Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOTOKSIKOLOGI

UJI TOKSISITAS FUNGISIDA TERHADAP


ORGANISME

OLEH :

NAMA : NADIA IZATUNISA


NIM : 08041382025088
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN : MEUTHEA NAJLAA

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN BIOSISTEMATIKA HEWAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Patogen fungi hidup dengan berasosiasi secara parasitik dengan tanaman
pertanian. Asosiasi parasitik ini menimbulkan kerugian yang besar bagi petani
yaitu merusak benih dorman, benih di persemaian, dan tanaman (akar, batang,
daun, bunga, dan buah). Hal yang biasa dilakukan petani dalam memutuskan
asosiasi parasitik antara tumbuhan dan fungi patogen adalah dengan
menggunakan fungisida. Fungisida merupakan racun kimia yang diracik untuk
membunuh fungi penyebab penyakit tanaman. Senyawa yang diketahui bersifat
fungisida dan bakterisida diantaranya adalah saponin (Yuliana et al., 2018).
Pemberian fungisida yang efektif dapat menghambat pertumbuhan
cendawan selama periode simpan, sehingga viabilitas benihnya dapat
dipertahankan. Menurut hasil penelitian penggunaan fungisida sintetik sampai
saat ini masih tetap menjadi tumpuan utama para petani. Ketergantungan terhadap
fungisida sintetik untuk mengendalikan penyakit tanaman disebabkan karena
pengendalian dengan fungisida sintetik dapat dilaksanakan dengan segera, praktis
dan seringkali efektif (Apriani et al., 2019).
Konsepsi pengendalian hayati, dalam keadaan tertentu pestisida masih
diperlukan, yaitu sewaktu populasi organism pathogen melampaui ambang
pengendalian dengan memenuhi syarat-syarat tertentu. Penggunaan fungisida
sintetik secara intensif dan terus menerus dapat menimbulkan berbagai dampak
negatif, antara lain terjadinya resistensi patogen, terbunuhnya makhluk hidup
bukan sasaran, residu pada bahan makanan, dan pencemaran terhadap lingkungan
serta membahayakan manusia. Fenomena resistensi tersebut telah mengakibatkan
suatu jenis pestisida yang tadinya efektif menjadi kurang bahkan tidak efektif lagi
untuk mengendalikan OPT tertentu (Yuliana et al., 2018).

1.2. Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tingkat toksisitas fungisida
terhadap organisme-organisme.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fungisida
Fungisida merupakan bahan yang mengandung senyawa kimia beracun
yang digunakan untuk memberantas dan mencegah tumbuhnya jamur.
Penggunaan fungisida bertujuan untuk membunuh fungi penyebab penyakit pada
tanaman, akan tetapi disamping itu fungisida dapat membunuh fungi yang
menguntungkan seperti mikoriza. Fungisida memiliki berbagai jenis yang
memiliki komposisi yang berbeda beda dan fungsi yang berbeda beda. Sehingga
penggunaan fungisida harus tepat pada jenis penyakit dan tanaman yang akan
diberikan fungisida (Wudianto, 2007).
Penggunaan fungisida sintesis yang berlebihan dan terus menerus dapat
menimbulkan resistensi pathogen, keracunan pada manusia dan juga dapat
berpengaruh buruk terhadap lingkungan. Penggunaan fungisida sintesis dapat
digantikan dengan pengendali hayati atau dengan fungisida alami yang lebih
ramah lingkungan seperti fungisida alami dari mikroba antagonis dan ekstrak
tumbuhan (Apriani et al., 2019).
Berdasarkan cara kerjanya dalam tanaman, fungisida dibagi menjadi
fungisida kontak (nonsistemik) dan sistemik, yang mempunyai mekanisme kerja
yang berbeda. Fungisida kontak disebut juga protektan melindungi tanaman dari
serangan patogen pada tempat aplikasi (permukaan tanaman). Fungisida jenis ini
tidak dapat menyembuhkan tanaman yang sudah sakit. Fungisida kontak berbahan
aktif tembaga (Cu) seperti Cupravit, bekerja dengan cara denaturasi protein yang
menyebabkan kematian sel jamur (Sumardiyono, 2021).
Fungisida ditiokarbamat, misalnya mankozeb, bekerja sebagai agen
pengkhelat unsur yang dibutuhkan oleh jamur sehingga terjadi penghambatan
pertumbuhan. Di samping itu fungisida ditiokarbamat dalam tanaman diubah
menjadi metabolitnya yaitu isotiosianat yang menginaktifasi enzim karena
mengikat gugus SH pada asam amino dalam sel jamur. Fungisida Daconil
(klorotalonil) yang mempunyai pengaruh fungistatik juga bekerja pada gugus SH
dari enzim (Apriani et al., 2019).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 19 Oktober 2022 pada pukul
10.00 sampai dengan selesai. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium
Fisiologi dan Biosistematika Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan antara lain adalah autoclave, beaker glass, cawan
petri, corong, ember, erlenmeyer, gelas ukur, kamera, kertas crep, laminar air
flow, lup (kaca pembesar), mortar stamper, pinset, pisau/cutter, saringan, spatula,
tabung reaksi, dan timbangan analitik. Bahan yang digunakan adalah alkohol,
aquades, buah cabai merah yang terserang penyakit jamur Collectotrichum capsici,
bubuk Rose Bengal, dan daun Smilax sp.

