Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH Akuntansi Syariah
MAKALAH Akuntansi Syariah
MAKALAH Akuntansi Syariah
Akuntansi Murabahah
PRODI AKUNTANSI
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
BAB II Pembahasan......................................................................................................
Kesimpulan...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Lembaga perbankan di Indonesia telah terbagi menjadi dua jenis yaitu, bank yang bersifat
konvensional dan bank yang bersifat syariah. Bank yang bersifat konvensional adalah bank
yang dalam pelaksanaan operasionalnya menjalankan sistem bunga (interest fee ), sedangkan
bank yang bersifat syariah adalah bank yang dalam pelaksanaan operasionalnya
menggunakan prinsipprinsip syariah Islam. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah
(Martono, 2002). Salah satu pembiayaan yang ada di bank syariah adalah pembiayaan
murabahah, yaitu prinsip jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
telah disepakai bersama. Melalui Fatwa DSN No. 04/DSNMUI/IV/2000 tentang
murabahah, Dewan SyariahNasional telah memberikan ijin operasional sesuai syariah
terhadap produk pembiayaan murabahah. Dengan dasar Surat Al-Baqarah ayat 275 yang
menyatakan bahwa Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, serta beberapa ayat
lainnya yang terdapat dalam Al-Quran, Murabahah ini di daulat menjadi kunci dari seluruh
kebutuhan nasabah akan produk pembiayaan syariah. Murabahah merupakan pembiayaan
yang memposisikan nasabah sebagai pembeli dan bank sebagai penjual, dan operasional
murabahah ini murni menggunakan rukun dan syarat jual beli, dimana terdapat beberapa hal
yang harus ada dalam transaksi jual beli tersebut. Harus ada penjual, pembeli, objek yang
diperjual belikan, ada ijab dan qabul serta ada akad yang menyertai perjanjian jual beli ini.
PENDAHULUAN
Akad murabahah adalah sesuai dengan syariah karena merupakan transaksi jual beli
dimana kelebihan dari harga pokoknya merupakan keuntungan dari penjualan barang. Sangat
berbeda dengan praktik riba dimana nasabah meminjam uang sejumlah tertentu untuk
membeli suatu barang kemudian atas pinjaman tersebut nasabah harus membayar
kelebihannya dan ini adalah riba. Menurut ketentuan syariah, pinjaman uang harus dilunasi
sebesar pokok pinjamannya dan kelebihannya adalah riba, tidak tergantung dari besar
kecilnya kelebihan yang diminta juga tidak tergantung kelebihan tersebut nilainya tetap atau
tidak tetap sepanjang waktu pinjaman.
2.2 Jenis-jenis Akad Murabahah
Dalam murabahah tanpa pesanan, penjual melakukan pembelian walaupun tidak ada
pemesanan dari pihak pembeli.
Skema Murabahah Tanpa Pesanan :
1) Melakukan akad murabahah
2) Barang diserahkan kepada pembeli
3) Pembayaran dilakukan oleh pembeli
1. Pelaku
Pelaku cakap hukum dan baligh ( berakal dan dapat membedakan), sehingga jual beli
dengan orang gila menjadi tidak sah sedangkan jual beli dengan anak kecil di anggap
sah, apabila seizin walinya
2. Objek murabahah, meliputi barang dan harga barang yang diperjual belikan, barang
tersebut tidak boleh barang yang diharamkan oleh syariah islam.
Objek jual beli harus memenuhi :
1. Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya
perolehan :
Untuk murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat, maka aset dinilai
berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi, dan dipilih mana yang
lebih rendah. Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan,
maka selisihnya diakui sebagai kerugian. Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah
pesanan tidak mengikat, maka jurnal :
3. Apabila terdapat diskon pada saat pembelian aset murabahah, maka perlakuannya
adalah sebagai berikut :
a) Jika terjadi sebelum akad murabahah akan menjadi pengurang biaya perolehan aset
murabahah, jurnal sebagai berikut :
b) Jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak
pembeli, maka akan menjadi kewajiban kepada pembeli, jurnal :
Dr. Kas xxx
Kr. Utang xxx
c) Jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak
penjual, maka akan mejadi tambahan keuntungan murabahah, jurnal :
d) Jika terjadi setelah akad murbahah dan tidak diperjanjikan dalam akad, maka akan
menjadi hak penjual dan diakui sebagai pendapatan oprerasional lain, jurnal :
b) Namun apabila angsuran lebih dari satu periode maka perlakuannya sebagai berikut:
1) Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah dengan syarat apabila resiko
penagihannya kecil, maka dicatat dengan cara yang sama pada butir 5.
2) Keuntngan yang diakui secara proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih
dari piutang murabahah, metode ini digunakan untuk transaksi murabahah tangguh
dimana ada resiko piutang tak tertagih relatif besar dan atau beban untuk mengelola
dan menagih piutang yang relatif besar, maka jurnal sebagai berikut :
Jika pembeli membatalkan transaksi dan dikenakan biaya, maka diakui sebagai
kerugian. Apabila biaya yang dikenakan lebih kecil dari uang muka, maka jurnalnya:
Dr. Kas xxx
Dr. Kerugian xxx
Kr. Uang Muka xxx
Sedangkan biaya yang dikenakan lebih besar dari uang muka, maka jurnalnya :
Dr. Kerugian xxx
Kr. Uang Muka xxx
Kr. Kas / Utang xxx
2. Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya perolehan
murabahah tunai (Apabila tidak ada uang muka) Utang yang timbul dari transaksi
murabahah tangguh diakui sebagai utang murabahah sebesar harga beli yang
disepakati (jumlah yang wajib dibayarkan). Selisih antara harga beli yang disepakati
dengan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban murabahah tangguhan. Jurnalnya
sebagai berikut :
5. Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai dengan
akad diakui sebagai kerugian. Jurnalnya ialah :
6. Penyajian
Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) utang murabahah.
7. Pengungkapan
Pembeli mengungkapkan hal- hal terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak
terbatas pada :
a) Nilai aset tunai yang diperoleh dari transaksi murabahah
b) Jangka waktu murabahah tangguh
c) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembayaran atas akad
jual beli dapat dilakukan secara tunai atau tangguh (ba’i muajjal). Hal yang membedakan
murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah penjual secara jelas memberi tahu
kepada pembeli berapa harga pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang
diinginkannya. Pertukaran barang dengan barang, terlebih dahulu harus memperhatikan
apakah barang tersebut merupakan barang ribawi atau bukan.
Harga tidak boleh berubah sepanjang akad, kalau terjadi kesulitan barang dapat
dilakukan restrukturisasi dan kalau tidak membayar karena suatu hal yang telah ditentukan
maka tidak akan dikenakan denda. Sedangkan denda yang diperoleh tersebut akan dianggap
sebagai dana kebajikan. Pembayaran uang muaka juga diperbolehkan.
Ada beberapa jenis akad murabahah seluruhnya halal asalkan memenuhi rukun dan
ketentuan syariah. Untuk biaya yang terkait dengan aset murabahah boleh diperhitungkan
sebagai beban asalkan itu adalah biaya langsung, atau biaya tidak langsung yang memberi
nilai tambah pada aset murabahah. Pelaksanaan akuntansi untuk murabahah diatur dalam
PSAK 102.