulnya osteoarthritis
seperti pada anak perempuan yang mempunyai ibu dengan
osteoarhtitis akan beresiko tiga kali lebih besar tekena osteoarthritis.

3. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya osteoathritis dapat dikelompokkan menjadi 2
kelompok yaitu:
a. Osteoarthritis primer merupakan Osteoarthritis yang disebabkan
karena adanya faktor genetik yaitu adanya abnormalitas pada kolagen
sehingga pembentukan tulang rawan sendi menjadi terganggu.
b. Osteoarhritis sekunder merupakan osteoarthritis yang disebabkan oleh
kelainan seperti inflamasi suatu penyakit, kegemukan, ataupun trauma.

4. Patofisiologi
Tulang rawan sendi dibentuk oleh sel tulang rawan sendi atau kondrosit
dan matriks rawan sendi .kndrosut berfungsi memelihara matriks pada
tulang rawan sehingga fungsi bantalan rawan sendi terjaga dengan baik,
matriks rawan sendi terdiri atas proteoglikan dan kolagen. Perubahan yang
paling mencolok pada osteoarthritis biasanya dijumpai pada darah tulang
rawat sendi yang mendapat beban.Pada stadium awal tulang rawan lebih
tebal daripada daripada normal, tetapi seiring dengan perkembangan
osteoarthritis permukaan sendi menipis, tulang rawan melunak,integritas
permukaan tulang rawan terputus, dan terbentuk pada celah vertikal
(Harrison, 2012). Proses degenerasi tulang disebabkan oleh proses
pemecahan kondrosit yang diawali oleh stress biomekanik tertentu.
Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan terpecahnya polisakarida
protein yang membetik matriks disekitar kondrosit sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang rawan pada sendi, sendi yang paling
sering terkena adalah sendi yang menanggung berat badan seperti sendi
panggul, lutut dan kolumna vertebralis Perubahan-perubahan degenetatif
diakibatkan kejadian tertentu seperti cedera sendi,infeksi sendi dan
penyakit peradangan sendi lainnya dapat menyebabkan trauma pada
kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan
kerusakan pada ligamen ditambah juga dengan perubahan metabolisme
pada seni yang akirnya dapat mengakibatkan tulang rawan menglami erosi
dan pengapuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan pada
rongga sendi yang menyebabkan nyeri pada sendi, bengkak, krepitasi.

5. Pathway
6. Manifestasi klinis
Adapun gejala-gejala dari osteoarthritis meliputi:
a. Nyeri Sendi, merupakan keluhan yang sering dialami oleh
penderita,nyeri dapat bertambah jika banyak bergerak serta dapat
berkurang jika beritirahat.
b. Hambatan Gerakan Sendi, disebabkan oleh nyeri pada sendi.inflamasi,
perubahan bentuk pada sendi. Hambatan gerak biasanya terjadi pada
saat berdiri, bangun dari tempat tidur, berbaring, berjalan hingga
sekedar menulis sesuatu.
c. Kaku Pada sendi. Pada beberapa penderita kaku pada sendi dapat
timbul setelah duduk lama di kursi,di dalam mobil atau setelah bangun
tidur.
d. Krepitasi atau suara gemertak yang timbul pada sendi yang
sakit.umumnya krepitasi dijumpai pada pasien yang mengalami
osteoarthritis di bagian lutut. Pada awalnya hanya perasaan pendrita
akan adanya sesuatu yang remuk.
7. Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa
osteoarthrittis antara lain : a. Foto Rotgent
Pada Foto Rotgent Menunjukkan penurunan progrsif massa kartilago
sendi sebagai penyempitn pada rongga sendi, Adanya osteofit atau
tonjolan-tonjolan kecil yang timbul pada tulang, dan Perubahan bentuk
sendi.
b. Pemeriksaan Cairan Sendi
Pada Pemeriksaan cairan sendi dapat ditemukan peningkatan
kekentalan pada cairan sendi
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium digunakan apabila ada sinovitis yang
meluas pada osteoarthritis yang disertai peradangan dijumpai
peningkatan jumlah protein pada darah.

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan osteoarthritis brdasarkan sendi yang terkena serta berat
ringannya osteoarthritis yang diderita oleh pasien.adapun penatalaksanaan
pada osteoarthrtis adalah sebagai berikut:
a. Terapi Farmakologi bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri yang
timbul.mengoreksi gangguan yang timbul serta mengidentifikasi
gejala-gejala klinis dari ketidakstabilan sendi.
b. Terapi non Farmakologi. Selain Terapi obat, terapi lain juga penting
untuk penderita osteoarthritis diantaranya:
1) Rehabilitasi. Osteoarthritis dapat menyebabkan kekakuan pada
sendi dan menyebabkan penderitanya tidak dapat bergerak secara
sempurna.oleh karena itu rehabilitasi dilakukan untuk
mengembalikan fungsi alat gerak yang hilang akibat kekakuan
pada sendi.
2) Kontrol Berat Badan. Mengontrol berat badan sangat penting untuk
pencegahan osteoarthritis. Berat badan yang terlalu berlebihan
membuat bantalan sendi terutama sendi bagian lutut semakin
tertekan hal ini dapat memicu terjadinya perapuhan pada sendi.
3) Diet. Penderita osteoarthritis wajib memperhatikan asupan
makanan agar tidak terjadi penambahan berat badan yang
mengakibatkan beban pada bantalan sendi lutut terlalu besar.

B. Konsep Osteoporosis
1. Definisi
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan
porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah
tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa
massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikroarsitektur
tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan
kerapuhan tulang (Tandra, 2016).

2. Etiologi Osteoporosis
a. Determinan Massa Tulang
1) Faktor genetik. Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap
derajat kepadatantulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang
cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam
pada umumnya mempunyai struktur tulanglebihkuat/berat dari
pacia bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang mempunyai
tulangkuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap
fraktur karenaosteoporosis.
2) Faktor mekanis. Beban mekanis berpengaruh terhadap massa
tulang di sampingfaktorgenetk. Bertambahnya beban akan
menambah massa tulang dan berkurangnyabeban akan
mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Kedua hal tersebut
menunjukkan respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang
berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang
yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh
becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun
tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya, sebaliknya atrofi
baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang
harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang lama, poliomielitis
atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum
diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang
diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di
samping faktor genetik.
3) Faktor makanan dan hormone. Pada seseorang dengan
pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan
mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai
dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan
yang berlebih (misalnya kalsium) di atas kebutuhan maksimal
selama masa pertumbuhan, akan dapat menghasilkan massa tulang
yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan
sesuai dengan kemampuan genetiknya.
b. Determinan penurunan Massa Tulang
1) Faktor genetik. Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan
lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan
tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang
dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu
mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sifat genetiknya serta
beban mekanis dan besar badannya. Apabila individu dengan
tulang yang besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang
(osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu
tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih banyak dari pada
individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama.
2) Faktor mekanis. Faktor mekanis mungkin merupakan yang
terpenting dalarn proses penurunan massa tulang sehubungan
dengan lanjutnya usia. Walaupun demikiantelah terbukti bahwa
ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi
hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan
bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi
beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan
bertambahnya usia.
3) Kalsium. Faktor makanan ternyata memegang peranan penting
dalam proses penurunan massa tulang sehubungan dengan
bertambahnya usia, terutama padawanita post menopause.
Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita
pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah
dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan
kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan
kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan
keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada
wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara masukan
kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada
wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan
terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta eksresi
melalui urin yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan
estrogen pada masa menopause adalah pergeseran keseimbangan
kalsium yang negatif, sejumlah 25 mg kalsium sehari.
4) Protein. Protein juga merupakan faktor yang penting dalam
mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan yang kaya
protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang
mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan
ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan secara
tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut
mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi
ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan
mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari
makanan yang mengandung protein berlebihan akan
mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan
kalsium yang negative.
5) Estrogen. Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan
mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal
ini disebabkan karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari
makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.
6) Rokok dan kopi. Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak
cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, terlebih
lagi bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme
pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak
diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi
kalsium melalui urin maupun tinja.
7) Alkohol. Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang
sering ditemukan. Individu dengan alkoholisme mempunyai
kecenderungan masukan kalsiumrendah, disertai dengan ekskresi
lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui
dengan pasti.

