Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PARTUS PREMATURUS IMMINENS

A. Definisi

Menurut Oxorn (2014), partus prematurus atau persalinan prematur dapat diartikan
sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran dan atau dilatasi
servix serta turunnya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37
minggu (kurang dari 259 hari) sejak hari pertama haid terakhir.

Menurut Nugroho (2015) persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan
yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan
berat janin kurang dari 2500 gram. Partus preterm adalah kelahiran setelah 20 minggu dan
sebelum kehamilan 37 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir (Benson, 2015).

Menurut Rukiyah (2014), partus preterm adalah persalinan pada umur kehamilan
kurang dari 37 minggu atau berat badan lahir antara 500-2499 gram. Berdasarkan
beberapa teori diatas dapat diketahui bahwa Partus Prematurus Imminens (PPI) adalah
adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana timbulnya tanda- tanda persalinan pada
usia kehamilan yang belum aterm (20 minggu-37 minggu) dan berat badan lahir bayi
kurang dari 2500 gram.

B. Etiologi

Faktor resiko PPI menurut Wiknjosastro (2014) yaitu :

1. Janin dan plasenta : perdarahan trimester awal, perdarahan antepartum, KPD,


pertumbuhan janin terhambat, cacat bawaan janin, gemeli, polihidramnion.

2. Ibu : DM, pre eklampsia, HT, ISK, infeksi dengan demam, kelainan bentuk
uterus, riwayat partus preterm atau abortus berulang, inkompetensi serviks,
pemakaian obat narkotik, trauma, perokok berat, kelainan imun/resus.
Namun menurut Nugroho (2014) ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan
partus prematurus yaitu :
1. Faktor resiko mayor : Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks
terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks
mendatar/memendek
kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II
lebih dari 1 kali, riwayat persalinan pretem sebelumnya, operasi abdominal pada
kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.
2. Faktor resiko minor : Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam
setelah kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10
batang perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester
I lebih dari 2 kali.
Sedangkan menurut Manuaba (2014), faktor predisposisi partus prematurus adalah
sebagai berikut:
1. Faktor ibu : Gizi saat hamil kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35
tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit menahun ibu seperti;
hipertensi, jantung, ganguan pembuluh darah (perokok), faktor pekerjaan yang
terlalu berat.
2. Faktor kehamilan : Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan
antepartum, komplikasi hamil seperti pre eklampsi dan eklampsi, ketuban pecah
dini.
3. Faktor janin : Cacat bawaan, infeksi dalam rahim

C. Patofisiologi

Persalinan prematur menunjukkan adanya kegagalan mekanisme yang


bertanggung jawab untuk mempertahankan kondisi tenang uterus selama kehamilan
atau adanya gangguan yang menyebabkan singkatnya kehamilan atau membebani
jalur persalinanan normal sehingga memicu dimulainya proses persalinan secara dini.
Empat jalur terpisah, yaitu stress, infeksi, regangan dan perdarahan (Norwintz, 2015).

Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah, aliran


darah ke plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktifitas yang
menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur. Akibat
dari persalinan prematur berdampak pada janin dan pada ibu. Pada janin,
menyebabkan kelahiran yang belum pada waktunya sehingga terjailah imaturitas
jaringan pada janin. Salah satu dampaknya terjdilah maturitas paru yang menyebabkan
resiko cidera pada janin. Sedangkan pada ibu, resiko tinggi pada kesehatan yang
menyebabkan ansietas dan kurangnya informasi tentang kehamilan mengakibatkan
kurangnya pengetahuan untuk merawat dan menjaga kesehatan saat kehamilan.
D. Komplikasi
Menurut Nugroho (2010), komplikasi partus prematurus iminens yang terjadi pada ibu
adalah terjadinya persalinan prematur yang dapat menyebabkan infeksi endometrium sehingga
mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi. Sedangkan pada bayi prematur
memiliki resiko infeksi neonatal lebih tinggi seperti resiko distress pernafasan, sepsis neonatal,
necrotizing enterocolitis dan perdarahan intraventikuler. Menurut Benson (2012), terdapat paling
sedikit enam bahaya utama yang mengancam neonatus prematur, yaitu gangguan respirasi, gagal
jantung kongestif, perdarahan intraventrikel dan kelainan neurologik, hiperilirubinemia, sepsis dan
kesulitan makan.
Sedangkan menurut Oxorn (2010), prognosis yang dapat terjadi pada persalinan prematuritas
adalah :

a. Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi premature


b. Gangguan respirasi
c. Rentan terhadap kompresi kepala karena lunaknya tulang tengkorak dan
immaturitas jaringan otak
d. Perdarahan intracranial 5 kali lebih sering pada bayi prematur dibanding bayi aterm
e. Cerebral palsy f. Terdapat insidensi kerusakan organik otak yang lebih tinggi pada
bayi prematur (meskipun banyak orang–orang jenius yang dilahirkan sebelum
aterm).

