Professional Documents
Culture Documents
Laporan Praktikum Dasar Dasar Kependidikan
Laporan Praktikum Dasar Dasar Kependidikan
Laporan Praktikum Dasar Dasar Kependidikan
Di susun Oleh:
Kelompok 4
No Nama Nim
1 Tresna Bintang Kusuma Hakyky 220106157
2 Dian Mekhrani 220106173
3 Devi Hidayati 220106174
4 M.Parhan Kazuaini 220106183
5 Farhana Kamila Dirman 220106186
Assalamu’alaikum wr.wb.
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya serta petunjuk dan bimbingan sehingga penulis bisa
menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga
tercurahkan atas junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW,beserta keluarga,
sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Laporan ini disusun sesuai dengan fakta yang berkaitan dengan praktikum
Komponen Pendidikan SDN 1 Perampuan, maka melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan kepada kami dalam penulisan laporan.
Penulis juga menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
sangat mengharapkan saran, dan kritik serta masukan yang bersifat membangun
untuk menyempurnakan isi dari laporan ini.Akhirnya penulis sangat berharap
semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis sendiri, dan bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
2. Bagaimana pengaruh semua komponen Pendidikan terhadap belajar
peserta didik?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian pendidikan
2. Mengetahui pengaruh semua komponen pendidikan terhadap belajar
peserta didik
D. Manfaat Praktikum
1. Pembaca dapat mengetahui komponen pendidikan apa saja yang ada di
SDN 1 Perampuan
1
Waktu Praktikum :Jumat, 21 Oktober 2022
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan
suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, sikap sosial, dan ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Bagi kehidupan manusia, pendidikan merupakan kebutuhan
manusia mutlak yang harus di penuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan,
mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup dan berkembang sejalan
dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut
konsep pandangan hidup mereka. Pendidikan menurut para ahli:
1) Menurut Prof. Langeveld. Pakar pendidikan dari belanda ini
mengemukakan, bahwa pendidikan merupakan suatu bimbingan yang di
berikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untyk
mencapai tujuan, yakni kedewasaan.
2) Dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN) pada tahun 1973, di
kemukakaan tentang pengertian pendidikan yaitu pendidikan pada
hakikatnya merupakan suatu usaha yang di sadari untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang di
laksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan berlangsung seumur
hidup.
3) Pendidikan menurut ki hajar dewantoro yang dikutip oleh Suwarno
(1992:2) adalah daya upaya untuk memajukan perkembangan budi
pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak.
Maksudnya ialah supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup
yaitu kehidupan dan penghidupan anak-anak, selaras dengan alamnya
dan masyarakatnya.
3
4) Menurut Redja Mudyahardjo (2013:6) pendidikan dalam definisi sempit
yaitu sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di
sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.
5) Y. Suyitno berpendapat bahwa Pendidikan adalah suatu aktivitas yang
berkaitan dengan masalah usaha manusia dalam meningkatkan derajat
martabat kepribadian manusia ke arah yang lebih baik.
6) Menurut crow and crow pendidikan merupakan proses yang berisi
berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan
sosialnya dan membantu meneruskan adat dan kebudayaan serta
kelembagaan sosial dari generasi ke generasi. (suprapto, 1975)
7) Pendidikan mempunyai pengertian proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara
mendidik (Depdiknas, 2013).
8) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara (UU No. 20 Tahun 2003).
9) Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan
fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama
manusia (Jhon Dewey)
10) Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar
dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungan dan
dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang
memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan
masyarakat (Oemar Hamalik)
11) Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang secara
sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh
orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar
4
anak mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus
menerus (Ahmadi dan Uhbiyati (2007: 70)
12) Pendidikan sebagai proses yang dibangun masyarakat untuk membawa
generasi-generasi baru kearah kemajuan dengan cara-cara tertentu
sesuai dengan kemampuan yang berguna untuk mencapai tingkat
kemajuan paling tinggi (Abdurrahman Saleh Abdullah (2007: 15)
B. Komponen Pendidikan
Komponen ialah bagian dari sesuatu sistem yang meiliki kedudukan
dalam totalitas berlangsungnya sesuatu proses buat menggapai tujuan
sistem. Komponen Pendidikan berarti bagian-bagian dalam system proses
Pendidikan yang memastikan sukses atau tidaknya proses Pendidikan.
1. Pendidik
5
a. Menurut KBBI pendidik adalah orang yang mendidik. Dalam arti
luas pendidik adalah semua orang atau siapa saja yang berusaha dan
memberikan pengaruh terhadap pembinaan orang lain (peserta
didik) agar tumbuh dan berkembang potensinya menuju
kesempurnaan.
b. Menurut Abuddin Nata (2010: 159), pendidik adalah orang dewasa
yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta
didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar
mencapai tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam memenuhi
tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT, dan mampu
melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk
individu yang mandiri.
c. Pendidik (guru) adalah tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama
bagi pendidik pada perguruan tinggi. (Suteja, 2013:2)
d. Arikunto (2013: 333) berpendapat bahwa guru adalah orang yang
diberi kepercayaan untuk menciptakan suasana kelas dalam kegiatan
belajar-mengajar.
e. Menurut Usman (1998: 5) Guru merupakan jabatan atau profesi
yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak
bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk
melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru.
f. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, Tenaga pendidik meliputi guru,
dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya,
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
g. Sedangkan dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengartikan bahwa Guru adalah pendidik dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai
6
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
2. Peserta Didik
a. Fauzi (2013: 40) berpendapat bahwa peserta didik adalah anak yang
belum dewasa akan diberi didikan agar menjadi orang dewasa yang
mampu berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain.
b. Redja (2013 : 358) berpendapat bahwa peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses
pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
c. Suwarno (1992: 86) mengungkapkan syarat-syarat peserta didik
yang matang untuk masuk sekolah dasar antara lain :
a) Syarat intelektual, yaitu anak harus sanggup menerima pelajaran
secara sistematis, didaktis dan metodis.
b) Syarat moril, yaitu harus dapat menerima dan melaksanakan
peraturan kesusilaan dalam kehidupan di sekolah.
c) Syarat sosial, yaitu anak sanggup hidup dalam pergaulan
masyarakat sekolah.
d) Syarat jasmani, yaitu perkembangan fisik anak telah
memungkinkan untuk memenuhi syarat hidup di sekolah.
d. Peserta didik menurut ketentuan umum UU No. 20 Tahun 2003
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi
diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan tertentu.
7
mendewasakan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, taraf dan
jenis pendidikan tertentu.
3. Metode Pendidikan
Menurut Ibnu Khaldun, ilmu-ilmu pengetahuan dalam kaitannya
dengan proses pendidikan, sangat tergantung pada guru dan bagaimana
mereka mempergunakan berbagai metode yang tepat dan baik. Oleh
karena itu, guru wajib mengetahui faidah dari metode yang digunakan
(Ahmad, 1975: 300). Mutu guru sangat terkait dengan kemampuannya
memahami metode pendidikan dan keterampilan menggunakan metode
tersebut di depan para siswa, sehingga proses pendidikan berlangsung
efektif dan menyenangkan.
Menurut Chunaimah (1952: 177), metode mengajar berarti suatu
cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pengajaran agar
tercapai tujuan pengajaran. Sedangkan Al-Abrasyi (h. 257) berpendapat,
metode mengajar adalah jalan yangkita ikuti untuk memberikan
pengertian kepada murid-murid tentang segala macam materi dalam
berbagai pelajaran.
Metode pengajaran atau pendididkan adalah cara yang digunakan
pendidik untuk menyampaikan materi pelajaran, keterampilan, atau
sikap tertentu agar pembelajaran dan Pendidikan berlangsung efektif
dan tujuannya tercapai dengan baik. Guru harus menguasai materi
pelajaran dengan baik, sehingga ia mudah memilih metode yang tepat
untuk mengajar.
Menurut Sa’id (1995:119), pemilihan metode mengajar
harusmempertimbangkan hal-hal berikut ini:
a. Memerhatikan Tujuan Pembelajaran
Jika tujuannya adalah agar siswa memperoleh pengetahuan
dan informasi, maka metode yang tepat adalah ceramah dan
diskusi; jika tujuannya adalah agar siswa memperoleh
keterampilan tertentu, maka metode yang tepat adalah praktik.
b. Memerhatikan Kebutuhan Dan Usia Siswa
8
Terkadang diperlukan mengemukakan pendapat siswa saat
penggunaan metode ceramah, atau berdebat saat diskusi, atau
percobaan saat praktik.
4. Materi Pendidikan
Materi pendidikan pada hakikatnya adalah Isi kurikulum. isi
pendidikan (kurikulum) merupakan inti dari sebuah penyelenggaraan
pendidikan (Rosyada, 2004: 26). Kurikulum merupakan komponen
pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik
oleh pengelola maupun penyelenggara khususnya guru dan kepala
sekolah. (Mulyasa, 2007:4)
menurut Nasution (2005: 5) bahwa kurikulum adalah suatu rencana
yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah
bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan
beserta staf pengajarnya. Lain dengan pedapatnya Dimyati (2009: 288)
bahwa kurikulum diartikan sebagai jalan meraih ijasah, mata pelajaran
dan isi pelajaran, rencana kegiatan pembelajaran, hasil belajar yang
harus dicapai, dan pengalaman belajar.
Lebih terperinci lagi, Soedijarto (1993: 9) mengartikan kurikulum
menggunakan tingkatan yaitu kurikulum pada tingkat pertama diartikan
sebagai serangkaian tujuan pendidikan yang menggambarkan berbagai
kemampuan pengetahuan dan keterampilan, nilai, dan sikap yang harus
dikuasai dan dimiliki oleh peserta didik dari suatu satuan jenjang
pendidikan, pada tingkatan kedua kurikulum diartikan sebagai kerangka
materi yang memberikan gambaran tentang bidang-bidang pelajaran
yang perlu dipelajari oleh peserta didik untuk menguasai serangkaian
kemampuan, nilai dan sikap yang secara institusional harus dikuasai
oleh para peserta didik setelah selesai dengan pendidikannya, pada
tingkatan ketiga kurikulum diartikan sebagai garis besar materi dari
sesuatu bidang pelajaran yang telah dipilih untuk dijadikan objek
belajar, pada tingkatan keempat kurikulum adalah panduan dan buku
pelajaran yang disusun untuk menunjang terjadinya proses belajar
9
mengajar, pada tingkatan kelima kurikulum diartikan sebagai bentuk
dan jenis kegiatan belajar mengajar yang dialami oleh para peserta didik,
termasuk didalamnya berbagai jenis, bentuk dan frekuensi evaluasi yang
digunakan sebagai bagian terpaadu dari strategi belajar mengajar yang
direncanakan untuk dialami oleh peserta didik.
Dari uraian pendapat Soedijarto diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa pengertian kurikulum dari tingkatan pertama sampai tingkatan
kelima adalah bentuk implementasi kurikulum yang merupakan
tanggung jawab guru pada khususnya dan sekolah pada umumnya.
5. Lingkungan Pendidikan
a. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan utama dan
pertama dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Hal ini
karena sebagian besar waktu seorang siswa berada di rumah. Faktor-
faktor dari keluarga yang mempengaruhi belajar siswa antara lain:
a) Cara Orang Tua Mendidik. Cara orang tua mendidik anaknya
besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Orang tua yang
kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya dapat
menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil dalam
belajarnya. Akan tetapi mendidik anak dengan cara
memanjakannya dengan membiarkan anak tidak belajar dan
memperlakukan terlalu keras juga merupakan cara mendidik
yang salah dan tidak baik.
b) Relasi Antar Anggota Keluarga. Relasi antar anggota ini erat
hubunganya dengan cara orang tua mendidik. Demi
kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan
relasi yang baik di dalam keluarga. Hubungan yang baik
adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang.
c) Suasana Rumah. Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan
semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang
belajar.