3. Klasifikasi Osteoporosis
Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu :
a. Osteoporosis primer yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit yang
lain,yang dibedakan lagi atas :
1) Osteoporosis tipe I (pasca menopouse), yang kehilangan tulang
terutama dibagian trabekula.
2) Osteoporosis tipe II (senilis), terutama kehilangan Massa tulang
daerah Korteks.
3) Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda dengan
penyebab yang tidak diketahui.
b. Osteoporosis sekunder, yang terjadi pada/akibat penyakit lain, antara
lain hiperparatiroid, gagal jantung kronis, arthritis rematoid dan
lainlain.

4. Manifestasi Klinis Osteoporosis Osteoporosis dimanifestasikan dengan :


a. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.
b. Nyeri timbul mendadak.
c. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang.
d. Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur.
e. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika
melakukan aktivitas.
f. Deformitas vertebra thorakalis (Penurunan tinggi badan)

5. Patofisiologi Osteoporosis
Setelah menopause, kadar hormon estrogen semakin menipis dan
kemudian tidak diproduksi lagi. Akibatnya, osteoblas pun makin sedikit
diproduksi. Terjadilah ketidakseimbangan antara pembentukan tulang dan
kerusakan tulang. Osteoklas menjadi lebih dominan, kerusakan tulang
tidak lagi bisa diimbangi dengan pembentukan tulang. Untuk diketahui,
osteoklas merusak tulang selama 3 minggu, sedangkan pembentukan
tulang membutuhkan waktu 3 bulan. Dengan demikian, seiring
bertambahnya usia, tulang-tulang semakin keropos (dimulai saat
memasuki menopause) danmudah diserang penyakit osteoporosis. Proses
Osteoporosis sendiri di akibatkan faktor faktor berikut yaitu Genetik, gaya
hidup, alcohol, penurunan produksi hormon akibatnya produksi osteoblas
semakin sedikit maka terjadi ketidakseimbangan antara pembentukan
tulang dan kerusakan tulang hal ini menyebabkan osteoklas menjadi lebih
dominan dan tidak lagi bisa diimbangi dengan kerusakan tulang
mengakibatkan penurunan masa tulang. Apabila kerusakan tulang sendi
lebih cepat dari kemampuannya untuk memperbaiki diri, maka terjadi
penipisan dan kehilangan pelumas sehingga kedua tulang akan
bersentuhan. Inilah yang menyebabkan rasa nyeri pada sendi. Setelah
terjadi kerusakan sendi maka tulang juga ikut berubah.

6. Pathway
7. Komplikasi Osteoporosis
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh
dan mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi
fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum
femoris dan daerah trokhanter, dan frakturcolles pada pergelangan tangan.

8. Pemeriksaan Penunjang Osteoporosis


a. Pemeriksaan radiologik
b. Dilakukan untuk menilai densitas massa tulang sangat tidak sensitif.
Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan
korteks dan daerah trabekuler yang lebih lusen.Hal ini akan tampak
pada tulang-tulang vertebra yang memberikan gambaran picture-frame
vertebra.
c. Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri).
Densitometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat dan untuk
menilai densitas massa tulang, seseorang dikatakan menderita
osteoporosis apabila nilai BMD ( Bone Mineral Density ) berada
dibawah -2,5 dan dikatakan mengalami osteopenia (mulai menurunnya
kepadatan tulang) bila nilai BMD berada antara -2,5 dan -1 dan normal
apabila nilai BMD berada diatas nilai -1. Beberapa metode yang
digunakan untuk menilai densitas massa tulang:
1) Single-Photon Absortiometry (SPA) Pada SPA digunakan unsur
radioisotop I yang mempunyai energi photon rendah guna
menghasilkan berkas radiasi kolimasi tinggi. SPA digunakan hanya
untuk bagian tulang yang mempunyai jaringan lunak yang tidak
tebal seperti distal radius dan kalkaneus.
2) Dual-Photon Absorptiometry (DPA) Metode ini mempunyai cara
yang sama dengan SPA. Perbedaannya berupa sumber energi yang
mempunyai photon dengan 2 tingkat energi yang berbeda guna
mengatasi tulang dan jaringan lunak yang cukup tebal sehingga
dapat dipakai untuk evaluasi bagian-bagian tubuh dan tulang yang
mempunyai struktur geometri komplek seperti pada daerah leher
femur dan vetrebrata.
3) Quantitative Computer Tomography (QCT) Merupakan
densitometri yang paling ideal karena mengukur densitas tulang
secara volimetrik.
4) Sonodensitometri Sebuah metode yang digunakan untuk menilai
densitas perifer dengan menggunakan gelombang suara dan tanpa
adanya resiko radiasi.
5) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dalam menilai densitas tulang trabekula melalui dua langkah
yaitu pertama T2 sumsum tulang dapat digunakan untuk menilai
densitas serta kualitas jaringan tulang trabekula dan yang kedua
untuk menilai arsitektur trabekula.
6) Biopsi tulang dan Histomorfometri Merupakan pemeriksaan yang
sangat penting untuk memeriksakelainan metabolisme tulang.
7) Radiologis. Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa
tulang yang menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis.
Dinding dekat korpusvertebra biasanya merupakan lokasi yang
paling berat. Penipisan korteks dan hilangnya trabekula transfersal
merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus
vertebra menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari
nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral dan menyebabkan
deformitas bikonkaf.
8) CT-Scan. CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara
kuantitatif yang mempunyai nilai penting dalam diagnostik dan
terapi followup. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3 biasanya
tidak menimbulkan fraktur vetebra atau penonjolan, sedangkan
mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada hampir semua klien
yang mengalami fraktur.
9) Pemeriksaan Laboratorium :
a) Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang
nyata.
b) Kadar HPT (pada pasca menoupouse kadar HPT meningkat)
dan Ct (terapi ekstrogen merangsang pembentukkan Ct)
c) Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun.
d) Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat
kadarnya.

9. Penatalaksanaan Osteoporosis
a. Pengobatan:
1) Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat
meningkatkan pembentukan tulang adalah Na-fluorida dan steroid
anabolic
2) Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat
resorbsi tulang adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat.
Penatalaksanaan keperawatan:
a) Membantu klien mengatasi nyeri.
b) Membantu klien dalam mobilitas.
c) Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita kepada
klien
d) Memfasilitasikan klien dalam beraktivitas agar tidak terjadi
cedera.
b. Pencegahan
Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa
muda, hal ini bertujuan untuk :
1) Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal
2) Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar
seperti:
a) Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari),
b) Latihan teratur setiap hari
c) Hindari : Makanan tinggi protein, Minum alkohol, Merokok,
Minum kopi, dan Minum antasida yang mengandung
aluminium
BAB III ASKEP KELUARGA

A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 28 Maret 2022
1. Data dasar Keluarga :
a. Nama Kepala Keluarga (KK) : KK. M
b. U s i a : 32 th
c. Pendidikan : SMK
d. Pekerjaan : Karyawan Swasta
(buruh pabrik)
e. Alamat / No. Telp. : Jln. Merdeka Jaya 1
Jakarta timur / 087556123222
f. Komposisi Keluarga :
Hubunga
No Nama Kelamin TTL/Umur Pendidikan Pekerjaan
dengan KK
1 Yeni Widyastuti P IK Jakarta,01 juni SMK Wirausaha
1992/30 Tahun (Jualan
sembako)
2 Sasa Widyastuti P AK Jakarta,03 maret SD Pelajar
2013/9 Tahun
3. Murni P Orang tua IK Tasik, 13 Mei SD Tidak
1962/60 Tahun Bekerja

g. Genogram : (3 Generasi)
cvv

Ayah KKM Ibu KKM Ibu IKY


meninggal meninggal umur Ayah IKY
menderita OA
karena stroke 65 th, karena meninggal karena
dan
di umur 70 th penyakit DM kecelakaan kerja di
osteoporosis
umur 50 th
sejak setahun.

KKM usia 32th IKY usia 30 th


tiidak memiliki tidak memiliki
riwayat penyakit. riwayat penyakit.

AKS usia 9 th
tidak memiliki
riwayat penyakit.

Keterangan :

: perempuan : garis keturunan

: laki laki : Klien

: tinggal serumah

: meninggal
: garis perkawinan

h. Tipe Keluarga :
Keluarga ini tergolong dalam Extended Family, karena dalam
satu rumah terdapat ayah, ibu, anak, nenek sehingga rentan
terhadap penyakit OA dan osteoporosis, jika anggota keluarga
tidak merawat lingkungan yang baik seperti Lantai Kamar mandi
licin.
i. Suku Bangsa
a) Latar belakang etnis keluarga Keluarga KK. M berasal dari
suku betawi
b) Tempat tinggal keluarga Sebagian besar masyarakat
kelurahan cipondoh adalah etnis betawi
c) Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial budaya, rekreasi,
Pendidikan yang berada dalam kultur budaya Ada beberapa
kegiatan lingkungan yang masih berhubungan erat dengan
nilai etnis diantaranya selamatan, pengajian, kerja bakti,PKK.
d) Kebiasan-kebiasan diet dan busana (tradisional atau modern)
KK. M dan IK.Y menggunakan busana modern dalam
kesehariannya seperti kaos, celana panjang dan pendek, rok.
e) Struktur kekuasaan keluarga modern yaitu Keluarga KK.M
pengambil keputusan adalah KKM sebagai kepala keluarga,
tetapi melalui proses musyawarah dengan anggota keluarga
atau dengan istri.
f) Penggunaan jasa – jasa perawatan kesehatan keluarga dan
praktisi yaitu keluarga KK.M jika ada anggota keluarga yang
sakit dibawa ke Puskesmas. Menurut keluarga tidak ada
masalah dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan
g) Penggunaan bahasa dalam sehari – hari di rumah yang
digunakan pada keluarga KK.M bahasa indonesia saat
berbicara, Saat berbicara tidak ada hambatan dalam
berkomunikasi khusunya keluarga pengunaan bahasa.
h) Agama dan kepercayan
Seluruh anggota KK.M adalah beragama islam. Setelah shalat
magrib selalu melaksanakan tadarus quran. Keluarga KK.M
khususnya IKY mengikuti kegiataan pengajian ibu-ibu setiap
malam jumat. Kepercayaan – kepercayaan dan nilai – nilai
keagamaan yang dianut dalam kehidupan keluarga terutama
dalam hal kesehatan yaitu percaya jika penyakit datangnya
dari allah sebagai bentuk ujian hidup dan pengapusan dosa
dan tidak ada nilai keyakinan yang bertentangan dengan
kesehatan.

j. Status Sosial Ekonomi Keluarga :


Menurut Ik. Y pendapatan keluarganya cukup untuk membiayai
kebutuhan sehari-hari. Suaminya yang bekerja dengan
pendapatan Rp.4.500.000,/bulan, di rumah Ik. Y membuka toko
sembako yang sederhana. Kebutuhan yang dikeluarkan meliputi
pengeluaran untuk kebutuhan hidup sehari–hari, biaya sekolah
anak, listrik, dan air.

k. Aktivitas Rekreasi Keluarga :


Keluarga KK.M untuk rekreasi keluarga kadang mengunjungi kebun
bintang dan pantai

l. Riwayat & Tahap Perkembangan Keluarga :


 Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Tahap keluarga dengan anak sekolah ditandai dengan anak
pertama yang berusia 9 tahun sudah memasuki sekolah
dalam waktu penuh.
 Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Tahap yang belum terpenuhi adalah tahap dengan meningkatkan prestasi
anak.

m. Riwayat Kesehatan Keluarga :


a) Riwayat keluarga sebelumnya :
1. Riwayat keluarga dari pihak suami :
Ayah dari KK. M memiliki riwayat stroke sejak 3 tahun
lalu, dan telah meninggal pada tahun 2021 di usia 70
tahun. Sedangkan ibu dari KK. M tidak memiliki riwayat
penyakit yang DM dan sudah meninggal pada tahun 2020
di usia 65 tahun.
2. Riwayat keluarga dari pihak istri :
Ayah dari IK.Y sudah meninggal sejak usia 50 tahun
karena kecelakaan kerja dan ibu dari IKY menderita
osteoporosis dan OA Sudah setahun.

b) Riwayat keluarga Inti :


Menurut KK M riwayat kesehatan anggota masing-masing keluarga
sebagai berikut :
- KK M keadaan sehat tidak pernah sakit serius
- IK Y keadaan sehat tidak pernah sakit serius
- AK S keadaan sehat tidak pernah sakit serius
- Ibu IK.Y menderita OA dan osteoporosis sejak setahun yang lalu, sering
merasakan ngilu pada lutut sebelah Kiri dan pinggang. Kambuh Tiba2 bila
sedang beraktivitas. Frekuensi kambuh sering. Jika sakitnya kambuh ibu IKY
sering memijat mijat Bagian lutut yang sakit, dan bisa membantu meredakan
sakit.

- Riwayat perkawinan :
1. Riwayat perkawinan IK M dan IK Y
IK. M dan Ik. Y menikah pada tahun 2010 Dengan
usia perkawinan yang sudah menginjak 12 tahun. Dan
di karuniai anak yang lahir pada 2013 Dengan usia 9
tahun. Sebelumnya IK.M dan IK. Y menunda untuk
memiliki momongan selama 3 tahun dikarenakan
fokus untuk bekerja. IK. Y menggunakan alat
kontrasepsi pil Kb untuk menunda kehamilan.
2. Riwayat perkawinan orang tua IKY
Orang tua Ik.Y menikah pada tahun 1987 dengan usia
perkawinan yang sudah menginjak 35 tahun. Orang
tua IKY sempat menunda kehamilan selama 4
tahun.dan mengikuti program kehamilan pada tahun
usia 31 tahun dan di karuniai anak Ik. Y yang lahir
pada tahun 1992.
No Nama Umur BB/IMT Keadaan Masalah Tindakan
kesehatan kesehatan yang telah
dilakukan

1. KK M 32 65 kg : Sehat tidak Tidak ada Tidak ada


Tahun 170 cm = pernah sakit
serius
22,49
2. IK Y 30 55 kg : Sehat tidak Tidak ada Tidak ada
Tahun 158 cm= pernah sakit
serius
22,03
3. AK S 9 BB :26kg Sehat tidak Tidak ada Tidak ada
Tahun TB: pernah sakit
serius
110cm
4. Ibu IK 60 50 kg : menderita OA dan Tindakan
'Y Tahun 155 cm = OA dan Osteoposrosis yang telah di
osteoporosis lakukan
20,81 satu tahun memijat mijat
yang lalu. bagian lutut
kiri yang
sakit dan
pinggang

2. Lingkungan
a. Karakteristik rumah
a) Rumah yang ditinggali oleh keluarga KK.M sudah milik pribadi
b) Denah rumah
1) Gambar kondisi rumah ini terdiri dari 3 kamar tidur, dapur,
kamar mandi. Di depan rumah terdapat teras yang terdapat
kursi. Ventilasi pada rumah KK.M sangat cukup, terdapat
tempat penyimpanan perabotan, penerangan cukup, lantai
terbuat dari keramik, temboknya permanen pada kedua kamar
tidur terdapat kaca persegi yang kecil ventilasi cukup.
2) Di dapur terkesan penataan perabotan rapih, dapur cukup
luas, sumber air bersih dari PAM, terdapat kompor dengan 2
tungku
3) Di kamar mandi peralatan mandi dengan lengkap ada sabun
mandi, pasta dan sikat gigi, sampo. Setiap anggota keluarga
masing- masing mempunyai peralatan mandi sendiri. Bak
mandi dikuras 1 minggu sekali dan tidak terdapat jentik
nyamuk. Lantai kamar mandi tidak licin
4) Pengaturan tidur di dalam rumah maksimal 2 orang setiap
kamar tidur terdapat pintu dan terdapat kunci.
5) Keadaan umum dan sanitasi rumah terdapat hewan peliharaan
seekor kucing dan kilinci, pada saat dilakukan pengkajian
tidak terdapat serangga atau hewan yang berkeliaran.
6) Keluarga KK.M mengatakan bahwa rumah yang ia tinggali
sangat nyaman dan aman.
7) Evaluasi pengaturan privasi
Anggota keluarga mengatakan bahwa keluarga KK.M
dapat beristirahat dengan tenang dirumah yang ia tinggali
dan terhindar dari keberisikan
8) Evaluasi ada atau tidaknya bahaya terhadap keamanan
Anggota keluarga mengatakan bahwa di lingkungannya
aman dari pencurian. Dikarenakan dilingkungannya
terdapat cctv dan ada satpam yang menjaga
c) Pengelolaan sampah :
Keluarga KK.M memiliki tempat sampah terbuka. Sampah
dikelola oleh petugas yang mengambilnya setiap seminggu 3x.
d) Sumber air :
Sumber air yang digunakan untuk mandi, mencuci oleh
keluarga KK.M adalah air PAM. Dan sumber air minum yang
digunakan oleh keluarga KK.M adalah air isi ulang galon.
e) Jamban keluarga :
Keluarga KK.M memiliki WC sendiri jenisnya leher angsa
f) Pembuangan air limbah :
Keluarga KK.M mempunyai saluran pembuangan air limbah yang
pembuangannya ke selokan.

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas :


Tetangga sebelah kanan dan kiri selalu mengajak keluarga KK.M
untuk bersosialisasi mengikuti kegiatan sekitar rumah seperti
mendekorasi lingkungan untuk lomba ataupun maulid nabi
dengan warga lainnya. Sedangkan, IKY aktif dalam kegiatan ibu
PKK dan ibu IK.Y selalu bersosialisasi dengan tetangga lainnya.

c. Mobilitas Geografi Keluarga :


Keluarga KK.M adalah penduduk pendatang tetapi saat ini sudah
menetap di Jln. Merdeka Jaya 1 Jakarta timur sejak tahun 2011.
Keluarga KK.M sebelumnya tinggal di kontrakan selama 1 tahun
dan baru pindah tahun 2011.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat : Baik. Keluarga juga sering
mengikuti perkumpulan perkumpulan kemasyarakatan yang ada di lingkungan
keluarga juga berinteraksi dengn tetangga meskipun tidak sering karena adanya
kesibukan dari keluarga.

e. Sistem Pendukung keluarga :


Saat sekarang ini anggota keluarga KK.M dalam keadaan sehat
kecuali ibu dari IK Y yang terkena osteoporosis dan OA. Jika
sakitnya kambuh dan perlu biaya yang dirasakan berat biasanya
keluarga KK.M meminta bantuan saudara untuk membantu. Dan
biasanya warga sekitar memberikan dana bantuan sakit dari Iuran
RT yang sudah ada untuk meringankan beban keluarga KK.M

3. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga :
Pola komunikasi keluarga dilakukan secara terbuka, bahasa yang
dipakai setiap hari adalah bahasa indonesia dan kadang-kadang
menggunakan bahasa jawa keluarga tidak memilki kesulitan
bahasa dalam penerimaan pesan, frekuensi komunikasi dalam
keluarga setiap hari dilakukan dan selama ini tidak ada masalah
dalam berkomunikasi
b. Struktur Kekuatan Keluarga :
Dalam keluarga KK. M sebagai kepala keluarga yang
menentukkan saat pengambilan keputusan. Keputusan dilakukan
dengan cara musyawarah di dalam keluarga, dengan seluruh
anggota keluarga yang menerima dengan baik atas keputusan
yang telah dibuat.
c. Struktur Peran :
Peran KK. M sebagai kepala keluarga yang bertugas mencari
nafkah, dan tugas IK. Y yaitu merawat anak dan merawat ibu
IKY. Selain itu IK. Y membantu penghasilan suami dengan
berjualan sembako di rumah. Biaya pendidikan anak dilakukan
bersama antara KK.M dan IK.Y. Model peran yang dianut lebih
dominan di ibu dan selama ini tidak pernah terjadi konflik peran
didalam keluarga.
d. Nilai dan Norma Budaya :
Keluarga KK.M mengatakan tidak ada nilai dan norma budaya
yang bertentangan dengan masalah kesehatan yang dialami oleh
ibu IKY.

4. Fungsi Keluarga :
a. Fungsi Afektif :
Hubungan antar anggota keluarga KK.M cukup baik dan mengembangkan sikap
saling menghargai satu sama lain
b. Fungsi Sosial :
Interaksi di dalam keluarga cukup baik, KK. M dan IK. Y dalam
mendidik anak dengan mengajarkan perilaku disiplin dan
menghormati orang yang lebih tua dari si anak.
c. Fungsi Reproduksi :
KK.M dan IK.Y memiliki satu anak yang berjenis kelamin
perempuan berusia 9 tahun pada saat ini. KK.M dan IK.Y baru
mendapatkan anak di usia pernikahan yang ke 3 tahun karena
sebelumnya menunda untuk mempunyai keturunan. IK.Y
menggunakan alat kontrasepsi berupa pil KB sebelum dan
sesudah memiliki anak.