E. Tanda dan Gejala

Partus prematurus iminen ditandai dengan :

1. Kontraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakit

2. Rasa berat dipanggul

3. Kejang uterus yang mirip dengan dismenorea

4. Keluarnya cairan pervaginam

5. Nyeri punggung

Gejala diatas sangat mirip dengan kondisi normal yang sering lolos dari
kewaspadaan tenaga medis. Menurut Manuaba (2014), jika proses persalinan
berkelanjutan akan terjadi tanda klinik sebagai berikut :
1. Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8 kali dalam satu jam
2. Terjadi perubahan progresif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm, perlunakan
sekitar 75-80 % bahkan terjadi penipisan serviks.
F. Pathway

- Faktor Ibu - Faktor Mayor


- Faktor Janin & Plasenta - Faktor Mino

Kehamilan <37 minggu

Partus Prematurus Imminens

Rangsangan pada Krisis situasional


Tindakan Pembedahan
uterus
(SC)

Ansietas

Kontraksi Uterus ↑
Insisi Abdomen

Prostaglandin ↑
Ke Resti Infeksi
rusakan Jaringan

Kurang Pengetahuan
Dilatasi Serviks
Nyeri Akut

Kehilangan energi
Intoleransi Aktivitas
berlebihan
G. Penatalaksanaan

Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada PPI, terutama untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas neonatus preterm ialah:
1. Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolitik, yaitu :
a) Kalsium antagonis: nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8
jam sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontaksi
berulang. dosis maintenance 3x10 mg.
b) Obat ß-mimetik: seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan salbutamol dapat
digunakan, tetapi nifedipin mempunyai efek samping yang lebih
kecil.Salbutamol, dengan dosis per infus: 20-50 µg/menit, sedangkan per oral: 4
mg, 2-4 kali/hari (maintenance) atau terbutalin, dengan dosis per infus: 10-15
µg/menit, subkutan: 250 µg setiap 6 jam sedangkan dosis per oral: 5-7.5 mg
setiap 8 jam (maintenance). Efek samping dari golongan obat ini ialah:
hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi, takikardia, iskemi miokardial, edema
paru.
c) Sulfas magnesikus: dosis perinteral sulfas magnesikus ialah 4-6 gr/iv, secara
bolus selama 20-30 menit, dan infus 2-4gr/jam (maintenance). Namun obat ini
jarang digunakan karena efek samping yang dapat ditimbulkannya pada ibu
ataupun janin. Beberapa efek sampingnya ialah edema paru, letargi, nyeri dada,
dan depresi pernafasan (pada ibu dan bayi).
d) Penghambat produksi prostaglandin: indometasin, sulindac, nimesulide dapat
menghambat produksi prostaglandin dengan menghambat
cyclooxygenases (COXs) yang dibutuhkan untuk produksi prostaglandin.
Indometasin merupakan penghambat COX yang cukup kuat, namun
menimbulkan risiko kardiovaskular pada janin. Sulindac memiliki efek samping
yang lebih kecil daripada indometasin. Sedangkan nimesulide saat ini hanya
tersedia dalam konteks percobaan klinis. Untuk menghambat proses PPI, selain
tokolisis, pasien juga perlu membatasi aktivitas atau tirah baring serta
menghindari aktivitas seksual.
Kontraindikasi relatif penggunaan tokolisis ialah ketika lingkungan intrauterine
terbukti tidak baik, seperti:
a) Oligohidramnion
b) Korioamnionitis berat pada ketuban pecah dini
c) Preeklamsia berat
d) Hasil nonstrees test tidak reaktif
e) Hasil contraction stress test positif
f) Perdarahan pervaginam dengan abrupsi plasenta, kecuali keadaan pasien
stabil dan kesejahteraan janin baik
2. Akselerasi pematangan fungsi paru janin dengan kortikosteroid,

Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan


paru janin, menurunkan risiko respiratory distress syndrome (RDS), mencegah
perdarahan intraventrikular, necrotising enterocolitis, dan duktus arteriosus, yang
akhirnya menurunkan kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan bilamana
usia kehamilan kurang dari 35 minggu.

Obat yang diberikan ialah deksametason atau betametason. Pemberian


steroid ini tidak diulang karena risiko pertumbuhan janin terhambat. Pemberian
siklus tunggal kortikosteroid ialah:
a. Betametason 2 x 12 mg i.m. dengan jarak pemberian 24 jam.
b. Deksametason 4 x 6 mg i.m. dengan jarak pemberian 12 jam.

Selain yang disebutkan di atas, juga dapat diberikan Thyrotropin releasing


hormone 400 ug iv, yang akan meningkatkan kadar tri-iodothyronine yang
kemudian dapat meningkatkan produksi surfaktan. Ataupun pemberian suplemen
inositol, karena inositol merupakan komponen membran fosfolipid yang berperan
dalam pembentukan surfaktan.
3. Pencegahan terhadap infeksi dengan menggunakan antibiotik.

Mercer dan Arheart (2014) menunjukkan, bahwa pemberian antibiotika


yang tepat dapat menurunkan angka kejadian korioamnionitis dan sepsis
neonatorum. Antibiotika hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung risiko
terjadinya infeksi, seperti pada kasus KPD. Obat diberikan per oral, yang
dianjurkan ialah eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari. Obat pilihan lainnya ialah
ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari, atau dapat menggunakan antibiotika lain
seperti klindamisin.
Tidak dianjurkan pemberian ko-amoksiklaf karena risikonecrotising enterocolitis.

H. Diagnosis

Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman PPI (Wiknjosastro, 2013),
yaitu:
1. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu atau antara 140 dan 259 hari,

2. Kontraksi uterus (his) teratur, yaitu kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-
8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit,

3. Merasakan gejala seperti rasa kaku di perut menyerupai kaku menstruasi, rasa
tekanan intrapelvik dan nyeri pada punggung bawah (low back pain),

4. Mengeluarkan lendir pervaginam, mungkin bercampur darah,

5. Pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa serviks telah mendatar 50-80%, atau


telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm,

6. Selaput amnion seringkali telah pecah,

7. Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina isiadika.

Kriteria lain yang diusulkan oleh American Academy of Pediatrics dan The
American Collage of Obstetricians and Gynecologists (2014) untuk mendiagnosis PPI
ialah sebagai berikut:
1. Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi empat kali dalam 20 menit atau
delapan kali dalam 60 menit plus perubahan progresif pada serviks,
2. Dilatasi serviks lebih dari 1 cm,
3. Pendataran serviks sebesar 80% atau lebih.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk mendukung ketepatan diagnosis PPI :

1. Pemeriksaan Laboratorium: darah rutin, kimia darah, golongan ABO, faktor


rhesus, urinalisis, bakteriologi vagina, amniosentesis : surfaktan, gas dan PH
darah janin.

2. USG untuk mengetahui usia gestasi, jumlah janin, besar janin, kativitas biofisik,
cacat kongenital, letak dan maturasi plasenta, volume cairan tuba dan kelainan
uterus.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

PARTUS PREMATURUS IMMINENS

A. Pengkajian

1) Pengkajian biodata antara lain :

a) Nama : Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap

b) Umur : Untuk mengetahui faktor resiko. Pada ibu hamil dengan PPI biasanya
terjadi pada usia < 20 tahun atau > 35 tahun (Nugroho, 2014)

c) Agama : Untuk memberikan motivasi atau dorongan sesuai dengan agama yang
dianut.
d) Suku bangsa : Untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan merugikan.

e) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat penerimaan informasi


hal-hal baru atau pengetahuan baru karena tingkat pendidikan yang
lebih tinggi, mudah mendapatkan informasi. Memudahkan ibu untuk
menerima informasi KIE tanda bahaya partus prematurus iminens.
f) Pekerjaan : Untuk mengetahui status ekonomi keluarga. Pada ibu hamil dengan
PPI terjadi pada keadaan sosial ekonomi rendah dan pekerjaan yang
terlalu berat sewaktu hamil (Nugroho, 2013).
g) Alamat : Untuk mempermudah hubungan jika diperlukan dalam keadaan
mendesak sehingga bidan mengetahui tempat tinggal pasien.

2) Keluhan Utama: Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan serta
berhubungan dengan persalinan. Pada kasus ibu hamil dengan partus prematurus
iminens keluhannya meliputi mules yang berulang pada usia kehamilan 20-37
minggu, keluar lendir bercampur darah, kram seperti menstruasi, nyeri punggung
bawah, tekanan panggul yang terasa seperti bayi mendorong kebawah, cairan encer
yang keluar dari vagina (Winkjosastro, 2014).
3) Riwayat Kehamilan Sekarang: Primigravida / multigravida, usia kehamilan,
presentasi letak janin, hari pertama haid terakhir, gerakan janin, obat yang
dikonsumsi, keluhan selama hamil, ANC berapa kali, teratur/tidak, penyuluhan yang
pernah didapat, imunisasi TT dan kekhawatiran khusus trauma dan kelainan letak
(Nugroho, 2014).

4) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


a) Kehamilan : Untuk mengetahui berapa umur kehamilan, bagaimana letak janin
dan berapa tinggi fundus uteri, apakah sesuai dengan umur kehamilan atau
tidak. Pada ibu dengan PPI adanya riwayat abortus berulang dan perawatan
prenatal care yang buruk (Wiknjsastro, 2014).
b) Persalinan : Spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada atau tidak
perdarahan, waktu persalinan ditolong oleh siapa, dimana tempat melahirkan,
ada atau tidak riwayat persalinan prematur sebelumnya. Pada ibu hamil dengan
PPI memiliki riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat
persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm
(Nugroho, 2014)
c) Nifas : Apakah ada luka episiotomi atau robekan jalan lahir yang telah
dijahit.
d) Anak : Jenis kelamin, hidup atau mati, kalau sudah meninggal pada usia
berapa dan sebab meninggal, berat badan dan panjang badan waktu lahir.

5) Pola kebiasaan sehari-hari

Menurut (Saminem, 2012) pola kebiasaan sehari–hari yang perlu dikaji adalah :

a) Pola nutrisi: Makan teratur 3 kali sehari, 1 piring nasi, lauk, sayur dan buah,
minum kurang lebih 8 gelas per hari, susu, teh dan air putih. Pada ibu yang kurang
gizi dapat mempengaruhi terjadinya PPI (Nugroho, 2013).
b) Pola Aktivitas: Apa aktivitas sehari-hari yang dilakukan ibu. Pada ibu hamil
dengan PPI baianya melakukan pekerjaan yang terlalu berat (Nugroho, 2014).
c) Pola Seksual: Untuk mengetahui apakah hubungan seksual berlangsung dengan
normal dan ada keluhan atau tidak. Pada ibu dengan PPI biasanya frekuensi
hubungan seksual berlebihan terutama pada usia kehamilan tua dan dengan posisi
yang tidak aman
d) Pola eliminasi: Utuk mengetahui frekuensi BAB dan BAK serta output cairan. Pada
ibu hamil dengan PPI biasanya disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih atau
bakterinuria ( Wiknjosasttro, 2013).
e) Perokok dan pemakai obat-obatan: Untuk mengetahui apakah ada kebiasaan
merokok dan mengkonsumsi obat-obatan serta alkohol. Pada ibu dengan PPI
biasanya perokok berat atau lebih dari 10 batang/hari (Wiknjsastro, 2014).

6) Pemeriksaan fisik

a) Kepala

(1) Rambut : Untuk menilai warna, ketebalan, distribusi merata atau tidak

(2) Muka : Keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan atau tidak,
adakah oedema atau tidak.
(3) Mata : Conjungtiva warna pucat atau kemerahan, skelera putih atau
tidak
(4) Hidung : Untuk mengetahui ada tidaknya polip

(5) Telinga : Bagaimana keadaan daun telinga, liang telinga,


bentuk telinga, dan posisinya
(6) Mulut : Untuk mengetahui apakah mulut bersih dan kering, ada
carries, dan karang gigi atau tidak
b) Dada dan axilla

1. Mamae : Untuk mengetahui bentuk payudara dan pigmentasi puting,


puting susu menonjol, benjolan abnormal dan kolostrum

2. Axilla : Adakah tumor atau benjolan, adakah nyeri tekan atau tidak
c) Ekstremitas : Untuk mengetahui apakah ada oedema atau tidak, terdapat varicess
atau tidak, reflex patella + / -

