Professional Documents
Culture Documents
LP Maternitas
LP Maternitas
A. Definisi
Menurut Oxorn (2014), partus prematurus atau persalinan prematur dapat diartikan
sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran dan atau dilatasi
servix serta turunnya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37
minggu (kurang dari 259 hari) sejak hari pertama haid terakhir.
Menurut Nugroho (2015) persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan
yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan
berat janin kurang dari 2500 gram. Partus preterm adalah kelahiran setelah 20 minggu dan
sebelum kehamilan 37 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir (Benson, 2015).
Menurut Rukiyah (2014), partus preterm adalah persalinan pada umur kehamilan
kurang dari 37 minggu atau berat badan lahir antara 500-2499 gram. Berdasarkan
beberapa teori diatas dapat diketahui bahwa Partus Prematurus Imminens (PPI) adalah
adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana timbulnya tanda- tanda persalinan pada
usia kehamilan yang belum aterm (20 minggu-37 minggu) dan berat badan lahir bayi
kurang dari 2500 gram.
B. Etiologi
2. Ibu : DM, pre eklampsia, HT, ISK, infeksi dengan demam, kelainan bentuk
uterus, riwayat partus preterm atau abortus berulang, inkompetensi serviks,
pemakaian obat narkotik, trauma, perokok berat, kelainan imun/resus.
Namun menurut Nugroho (2014) ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan
partus prematurus yaitu :
1. Faktor resiko mayor : Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks
terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks
mendatar/memendek
kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II
lebih dari 1 kali, riwayat persalinan pretem sebelumnya, operasi abdominal pada
kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.
2. Faktor resiko minor : Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam
setelah kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10
batang perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester
I lebih dari 2 kali.
Sedangkan menurut Manuaba (2014), faktor predisposisi partus prematurus adalah
sebagai berikut:
1. Faktor ibu : Gizi saat hamil kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35
tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit menahun ibu seperti;
hipertensi, jantung, ganguan pembuluh darah (perokok), faktor pekerjaan yang
terlalu berat.
2. Faktor kehamilan : Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan
antepartum, komplikasi hamil seperti pre eklampsi dan eklampsi, ketuban pecah
dini.
3. Faktor janin : Cacat bawaan, infeksi dalam rahim
C. Patofisiologi
5. Nyeri punggung
Gejala diatas sangat mirip dengan kondisi normal yang sering lolos dari
kewaspadaan tenaga medis. Menurut Manuaba (2014), jika proses persalinan
berkelanjutan akan terjadi tanda klinik sebagai berikut :
1. Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8 kali dalam satu jam
2. Terjadi perubahan progresif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm, perlunakan
sekitar 75-80 % bahkan terjadi penipisan serviks.
F. Pathway
Ansietas
Kontraksi Uterus ↑
Insisi Abdomen
Prostaglandin ↑
Ke Resti Infeksi
rusakan Jaringan
Kurang Pengetahuan
Dilatasi Serviks
Nyeri Akut
Kehilangan energi
Intoleransi Aktivitas
berlebihan
G. Penatalaksanaan
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada PPI, terutama untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas neonatus preterm ialah:
1. Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolitik, yaitu :
a) Kalsium antagonis: nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8
jam sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontaksi
berulang. dosis maintenance 3x10 mg.
b) Obat ß-mimetik: seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan salbutamol dapat
digunakan, tetapi nifedipin mempunyai efek samping yang lebih
kecil.Salbutamol, dengan dosis per infus: 20-50 µg/menit, sedangkan per oral: 4
mg, 2-4 kali/hari (maintenance) atau terbutalin, dengan dosis per infus: 10-15
µg/menit, subkutan: 250 µg setiap 6 jam sedangkan dosis per oral: 5-7.5 mg
setiap 8 jam (maintenance). Efek samping dari golongan obat ini ialah:
hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi, takikardia, iskemi miokardial, edema
paru.