5. Stress dan Koping Keluarga :


a. Stressor jangka pendek :
IK. Y mengatakan bila cemas dalam masalah kesehatan ibu IK Y akan
berdiskusi kepada KK.M
b. Stressor jangka panjang :
Ketika rasa nyeri akibat penyakit yang diderita kambuh,
penyelesaian untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan ibu IK
Y, melakukan pemijatan ringan di area lutut kiri yang sakit dan
daerah pinggang yang nyeri.
c. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah :
KK M dan IK Y biasanya mengatasi masalah kesehatan dari
kedua orang tuanya dengan membawa berobat ke fasilitas
kesehatan terdekat. serta membantu pemijatan ringan.
d. Strategi koping yang digunakan
Jika ada masalah selalu dibicarakan bersama keluarga untuk dimusyawarahkan.
e. Strategi adaptasi disfungsional
IK.Y jika ada masalah berat sering sakit kepala dan menangis
tetapi jika masalah tersebut sudah dibicarakan bersama dengan
KK.M biasanya IK.Y akan lebih tenang.

f. Pemeriksaan Fisik
No Sistem KK.M IK.Y AK.S Ibu dari IK.Y
1. TTV, TB, TD: 130/80mmHg TD:120/80mmHg TD:110/80 mmHg TD : 150/90 mmhg
BB N:82x/m N: 80x/m N:80x/m N : 100 x/m
RR:22x/m RR:20x/m RR:20x/m RR : 20x/menit
S:36, 3 C S:36,2C S:36c S : 36, 5 C

TB:170 cm TB:158 cm TB:110 cm TB : 155 cm


BB:65 kg BB:55 kg BB:26 kg BB : 50 kg :
2. Kulit/Kepala Inspeksi : Kulit Inspeksi : Kulit Inspeksi : Kulit Inspeksi : Kulit
kepala bersih, kepala bersih, kepala bersih, kepala bersih,
rambut berwarna rambut berwarna rambut berwarna rambut berwarna
hitam, distribusi hitam, distribusi hitam, distribusi hitam putih atau
rambut merata. rambut merata. rambut merata. beruban, distribusi
rambut merata.

Palpasi : tidak ada Palpasi : tidak ada Palpasi : tidak ada Palpasi : tidak ada
benjolan dan tidak benjolan dan tidak benjolan dan tidak benjolan dan tidak
ada luka ada luka ada luka ada luka

3. Mata Inspeksi : Inspeksi : Inspeksi : Inspeksi :


Pengelihatan Pengelihatan penglihatan Pengelihatan
normal, konjungtivanormal, konjungtiva normal, normal, konjungtiva
anemis, sklera anemis, sklera konjungtiva anemis, sklera
anikterik anikterik anemis, sklera anikterik
anikterik
4. Telinga Inspeksi : Inspeksi : Inspeksi : Inspeksi :
Simetris, Bersih, Simetris , Bersih, Simetris , Bersih, Simetris , Bersih,
tidak ada kotoran tidak ada kotoran tidak ada kotoran tidak ada kotoran
dan fungsi dan fungsi dan fungsi dan fungsi
pendengaran baik. pendengaran baik. pendengaran baik. pendengaran baik.
5. Hidung Inspeksi : Bersih Inspeksi : Bersih Inspeksi : Bersih Inspeksi : Bersih
dan tidak ada polip dan tidak ada polip dan tidak ada dan tidak ada polip
polip
Palpasi : Tidak ada Palpasi : Tidak ada Palpasi : Tidak ada
sinus sinus Palpasi : Tidak sinus
ada sinus
6. Mulut Inspeksi : mukosa Inspeksi : mukosa Inspeksi : mukosa Inspeksi : mukosa
bibir lembab, tidak bibir lembab, tidak bibir lembab, tidakbibir lembab, tidak
ada perdarahan ada perdarahan ada perdarahan ada perdarahan gusi,
gusi, lidah tampak gusi, lidah tampak gusi, lidah tampak lidah tampak bersih,
bersih, gigi tampak bersih, gigi tampak bersih, gigi gigi tidak tampak
lengkap dan tidak lengkap dan tidak tampak lengkap lengkap dan tidak
terdapat stomatitis terdapat stomatitis dan tidak terdapat terdapat stomatitis
stomatitis
7. Leher Inspeksi : Simetris, Inspeksi : Simetris, Inspeksi : Inspeksi : Simetris,
tidak ada tidak ada Simetris, tidak ada tidak ada
pembengkakan pembengkakan pembengkakan pembengkakan

Palpasi : Palpasi : Palpasi : Palpasi :


Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar tiroid dan kelenjar tiroid dan kelenjar tiroid dan kelenjar tiroid dan
kelenjar getah kelenjar getah kelenjar getah kelenjar getah
bening, tidak ada bening, tidak ada bening, tidak ada bening, tidak ada
peningkatan vena peningkatan vena peningkatan vena peningkatan vena
jugularis jugularis jugularis jugularis
8. Dada/Thorax Inspeksi : Bentuk Inspeksi : Bentuk Inspeksi : Bentuk Inspeksi : Bentuk
dada simetris, tidak dada simetris, tidak dada simetris, dada simetris, tidak
tampak luka tampak luka tidak tampak luka tampak luka.
Auskultasi : Suara Auskultasi : Suara Auskultasi : Suara Tampak punggung
paru vesikuler tidak paru vesikuler tidak paru vesikuler ansimetris
(bungkuk).
ada tambahan suara ada tambahan suara tidak ada
tambahan suara
Auskultasi : Suara
paru vesikuler tidak
ada tambahan suara
9. Abdomen Simetris,Tidak ada Simetris,Tidak ada Simetris,Tidak ada Simetris,Tidak ada
pembesaran hepar, pembesaran hepar, pembesaran hepar, pembesaran hepar,
tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri perut tampak
tekan, perut tampak tekan, perut tampak tekan, perut simetris, tidak
simetris, tidak simetris, tidak tampak simetris, terdapat luka atau
terdapat luka atau terdapat luka atau tidak terdapat luka bekas luka, bising
bekas luka, bising bekas luka, bising atau bekas luka, usus 22x/mnt. Ada
usus 22x/mnt usus 22x/mnt bising usus nyeri di sekitar
22x/mnt pinggang.
Esktrimitas Tidak adanya Tidak adanya Tidak adanya Tidak adanya
10.
Atas pembengkakan pembengkakan pembengkakan pembengkakan
11. Esktrimitas Tidak adanya Tidak adanya Tidak adanya Adanya nyeri pada
Bawah pembengkakan pembengkakan pembengkakan bagian lutut sebelah
kiri. Tampak
kemerahan pada
lutut dan saat diraba
sedikit bengkak
Kulit CRT < 2 detik, CRT < 2 detik, CRT < 2 detik, CRT > 2 detik,
12.
lembab, elastis lembab, elastis lembab, elastis kering, tidak elastis.
13. Lain-Lain Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

14 Kesimpulan Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Terdapat gangguan
pada ekstermitas
bawah khususnya
dibagian lutut
sebelah kiri ada
nyeri dan tampak
kemerahan. Saat
diraba sedikit
bengkak. Dan
daerah pinggang
nyeri. Serta tampak
punggung
ansimetris.