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (fisik, biologis, kimia, psikologis),
kontraksi otot dan efek obat-obatan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipersensitivitas otot/seluler, tirah baring,
kelemahan
3. Ansietas, ketakutan berhubungan dengan krisis situasional, ancaman yng dirasakan
atau aktual pada diri dan janin.
4. Kurang pengetahuan mengenai persalinan preterm, kebutuhan tindakan dan
prognosis berhubungan dengan kurangnya keinginan untuk mencari informasi,
tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
5. Gangguan rasa nyaman

C. Intervensi Keperawatan

1. Nyeri Akut
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
Keperawatan Intervensi
Hasil
Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan
a. Pain Level, a. Lakukan pengkajian nyeri
dengan agen
secara komprehensif termasuk
b. pain control,
injuri (fisik,
lokasi, karakteristik, durasi,
biologis, kimia, c. comfort level
frekuensi, kualitas dan faktor
psikologis),
Setelah dilakukan presipitasi
kontraksi otot
tinfakan keperawatan b. Observasi reaksi nonverbal
dan efek obat-
selama …. Pasien tidak dari ketidaknyamanan
obatan.
mengalami nyeri, dengan c. Bantu pasien dan keluarga
kriteria hasil: untuk mencari dan menemukan
a. Mampu mengontrol dukungan

nyeri (tahu penyebab


nyeri, mampu d. Kontrol lingkungan yang dapat
menggunakan tehnik mempengaruhi nyeri seperti
nonfarmakologi untuk suhu ruangan, pencahayaan
mengurangi nyeri, dan kebisingan
mencari bantuan) e. Kurangi faktor presipitasi nyeri
b. Melaporkan bahwa
f. Kaji tipe dan sumber nyeri
nyeri berkurang
untuk menentukan intervensi
dengan menggunakan
g. Ajarkan tentang teknik non
manajemen nyeri
farmakologi: napas dala,
c. Mampu mengenali
relaksasi, distraksi, kompres
nyeri (skala,
hangat/ dingin
intensitas, frekuensi
h. Berikan analgetik untuk
dan tanda nyeri)
mengurangi nyeri: ……...
d. Menyatakan rasa
i. Tingkatkan istirahat
nyaman setelah nyeri
j. Berikan informasi tentang
berkurang
nyeri seperti penyebab nyeri,
e. Tanda vital dalam
berapa lama nyeri akan
rentang normal
berkurang dan antisipasi
f. Tidak mengalami
ketidaknyamanan dari prosedur
gangguan tidur
k. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali

2. Intoleransi aktivitas

Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
Keperawatan Intervensi
Hasil
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
berhubungan
a. Self Care : ADLs a. Observasi adanya pembatasan
dengan
klien dalam melakukan aktivitas
b. Toleransi aktivitas
hipersensitivitas
b. Kaji adanya faktor yang
otot/seluler, tirah c. Konservasi eneergi
menyebabkan kelelahan
baring, kelemahan Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama …. Pasien c. Monitor nutrisi dan sumber energi
bertoleransi terhadap yang adekuat
aktivitas dengan d. Monitor pasien akan adanya
Kriteria Hasil : kelelahan fisik dan emosi secara
a. Berpartisipasi dalam berlebihan
aktivitas fisik tanpa e. Monitor respon kardivaskuler
disertai peningkatan terhadap aktivitas (takikardi,
tekanan darah, nadi disritmia, sesak nafas, diaporesis,
dan RR pucat, perubahan hemodinamik)
b. Mampu melakukan f. Monitor pola tidur dan lamanya
aktivitas sehari hari tidur/istirahat pasien
(ADLs) secara g. Kolaborasikan dengan Tenaga
mandiri Rehabilitasi Medik dalam
c. Keseimbangan merencanakan progran terapi yang
aktivitas dan tepat.
istirahat h. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
i. Monitor respon fisik, emosi, sosial

dan spiritual

3. Ansietas

Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
Keperawatan Intervensi
Hasil
Ansietas, ketakutan NOC : NIC:
berhubungan a. Anxiety control Coping Enhancement
dengan krisis b. Fear control
a. Jelaskan pada pasien tentang
Situasional, Setelah dilakukan proses penyakit
ancaman yang tindakan keperawatan b. Jelaskan semua tes dan
dirasakan atau selama......takut klien pengobatan pada pasien dan

aktual pada diri dan teratasi dengan kriteria keluarga

janin. hasil :
a. Memiliki informasi c. Sediakan reninforcement positif
untuk mengurangi ketika pasien melakukan perilaku
takut untuk mengurangi takut
b. Menggunakan tehnik d. Sediakan perawatan yang
relaksasi berkesinambungan
c. Mempertahankan e. Kurangi stimulasi lingkungan
hubungan sosial dan yang dapat menyebabkan
fungsi peran misinterprestasi
d. Mengontrol respon f. Dorong mengungkapkan secara
takut verbal perasaan, persepsi dan rasa
takutnya
g. Perkenalkan dengan orang yang
mengalami penyakit yang sama
h. Dorong klien untuk

mempraktekan tehnik relaksasi

4. Kurang pengetahuan

Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
Keperawatan Intervensi
Hasil
Kurang NOC: NIC :
pengetahuan
a. Kowlwdge : disease a. Kaji tingkat pengetahuan pasien
mengenai
process dan keluarga
persalinan preterm,
b. Kowledge : health b. Jelaskan patofisiologi dari
kebutuhan tindakan
Behavior penyakit dan bagaimana hal ini
dan prognosis
Setelah dilakukan berhubungan dengan anatomi dan
berhubungan
tindakan keperawatan fisiologi, dengan cara yang tepat.
dengan kurangnya
selama …. pasien c. Gambarkan tanda dan gejala yang
keinginan untuk
menunjukkan biasa muncul pada penyakit,
mencari informasi,
pengetahuan tentang dengan cara yang tepat
tidak mengetahui
proses penyakit dengan d. Gambarkan proses penyakit,
sumber-sumber
kriteria hasil: dengan cara yang tepat
informasi.
a. Pasien dan keluarga e. Identifikasi kemungkinan
menyatakan penyebab, dengan cara yang tepat
pemahaman tentang f. Sediakan informasi pada pasien
penyakit, kondisi, tentang kondisi, dengan cara yang
prognosis dan tepat
program pengobatan g. Sediakan bagi keluarga informasi
b. Pasien dan keluarga tentang kemajuan pasien dengan
mampu cara yang tepat
melaksanakan h. Diskusikan pilihan terapi atau
prosedur yang penanganan
dijelaskan secara i. Dukung pasien untuk
benar mengeksplorasi atau
c. Pasien dan keluarga mendapatkan second opinion
mampu menjelaskan dengan cara yang tepat atau
kembali apa yang diindikasikan
dijelaskan j. Eksplorasi kemungkinan sumber
perawat/tim atau dukungan, dengan cara yang
kesehatan lainnya tepat

5. Gangguan Rasa Nyaman


Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
Keperawatan Intervensi
Hasil
Gangguan rasa NOC: NIC : pengurangan kecemasan
nyaman Setelah dilakukan a. Menggunakan pendekatan yang
berhubungan dengan tindakan keperawatan tenang dan meyakinkan
proses gejala selama ….Gangguan b. Dorong keluarga untuk
penyakit rasa nyaman pasien mendapingi klien dengan cara
dapat teratasi dengan yang tepat
kriteria hasil: c. Dukung penggunaan
NOC: mekanisme koping yang sesuai
1. Status d. Intruksikan pasien untuk
Kenyamanan: fisik menggunakan Teknik relaksasi
a. Relaksasi sebagai pengurangan cemas
otot
dipertahan
kan pada
skala
3/cukup
terganggu
ditingkatk
an ke skala
4/sedikit
terganggu
b.Control
terhadap
gejala
dipertahan
kan pada
skala
2/banyak
terganggu
ditingkatk
an ke skala
4/sedikit
terganggu

D. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(NANDA, 2017).
E. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan


perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Dalam evaluasi
meliputi 3 kriteria hasil, yaitu :
1. Masalah teratasi

2. Masalah teratasi sebagian

3. Masalah belum teratasi


DAFTAR PUSTAKA

Benson, Ralph C dan Pernoll, Martin L. 2014. Buku Saku Obsetri dan Ginekologi. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hariadi, R. 2014. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Surabaya : Himpunan Kedokteran
Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Manuaba. 2014. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta : EGC

NANDA. 2012-2014, Nursing Diagnosis: Definitions and Classification, Philadelphia,


USA Notoatmodjo, S. 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nugroho, Taufan. 2015. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Oxorn Harry, dkk. 2014. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan (Human Labor
and Birth). Yogyakarta : YEM.
Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2015. Asuahan Kebidanan Patologi. Jakarta : Trans Info Media
Wiknjosastro, H. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka, Sarwono
Prawirohardjo.
Wilkinson, J.M., & Ahern N.R., 2017. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosa NANDA
Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC. Edisi Kesembilan. Jakarta :

You might also like