MAKALAH Akuntansi Syariah

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

MAKALAH

Akuntansi Murabahah

Disusun oleh: kelompok 4

 Restu Purnamasari (0232020002)


 Risfa A.Lapise (02320200108)

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu, tanpa pertolongan-nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik, shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercintah kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat, Terima kasih.

Makassar 12 november 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................


1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................

BAB II Pembahasan......................................................................................................

2.1 Pengertian Akad murabahah...........................................................................

2.2 Jenis-jenis Akad Murabahah............................................................................

2.3 Dasar Syariah...................................................................................................

A. Sumber Hukum Akad Murabahah.................................................................

B. Rukun dan Ketentuan ..................................................................................

2.4 Perlakuan Akuntansi (PSAK 102)......................................................................

A. Akuntansi Murabahah (PSAK 102 Revisi 2013...............................................

BAB III PENUTUP..........................................................................................................

Kesimpulan...........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lembaga perbankan di Indonesia telah terbagi menjadi dua jenis yaitu, bank yang bersifat
konvensional dan bank yang bersifat syariah. Bank yang bersifat konvensional adalah bank
yang dalam pelaksanaan operasionalnya menjalankan sistem bunga (interest fee ), sedangkan
bank yang bersifat syariah adalah bank yang dalam pelaksanaan operasionalnya
menggunakan prinsipprinsip syariah Islam. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah
(Martono, 2002). Salah satu pembiayaan yang ada di bank syariah adalah pembiayaan
murabahah, yaitu prinsip jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
telah disepakai bersama. Melalui Fatwa DSN No. 04/DSNMUI/IV/2000 tentang
murabahah, Dewan SyariahNasional telah memberikan ijin operasional sesuai syariah
terhadap produk pembiayaan murabahah. Dengan dasar Surat Al-Baqarah ayat 275 yang
menyatakan bahwa Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, serta beberapa ayat
lainnya yang terdapat dalam Al-Quran, Murabahah ini di daulat menjadi kunci dari seluruh
kebutuhan nasabah akan produk pembiayaan syariah. Murabahah merupakan pembiayaan
yang memposisikan nasabah sebagai pembeli dan bank sebagai penjual, dan operasional
murabahah ini murni menggunakan rukun dan syarat jual beli, dimana terdapat beberapa hal
yang harus ada dalam transaksi jual beli tersebut. Harus ada penjual, pembeli, objek yang
diperjual belikan, ada ijab dan qabul serta ada akad yang menyertai perjanjian jual beli ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian akad murabahah


2. Jenis akad murabahah
3. Rukun dan syarat akad murabahah
4. Ijab dan kabul
5. Perlakuan akuntansi (PSAK 102 dan ed psak 108)
BAB II

PENDAHULUAN

2.1 Pengertian Akad Murabahah

Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan


dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembayaran atas akad
jual beli dapat dilakukan secara tunai (bai’naqdan) atau tangguh (bai’mu’ajal / bai’bi’tsaman
ajil). Secara luas, jual beli dapat diartikan sebagai pertukaran harta atas dasar saling rela. Jual
beli adalah memindahkan milik dengan ganti (iwad) yang dapat dibenarkan (sesuai syariah).
Pertukaran dapat dilakukan antara uang dengan barang, barang dengan barang yang biasa kita
kenal dengan barter dan uang dengan uang misalnya pertukaran nilai mata uang rupiah
dengan yen.

Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan


dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Hal yang membedakan
murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah penjual secara jelas memberi tahu
kepada pembeli berapa harga pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang
diinginnkannya. Pembeli dan penjual dapat melakukan tawar-menawar atas besaran marjin
keuntungan sehingga akhirnya diperoleh kesepakatan.

Akad murabahah adalah sesuai dengan syariah karena merupakan transaksi jual beli
dimana kelebihan dari harga pokoknya merupakan keuntungan dari penjualan barang. Sangat
berbeda dengan praktik riba dimana nasabah meminjam uang sejumlah tertentu untuk
membeli suatu barang kemudian atas pinjaman tersebut nasabah harus membayar
kelebihannya dan ini adalah riba. Menurut ketentuan syariah, pinjaman uang harus dilunasi
sebesar pokok pinjamannya dan kelebihannya adalah riba, tidak tergantung dari besar
kecilnya kelebihan yang diminta juga tidak tergantung kelebihan tersebut nilainya tetap atau
tidak tetap sepanjang waktu pinjaman.
2.2 Jenis-jenis Akad Murabahah

Ada dua jenis murabahah, yaitu:


1. Murabahah dengan pesanan (murabahah to the purchase order)
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari
pembeli. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli
untuk membeli barang yang dipesannya. Kalau bersifat mengikat, berarti pembeli harus
membeli barang yang dipesannya.
Jika aset murabahah yang telah dibeli oleh penjual, dalam murabahah pesanan mengikat,
mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai
tersebut menjadi beban penjual dan akan mengurangi nilai.
Skema Murabahah Pesanan :
1) Melakukan akad murabahah
2) Penjual memesan dan membeli pada supplier/produsen
3) Barang diserahkan dari produsen
4) Barang diserahkan kepada pembeli
5) Pembayaran dilakukan oleh pembeli
b. Murabahah tanpa pesanan (Murabahah jenis ini bersifat tidak mengikat)