6. Harapan Keluarga terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga


Keluarga KK.M berharap semoga asuhan keperawatan keluarga
khususnya kegiatan yang sudah diberikan untuk kesembuhan dan
menjadikan masalah tersebut bisa diatasi dan dapat melakukan
aktivitas sehari-sehari. Keluarga KK.M senang dengan adanya
asuhan keperawatan keluarga dari mahasiswa akper sumber waras
bisa membantu keluarga mengatasi masalah kesehatan yang terjadi
dan dapat memberikan solusi yang tepat terhadap masalah
kesehatan, dan dengan adanya kunjungan rumah tersebut keluarga
KK.M berharap dapat menambah pengetahuan mereka tentang
kesehatan

7. Fungsi Perawatan Kesehatan (Penjajagan Tahap II)


a. Mengenal masalah kesehatan :
Keluarga KK.M mengatakan tidak terlalu mengenal masalah
kesehatan yang dialami oleh ibu IK.Y. Saat ditanya apa yang
dimaksud Osteoartritis dan osteoporosis, Ibu dari IKY
mengatakan masalah kesehatan yang biasa terjadi pada lansia.
Ketika ditanya penyebabnya, keluarga KK.M tidak
mengetahuinya. Ibu IK.Y menyebutkan tanda dan gejalanya
yaitu merasakan nyeri sejak setahun yang lalu. Nyeri yang
dirasakan sering khususnya ketika melakukan aktivitas yang
terlalu lama. Nyeri yang dirasakan ringan dibagian lutut dan
pinggang.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat : Keluarga KK.M
dan ibu IK.Y tampak bingung saat ditanya komplikasi dari osteoartritis dan
osteoporosis Keluarga KK.M mengatakan ibu dari IK.Y pernah diperiksa
sebelumnya dan diberikan obat pereda nyeri. Saat ditanya ibu dari IK.Y lupa dengan
obat yang telah diminumnya dan jarang memeriksakan kesehatannya lagi. Jika ibu
dari IK.Y merasakan ngilu ngilunya kambuh maka hanya diberikan pemijatan kecil,
tetapi jika terjadi keluhan berat maka keluarga KK.M membawa ibu IK.Y ke
puskesmas menggunakan mobil. Keluarga KK.M tidak takut akan akibat dari
tindakan yang akan dilakukan kepada ibu IK.Y dan sepenuhnya percaya terhadap
pengobatan atau tindakan medis yang dilakukan. Keluarga KK.M tidak menyerah
terhadap masalah kesehatan yang dialami oleh ibu IK.Y.
c. Merawat anggota yang sakit:
IK.Y sedikit mengetahui penyakit yang diderita ibu IKY yaitu
OA dan Osteoporosis yang bila mana jika ibu IKY melakukan
aktivitas terlalu berat maka keduanya akan mengalami nyeri
didaerah persendian. IK.Y hanya mengetahui cara merawat ibu
IKY jika terjadi nyeri persendian yaitu dengan cara melakukan
pemijatan ringan. Ibu IK.Y tidak pernah mengkonsumsi obat
obatan yang dulu diberikan dan belum pernah lagi mengecek
kesehatannya di puskesmas
d. Lingkungan rumah yang sehat :
Keluarga KK.M dapat memelihara lingkungan rumah dengan
baik dan selalu membersihkan lantai rumah setiap sore hari dan
kamar mandi setiap 2x seminggu yaitu pada hari selasa dan
jumat untuk meminimalkan resiko jatuh terhadap ibu IKY.
e. Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat :
Jika terjadi keluhan berat maka keluarga KK.M membawa ibu
IKY ke faskes yaitu puskesmas dengan menggunakan mobil
karena dekat dari rumah dan biayanya bisa dijangkau dengan
menggunakan BPJS ataupun uang pribadi yang tidak tercover
oleh BPJS. Keluarga KK.M sepenuhnya percaya terhadap
petugas kesehatan karena dapat membantu proses pemulihan ibu
IKY.

8. Analisa Data
Analisa data Etiologi Masalah
DS :
1. Ibu IK Y menderita Ketidakmampuan keluarga Nyeri kronis pada
osteoporosis dan OA sejak merawat anggota keluarga keluarga KK.M
satu tahun yang lalu, sering dengan kondisi khususnya ayah
merasakan sakit pada area muskuloskletal kronis dan ibu IK.Y
pinggang dan lutut sebelah
kiri, frekuensi kambuh sering.
Kambuh sehabis mengangkat
benda berat. Saat terakhir
kambuh 2 hari yang lalu. Bila
kambuh ibu IKY memijat
mijat lutut dan pinggangnya

2. Ibu IK.Y mengatakan


memiliki penyakit OA dan
osteoporosis. OA yaitu
penyakit tua yang
menyerang sendi atau
pengapuran sendi.
sedangkan osteoporosis
yaitu penyakit yang
menyerang orang tua karena
adaya penurunaan masa
tulang.

DO :
1. Ibu IKY tampak meringis
2. skala nyeri 3
3. terlihat cara berjalan Ibu
IK.Y mengalami perubahan
seperti tertatih tatih
4. tampak punggung ibu IKY
mengalami perubahan
ansimetris (punggung)
5. tampak lutut kaki kiri ibu
IK.Y kemerahan dan diraba
sedikit bengkak.

DS : Ketidakmampuan mengenal Resiko gangguan


1. Ibu IK.Y mengatakan tidak masalah kesehatan mobilitas fisik
mengetahui apa penyebab dari keluarga KKM
penyakitnya. khususnya ibu IKY
2. IK.Y sedikit mengetahui
penyakit yang diderita ibu
IK.Y yaitu OA dan
Osteoporosis yang bila
mana jika ibu IK.Y
melakukan aktivitas terlalu
berat maka keduanya akan
mengalami nyeri didaerah
persendian. IK.Y hanya
melakukan pemijatan
ringan.
3. Ibu IK.Y sudah terkena OA
dan osteoporosis sudah 1
tahun

DO :
1. keluarga tampak bingung
ketika ditanya mengenai
penyebab dari oa dan
osteoporosis
2. keluarga tampak bingung
tentang obat yang pernah
dikonsumsi sebelumnya.
3. Tampak ibu IKY saat
dilakukan pengkajian terus
memengangi lututnya
4. tampak ibu IKY
menyenderkan badannya ke
dinding saat pengkajian

B. Penampisan Masalah
Diagnosa keperawatan :
1. Nyeri kronis pada keluarga KK.M khususnya ibu IK.Y berhubungan
dengan ketidakmampuan merawat anggota
keluarga dengan kondisi muskuloskltal kronis
2. resiko gangguan mobilitas fisik keluarga KK.M khususnya ibu IK.Y
berhubungan dengan ketidakmampuan mengenal masalah kesehatan

