Professional Documents
Culture Documents
Materi 7 - Nadia Izatunisa - 08041382025088 - Uji Toksisitas Fungisida Terhadap Organisme
Materi 7 - Nadia Izatunisa - 08041382025088 - Uji Toksisitas Fungisida Terhadap Organisme
EKOTOKSIKOLOGI
OLEH :
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Fungisida
Fungisida merupakan bahan yang mengandung senyawa kimia beracun
yang digunakan untuk memberantas dan mencegah tumbuhnya jamur.
Penggunaan fungisida bertujuan untuk membunuh fungi penyebab penyakit pada
tanaman, akan tetapi disamping itu fungisida dapat membunuh fungi yang
menguntungkan seperti mikoriza. Fungisida memiliki berbagai jenis yang
memiliki komposisi yang berbeda beda dan fungsi yang berbeda beda. Sehingga
penggunaan fungisida harus tepat pada jenis penyakit dan tanaman yang akan
diberikan fungisida (Wudianto, 2007).
Penggunaan fungisida sintesis yang berlebihan dan terus menerus dapat
menimbulkan resistensi pathogen, keracunan pada manusia dan juga dapat
berpengaruh buruk terhadap lingkungan. Penggunaan fungisida sintesis dapat
digantikan dengan pengendali hayati atau dengan fungisida alami yang lebih
ramah lingkungan seperti fungisida alami dari mikroba antagonis dan ekstrak
tumbuhan (Apriani et al., 2019).
Berdasarkan cara kerjanya dalam tanaman, fungisida dibagi menjadi
fungisida kontak (nonsistemik) dan sistemik, yang mempunyai mekanisme kerja
yang berbeda. Fungisida kontak disebut juga protektan melindungi tanaman dari
serangan patogen pada tempat aplikasi (permukaan tanaman). Fungisida jenis ini
tidak dapat menyembuhkan tanaman yang sudah sakit. Fungisida kontak berbahan
aktif tembaga (Cu) seperti Cupravit, bekerja dengan cara denaturasi protein yang
menyebabkan kematian sel jamur (Sumardiyono, 2021).
Fungisida ditiokarbamat, misalnya mankozeb, bekerja sebagai agen
pengkhelat unsur yang dibutuhkan oleh jamur sehingga terjadi penghambatan
pertumbuhan. Di samping itu fungisida ditiokarbamat dalam tanaman diubah
menjadi metabolitnya yaitu isotiosianat yang menginaktifasi enzim karena
mengikat gugus SH pada asam amino dalam sel jamur. Fungisida Daconil
(klorotalonil) yang mempunyai pengaruh fungistatik juga bekerja pada gugus SH
dari enzim (Apriani et al., 2019).
Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
Universitas Sriwijaya
3.3.3. Perlakuan Penelitian
Disapkan 3 cawan Petri steril yang diisi medium PDA untuk masing-
masing perlakuan. Media biakan murni jamur C. capsici yang sudah diinkubasi
selama 3 hari diambil sebanyak 1 ose jamur dan diletakkan ke sisi kiri cawan Petri,
kemudian ke dalam cawan Petri ditambahkan 2 tetes larutan daun Smilax sp. pada
sisi kanan dengan konsentrasi perlakuan 25%, 50% dan 75% masing-masing.
Cawan Petri ditutup, disteril dengan api Bunsen kemudian dimasukkan ke dalam
ruang laminar airflow selama 5 menit. Dilakukan pengamatan pertumbuhan jamur
selama 7 hari pada masing-masing perlakuan.
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN DESKRIPSI
4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan pada uji toksisitas
fungisida terhadap organisme didapatkan hasil sebagai berikut.
4.1.1. Tabel Hasil Perhitungan Data Konsentrasi 25%
Keterangan :
s = Signifikansi a = Analisis
N = Normal TN = Tidak Normal
Universitas Sriwijaya
4.3. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada percobaan uji toksisitas
fungisida terhadap organisme didapatkan hasil bahwa aktivitas dari larutan daun
Smilax sp. secara keseluruhan dapat sebagai fungisida terhadap pertumbuhan
jamur Collectotrichum capsici. Penggunaan larutan daun Smilax sp. yang efektif
dibuktikan dengan perhitungan data hasil uji linearitas yakni kosentrasi 75% dari
pengulangan ke-3 sampai pengulangan ke-10 memiliki nilai signifikansi 0.000 <
dari 0,05. Menurut Khulillah et al. (2019), penggunaan fungisida secara luas
memiliki kerugian yang signifikan termasuk biaya, penanganan bahaya, residu
fungisida, ancaman terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Sehingga perlu
dilakukan upaya menggantikan penggunaan fungisida untuk pertahanan tanaman.
Larutan daun Smilax sp. sebagai bahan aktif pada jurnal penelitian
fungisida ini. Berdasarkan penelitian Wahyuningsih et al. (2021), daun Smilax sp.
memiliki senyawa aktif dalam menghambat jamur antara lain 8 asam organik
(asam propinoat, asam asetat, asam format, asam laktat, asam tartarat, asam sitrat,
asam oksalat dan asam malat) dan beberapa senyawa antijamur seperti thymol,
(S)-limonene dan 1,8-cineole. Aktivitas dari konsentrasi larutan Smilax sp.
terbukti sebagai fungisida sebab menghambat pertumbuhan jamur
Collectotrichum capsici. Secara umum peningkatan daya hambat juga terjadi pada
semua kosentrasi memberikan efek penurunan laju pertumbuhan jamur lebih
signifikan.
Efek pemberian fungisida larutan daun Smilax sp. sangat berpengaruh
terhadap daya hambat dari jamur Collectotrichum capsici. Mekanisme kerja dari
setiap peningkatan kosentrasi fungisida larutan daun Smilax sp. menunjukkan
penurunan laju pertumbuhan jamur pada setiap kosentrasi dan pengulangan yang
diberikan. Menurut pendapat Khulillah et al. (2019) menyatakan bahwa fungisida
digunakan untuk menekan, mengatasi atau mencegah penyakit menyerang
tanaman. Residu dari fungisida memiliki dampak negatif sehingga dapat
mengganggu kesehatan masyarakat. Fungisida akan masuk ke dalam jaringan
tanaman seperti daun, buah, cabang, dan juga akar. Penggunaan fungisida
berdampak pada lingkungan.
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Apriani, L., Dewa, N, S., dan I Gede, R, M, T. 2019. Uji Efektivitas Fungisida
Alami dan Sintesis dalam Mengendalikan Penyakit Layu Fusarium pada
Tanaman Tomat yang Disebabkan Oleh Fusarium oxysporum f. sp.
lycopersici. Jurnal Agroekoteknologi Tropika. 3(3): 137-147.
Yuliana, N., Dini, E., dan Dita, A. 2018. Effektivitas meta-Topolin (mT) dan
NAA terhadap Pertumbuhan In Vitro Stroberi (Fragaria Ananassa Var.
Dorit) pada Media MS Cair dan Ketahanannya di Media Aklimatisasi.
Jurnal Sains dan Seni Pomits. 2(1): 1-6.
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya