Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Gizi Indon 2022, 45(1):47-58

GIZI INDONESIA
Journal of The Indonesian Nutrition Association
p-ISSN: 0436-0265 e-ISSN: 2528-5874

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PRAKTIK KEAMANAN PANGAN PADA


PENYELENGGARAAN MAKANAN DI SEKOLAH
Factors Affecting Food Safety Practices in School Food Service
Putri Nurhasanah Yahya1, Putri Ronitawati2, Laras Sitoayu2, Mertien Sa’pang2,
Rachmanida Nuzrina2
1Program Studi Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul Jakarta
2Program Studi Pendidikan Profesi Dietisien, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan,

Universitas Esa Unggul Jakarta


E-mail: putri.ronitawati@esaunggul.ac.id

Diterima: 13-11-2020 Direvisi: 12-03-2022 Disetujui terbit: 15-03-2022

ABSTRACT
Extraordinary Events in Indonesia in 2019 recorded the second-highest food poisoning case, namely 97
cases of food poisoning processed by catering services. School food service is a mass food service that
needs special attention because it’s handled by many people and can increase food contamination. Food
safety practices can be influenced by predisposing factors were characteristics of food handlers,
knowledge and attitudes of food handlers and the reinforcing factor is food safety training participation.
The purpose of this study was to determine factors that effecting food safety practices in school food
service. This study was descriptive with cross-sectional. The study was conducted in August 2020 with a
sample of 33 food handlers with a total sampling technique. The data analysis used the Chi-Square test.
The inclusion criteria were being in the kitchen area of the Asy-Syukriyyah Foundation and the Al-Muslim
Foundation, willing to be interviewed, and healthy. Exclusion criteria were outside the kitchen area of the
Asy-Syukriyyah Foundation and the Al-Muslim Foundation, unwilling to be interviewed, and sick. There
was no relationship between age (p 1,000), education level (p 0,550), length of work (p 1,000), knowledge
(p 0,121), attitudes (p 0,330), food safety training (p 1,000) with food safety practices and there was a
relationship between gender and food safety practices (p-value≤0,05). Kitchen managers need to
standardize in recruiting food handlers and give food safety training for food handlers.
Keywords: food handlers, food safety practices, school food service

ABSTRAK
Kejadian Luar Biasa di Indonesia tahun 2019 mencatat kasus keracunan makanan tertinggi kedua yaitu 97
kasus keracunan makanan olahan jasaboga. Penyelenggaraan makanan sekolah merupakan
penyelenggaraan makanan massal yang perlu mendapat perhatian khusus karena ditangani oleh banyak
orang dan bisa meningkatkan kontaminasi makanan. Praktik keamanan pangan bisa dipengaruhi oleh
faktor presdiposisi karakteristik penjamah makanan, pengetahuan dan sikap penjamah makanan dan
faktor pendorong yaitu keikutsertaan pelatihan keamanan pangan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
faktor-faktor yang memengaruhi praktik keamanan pangan pada penyelenggaraan makan di Sekolah.
Penelitian ini deskriptif dengan desain Cross-sectional. Penelitian ini dilakukan selama bulan Agustus
2020. Sampel penelitian ini berjumlah 33 penjamah makanan dengan teknik total sampling. Analisis data
menggunakan Uji Chi-Square. Kriteria inklusi penelitian ini yaitu berada di dalam wilayah dapur Yayasan
Asy-Syukriyyah dan Yayasan Al-Muslim, bersedia diwawancarai dan sehat. Kriteria eksklusi yaitu berada
di luar wilayah dapur Yayasan Asy-Syukriyyah dan Yayasan Al-Muslim, tidak bersedia diwawancarai dan
sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara usia (p 1.000), tingkat pendidikan (p
0.550), lama bekerja (p 1,000), pengetahuan (p 0,121), sikap (p 0,330), keikutsertaan pelatihan keamanan
pangan (p 1,000) dengan praktik keamanan pangan dan ada hubungan antara jenis kelamin dengan
praktik keamanan pangan (p-value≤0,05). Pengelola dapur perlu mengadakan standarisasi dalam
melakukan perekrutan penjamah makanan dan memberikan pelatihan keamanan pangan pada penjamah
makanan.
Kata kunci: penjamah makanan, praktik keamanan pangan, penyelenggaraan makanan sekolah

