Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 19

TUGAS KELOMPOK IPD

PNEUMONIA
Disusun oleh B1

1
ANGGOTA
KELOMPOK B1
1. Maulida Raisa A’yunia Jiddan (1102020255)
2. Fadila Vania Putri (1102020176
3. Medina Aminarti Arguni (1102021128)
4. Mufidah Trinanda (1102021132)
5. Muhammad Akhna Adib Nabhan (1102021134)
6. Muhammad Fauzan H (1102021140)
7. Muhammad Fauzul Akbar F (1102021141)
8. Messya Winarni (1102021129)
9. Hanifah Salsabila (1102020204)
10. Erisa Clara Aulia (1102020137)
11. Triana Eka Nugraha (1102020195)

2
Memahami dan Menjelaskan Pneumonia

1.1 Definisi
1.2 Etiologi
1.3 Klasifikasi
1.4 Patofisiologi
1.5 Manifestasi Klinis
1.6 Cara diagnosis dan diagnosis banding
1.7 Tatalaksana
1.8 Komplikasi
1.9 Pencegahan
1.10 Prognosis

3
1.1 DEFINISI

Secara klinis pneumonia didefinisikan


sebagai suatu peradangan parenkim paru
distal dari bronkiolus terminalis yang
mencakup bronkiolus respiratorius dan
alveoli serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat.

4
1.2 ETIOLOGI
Community-acquired pneumonia (CAP) dapat disebabkan oleh banyak agen yang mencakup bakteri, virus,
jamur, dan parasit. Bakteri secara klasik telah dikategorikan menjadi dua divisi berdasarkan etiologi, organisme
"tipikal" dan "atipikal". Organisme tipikal dapat dibiakkan pada media standar atau dilihat pada pewarnaan Gram,
tetapi organisme "atipikal" tidak memiliki sifat seperti itu (Sattar, 2022).
Penyebab paling umum dari community-acquired pneumonia (CAP) adalah S. pneumoniae, diikuti oleh
Klebsiella pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Pseudomonas aeruginosa.
Penyebab paling umum dari HCAP dan HAP adalah MRSA (Methicillin-resistant Staphylococcus aureus) dan
Pseudomonas aeruginosa. Agen penyebab VAP meliputi agen multi-drug resisten (MDR) (misalnya, S. pneumoniae,
Strep spp lainnya, H. influenzae, dan MSSA) dan non-MDR (misalnya, P. aeruginosa, Staphylococcus aureus yang
resisten methicillin, Acinetobacter spp. dan Enterobacteriaceae yang kebal antibiotik) bakteri patogen (Sattar, 2022).

5
1.3 Klasifikasi
Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
1. CAP / Community Acquired pneumonia
2. Nosocomial infection
• HAP / Hospital Acquired Pneumonia
• VSP/ Ventilator Associated Pneumonia
• HCAP / Care Associated Pneumonia
Berdasarkan predileksi Infeksi:
• Bronkopneumonia
• Pneumonia Lobaris
• Interstitial Pneumonia

6
1.3 Klasifikasi

7
1.4 Patofisiologi

8
Gejala pernapasan:
● Batuk (kering atau purulen)
● Dyspnoea
● Sputum
● Sesak nafas
● Nyeri dada
Gejala
1.5 Manifestasi
Gejala Sistemik:
● Demam
Gastrointestinal
● Mual &
klinis
● Menggigil Muntah
● Kekakuan ● Diare
● Kelelahan
● Mialgia dan Arthralgia
● Sakit Kepala
● Kebingungan

9
1.6 Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan fisik
Kejadian aspiration pneumonia biasanya tidak dapat diketahui ● Inspeksi: dapat terlihat bagian yang
waktu terjadinya dan paling sering pada orang tua. Keluhannya sakit tertinggal waktu bernapas.
berupa : ● Palpasi: fremitus dapat mengeras
1. Batuk pada bagian yang sakit.
2. Takipnea (bernapas dengan sangat cepat) ● Perkusi: redup di bagian yang sakit.
3. Tanda-tanda dari pneumonia ● Auskultasi: terdengar suara napas
Faktor Risiko: bronkovesikuler sampai bronkial yang
1. Pasien dengan disfagi neurologis. mungkin disertai ronki basah halus,
2. Pasien dengan irupsi dari gastroesophageal junction. kemudian menjadi ronki basah kasar
3. Terdapat abnormalitas anatomis dari traktus aerodigestif pada stadium resolusi.
atas.

10
1.6 Diagnosis
Pemeriksaan penunjang

Gambaran Pemeriksaan Pemeriksaan


radiologi laboratorium mikrobiologi

Foto toraks (PA/lateral) Pemeriksaan labolatorium pada Cara pengambilan bahan untuk
merupakan pemeriksaan pasien CAP terdapat peningkatan pemeriksaan bakteriologi dapat
penunjang utama untuk jumlah leukosit, biasanya lebih dari secara noninvasif yaitu dengan
menegakkan diagnosis 10.000/mm3 kadang - kadang dibatukkan (sputum), atau dengan
CAP. Namun, foto toraks mencapai 30.000/mm3. Leukositosis cara invasif yaitu aspirasi
saja tidak dapat secara terjadi pada pasien yang terinfeksi transtorakal, aspirasi transtrakeal,
khas menentukan bakteri. Namun, pada infeksi virus bilasan atau sikatan bronkus dan
penyebab pneumonia, atau mikoplasma atau pada infeksi bronchoalveolar lavage (BAL).
hanya merupakan berat leukosit normal atau rendah. Kemudian dapat dilanjutkan dengan
petunjuk ke arah diagnosis Leukopenia menunjukkan depresi pemeriksaan gram dan kultur.
etiologi yang mungkin. imunitas, misalnya neutropenia pada Tujuan lain dari pengecatan gram
infeksi kuman gram negatif atau S. pada sputum adalah memastikan
aureus pada pasien dengan keganasan sputum sudah cocok atau belum
dan gangguan kekebalan, faal hati untuk dijadikan kultur.
mungkin terganggu.
11
1.7 Tatalaksana
TUJUAN TERAPI
Eradikasi mikroorganisme penyebab pneumonia, penyembuhan klinis yang paripurna.
TERAPI POKOK
Penatalaksanaan pneumonia yang disebabkan oleh bakteri sama seperti infeksi pada umumnya yaitu
dengan pemberian antibiotika yang dimulai secara empiris dengan antibiotika spektrum luas sambil
menunggu hasil kultur. Setelah bakteri patogen diketahui, antibiotika diubah menjadi antibiotika yang
berspektrum sempit sesuai patogen.
Community-Acquired Pneumonia (CAP)
Terapi CAP dapat dilaksanakan secara rawat jalan. Namun pada kasus yang berat pasien dirawat di
rumah sakit dan mendapat antibiotika parenteral.
Pilihan antibiotika yang disarankan pada pasien dewasa adalah golongan makrolida atau doksisiklin
atau fluoroquinolon terbaru. Namun untuk dewasa muda yang berusia antara 17-40 tahun pilihan
doksisiklin lebih dianjurkan karena mencakup mikroorganisme atypical yang mungkin menginfeksi.

12
1.7 Tatalaksana

13
1.7 Tatalaksana
TERAPI PENDUKUNG
Terapi pendukung pada pneumonia meliputi:
● Pemberian oksigen yang dilembabkan pada pasien yang menunjukkan
tanda sesak, hipoksemia.
● Bronkodilator pada pasien dengan tanda bronkospasme
● Fisioterapi dada untuk membantu pengeluaran sputum
● Nutrisi
● Hidrasi yang cukup, bila perlu secara parenteral
● Pemberian antipiretik pada pasien dengan demam
● Nutrisi yang memadai.

14
1.8 Komplikasi
Komplikasi yang dihasilkan dari pneumonia antara lain:
- Atelektasis yang dapat terjadi selama fase akut maupun resolusi (penyembuhan).
- Area yang terinfeksi biasanya bersih dengan batuk dan nafas dalam, namun akan
berubah menjadi fibrotik bila atelektasi menetap untuk jangka waktu yang panjang.
- Abses paru juga merupakan salah satu komplikasi pneumonia khususnya pada
pneumonia aspirasi.
- efusi pleura juga dapat terjadi akibat perubahan permeabilitas selaput paru
tersebut (pleura).
- Infiltrasi bakteri ke dalam pleura menyebabkan infeksi sulit diatasi, sehingga
memerlukan bantuan aspirasi.
- bakterimia akibat tidak teratasinya infeksi. Hal ini dapat terjadi pada 20-30% dari
kasus.

15
1.9 Pencegahan
Pencegahan pada pneumonia dapat dilakukan dengan:

1. Vaksinisasi pneumokokus atau influenza merupakan upaya pencegahan


utama

2. Menghentikan merokok yang merupakan pencetus pada 1/3 kasus

3. Mencegah tidak selalu berbaring ditempat tidur, tidur dalam posisi duduk

4. Incentive spirometer

5. Cuci tangan

6. Kebiasaan hidup sehat: olahraga, cukup istirahat, makan yang bergizi

7. Menghindari paparan influenza atau infeksi pernafasan

16
1.10 PROGNOSIS
` Prognosis pneumonia pada umumnya baik,
tergantung dari faktor penderita, bakteri penyebab, dan
penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat.
Perawatan yang baik dan intensif sangat mempengaruhi
prognosis penyakit penderita yang dirawat. Pada pasien
dengan usia muda dan tanpa komorbiditas, akan cepat
pulih dan sembuh total setelah 2 minggu. Pada pasien
yang berusia tua dengan kondisi komorbid akan
beberapa minggu lebih lama dalam penyembuhan.
Secara umum angka kematian pneumonia oleh
pneumococcus adalah sebesar 5% pada penderita
rawat jalan.

17
DAFTAR PUSTAKA
● IDI. Panduan Praktik Klinis. Second ed. Jakarta:IDI;2014
● Lim WS. Pneumonia—Overview. Reference Module in Biomedical Sciences. 2020:B978-
0-12-801238-3.11636-8. doi: 10.1016/B978-0-12-801238-3.11636-8. Epub 2020 May
20. PMCID: PMC7241411.
● Sattar SBA, Sharma S. Bacterial Pneumonia. In: StatPearls. StatPearls Publishing,
Treasure Island (FL); 2022. PMID: 30020693.
● Utami, W. (2014). Asuhan Kefarmasian (Pharmaceutical Care) pada terapi infeksi
saluran pernafasan atas (ISPA). Surabaya: Airlangga University Press.
● https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/c74f5b6231f8e7a87d37ddba7
d8237b6.pdf

18
TERIMAKASIH

19

You might also like