3.3. Cara Kerja


3.3.1. Pengkulturan Collectotrichum capsici
Media PDA disiapkan terlebih dahulu dengan menggunakan bubuk Rose
Bengal Agar Base sebanyak 31,95 gr dan aquades sebanyak 1000 ml. Dilakukan
identifikasi jamur dahulu menggunakan mikroskop, kemudian diambil satu ose
dari jamur Collectotrichum capsici dari tanaman cabai yang terinfeksi penyakit
antraknosa, lalu dipindahkan ke bagian tengah medium PDA. Dilakukan inkubasi
selama 3 hari kemudian diberi label, tanggal dan keterangan pada cawan Petri.
3.3.2. Pembuatan Larutan Smilax sp.
Disiapkan daun Smilax sp. kemudian ditimbang beratnya. Setelah
ditimbang, daun Smilax sp. dicuci hingga bersih lalu ditiriskan. Daun Smilax sp.
tersebut dimasukkan dalam mortar stamper ditumbuk hingga halus kemudian
ditambahkan dengan air sebanyak 100 ml. Setelah halus, ekstrak daun Smilax sp.
diperas dan dipindahkan ke dalam beaker glass dan ditimbang.

Universitas Sriwijaya
3.3.3. Perlakuan Penelitian
Disapkan 3 cawan Petri steril yang diisi medium PDA untuk masing-
masing perlakuan. Media biakan murni jamur C. capsici yang sudah diinkubasi
selama 3 hari diambil sebanyak 1 ose jamur dan diletakkan ke sisi kiri cawan Petri,
kemudian ke dalam cawan Petri ditambahkan 2 tetes larutan daun Smilax sp. pada
sisi kanan dengan konsentrasi perlakuan 25%, 50% dan 75% masing-masing.
Cawan Petri ditutup, disteril dengan api Bunsen kemudian dimasukkan ke dalam
ruang laminar airflow selama 5 menit. Dilakukan pengamatan pertumbuhan jamur
selama 7 hari pada masing-masing perlakuan.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN DESKRIPSI

4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan pada uji toksisitas
fungisida terhadap organisme didapatkan hasil sebagai berikut.
4.1.1. Tabel Hasil Perhitungan Data Konsentrasi 25%