Dalam murabahah tanpa pesanan, penjual melakukan pembelian walaupun tidak ada
pemesanan dari pihak pembeli.
Skema Murabahah Tanpa Pesanan :
1) Melakukan akad murabahah
2) Barang diserahkan kepada pembeli
3) Pembayaran dilakukan oleh pembeli

2.3 Dasar Syariah

A. Sumber Hukum Akad Murabahah

Dasar syariah akutansi murabahah :


1. Al – Quran
“Hai orang orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan (mengambil) harta
sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan sukarela diantaramu...” (QS 4:29)
2. Al Hadis
Rasulullah SAW bersabda, “ada tiga hal yang mengandung keberkahan: jual beli secara
tangguh, muqaradhah (Mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah tangga bukan untuk dijual”.(HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).

B. Rukun dan Ketentuan Akad Murabahah

Rukun dan ketetntuan murabahah, yaitu sebagai berikut:

1. Pelaku
Pelaku cakap hukum dan baligh ( berakal dan dapat membedakan), sehingga jual beli
dengan orang gila menjadi tidak sah sedangkan jual beli dengan anak kecil di anggap
sah, apabila seizin walinya
2. Objek murabahah, meliputi barang dan harga barang yang diperjual belikan, barang
tersebut tidak boleh barang yang diharamkan oleh syariah islam.
Objek jual beli harus memenuhi :

a. Barang yang diperjual belikan adalah barang halal.


b. Barang yang diperjual belikan harus dapat diambil manfaatnya atau memiliki nilai.
c. Barang tersebut dimiliki oleh penjual.
d. Barang tersebut dapat diserahkan tanpa tergantung dengan kejadian tertentu dimasa
depan.
e. Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan dapat di identifikasikan oleh
pembeli sehingga tidak ada gharar (ketidakpastian).
f. Barang tersebut dapat diketahui kuantitas dan kualitasnya degan jelas Harga barang
tersebut jelas, sehingga tidak ada gharar
g. Harga barang tersebut jelas.
h. Barang yang diakadkan ada di tangan penjual.
3. Ijab dan kabul, merupakan kehendak pihak yang bertransaksi baik itu secara lisan
maupun tertulis, atau secara diam diam. Pernyataan dan ekspresi saling rida/rela
diantara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui
korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
Apabila jual beli telah dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah maka
kepemilikannya, pembayarannya dan pemanfaatan atas barang yang diperjualbelikan
menjadi halal. Demikian sebaliknya.
Kalau kita perhatikan, semua ketentuan syariah diatas tidak ada yang
memberatkan. Semuanya masuk akal, memiliki nilai moral yang tinggi, menghargai hak
kepemilikan harta, meniadakan persengketaan yang dapat berakibat pada permusuhan

2.4 Perlakuan Akuntansi (PSAK 102)


Akuntansi Murabahah (PSAK 102 Revisi 2013)

Akuntansi Untuk Penjual

1. Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya
perolehan :

Dr. Aset Murabahah xxx


Kr. Kas xxx
2. Untuk murabahah pesanan mengikat, pengukuran aset-aset murabahah setelah
Perolehan adalah dinilai sebesar biaya perolehan dan jika terjadi penurunan aset karena usang,
rusak, atau kondisi lain sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan aset tersebut di akui
sebagai beban dan mengurangi nilai aset. Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah
pesanan mengikat, maka jurnal :

Dr, beban Penurunan Nilai xxx


Kr. Aset Murabahah xxx

Untuk murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat, maka aset dinilai
berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi, dan dipilih mana yang
lebih rendah. Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan,
maka selisihnya diakui sebagai kerugian. Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah
pesanan tidak mengikat, maka jurnal :

Dr. Kerugian Penurunan Aset xxx


Kr. Aset Murabahah xxx

3. Apabila terdapat diskon pada saat pembelian aset murabahah, maka perlakuannya
adalah sebagai berikut :

a) Jika terjadi sebelum akad murabahah akan menjadi pengurang biaya perolehan aset
murabahah, jurnal sebagai berikut :

Dr. Aset Murabahah xxx


Kr. Kas xxx

b) Jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak
pembeli, maka akan menjadi kewajiban kepada pembeli, jurnal :
Dr. Kas xxx
Kr. Utang xxx

c) Jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak
penjual, maka akan mejadi tambahan keuntungan murabahah, jurnal :

Dr. Kas xxx


Kr. Keuntungan Murabahah xxx

d) Jika terjadi setelah akad murbahah dan tidak diperjanjikan dalam akad, maka akan
menjadi hak penjual dan diakui sebagai pendapatan oprerasional lain, jurnal :

Dr. Kas xxx


Kr. Pendapatan Operasional Lain xxx

4. Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian diskon tersebut akan


tereliminasi pada saat :

a) Dilakukan pembayaran kepada pembeli, sehingga jurnal menjadi :

Dr. Utang xxx


Kr. Kas xxx
b) Akan dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat dijangkau
oleh pejual, sehingga jurnal menjadi:

Dr. Utang xxx


Kr. Kas xxx
Dr. Dana Kebajikan / Kas xxx
Kr. Dana Kebajikan / Potongan Pembelian xxx

4. Penjualan aset murabahah :


a) Jika penjualan dilakukan secara tunai atau secara tangguh sepanjang masa angsuran
murabahah tidak melebihi satu periode laporan keuangan, maka keuntungan
murabahah diakui pada saat terjadinya akad murabahah :

Dr. Kas xxx


Dr. Piutang Murabahah xxx
Kr. Aset Murabahah xxx
Kr. Keuntungan xxx

b) Namun apabila angsuran lebih dari satu periode maka perlakuannya sebagai berikut:
1) Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah dengan syarat apabila resiko
penagihannya kecil, maka dicatat dengan cara yang sama pada butir 5.
2) Keuntngan yang diakui secara proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih
dari piutang murabahah, metode ini digunakan untuk transaksi murabahah tangguh
dimana ada resiko piutang tak tertagih relatif besar dan atau beban untuk mengelola
dan menagih piutang yang relatif besar, maka jurnal sebagai berikut :

Pada saat penjualan kredit dilakukan :


Dr. Piutang Murabahah xxx
Kr. Aset Murabahah xxx
Kr. Keuntungan Tangguhan xxx

Akuntasi Untuk Pembeli


1. Uang muka
Pembeli membayarkan uang muka, jurnalnya adalah :
Dr. Uang Muka xxx
Kr. Kas xxx
Jika sudah memberikan uang muka, maka ketika penyerahan barang jurnalnya :

Dr. Aset xxx


Dr. Beban Murabahah Tangguhan xxx
Kr. Utang Murabahah xxx

Jika pembeli membatalkan transaksi dan dikenakan biaya, maka diakui sebagai
kerugian. Apabila biaya yang dikenakan lebih kecil dari uang muka, maka jurnalnya:
Dr. Kas xxx
Dr. Kerugian xxx
Kr. Uang Muka xxx

Sedangkan biaya yang dikenakan lebih besar dari uang muka, maka jurnalnya :
Dr. Kerugian xxx
Kr. Uang Muka xxx
Kr. Kas / Utang xxx

2. Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya perolehan
murabahah tunai (Apabila tidak ada uang muka) Utang yang timbul dari transaksi
murabahah tangguh diakui sebagai utang murabahah sebesar harga beli yang
disepakati (jumlah yang wajib dibayarkan). Selisih antara harga beli yang disepakati
dengan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban murabahah tangguhan. Jurnalnya
sebagai berikut :

Dr. Aset xxx


Dr. Beban Murabahah Tangguhan xxx
Kr. Utang Murabahah xxx

3. Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional dengan porsi utang


murabahah yang dilunasi. Jurnal :
Dr. Utang Murabahah xxx
Kr. Kas xxx
Dr. Beban xxx
Kr. Beban Murabahah Tangguhan xxx
4. Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah, potongan pelunasan dan
potongan utang murabahah diakui sebagai pengurang beban murabahah tangguhan.
Jurnal untuk diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah. Jurnal :

Dr. Kas xxx


Kr. Beban Murabahah Tangguhan xxx
Jurnal untuk potongan pelunasan dan potongan utang murabahah:

Dr. Utang Murabahah xxx


Dr. Beban xxx
Kr. Kas xxx
Kr. Beban Murabahah Tangguhan xxx

Keterangan : beban dihitung sebesar alokasi beban murabahah tangguhan/potongan

5. Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai dengan
akad diakui sebagai kerugian. Jurnalnya ialah :

Dr. Kerugian xxx


Kr. Kas / Utang xxx

6. Penyajian
Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) utang murabahah.

7. Pengungkapan
Pembeli mengungkapkan hal- hal terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak
terbatas pada :
a) Nilai aset tunai yang diperoleh dari transaksi murabahah
b) Jangka waktu murabahah tangguh
c) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembayaran atas akad
jual beli dapat dilakukan secara tunai atau tangguh (ba’i muajjal). Hal yang membedakan
murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah penjual secara jelas memberi tahu
kepada pembeli berapa harga pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang
diinginkannya. Pertukaran barang dengan barang, terlebih dahulu harus memperhatikan
apakah barang tersebut merupakan barang ribawi atau bukan.
Harga tidak boleh berubah sepanjang akad, kalau terjadi kesulitan barang dapat
dilakukan restrukturisasi dan kalau tidak membayar karena suatu hal yang telah ditentukan
maka tidak akan dikenakan denda. Sedangkan denda yang diperoleh tersebut akan dianggap
sebagai dana kebajikan. Pembayaran uang muaka juga diperbolehkan.
Ada beberapa jenis akad murabahah seluruhnya halal asalkan memenuhi rukun dan
ketentuan syariah. Untuk biaya yang terkait dengan aset murabahah boleh diperhitungkan
sebagai beban asalkan itu adalah biaya langsung, atau biaya tidak langsung yang memberi
nilai tambah pada aset murabahah. Pelaksanaan akuntansi untuk murabahah diatur dalam
PSAK 102.

You might also like