No. Kriteria skala Bobot Perhitungan Pembenaran


1. Sifat masalah : 3 1 3/3x1=1 Ibu IK Y menderita OA dan
aktual osteoporosis sejak setahun
yang lalu, sering merasakan
ngilu ngilu pada lutut
sebelah Kiri dan di area
pinggang terasa nyeri.
Kambuh Tiba2 bila sedang
beraktivitas. Frekuensi
kambuh sering dengan skala
3
2 Kemungkinan 1 2 1/2x2=1 Keluarga sedikit mengenal
masalah untuk masalah ibu IK.Y dan
diubah: beranggapan penyakitnya
sebagian adalah penyakit tua
sehingga jika saat terasa
ngilu hanya diberikan
pemijatan kecil dan jika
sakitnya tidak
tertahankan lagi segera
membawanya kepuskesmas
3 Potensi masalah 2 1 2/3x1=2/3 Ibu IK.Y mengatakan ngilu
untuk dicegah: ngilu saat beraktivitas yang
berat didaerah lutut dan
Cukup pinggang dan hanya
beristirahat serta
melakukan pemijatan kecil.
4 Menonjolnya 2 1 2/2x1=1 Jika terjadi keluhan berat
masalah : maka keluarga KK.M
Segera membawa ayah dan ibu
IK.Y ke puskesmas
menggunakan mobil.dan
menggunakan jaminan
bpjs
Jumlah 8 3 2/3

No. Kriteria skala Bobot Perhitungan Pembenaran


1 Sifat masalah : 2 1 2/3x1=2/3 Resiko mobilitas pada ibu
Resiko tinggi IKY terlaksana sebagian,
tetapi ibu IKY rata-rata
hanya melakukan

pemijatan kecil
selama nyeri
berlangsung.
2 Kemungkinan 1 2 1/2x2=1 Pengetahuan keluarga
masalah : tentang osteoporosis dan
sebagian oa masih minim, tapi ada
tenaga perawat yang akan
memberikan informasi,
ada fasilitas kesehatan
yang terjangkau oleh
keluarga.

3 Potensi masalah 2 1 2/3x1=2/3 Masalah sudah terjadi, ibu


untuk dicegah: dari IK. Y sudah pernah
berobat ke puskesmas 1
cukup tahun yang lalu dan
diberikan obat pereda
nyeri. Namun saat ini
belum pernah lagi untuk
berobat ke puskesmas.
Ketika kambuh ibu IKY
hanya melakukan
pemijaan kecil dan kadang
dibantu oleh IKY.

4 Menonjolnya 2 1 2/2x1=1 Keluarga tahu jika sakit


masalah : yang diderita oleh ibu IKY
segera tidak bisa sembuh. Jika
ibu IKY merasakan ngilu
maka yang dilakukan
hanya pemijatan kecil,
tetapi jika terasa nyeri
hebat maka akan langsung
dibawa ke puskesmas.

Jumlah 2 4/3
FORMAT PERENCANAAN KEPERAWATAN KELUARGA

NO Diagnosa Tujuan Tujuan Kriteria Standar Intervensi


Keperaw Umum Khusus
atan
1. Nyeri kronis Setelah TUK 1 Setelah Respon - Osteroporosis adalah - jelaskan mengenai
pada keluarga dilakukan dilakukan verbal kondisi berkurangnya pengertian, tanda
tindakan tindakan kepadatan tulang, hal dan gejala,
KK.M
keperawata keperawatan 1 ini menyebabkan pencegahan
khususnya ayah n 5 kali x 30 menit tulang menjadi
dan ibu IK.Y osteroposis dan oa
kunjungan kunjungan, keropos dan mudah
berhubungan di harapkan keluarga patah. menggunakan brosur
dengan keluarga mampu Oa (Osteoarthritis)
ketidakmampua mampu mengenal adalah jenis arthritis - Diskusikan bersama
n merawat merawat masalah (peradangan sendi) keluarga tentang
anggota anggotaa osteoporosis yang paling sering pengertian, tanda
keluarga keluarga dan oa pada terjadi. dan gejala,
dengan keluarga dapat pencegahan
dengan kondisi
nyeri kronis ditandai dengan - Tanda dan Gejala
muskuloskltal osteroposis dan oa
: Osteroporosis :
kronis
mudah mengalami
patah tulang, nyeri - Berikan pujian atas
- Dapat
menjelaska n punggung, postur jawaban yang sudah
apa itu badan membungkuk, diberikan keluarga
osteroposro tinggi badan
sis dan oa berkurang.
- Dapat Oa (Osteoarthritis) :
menjelaska n Membengkoknya jari
5 dari 7 tangan, pembengkakan
tanda dan pada sendi, munculnya
gejala suara gesekan pada
osteroposro sendi saat digerakkan,
melemaahnya otot,
sis dan oa
munculnya tulang
- Dapat tambahan, munculnya
menjelaska n benjolan pada sendi
3 dari 5 yang ada di jari
pencegahan tangan.
osteroposro
sis dan oa
- Pencegahan
Osteroporosis :
Tidak merokok, tidak
mengonsumsi alkohol,
berolahraga secara
teratur dan
mengonsumsi vitamin
D
Oa (Osteoarthritis) :
Terapkan pola hidup
sehat, rutin berolahraga,
disarankan dapat
menurunkan berat
badan

TUK 2 Respon Apabila akibat dari - Jelaskan


Setelah verbal nyeri osteroposrosis dan mengenai apa
dilakukan oa tidak diatasi dengan akibat dari tidak
tindakan segera dan tepat maka diatasinya
keperawatan menyebabkan patah osteroposrosis
1x 30 menit dan oa
tulang belakang, patah
kunjungan, menggunakan
tulang pinggul, patah
diharapkan brosur
pergelangan tangan,
keluarga
mampu untuk masalah jantung - Diskusikan
mengambil bersama keluarga
keputusan tentang dampak
dalam merawat nyeri
anggota osteroposrosis
keluarga yang dan oa apa bila
menderita tidak diatasi
osteroposrosis dengan segera
dan oa dapat dan tepat
ditandai
dengan : - Berikan pujian
atas jawaban
- Dapat tepat yang
menyebutka diberikan
n 3 dari 5
keluarga
dampak
akibat nyeri
dari
osteroposro
sis dan oa
apa bila
tidak
diatasi
dengan
segera dan
tepat
TUK 3 Respon Keluarga dapat - Jelaskan kepada
Setelah verbal & melakukan terapi non keluarga manfaat
dilakukan psikomo farmakologi secara senam kaki dan
tindakan tor mandiri seperti senam diskusikan
keperawatan kaki dan kompres air bersama keluarga
1x 30 menit tentang terapi
dingin, manfaat senam
kunjungan, yang baru ini
kaki yaitu membantu
keluarga yaitu senam kaki
tulang agar semakin
mampu
merawat kuat dan
- Berikan
anggota meningkatkan kesempatan untuk
keluarga yang keseimbangan tubuh memperagakan
menderita senam kaki
osteroposrosis
dan oa dapat - Berikan kalimat
ditandai positif untuk
dengan : keluarga yang
memperagakan
- Mampu dari senam kaki
memahami
dan
memprakte
kkan terapi
nonfarmak
ologi yang
di ajarkan
Respon Cara penyesuaian - Berikan
TUK 4 Setelah lingkungan agar tidak penjelasan
Verbal
dilakukan memicunya terjadinya mengenai
tindakan & yeri dengan cara penting nya
keperawatan lingkungan atau kondisi penyesuaian
Psikomo
1x 30 menit rumah yang baik : lingkungan atau
kunjungan, tor seperti selalu kondisi rumah
keluarga membersihkan lantai
mampu untuk rumah setiap sore hari - Diskusikan
melakukan dan kamar mandi setiap bersama keluarga
penyesuaian 2x seminggu yaitu pada lalu libatkan
lingkungan hari selasa dan jumat keluarga dalam
atau rumah untuk meminimalkan menciptakan
yang baik resiko jatuh penyesuaian
agar tidak lingkungan atau
memicu nyeri kondisi rumah
osteroposrosis
dan oa dapat
ditandai
dengan :