4.1.2. Tabel Hasil Perhitungan Data Konsentrasi 50%

4.1.3. Tabel Hasil Perhitungan Data Konsentrasi 75%

Keterangan :
s = Signifikansi a = Analisis
N = Normal TN = Tidak Normal

Universitas Sriwijaya
4.3. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada percobaan uji toksisitas
fungisida terhadap organisme didapatkan hasil bahwa aktivitas dari larutan daun
Smilax sp. secara keseluruhan dapat sebagai fungisida terhadap pertumbuhan
jamur Collectotrichum capsici. Penggunaan larutan daun Smilax sp. yang efektif
dibuktikan dengan perhitungan data hasil uji linearitas yakni kosentrasi 75% dari
pengulangan ke-3 sampai pengulangan ke-10 memiliki nilai signifikansi 0.000 <
dari 0,05. Menurut Khulillah et al. (2019), penggunaan fungisida secara luas
memiliki kerugian yang signifikan termasuk biaya, penanganan bahaya, residu
fungisida, ancaman terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Sehingga perlu
dilakukan upaya menggantikan penggunaan fungisida untuk pertahanan tanaman.
Larutan daun Smilax sp. sebagai bahan aktif pada jurnal penelitian
fungisida ini. Berdasarkan penelitian Wahyuningsih et al. (2021), daun Smilax sp.
memiliki senyawa aktif dalam menghambat jamur antara lain 8 asam organik
(asam propinoat, asam asetat, asam format, asam laktat, asam tartarat, asam sitrat,
asam oksalat dan asam malat) dan beberapa senyawa antijamur seperti thymol,
(S)-limonene dan 1,8-cineole. Aktivitas dari konsentrasi larutan Smilax sp.
terbukti sebagai fungisida sebab menghambat pertumbuhan jamur
Collectotrichum capsici. Secara umum peningkatan daya hambat juga terjadi pada
semua kosentrasi memberikan efek penurunan laju pertumbuhan jamur lebih
signifikan.
Efek pemberian fungisida larutan daun Smilax sp. sangat berpengaruh
terhadap daya hambat dari jamur Collectotrichum capsici. Mekanisme kerja dari
setiap peningkatan kosentrasi fungisida larutan daun Smilax sp. menunjukkan
penurunan laju pertumbuhan jamur pada setiap kosentrasi dan pengulangan yang
diberikan. Menurut pendapat Khulillah et al. (2019) menyatakan bahwa fungisida
digunakan untuk menekan, mengatasi atau mencegah penyakit menyerang
tanaman. Residu dari fungisida memiliki dampak negatif sehingga dapat
mengganggu kesehatan masyarakat. Fungisida akan masuk ke dalam jaringan
tanaman seperti daun, buah, cabang, dan juga akar. Penggunaan fungisida
berdampak pada lingkungan.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai


berikut:
1. Penggunaan fungisida secara luas memiliki kerugian yang signifikan
termasuk biaya, penanganan bahaya, residu fungisida, ancaman
terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
2. Larutan daun Smilax sp. sebagai bahan aktif pada jurnal penelitian
fungisida ini.
3. Aktivitas dari konsentrasi larutan Smilax sp. terbukti sebagai fungisida
sebab menghambat pertumbuhan jamur Collectotrichum capsici.
4. Efek pemberian fungisida larutan daun Smilax sp. sangat berpengaruh
terhadap daya hambat dari jamur Collectotrichum capsici.
5. Residu dari fungisida memiliki dampak negatif sehingga dapat
mengganggu kesehatan masyarakat.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Apriani, L., Dewa, N, S., dan I Gede, R, M, T. 2019. Uji Efektivitas Fungisida
Alami dan Sintesis dalam Mengendalikan Penyakit Layu Fusarium pada
Tanaman Tomat yang Disebabkan Oleh Fusarium oxysporum f. sp.
lycopersici. Jurnal Agroekoteknologi Tropika. 3(3): 137-147.

Khulillah, I, N., Abdul, L, A., dan Luqman, Q, A. 2019. Pengaruh Fungisida


Terhadap Keanekaragaman Bakteri Tanah di Kota Batu. Jurnal Tanah dan
Sumberdaya Lahan. 6(2): 1209-1218.

Sumardiyono, C. 2021. Ketahanan Jamur terhadap Fungisida di Indonesia. Jurnal


Perlindungan Tanaman Indonesia. 14(1): 1-5.

Wahyuningsih, Sumbono, A. dan Istiqomah. 2021. Aktivitas Smilax sp. Sebagai


Fungsida. Biolearning Journal. 8(1): 33-40.

Wudianto, R. 2007. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta: Penebar Swadaya.

Yuliana, N., Dini, E., dan Dita, A. 2018. Effektivitas meta-Topolin (mT) dan
NAA terhadap Pertumbuhan In Vitro Stroberi (Fragaria Ananassa Var.
Dorit) pada Media MS Cair dan Ketahanannya di Media Aklimatisasi.
Jurnal Sains dan Seni Pomits. 2(1): 1-6.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022)

Universitas Sriwijaya

You might also like