c) Sulfas magnesikus: dosis perinteral sulfas magnesikus ialah 4-6 gr/iv, secara
bolus selama 20-30 menit, dan infus 2-4gr/jam (maintenance). Namun obat ini
jarang digunakan karena efek samping yang dapat ditimbulkannya pada ibu
ataupun janin. Beberapa efek sampingnya ialah edema paru, letargi, nyeri dada,
dan depresi pernafasan (pada ibu dan bayi).
d) Penghambat produksi prostaglandin: indometasin, sulindac, nimesulide dapat
menghambat produksi prostaglandin dengan menghambat
cyclooxygenases (COXs) yang dibutuhkan untuk produksi prostaglandin.
Indometasin merupakan penghambat COX yang cukup kuat, namun
menimbulkan risiko kardiovaskular pada janin. Sulindac memiliki efek samping
yang lebih kecil daripada indometasin. Sedangkan nimesulide saat ini hanya
tersedia dalam konteks percobaan klinis. Untuk menghambat proses PPI, selain
tokolisis, pasien juga perlu membatasi aktivitas atau tirah baring serta
menghindari aktivitas seksual.
Kontraindikasi relatif penggunaan tokolisis ialah ketika lingkungan intrauterine
terbukti tidak baik, seperti:
a) Oligohidramnion
b) Korioamnionitis berat pada ketuban pecah dini
c) Preeklamsia berat
d) Hasil nonstrees test tidak reaktif
e) Hasil contraction stress test positif
f) Perdarahan pervaginam dengan abrupsi plasenta, kecuali keadaan pasien
stabil dan kesejahteraan janin baik
2. Akselerasi pematangan fungsi paru janin dengan kortikosteroid,
H. Diagnosis
Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman PPI (Wiknjosastro, 2013),
yaitu:
1. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu atau antara 140 dan 259 hari,
2. Kontraksi uterus (his) teratur, yaitu kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-
8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit,
3. Merasakan gejala seperti rasa kaku di perut menyerupai kaku menstruasi, rasa
tekanan intrapelvik dan nyeri pada punggung bawah (low back pain),
Kriteria lain yang diusulkan oleh American Academy of Pediatrics dan The
American Collage of Obstetricians and Gynecologists (2014) untuk mendiagnosis PPI
ialah sebagai berikut:
1. Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi empat kali dalam 20 menit atau
delapan kali dalam 60 menit plus perubahan progresif pada serviks,
2. Dilatasi serviks lebih dari 1 cm,
3. Pendataran serviks sebesar 80% atau lebih.
2. USG untuk mengetahui usia gestasi, jumlah janin, besar janin, kativitas biofisik,
cacat kongenital, letak dan maturasi plasenta, volume cairan tuba dan kelainan
uterus.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A. Pengkajian
b) Umur : Untuk mengetahui faktor resiko. Pada ibu hamil dengan PPI biasanya
terjadi pada usia < 20 tahun atau > 35 tahun (Nugroho, 2014)
c) Agama : Untuk memberikan motivasi atau dorongan sesuai dengan agama yang
dianut.
d) Suku bangsa : Untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan merugikan.
2) Keluhan Utama: Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan serta
berhubungan dengan persalinan. Pada kasus ibu hamil dengan partus prematurus
iminens keluhannya meliputi mules yang berulang pada usia kehamilan 20-37
minggu, keluar lendir bercampur darah, kram seperti menstruasi, nyeri punggung
bawah, tekanan panggul yang terasa seperti bayi mendorong kebawah, cairan encer
yang keluar dari vagina (Winkjosastro, 2014).
3) Riwayat Kehamilan Sekarang: Primigravida / multigravida, usia kehamilan,
presentasi letak janin, hari pertama haid terakhir, gerakan janin, obat yang
dikonsumsi, keluhan selama hamil, ANC berapa kali, teratur/tidak, penyuluhan yang
pernah didapat, imunisasi TT dan kekhawatiran khusus trauma dan kelainan letak
(Nugroho, 2014).
Menurut (Saminem, 2012) pola kebiasaan sehari–hari yang perlu dikaji adalah :
a) Pola nutrisi: Makan teratur 3 kali sehari, 1 piring nasi, lauk, sayur dan buah,
minum kurang lebih 8 gelas per hari, susu, teh dan air putih. Pada ibu yang kurang
gizi dapat mempengaruhi terjadinya PPI (Nugroho, 2013).
b) Pola Aktivitas: Apa aktivitas sehari-hari yang dilakukan ibu. Pada ibu hamil
dengan PPI baianya melakukan pekerjaan yang terlalu berat (Nugroho, 2014).
c) Pola Seksual: Untuk mengetahui apakah hubungan seksual berlangsung dengan
normal dan ada keluhan atau tidak. Pada ibu dengan PPI biasanya frekuensi
hubungan seksual berlebihan terutama pada usia kehamilan tua dan dengan posisi
yang tidak aman
d) Pola eliminasi: Utuk mengetahui frekuensi BAB dan BAK serta output cairan. Pada
ibu hamil dengan PPI biasanya disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih atau
bakterinuria ( Wiknjosasttro, 2013).
e) Perokok dan pemakai obat-obatan: Untuk mengetahui apakah ada kebiasaan
merokok dan mengkonsumsi obat-obatan serta alkohol. Pada ibu dengan PPI
biasanya perokok berat atau lebih dari 10 batang/hari (Wiknjsastro, 2014).
6) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
(1) Rambut : Untuk menilai warna, ketebalan, distribusi merata atau tidak
(2) Muka : Keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan atau tidak,
adakah oedema atau tidak.
(3) Mata : Conjungtiva warna pucat atau kemerahan, skelera putih atau
tidak
(4) Hidung : Untuk mengetahui ada tidaknya polip
2. Axilla : Adakah tumor atau benjolan, adakah nyeri tekan atau tidak
c) Ekstremitas : Untuk mengetahui apakah ada oedema atau tidak, terdapat varicess
atau tidak, reflex patella + / -
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (fisik, biologis, kimia, psikologis),
kontraksi otot dan efek obat-obatan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipersensitivitas otot/seluler, tirah baring,
kelemahan
3. Ansietas, ketakutan berhubungan dengan krisis situasional, ancaman yng dirasakan
atau aktual pada diri dan janin.
4. Kurang pengetahuan mengenai persalinan preterm, kebutuhan tindakan dan
prognosis berhubungan dengan kurangnya keinginan untuk mencari informasi,
tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
5. Gangguan rasa nyaman
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Akut
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
Keperawatan Intervensi
Hasil
Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan
a. Pain Level, a. Lakukan pengkajian nyeri
dengan agen
secara komprehensif termasuk
b. pain control,
injuri (fisik,
lokasi, karakteristik, durasi,
biologis, kimia, c. comfort level
frekuensi, kualitas dan faktor
psikologis),
Setelah dilakukan presipitasi
kontraksi otot
tinfakan keperawatan b. Observasi reaksi nonverbal
dan efek obat-
selama …. Pasien tidak dari ketidaknyamanan
obatan.
mengalami nyeri, dengan c. Bantu pasien dan keluarga
kriteria hasil: untuk mencari dan menemukan
a. Mampu mengontrol dukungan
2. Intoleransi aktivitas
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
Keperawatan Intervensi
Hasil
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
berhubungan
a. Self Care : ADLs a. Observasi adanya pembatasan
dengan
klien dalam melakukan aktivitas
b. Toleransi aktivitas
hipersensitivitas
b. Kaji adanya faktor yang
otot/seluler, tirah c. Konservasi eneergi
menyebabkan kelelahan
baring, kelemahan Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama …. Pasien c. Monitor nutrisi dan sumber energi
bertoleransi terhadap yang adekuat
aktivitas dengan d. Monitor pasien akan adanya
Kriteria Hasil : kelelahan fisik dan emosi secara
a. Berpartisipasi dalam berlebihan
aktivitas fisik tanpa e. Monitor respon kardivaskuler
disertai peningkatan terhadap aktivitas (takikardi,
tekanan darah, nadi disritmia, sesak nafas, diaporesis,
dan RR pucat, perubahan hemodinamik)
b. Mampu melakukan f. Monitor pola tidur dan lamanya
aktivitas sehari hari tidur/istirahat pasien
(ADLs) secara g. Kolaborasikan dengan Tenaga
mandiri Rehabilitasi Medik dalam
c. Keseimbangan merencanakan progran terapi yang
aktivitas dan tepat.