- keluarga
mampu
menyesuaik
an
lingkungan
atau rumah
yang baik
yaitu sehat,
bersih dan
nyaman
TUK 5 Respon Fasilitas kesehataan - Diskusikan
Setelah verbal & yang dapat digunakan bersama keluarga
dilakukan Psikomo yaitu : tentang fasilitas
tindakan tor Puskesmas & Rumah kesehatan yang
keperawatan Sakit untuk berobat dapat digunakan
1x 30 menit atau mengontrol dan manfaatnya
kunjungan, kesehatan dan
diharapkan mendapatkan - Berikan kata
keluarga positif atau
perawatan,
mampu untuk perkataan yang
memanfaatkan
bersifat positif
sebaik
atas tanggapan
mungkin
pelayanan keluarga
kesehatan :

- keluarga
mampu
menjelaskan
manfaat dan
keuntungan
menggunaka
n fasilitas
kesehatan

A. FORMAT CATATAN KEPERAWATAN


Nama &
No. Tanggal Waktu Pelaksanaan Evaluasi
Paraf
1. Sabtu, 2/04/ Pukul 11.00 TUK 1 S:
2022 WIB - Keluarga mengatakan
1. Menjelaskan mengenai pengertian, Osteroporosis adalah
tanda dan gejala, pencegahan kondisi berkurangnya
osteroposis dan oa menggunakan kepadatan tulang, hal ini
brosur menyebabkan tulang
menjadi keropos dan
mudah patah.
Rs : keluarga mengatakan pengetahuan
Oa (Osteoarthritis) adalah
nya bertambah mengenai penyakit yang jenis arthritis (peradangan
diderita yaitu osteoporosis dan oa sendi) yang paling sering
terjadi.
Ro : keluarga tampak paham dan keluarga mengatakan
mengerti masalah kesehatan Tidak merokok, tidak
osteoporosis dan oa. mengonsumsi alkohol,
berolahraga secara teratur
dan mengonsumsi vitamin
2. Mendiskusikan bersama keluarga
D
tentang pengertian osteoporosis dan
oa
- keluarga mengatakan
Tanda dan Gejala
Rs: keluarga mengatakan sudah
Osteroporosis : mudah
memahami setelah dijelaskan oleh mengalami patah tulang,
perawat nyeri punggung, postur
badan membungkuk,
Ro: Telah diberikan penjelasan tinggi badan berkurang.
mengenai pengertian , tanda dan gejala, Oa (Osteoarthritis) :
pencegahan osteroposrosis dan oa. Membengkoknya jari
tangan, pembengkakan
3. Berikan pujian positif atas jawaban pada sendi, munculnya
yang sudah diberikan keluarga suara gesekan pada sendi
saat digerakkan,
Rs : - melemaahnya otot,
Ro : memberikan kalimat pujian positif
kepada keluarga KK. M O:
Keluarga tampak
paham dan mengerti
TUK 2 masalah kesehatan
1. Menjelaskan kembali mengenai apa osteoporosis dan oa.
akibat lanjut dari tidak diatasinya
osteroposrosis dan oa menggunakan Memberikan kalimat
brosur pujian positif kepada
keluarga KK. M
Rs : ibu IK Y dan IK Y mengulang
kembali tentang akibat lanjut nyeri yang A : TUK 1 tercapai
telah dijelaskan oleh perawat
P : Lanjutkan TUK 2
Ro : telah dijelaskan bahwa akibat lanjut
nyeri jika tidak segera diatasi akan
menyebabkan patah tulang belakang,
patah tulang pinggul, patah pergelangan
tangan, masalah jantung

TUK 3
1. Menjelaskan kepada keluarga
S: ibu IKY Apabila akibat
manfaat senam kaki dan
dari nyeri osteroposrosis
diskusikan bersama keluarga
dan oa tidak diatasi
tentang terapi yaitu senam
dengan segera dan tepat
kaki
maka menyebabkan
patah tulang belakang,
Rs : ibu IK Y dan IK Y mengulang patah tulang pinggul,
kembali tentang manfaat senam kaki patah pergelangan
yaitu membantu tulang agar semakin tangan, masalah jantung
kuat dan meningkatkan keseimbangan O : Telah dijelaskan bahwa
tubuh akibat lanjut nyeri jika
tidak segera diatasi akan
Ro : ibu IK Y dan IK Y mengatakan menyebabkan patah
paham manfaat senam kaki tulang belakang, patah
tulang pinggul, patah
2. Memberikan kesempatan pergelangan tangan,
untuk memperagakan senam masalah jantung
kaki
A : TUK 2 tercapai
Rs : ibu IK Y dan IK Y mengatakan
dapat melakukan terapi seperti senam kaki P : Lanjutkan TUK 3
dan kompres hangat

Ro : ibu IK Y dan IK Y tampak


mandiri saat melakukan senam kaki dan
kompres hangat
S : - ibu IK Y dan IK Y
mengulang kembali
tentang manfaat senam
kaki yaitu membantu
TUK 4
tulang agar semakin
1. Berikan penjelasan mengenai kuat dan meningkatkan
penting nya penyesuaian keseimbangan tubuh
lingkungan atau kondisi
rumah
- ibu IK Y dan IK Y
mengatakan dapat
melakukan terapi
seperti

Rs : ibu IK Y dan IK Y mengatakan senam kaki dan kompres


sudah memahami setelah dijelaskan hangat
oleh perawat
O : - ibu IK Y dan IK Y
Ro : Telah diberikan penjelasan mengatakan paham
mengenai cara penyesuaian lingkungan manfaat senam kaki
atau kondisi rumah yang baik
- ibu IK Y dan IK Y
tampak mandiri saat
melakukan senam
kaki
dan kompres hangat
TUK 5
1. Diskusikan bersama keluarga A : TUK 3 tercapai
tentang fasilitas kesehatan yang
dapat digunakan dan manfaatnya. P : Lanjutkan TUK 4

Rs : ibu IK Y dan IK Y mengulang


kembali tentang fasilitas kesehataan
yang dapat digunakan
S : ibu IK Y dan IK Y
Ro : ibu IK Y dan IK Y tampak mampu mengatakan sudah
dalam menjelaskan manfaat dari fasilitas memahami setelah
kesehataan yang dapat digunakan dijelaskan oleh perawat

O :Telah diberikan
penjelasan mengenai cara
penyesuaian lingkungan
atau kondisi rumah yang
baik

A : TUK 4 tercapai

P : Lanjutkan TUK 5

S : ibu IK Y dan IK Y
mengulang kembali
tentang Fasilitas
kesehataan yang dapat
digunakan

O : ibu IK Y dan IK Y
tampak mampu dalam
menjelaskan manfaat dari
fasilitas kesehataan yang
dapat digunakan

A : TUK 5 tercapai

P : Pertahankan TUK 5 dan


melakukan kontrol kefaskes
yang terjangkau dekat

You might also like