Doi: 10.36457/gizindo.v45i1.543
www.persagi.org/ejournal/index.php/Gizi_Indon

47
Gizi Indon 2022, 45(1):47-58 Faktor-faktor yang memengaruhi praktik keamanan pangan... Putri NY, dkk.

PENDAHULUAN Berdasarkan survey pendahuluan ada


kelalaian penjamah makanan terkait dengan

P
enyelenggaraan makanan massal praktik keamanan pangan selama mengolah
merupakan penyelenggaraan makanan makanan seperti tidak menggunakan sarung
dalam jumlah besar untuk menghasilkan tangan saat mengolah makanan.
makanan yang aman dan bermutu serta Praktik keamanan pangan bisa berjalan
pelayanan yang cepat dengan harga yang layak dengan baik dipengaruhi oleh beberapa faktor
dan fasilitas yang memadai.1 Salah satu yaitu faktor presdiposisi yaitu karakteristik
penyelenggaraan makanan massal yaitu penjamah makanan seperti usia, jenis kelamin,
penyelenggaraan makanan di sekolah. tingkat pendidikan dan lama bekerja.7 Faktor
Penyelenggaraan makanan di sekolah presdiposisi lainnya yaitu pengetahuan
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan penjamah makanan memengaruhi praktik
energi anak-anak.2 Penyelenggaraan makanan keamanan pangan karena semakin baik
di sekolah juga bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan keamanan pangan maka semakin
promosi kesehatan anak-anak dengan kecil terjadinya kontaminasi makanan.8 Sikap
anakanak jadi bisa mempraktikan konsumsi penjamah makanan yang baik cenderung
makanan yang sehat dan kebiasaan makanan dibarengi dengan perilaku higiene sanitasi yang
yang baik di dalam keluarga melalui pemberian baik pula.9 Faktor pendorong lainnya yaitu
makanan di sekolah dan pendidikan gizi.3 keikutsertaan pelatihan keamanan pangan.
Keamanan pangan merupakan bagian dari Pemberian kesempatan kepada penjamah
penyelenggaraan makanan dimana pangan makanan untuk mengikuti pelatihan dapat
yang dihasilkan harus aman dan bermutu. mendorong perubahan perilaku penjamah
Makanan yang tidak aman akan menimbulkan makanan agar mengolah pangan dengan baik.10
penyakit bawaan makanan terutama Berdasarkan uraian masalah di atas,
memengaruhi kelompok rentan konsumen yaitu peneliti tertarik untuk menganalisis faktor-faktor
anak-anak. Akses terhadap makanan aman yang memengaruhi praktik keamanan pangan
yang bergizi dan aman merupakan kunci pada penyelenggaraan makanan di sekolah.
penting untuk mendukung kesehatan yang baik
sehingga keamanan pangan, gizi dan METODE PENELITIAN
ketahanan pangan mempunyai hubungan yang Penelitian ini merupakan penelitian
tak terpisahkan.4 kuantitatif dengan metode deskriptif dan desain
Kejadian Luar Biasa (KLB) dilaporkan oleh Cross Sectional. Penelitian ini dilakukan di
BPOM tahun 2019 bahwa kelompok penyebab dapur Yayasan Islam Asy-Syukriyyah
keracunan makanan paling banyak pada urutan Tangerang dan dapur Yayasan Al-Muslim
kedua setelah makanan olahan rumah tangga Tambun selama bulan Agustus 2020. Populasi
yaitu Makanan Olahan Jasaboga sebanyak 97 penelitian ini adalah seluruh penjamah
kasus.5 Penyebab KLB Keracunan Pangan makanan di dapur Yayasan Islam
tahun 2017 ditinjau dari jenis pangan yaitu pada AsySyukriyyah yang berjumlah 21 orang dan
pangan jasa boga sebanyak 7 kejadian seluruh penjamah makanan di dapur Yayasan
(13.21%). Berdasarkan tempat KLB Keracunan Al-Muslim yang berjumlah 12 orang. Sampel
Pangan di Lembaga Pendidikan sebanyak 15 penelitian ini berjumlah 33 orang dengan
kejadian yaitu terjadi di SD/MI (9 kejadian) dan rentang umur antara 15-69 tahun dan sebagian
SMP/MTs (6 kejadian).6 besar penjamah makanan berjenis kelamin
Yayasan Islam Asy-Syukriyyah Tangerang perempuan dan sampel diambil secara total
dan Yayasan Al-Muslim Tambun memiliki dapur sampling. Analisis data secara kuantitatif
pengolahan makanan. Praktik keamanan menggunakan uji Chi-Square test atau Fisher’s
pangan dalam pengolahan makanan berjumlah exact test jika terdapat sel yang memiliki nilai
besar perlu mendapat perhatian khusus karena ekspektasi kurang dari lima.
ditangani oleh banyak orang dan bisa Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
meningkatkan kontaminasi pada makanan. adalah data primer dan data sekunder, data
Proses terjadinya kontaminasi makanan primer di dapur Yayasan Islam Asy-Syukriyyah
terutama disebabkan oleh penjamah makanan. diperoleh dengan pengamatan dan wawancara
langsung. Alat ukur yang digunakan dalam

48
Gizi Indon 2022, 45(1):47-58 Faktor-faktor yang memengaruhi praktik keamanan pangan... Putri NY, dkk.

penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari Data sekunder diperoleh dari kepala dapur
data karakteristik penjamah makanan yaitu usia, dan koordinator lapangan dapur Yayasan
jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama bekerja, AsySyukriyyah dan koordinator dapur Yayasan
kuesioner yang berisi tentang pertanyaan untuk AlMuslim meliputi profil kedua Yayasan, data
mengukur pengetahuan dan sikap penjamah jumlah pekerja dan video dapur.
makanan tentang keamanan pangan dan Data pengetahuan penjamah makanan,
observasi untuk mengukur praktik keamanan sikap penjamah makanan dan praktik penjamah
pangan. Adapun teknis wawancara di dapur makanan tentang keamanan pangan
Yayasan Islam Asy-Syukriyyah dilihat dalam sebelumnya telah dilakukan uji validitas
flowchart penelitian pada Gambar 1. sebanyak tiga kali. Hasil uji validitas
Data primer di Yayasan Al-Muslim menunjukkan nilai r hitung > r tabel = 0,3673
diperoleh dengan wawancara melalui whatsapp dan hasil uji realibilitas menunjukkan nilai
video call karena kondisi pandemic Covid-19. Cronbach’s Alpha 0,701.

Hari ke 1
Wawancara data karakteristik
penjamah makanan pada Kelompok
B (11 orang) selama 15 menit/orang

Hari ke 2
Wawancara data karakteristik
penjamah makanan pada Kelompok
A (10 orang) selama 15 menit/orang

Hari ke 3
Wawancara dan observasi praktik
keamanan pangan pada penjamah
makanan Kelompok B (11 orang)
selama 15 menit/orang

Hari ke 4
Wawancara dan observasi praktik
keamanan pangan pada penjamah
makanan Kelompok A (10 orang)
selama 15 menit/orang

Gambar 1
Flow chart Teknis Wawancara dan Observasi Yayasan Islam Asy-Syukriyyah

49
Gizi Indon 2022, 45(1):47-58 Faktor-faktor yang memengaruhi praktik keamanan pangan... Putri NY, dkk.

Data pengetahuan penjamah makanan Penelitian ini juga telah memperoleh


tentang keamanan pangan berjumlah 21 penerimaan kaji etik dari Komisi Etik Penelitian
pertanyaan dengan pilihan jawaban “benar‟, Universitas Esa Unggul dengan nomor
“salah‟ dan “tidak tahu‟, untuk penilaian jika 010419.570/DPKE-KEP/FINAL-EA/UEU/1/2020.
menjawab “benar‟ diberi nilai 1, jika menjawab Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari
“salah‟ dan “tidak tahu‟ diberi nilai 0 lalu diukur para responden dengan mengisi pernyataan
berdasarkan jawaban kuesioner dengan persetujuan mengikuti penelitian (informed
menjumlah skor yang benar dibagi nilai consent).
maksimal dikalikan dengan 100 persen
kemudian dikategorikan menjadi dua kategori HASIL
yaitu kategori kurang <60%-80% dan kategori Karakteristik responden terdapat pada
baik >80%.11 Tabel 1. Sebagian besar penjamah makanan
Data sikap penjamah makanan tentang berusia 15-59 tahun atau usia produktif (97%),
keamanan pangan berjumlah 21 pernyataan perempuan (81,8%), memiliki tingkat pendidikan
dengan pilihan jawaban setuju dan tidak setuju, dasar SD-SMP (75,8%), dan bekerja ≤5 tahun
penilaian untuk pernyataan positif jika setuju (63,6%).
diberi nilai 1 dan jika tidak setuju diberi nilai 0. Data pengetahuan penjamah makanan
Untuk pernyataan negatif jika setuju diberi nilai tentang keamanan pangan, sikap penjamah
0 dan jika tidak setuju diberi nilai 1 lalu diukur makanan tentang keamanan pangan,
berdasarkan jawaban kuesioner dengan keikutsertan pelatihan keamanan pangan dan
menjumlah skor yang didapat dibagi nilai praktik penjamah makanan tentang keamanan
maksimal dikalikan dengan 100% kemudian pangan terdapat pada Tabel 2. Tingkat
dikategorikan menjadi dua yaitu kategori cukup pengetahuan penjamah makanan tentang
60%-80% dan kategori baik >80%.11 keamanan pangan sudah baik dimana 97
Data praktik keamanan pangan berjumlah persen penjamah makanan berpengetahuan
15 pertanyaan dengan pilihan jawaban “ya‟ dan baik.
“tidak‟, apabila jawaban “ya‟ diberi nilai 1 dan Sebagian besar sikap penjamah makanan
jawaban “tidak‟ diberi nilai 0 lalu diukur sudah baik yaitu 90,9 persen. Sebagian besar
berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan. penjamah makanan di sekolah tidak pernah
Jumlah nilai yang didapat dibagi nilai maksimal mengikuti pelatihan keamanan pangan yaitu 97
dikalikan dengan 100% kemudian dikategorikan persen. Praktik penjamah makanan tentang
menjadi dua kategori yaitu kategori kurang keamanan pangan di sekolah sebagian besar
<60%-80% dan kategori baik >80%.11 sudah baik yaitu 90,9 persen.

Tabel 1
Karakteristik Responden

Karakteristik N %
Usia
Produktif lansia (60-64 tahun) 1 3
Produktif sebelum lansia (15-59 tahun) 32 97
Jenis Kelamin
Laki-laki 6 18,2
Perempuan 27 81,8
Tingkat Pendidikan
Dasar (SD-SMP) 25 75,8
Tinggi (SMA-PT) 8 24,2
Lama Bekerja
Baru (≤5 tahun) 21 63,6
Lama (>5 tahun) 12 36,4

50
Gizi Indon 2022, 45(1):47-58 Faktor-faktor yang memengaruhi praktik keamanan pangan... Putri NY, dkk.

Tabel 2
Pengetahuan Penjamah Makanan tentang Keamanan Pangan, Sikap Penjamah Makanan tentang
Keamanan Pangan, Keikutsertaan Pelatihan Keamanan Pangan, dan Praktik Penjamah Makanan
tentang Keamanan Pangan

Karakteristik N %
Pengetahuan
- Kurang 1 3
- Baik 32 97
Sikap
- Cukup 3 9,1
- Baik 30 90,9
Pelatihan
- Tidak pernah 32 97
- Pernah (<3 kali) 1 3
Praktik
- Kurang 4 12,1
- Baik 29 36,4

Tabel 3
Hubungan Karakteristik Penjamah Makanan, Pengetahuan Penjamah Makanan, Sikap Penjamah
Makanan, Keikutsertaan Pelatihan Keamanan Pangan dengan Praktik Keamanan Pangan

Praktik Keamanan Pangan


Kategori Kurang Baik Total
p-value
n % n % n %
Usia 1,000
- Produktif Lansia
0 0 1 100 1 100
(60-64 th)
- Produktif sebelum
4 12,5 28 87,5 32 100
lansia (15-59 th)
Jenis Kelamin 0,002*
- Laki-laki 3 60 2 40 5 100
- Perempuan 1 3,6 27 96,4 28 100
0,550
Tingkat pendidikan
- Dasar (SD-SMP)
4 16 21 84 25 100
- Tinggi (SMA-PT)
0 0 8 100 8 100
Lama bekerja 1,000
- Baru (≤5 tahun) 3 14,3 18 85,7 21 100
- Lama (>5 tahun) 1 8,3 11 91,7 12 100
Pengetahuan 0,121
- Kurang 1 100 0 0 1 100
- Baik 3 9,4 29 90,6 32 100
Sikap 0,330
- Cukup 1 33,3 2 66,7 3 100
- Baik 3 10 27 90 30 100
Pelatihan 1,000
- Tidak pernah 4 12,5 28 87,5 32 100
- Pernah (<3 kali) 0 0 1 100 1 100
*p-value≤0,05 artinya ada hubungan bermakna

51
Gizi Indon 2022, 45(1):47-58 Faktor-faktor yang memengaruhi praktik keamanan pangan... Putri NY, dkk.

Hasil analisis hubungan karakteristik diolah dibandingkan penjamah makanan


penjamah makanan, pengetahuan penjamah lakilaki.15 Sebagian besar penjamah makanan
makanan, sikap penjamah makanan dan memiliki tingkat pendidikan dasar (SD-SMP).
keikutsertaan pelatihan keamanan pangan Hal ini sama dengan penelitian Sari (2016)
disajikan dalam Tabel 3. Tidak ada hubungan bahwa pendidikan penjamah makanan pada
usia dan tingkat pendidikan dengan praktik warung makan di Terminal Terboyo Semarang
keamanan pangan. Namun ada hubungan paling banyak adalah tamat SD dan tamat SLTP
antara jenis kelamin dengan praktik keamanan 11 orang (34.1%).16 Pendidikan diperlukan oleh
pangan (p = 0,002). Pada Tabel 3 juga semua orang dan dapat dialami oleh semua
diketahui bahwa tidak ada hubungan antara golongan.17 Faktor-faktor yang dapat
lama bekerja dengan praktik keamanan pangan memengaruhi gagalnya mempertahankan
(p = 1,000). Tidak terdapat pula hubungan kualitas pendidikan tinggi adalah faktor-faktor
antara pengetahuan penjamah makanan, sikap baik internal maupun eksternal dari sistem
penjamah makanan dan keikutsertaan pelatihan pendidikan itu sendiri. Penyebab eksternal yang
keamanan pangan dengan praktik keamanan menonjol termasuk faktor sosial ekonomi,
pangan (p = 0,121, p = 0,330 dan p = 1,000). budaya dan demografi dan iklim geografis yang
merugikan.18 Dari hasil wawancara, sebagian
BAHASAN besar penjamah makanan memiliki tingkat
pendidikan formal dasar SD-SMP karena tidak
Sebagian besar penjamah makanan di ada syarat khusus untuk riwayat pendidikan
Sekolah berusia 15-59 tahun. Dalam penelitian sebagai penjamah makanan di sekolah
Miranti (2018) sebagian besar penjamah sehingga penjamah makanan dengan tingkat
makanan masuk dalam usia produktif sebelum pendidikan apapun dapat bekerja. Menurut
lansia (<45 tahun). Usia produktif sebelum Peraturan BPOM tahun 2018 aspek keamanan
pralansia (15-44 tahun) dan produktif pralansia pangan menjadi persyaratan utama yang harus
(45-59 tahun).12 Penjamah makanan di sekolah dipenuhi oleh setiap produk pangan yang akan
ini termasuk penduduk usia produktif karena diedarkan atau dikonsumsi masyarakat,
berada rentang usia 15-64 tahun. Penduduk sehingga setiap pemilik/penanggung jawab
usia produktif dianggap sudah mampu industri rumah tangga pangan harus memiliki
menghasilkan jasa dalam proses produksi.13 pengetahuan tentang keamanan pangan
Hasil observasi dan wawancara dengan dengan mengikuti penyuluhan keamanan
Koordinator Dapur juga menyatakan bahwa pangan.19 Pendidikan memengaruhi proses
tidak ada kualifikasi usia untuk penjamah belajar, dan semakin tinggi jenjang pendidikan
makanan yang bekerja di dapur Sekolah dan maka semakin mudah menerima informasi.
mereka juga direkrut dari sekitar wilayah Semakin banyak informasi yang diberikan,
sekolah dimana usia 15-59 tahun yang paling semakin banyak informasi yang akan diterima
banyak karena mereka mau bekerja dan dalam hal ini informasi higiene dan sanitasi
sedang membutuhkan pekerjaan. Penjamah ketika mengolah makanan yang akan
makanan di sekolah sebagian besar adalah meningkatkan pemahaman penjamah makanan
perempuan. Jumlah penjamah makanan hingga jaminan keamanan pangan menjadi
perempuan lebih banyak karena perempuan meningkat.20,21 Lama kerja sebagian besar
identik dengan pekerjaan di dapur seperti penjamah makanan di sekolah masih tergolong
memasak dan lebih mengetahui informasi baru (≤5 tahun) yang berarti pengalaman kerja
mengenai makanan.14 Perempuan lebih cocok yang dimiliki masih kurang dari penjamah
sebagai pekerja dapur karena memang makanan yang sudah lama bekerja. Lama kerja
pekerjaan dapur adalah pekerjaan perempuan. penjamah makanan sebagai sumber
Hal ini sama dengan hasil observasi penjamah pengetahuan untuk memperoleh kebenaran
makanan perempuan lebih mengerti dan peduli dengan cara mengulang kembali pengetahuan
dengan cara mengolah dan menyajikan yang diperoleh dalam memecahkan masalah
makanan dengan baik dan juga lebih teliti untuk mengolah dan menyiapkan makanan yang
memesan bahan-bahan makanan yang akan dihadapi di masa lalu.7

52
Gizi Indon 2022, 45(1):47-58 Faktor-faktor yang memengaruhi praktik keamanan pangan... Putri NY, dkk.

Sebagian besar penjamah makanan sudah penting bagi penjamah makanan, penting
memiliki pengetahuan keamanan pangan yang untuk memperhatikan informasi label gizi dan
baik. Penelitian ini sama dengan penelitian tanggal kadaluarsa pada produk makanan,
Suryani (2019) sebagian besar penjamah pengangkutan makanan jadi harus pakai
makanan di kantin sekolah dasar memiliki kendaraan khusus dan harus selalu higienis,
pengetahuan keamanan pangan yang baik yaitu memakai sarung tangan dapat menghindari
83,9 persen.22 Dapat dilihat juga dari jawaban makanan dari cemaran. Sikap penjamah
kuesioner pengetahuan bahwa seluruh makanan merupakan respons tertutup
penjamah makanan 100 persen menjawab seseorang terhadap pernyataan mengenai
“benar” pada pertanyaan penjamah makanan keamanan pangan yang sudah melibatkan
yang sakit harus ke dokter; tangan adalah faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
tempat terjadinya pencemaran kuman dan yaitu setuju dan tidak setuju.10
pertanyaan mengangkut makanan yang sudah Sebagian besar penjamah makanan di
matang menggunakan kereta dorong dan sekolah tidak pernah mengikuti pelatihan
makanan yang matang ditutup. Ini berarti keamanan pangan. Belum pernah dilaksanakan
penjamah makanan sudah memahami pelatihan keamanan pangan karena menurut
keamanan pangan. Semakin tinggi peneliti keterbatasan waktu dan ketersediaan
pengetahuan seseorang, maka semakin tinggi narasumber pada penyelenggaraan makanan di
pula kesadaran dan terbentuknya sikap yang sekolah untuk mengadakan pelatihan
mendorong tindakan. Pengetahuan dan sikap keamanan pangan. Berdasarkan PERMENKES
kesehatan akan memengaruhi sikap dan RI No. 1096/MENKES/PER/VI2011, salah satu
perilaku sebagai hasil jangka panjang dari syarat tenaga penjamah makanan, yaitu
pendidikan kesehatan.23 Pengetahuan memiliki sertifikat kursus higiene dan sanitasi
penjamah makanan sudah baik karena makanan.27 Pelatihan keamanan pangan sangat
penjamah makanan selama bekerja mendapat penting dilakukan untuk penjamah makanan
informasi langsung dari Kepala Dapur tentang yang bekerja di jasa boga. Pelatihan keamanan
pengolahan makanan yang benar. Dari hasil pangan dapat berkontribusi untuk meningkatkan
wawancara, para penjamah mengerti pengetahuan keamanan pangan.28
menggunakan media massa pada alat Dari hasil jawaban kuesioner praktik
komunikasi mereka, dan juga seringnya penjamah makanan di sekolah sebagian besar
dibagikan informasi tentang kesehatan sudah baik. Hasil penelitian ini sama dengan
makanan melalui grup chat. Media massa penelitian Suryani (2019) bahwa sebagian
sebagai media komunikasi yang bisa besar atau 81,7% penjamah makanan di kantin
memudahkan seseorang untuk mendapatkan sekolah dasar wilayah kota Yogyakarta
informasi-informasi baru tentang sugestif yang mempunyai praktik keamanan pangan yang
bisa meningkatkan pengetahuan seseorang.24 sudah baik.22 Namun hasil observasi praktik
Sikap sebagian besar penjamah makanan penjamah makanan belum baik karena masih
di sekolah dalam penelitian ini sudah baik. ada beberapa penjamah makanan yang tidak
Dalam Azwar (2010) menyatakan faktor yang memakai sarung tangan, masih memakai
memengaruhi sikap adalah pengalaman perhiasan gelang dan jam tangan. Beberapa
pribadi, pengalaman orang lain yang dianggap penjamah makanan juga masih memakai
penting, pengaruh budaya, media, lembaga sepatu tinggi dan sendal jepit, belum memakai
pendidikan dan keagamaan dan faktor penutup kepala. Perilaku ini dapat
emosional.25 Penelitian ini sama dengan meningkatkan kemungkinan kontaminasi
penelitian Karo (2016), sebagian besar makanan yang diproduksi.12 Standar penjamah
penjamah makanan memiliki sikap keamanan makanan menurut Permenkes RI No.
pangan yang baik.26 Hal ini juga terlihat dari 1096/MENKES/PER/VI/2011, penjamah
hasil jawaban kuesioner penjamah makanan makanan harus memastikan untuk melindungi
yaitu 33 orang (100%) setuju pada pernyataan dari kontaminasi makanan dengan tidak
positif seperti belajar lebih banyak tentang memakai perhiasan, memakai sepatu kedap air
keamanan makanan lewat kursus pelatihan dan menutup rambut.27 Penjamah makanan

53
Gizi Indon 2022, 45(1):47-58 Faktor-faktor yang memengaruhi praktik keamanan pangan... Putri NY, dkk.

juga harus memperhatikan Alat Pelindung Diri Kuala Pilah, Malaysia. Penelitian ini
(APD) yang dipakai seperti baju kerja bersih, menyatakan bahwa praktik keamanan pangan
celemek bersih, memakai alas kaki, rambut yang baik dapat dilakukan oleh penjamah
tertutup rapi menggunakan penutup kepala, makanan laki-laki maupun perempuan 33.
menggunakan sarung tangan saat mengolah Tidak ada hubungan antara tingkat
makanan dan tidak memakai perhiasan.29 pendidikan dengan praktik keamanan pangan.
Tidak ada hubungan antara usia dengan Menurut penelitian Amaami (2017) tidak ada
praktik keamanan pangan. Penelitian ini sesuai hubungan antara tingkat pendidikan dengan
dengan penelitian Suryani yang dilakukan pada kesadaran akan keamanan dan kontaminasi
tahun 2019 bahwa usia tidak berhubungan pangan.34 Tidak ada hubungan tingkat
dengan praktik keamanan pangan. Usia tidak pendidikan dengan praktik keamanan pangan
berhubungan dengan praktik keamanan pangan karena pendidikan yang didapatkan penjamah
karena terkait dengan pengetahuan, sikap, makanan berupa pendidikan formal yang tidak
sarana dan prasarana yang tersedia serta berfokus terkait keamanan pangan. Hal ini
adanya dukungan dari pemilik industri pangan.10 berarti antara penjamah makanan yang memiliki
Hasil penelitian juga terdapat penjamah tingkat pendidikan tinggi dan dasar mempunyai
makanan yang berusia 15-59 tahun masih kesempatan yang sama untuk berperilaku
memiliki praktik keamanan pangan yang keamanan pangan yang tidak baik.35
kurang. Penjamah makanan dengan usia muda Lama bekerja tidak berhubungan dengan
memiliki risiko praktik keamanan pangan yang praktik keamanan pangan. Tidak adanya
buruk dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan hubungan antara lama bekerja dengan praktik
penjamah makanan yang berusia lebih tua.22 keamanan pangan karena penjamah makanan
Namun, hasil penelitian juga terdapat penjamah yang sudah lama bekerja >5 tahun (8,3%)
makanan yang berusia 60-64 tahun dan yang masih memiliki praktik keamanan pangan yang
berusia 15-59 tahun memiliki praktik keamanan kurang. Hal ini sesuai dengan Purwaningsih
pangan baik. Usia ini tergolong usia produktif. (2019) bahwa tidak ada hubungan antara lama
Penjamah makanan dalam usia produktif kerja dengan perilaku higiene sanitasi penjamah
dianggap sudah mampu menghasilkan jasa makanan.20 Orang yang memiliki masa kerja
dalam kegiatan ketenagakerjaan. Faktor usia yang lebih lama produktivitasnya kadang mulai
juga merupakan variabel individu, seseorang menurun.30 Hal ini dikarenakan biasanya terkait
bertambah usianya akan bertambah dengan pekerjaan yang monoton dan
kedewasaannya dan semakin banyak pula berulangulang.8 Hasil penelitian ini juga
informasi yang akan memengaruhi menunjukkan bahwa penjamah makanan
perilakunya.30 sebanyak 3 orang (14.3%) yang baru bekerja
Ada hubungan antara jenis kelamin dengan ≤5 tahun mempunyai praktik keamanan pangan
praktik keamanan pangan. Berdasarkan yang kurang. Hal ini disebabkan karena
penelitian Yap (2019) juga menyatakan bahwa pengalaman kerja yang dimiliki oleh penjamah
ada hubungan jenis kelamin penjamah makanan pada penelitian ini masih kurang yaitu
makanan dengan praktik keamanan.31 Hal ini ≤5 tahun, sehingga pengalaman tersebut
dikarenakan perempuan lebih baik dalam memengaruhi praktik keamanan pangan
menjaga kebersihan. Selain itu perempuan lebih tersebut.9 Hal ini juga disebabkan berdasarkan
telaten dalam menjaga diri dan lingkungan hasil observasi karena kurangnya kesadaran
dibandingkan dengan laki-laki.32 Saat observasi penjamah makanan terhadap keamanan
juga terlihat penjamah makanan laki-laki belum pangan dengan tidak memakai celemek saat
memakai celemek dan penutup kepala saat memasak. Penelitian ini juga menunjukkan
berada di ruang pengolahan makanan. Pada penjamah makanan yang sudah lama bekerja
saat distribusi, penjamah makanan laki-laki juga >5 tahun yaitu 11 orang (91.7%) memiliki
tidak menggunakan sarung tangan. Berbeda praktik keamanan pangan baik. Hal ini sesuai
dengan penelitian Abdul Mutalib (2012) bahwa dengan teori Lawrence Green bahwa lama kerja
usia tidak berhubungan dengan praktik higiene termasuk faktor presdiposisi yang dapat
sanitasi makanan pada penjamah makanan di memengaruhi seseorang memiliki wawasan,

54
Gizi Indon 2022, 45(1):47-58 Faktor-faktor yang memengaruhi praktik keamanan pangan... Putri NY, dkk.

pengalaman yang luas dan perilaku. Semakin Tidak ada hubungan antara keikutsertaan
lama bekerja dapat memengaruhi praktik pelatihan keamanan pangan dengan praktik
keamanan pangan karena semakin banyak keamanan pangan. Penelitian lain yang
pengalaman kerja yang didapat dibandingkan mendukung penelitian ini adalah penelitian
penjamah makanan yang baru bekerja.36 Swamilaksita dan Pakpahan (2016) bahwa
Tidak ada hubungan antara pengetahuan tidak ada hubungan antara pelatihan dengan
dengan praktik keamanan pangan. Hasil penerapan higiene sanitasi pangan.38
penelitian ini sesuai dengan Maghafirah (2017) Penjamah makanan di sekolah yang belum
bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan pernah mengikuti pelatihan keamanan pangan
dengan praktik higiene sanitasi penjamah masih memiliki praktik keamanan pangan yang
makanan di sepanjang Jalan Raya Tajem kurang. Pelatihan keamanan pangan harus
Maguharjo Yogyakarta.9 Hasil penelitian juga tetap diadakan karena menjadi faktor
menunjukkan penjamah makanan yang memiliki pendorong dan berperan sangat penting dalam
pengetahuan baik masih memiliki praktik menentukan tindakan atau praktik penjamah
keamanan pangan yang kurang. Dapat makanan.39 Faktor pendorong tersebut adalah
disimpulkan bahwa pengetahuan keamanan Lembaga yang mengadakan pelatihan
pangan yang baik belum tentu diikuti praktik keamanan pangan. Faktor pendorong
keamanan pangan yang baik pula. Tingkat memengaruhi praktik atau tindakan
pengetahuan penjamah makanan di tingkat seseorang.40 Pelatihan keamanan pangan
„tahu‟ yang diartikan hanya sebagai memanggil yang dihadiri oleh penjamah makanan harus
memori yang telah ada sebelumnya setelah serius dan profesional dan didedikasikan untuk
mengamati sesuatu.36 memahami kebijakan perusahaan dan peran
Sikap tidak berhubungan dengan praktik mereka dalam organisasi. Pelatihan keamanan
keamanan pangan. Sama dengan penelitian pangan harus terus fokus pada kebersihan
yang dilakukan Halim (2014) tidak ada dasar dan peran penjamah makanan dalam
hubungan antara skor sikap dan status higiene menjaga keamanan dan sanitasi makanan
penjamah makanan dan tempat makan di untuk memproduksi makanan yang aman
kafetaria publik universitas di Malaysia.37 Sikap secara massal.38
tidak berhubungan dengan praktik keamanan
pangan disebabkan karena hasil penelitian SIMPULAN DAN SARAN
masih terdapat sikap penjamah makanan yang
baik mempunyai praktik keamanan pangan Simpulan
yang kurang. Sikap tidak harus diekspresikan Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak
dalam tindakan atau praktik. Sikap adalah ada hubungan usia, tingkat pendidikan, lama
kesediaan atau kemauan untuk bertindak bekerja, faktor presdiposisi lainnya yaitu
belum pada tahap pelaksanaan. Fungsi sikap pegetahuan penjamah makanan, sikap
yaitu kecenderungan praktik, belum pada penjamah makanan dan faktor pendorong yaitu
tahap praktik.36 Penjamah makanan setuju keikutsertaan pelatihan keamanan pangan
memakai masker dan sarung tangan bisa dengan praktik keamanan pangan sedangkan
menghindari makanan dari cemaran tanpa faktor presdiposisi karakteristik penjamah
diterapi melalui sikap atau kesadarannya, makanan yaitu jenis kelamin berhubungan
sehingga bisa memengaruhi dalam praktik dengan praktik keamanan pangan pada
keamanan pangan.9 Berbeda dengan penyelenggaraan makanan di sekolah.
penelitian Maghafirah (2017) bahwa sikap
terhadap higiene sanitasi berhubungan Saran
dengan praktik higiene sanitasi. Sikap secara Bagi Penyelenggara Makanan di Yayasan
langsung memengaruhi praktik higiene Islam Asy-Syukriyyah dan Yayasan Al-Muslim
penjamah makanan. Sikap yang baik Tambun untuk meningkatkan pengawasan dan
meningkatkan pengarahan kepada penjamah makanan,
praktik higiene sanitasi.9 mengadakan pelatihan atau penyuluhan
keamanan pangan, meningkatkan ketegasan

55
Gizi Indon 2022, 45(1):47-58 Faktor-faktor yang memengaruhi praktik keamanan pangan... Putri NY, dkk.

kepada penjamah makanan dalam penggunaan Vegetables in the Model of Food Service
Alat Pelindung Diri (APD) yang baik dan benar, System in Elementary School. Media
memberi reward kepada penjamah makanan Kesehat Masy Indones. 2016;12(1):35–40.
yang berperilaku baik agar meningkatkan 4. Sari MH. Pengetahuan dan Sikap
pembentukan sikap dan motivasi kerja Keamanan Pangan Dengan Perilaku
Penjaja Makanan Jajanan Anak Sekolah
penjamah makanan, melakukan proses
Dasar. J Heal Educ. 2017;2(2):163–70.
rekuitmen penjamah makanan dengan
5. Badan Pengawas Obat dan Makanan
menggunakan standarisasi yang tepat untuk (BPOM). Laporan Tahunan Pusat Data dan
meningkatkan produktifitas kerja penjamah Informasi Obat dan Makanan Tahun 2019
makanan. [Internet]. Pusat Data dan Informasi Obat
Bagi penjamah makanan diharapkan dan Makanan. Jakarta;
meningkatkan kesadaran dan kebiasaan 2019. Available from:
terhadap praktik keamanan pangan dengan https://www.pom.go.id/new/admin/dat/2
mengikuti pelatihan atau penyuluhan agar dapat 0200817/Laporan_Tahunan_2019_Pus
meperbaiki kinerja khususnya dalam at_Data_dan_Informasi_Obat_dan_Mak
menerapkan praktik keamanan pangan. anan.pdf
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat 6. Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM). Laporan Tahunan Badan
meneliti dengan menggunakan media informasi
Pengawasan Obat dan Makanan Tahun
seperti poster berisi lima kunci keamanan 2017 [Internet]. Jakarta; 2017. Available
pangan untuk meningkatkan kesadaran from:
penjamah makanan tentang keamanan pangan, https://www.pom.go.id/new/admin/dat/2018
mengingat semua penjamah makanan belum 0710/Laporan Tahunan BPOM
mendapat pelatihan khusus mengenai 2017.pdf
keamanan pangan. 7. Gizaw. Food Safety Practice and
Associated Factors of Food Handlers
UCAPAN TERIMA KASIH Working in Establishments in Gondar Town,
Northwest Ethiopia. 2016;3:1–11.
8. Agoestin C, Wati I. Faktor Yang
Peneliti berterima kasih kepada Lembaga Berhubungan Dengan Praktik Sanitasi Pada
Bisnis Yayasan Islam Asy-Syukriyyah Pedagang Makanan Di Sekitar Wisata
Tangerang dan dapur Yayasan Al-Muslim Pantai Logending Kecamatan Ayah
Tambun yang telah mengizinkan sehingga Kabupaten Kebumen. Unnes J Public Heal.
penelitian ini dapat terlaksana. 2014;2(4):1–10.
9. Maghafirah M, Sukismanto, Rahmuniyati
ME. Hubungan Pengetahuan dan Sikap
RUJUKAN dengan Praktik Hygiene Sanitasi Penjamah
Makanan di Sepanjang Jalan Raya Tajem
Maguwoharjo Yogyakarta Tahun 2017. J
1. Bakri B. Prinsip Manajemen Formil (Forum Ilmiah) Kesehat Masy
Penyelenggaraan Makanan Massal. In: Respati. 2018;3(1):15–22.
Hardinsyah, Supariasa IDN, editors. ILMU 10. Handayani NMA, Adhi KT, Duarsa DP.
GIZI Teori dan Aplikasi. Jakarta: Buku Faktor yang memengaruhi Perilaku
Kedokteran EGC; 2016. p. 374. Penjamah Makanan dalam Penerapan Cara
2. Nurhidayati VA, Martianto D, Sinaga T. Pengolahan Pangan yang Baik pada
Energi dan Zat Gizi Industri Rumah Tangga Pangan di
dalam Penyelenggaraan Makanan di Kabupaten Karangasem. Public Heal
Taman Kanak-Kanak dan Perbandingannya Present Med. 2015;3:194–202.
terhadap Subjek Tanpa Penyelenggaraan 11. Khomsan A. Teknik Pengukuran
Makanan. J Gizi dan Pangan. Pengetahuan Gizi. IPB Press; 2000.
2017;12(1):69–78.
12. Miranti EA, Adi AC.
3. Ronitawati P, Setiawan B, Sinaga T.
Analisis Konsumsi Buah dan Sayur pada Hubungan Pengetahuan dengan
Model Sistem Penyelenggaraan Makanan di Sikap dan Higiene Perorangan
Sekolah Analysis Consumption Fruits and (Personal Hygiene) Penjamah Makanan