istirahat h. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
i. Monitor respon fisik, emosi, sosial
dan spiritual
3. Ansietas
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
Keperawatan Intervensi
Hasil
Ansietas, ketakutan NOC : NIC:
berhubungan a. Anxiety control Coping Enhancement
dengan krisis b. Fear control
a. Jelaskan pada pasien tentang
Situasional, Setelah dilakukan proses penyakit
ancaman yang tindakan keperawatan b. Jelaskan semua tes dan
dirasakan atau selama......takut klien pengobatan pada pasien dan
janin. hasil :
a. Memiliki informasi c. Sediakan reninforcement positif
untuk mengurangi ketika pasien melakukan perilaku
takut untuk mengurangi takut
b. Menggunakan tehnik d. Sediakan perawatan yang
relaksasi berkesinambungan
c. Mempertahankan e. Kurangi stimulasi lingkungan
hubungan sosial dan yang dapat menyebabkan
fungsi peran misinterprestasi
d. Mengontrol respon f. Dorong mengungkapkan secara
takut verbal perasaan, persepsi dan rasa
takutnya
g. Perkenalkan dengan orang yang
mengalami penyakit yang sama
h. Dorong klien untuk
4. Kurang pengetahuan
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
Keperawatan Intervensi
Hasil
Kurang NOC: NIC :
pengetahuan
a. Kowlwdge : disease a. Kaji tingkat pengetahuan pasien
mengenai
process dan keluarga
persalinan preterm,
b. Kowledge : health b. Jelaskan patofisiologi dari
kebutuhan tindakan
Behavior penyakit dan bagaimana hal ini
dan prognosis
Setelah dilakukan berhubungan dengan anatomi dan
berhubungan
tindakan keperawatan fisiologi, dengan cara yang tepat.
dengan kurangnya
selama …. pasien c. Gambarkan tanda dan gejala yang
keinginan untuk
menunjukkan biasa muncul pada penyakit,
mencari informasi,
pengetahuan tentang dengan cara yang tepat
tidak mengetahui
proses penyakit dengan d. Gambarkan proses penyakit,
sumber-sumber
kriteria hasil: dengan cara yang tepat
informasi.
a. Pasien dan keluarga e. Identifikasi kemungkinan
menyatakan penyebab, dengan cara yang tepat
pemahaman tentang f. Sediakan informasi pada pasien
penyakit, kondisi, tentang kondisi, dengan cara yang
prognosis dan tepat
program pengobatan g. Sediakan bagi keluarga informasi
b. Pasien dan keluarga tentang kemajuan pasien dengan
mampu cara yang tepat
melaksanakan h. Diskusikan pilihan terapi atau
prosedur yang penanganan
dijelaskan secara i. Dukung pasien untuk
benar mengeksplorasi atau
c. Pasien dan keluarga mendapatkan second opinion
mampu menjelaskan dengan cara yang tepat atau
kembali apa yang diindikasikan
dijelaskan j. Eksplorasi kemungkinan sumber
perawat/tim atau dukungan, dengan cara yang
kesehatan lainnya tepat
D. Implementasi
Benson, Ralph C dan Pernoll, Martin L. 2014. Buku Saku Obsetri dan Ginekologi. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hariadi, R. 2014. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Surabaya : Himpunan Kedokteran
Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Manuaba. 2014. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta : EGC