56
Gizi Indon 2022, 45(1):47-58 Faktor-faktor yang memengaruhi praktik keamanan pangan... Putri NY, dkk.

Pada Penyelenggaraan Makanan Asrama 24. Inayah. Hubungan Pengetahuan Higiene


Putri. Media Gizi Indones. 2018;11(2):120. dan Sanitasi Makanan terhadap Sikap dan
13. Sukmaningrum A. Memanfaatkan Usia Perilaku Penjamah Makanan di Kantin
Produktif dengan Usaha Kreatif Industri Universitas TanjungPura. 2015;151:10–7.
Pembuatan Kaos Pada Remaja di Gresik. J 25. Azwar S. Sikap manusia: Teori dan
Paradig. 2017;5(3). pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
14. Akonor P. Food Safety Knowledge: The Pelajar; 2010.
Case of Domestic Food Handlers in Accra. 26. Karo A. Gambaran Sikap Penjamah
Eur J Nutr Food Saf. 2013;3(3):99–111. Makanan Tentang Keamanan Pangan Di
15. Nildawati N, Ibrahim H, Mallapiang F, Afifah Rumah Makan Taman Sari Colomadu
M K, Bujawati E. Penerapan Personal Karanganyar. kesehatan [Internet]. 2016;
Hygiene Pada Penjamah Makanan di Available from:
Pondok Pesantren Kecamatan Biring https://core.ac.uk/download/pdf/148613
Kanaya Kota Makassar. J Kesehat 431.pdf
Lingkung. 2020;10(2):68–75. 27. Permenkes RI. Peraturan
16. Sari MA, Sulistiyani, Dewanti NAY. Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Perbedaan Perilaku Penjamah Makanan Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011. 2011.
Sebelum dan Sesudah Mendapatkan 28. Akabanda F, Hlortsi EH,
Penyuluhan Higiene Sanitasi Makanan OwusuKwarteng J. Food safety knowledge,
pada Warung Makan di Terminal Terboyo attitudes and practices of institutional food-
Semarang. J Kesehat Masy. 2016;4:11–7. handlers in Ghana. BMC Public Health
17. Hasanah YM, Safruddin C, Jabar A, Pauh [Internet]. 2017;17(1):1–9. Available
T, Yogyakarta UN, Hasanah YM, et al. from: http://dx.doi.org/10.1186/s12889-
Evaluasi Program Wajib Belajar 12 Tahun 016-3986-9
Pemerintah Daerah Kota Yogyakarta. J 29. Sitoayu L, Ronitawati P, Melani V, Gifari N,
Akuntabilitas Manaj Pendidik Online. Kesehatan FI, Unggul UE, et al. Coaching
2017;5(2):228–39. for Campus Canteen through
18. Sugardha IA. Upaya ke Arah Wajib Belajar Hygiene Personal. 2019;35–41.
12 Tahun di Kabupaten Majalengka; 30. Wibowo AS, Suryani M, Sayono. Hubungan
Pendekatan Kebijakan. J Adm Pendidik. Karakteristik Perawat Dengan Penggunaan
2018;25(2):252–63. Sarung Tangan Pada Tindakan Ivasif Di
19. BPOM. Peraturan Kepala Badan Pengawas Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Soewondo
Obat dan Makanan Republik Indonesia Kendal. 2013;
Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 tentang 31. Yap LL, Francis SL, Shelley MC,
Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Montgomery D, Lillehoj CJ. Gaps in safe
Pangan Industri Rumah Tangga. 2012. food handling practices of older adults. J
20. Purwaningsih S, Widiyaningsih EN. Ext. 2019;57(1):1–11.
Gambaran Lama Kerja Pengetahuan dan 32. Islam SM. Hubungan Karakteristik
Perilaku Higiene Sanitasi Penjamah Individu dengan Peilaku Higiene
Makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Sanitasi Penjamah Makanan Terhadap
Umum Daerah dr. Soediran Mangun Mutu Makanan di Puskesmas Rawat Inap
Sumarso Wonogiri. Profesi (Profesional Kabupaten Kulon Progo. 2017;1–13.
Islam Media Publ Penelit. 2019;16(2):1. 33. Abdul-mutalib N, Abdul-rashid M, Mustafa
21. Pasanda A. Perbedaan Pengetahuan, Sikap S. Knowledge , attitude and practices
dan Perilaku Penjamah Makanan Sesudah regarding food hygiene and sanitation of
diberikan Penyuluhan Personal Hygiene di food handlers in Kuala Pilah , Malaysia.
Hotel Patra Jasa Semarang [Internet]. 2016. Food Control. 2012;27:290–3.
Available from: 34. Amaami AJ, Dominic D, Collins D. Factors
http://repository.unimus.ac.id/93/1/SKRI PSI associated with poor food safety compliance
FULL TEXT.1.pdf among street food vendors in the Techiman
22. Suryani D, Sutomo AH, Aman AT. Factors Municipality of Ghana. African J
Associated with Food Safety Practices on Food Sci. 2017;11(March):50–7.
Food Handlers in Primary School Canteens. 35. Nurfikrizd A, Rustiawan A. Hubungan
Unnes J Public Heal. 2019;8(1):1–9. Karakteristik Individu Dengan Perilaku
23. Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku Keamanan Pangan Pada Penjamah
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003. Makanan Di Rumah Makan Kawasan

57
Gizi Indon 2022, 45(1):47-58 Faktor-faktor yang memengaruhi praktik keamanan pangan... Putri NY, dkk.

Wisata Kuliner Pantai Depok Kabupaten 39. Al-Shabib NA, Mosilhey SH, Husain FM.
Bantul. 2019;1–13. Cross-sectional study on food safety
36. Notoatmodjo. Ilmu Perilaku Kesehatan. knowledge, attitude and practices of male
Jakarta: Rineka Cipta; 2018. food handlers employed in restaurants of
37. Halim MHA, Nagaretnam L, Azman, King Saud University, Saudi Arabia. Food
Shafiqah Amirah Noor Saliluddin S, Control [Internet]. 2016;59:212–7. Available
Mahmud A. Association between from:
knowledge, attitude and practice (KAP) and http://dx.doi.org/10.1016/j.foodcont.2015.05.
hygiene status of food handlers and 002
premises in cafeterias of a public university 40. Ferdian Y. Analisis Praktik Manajemen
in Malaysia. Int J Public Heal Clin Sci. Keamanan Pangan Pada IPB Kitchen dan
2014;1(1):180–8. Prospeknya untuk Sertifikasi HACCP. 2018;
38. Swamilaksita PD, Pakpahan SR. Faktor–
Faktor yang memengaruhi Penerapan
Higiene Sanitasi di Kantin Universitas Esa
Unggul Tahun 2016. J Nutr Diaita.
2016;8(2):71–9.

58

You might also like