10
d) Keadaan Ekonomi Keluarga. Keadaan ekonomi keluarga erat
hubunganya dengan belajar anak. Jika anak hidup dalam
keluarga yang kurang mampu, kebutuhan pokok kurang
terpenuhi, akibat lain yang ditimbulkan adalah belajar anak
ikut terganggu. Walaupun tidak dapat dipungkiri tentang
adanya kemungkinan anak yang serba kekurangan dan selalu
menderita akibat ekonomi keluarganya lemah, justru keadaan
yang begitu cambuk untuk belajar lebih giat dan akhirnya
sukses.
e) Pengertian Orang Tua. Anak mengalami lemah semangat,
orang tua wajib memberi pengertian dan wajib
mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang
dialami anak sekolah.
f) Latar Belakang Kebudayaan Keluarga. Tingkat pendidikan
atau kebiasaan dalam keluarga mempengaruhi sikap anak
dalam belajar. Orang tua perlu menanamkan kebiasaan-
kebiasaan baik pada anak, agar semangat belajar anak dapat
terdorong.
b. Lingkungan Sekolah
sekolah merupakan lembaga pendidikan formal sebab
mempunyai bentuk (form) yang jelas dalam arti memiliki program
yang telah direncanakan dengan teratur dan ditetapkan dengan
resmi. (Suwarno, 1992: 70)
Sependapat dengan Suwarno, Fauzi (2013: 17) berpendapat
bahwa sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang berperan
dalam mentransfer ilmu dan pengetahuan serta kecerdasan kepada
anak atau peserta didik.
Menurut Uhbiyati (2001 : 34) sekolah merupakan salah satu
lembaga masyarakat. Didalamnya terdapat reaksi dan interaksi antar
warganya. Warga sekolah tersebut adalah guru, murid, tenaga
administrasi serta petugas sekolah lainnya.
11
Dari uraian diatas, penulis dapat menyatakan bahwa sekolah
merupakan lembaga pendidikan dimana didalamnya terdapat reaksi
dan interaksi antar warganya berupa transfer ilmu dan pengetahuan.
c. Lingkungan Masyarakat
masyarakat adalah sebuah kelompok dengan suatu budaya
yang terorganisasi untuk memberikan kepuasan bagi kebutuhan-
kebutuhan dan kepentingan-kepentingan semua orang. Masyarakat
sebagai lingkungan tempat berlangsungnya pendidikan
(Redja,2013:22)
Ihsan (2005:39) berpendapat bahwa masyarakat merupakan
lembaga pendidikan ketiga yang ikut bertanggung jawab dalam
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui pendidikan di
masyarakat peserta didik akan dibekali dengan penalaran,
keterampilan dan sikap makarya, sering juga pendidikan di
masyarakat ini dijadikan upaya mengoptimalkan perkembangan
diri.
Antara masyarakat dan pendidikan terdapat hubungan saling
memberi dan saling menerima. Lembaga pendidikan merealisasikan
apa yang dicita-citakan oleh warga masyarakat tentang
pengembangan anak-anak mereka. Sedangkan masyarakat
memberikan tanggung jawab, maksudnya masyarakat yang terbina
dengan baik akan merasa bahwa lembaga pendidikan itu adalah juga
miliknya yaitu milik bersama sehingga akan timbul rasa untuk
memelihara, mempertahankan dan dimajukan pendidikan. Hal ini
disebabkan karena pendidikan telah memberikan kemajuan dan
kebahagian dalam kehidupan keluarga dan keturunannya. (Pidarta,
1988:192)
Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional disebutkan beberapa peran yang dapat dilakukan oleh
masyarakat, Hak dan kewajiban masyarakat pada pasal 8 UUSPN
disebutkan bahwa masyarakat berhak untuk berperan serta dalam
12
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program
pendidikan. Sedangkan pasal 9 menyebutkan bahwa masyarakat
wajib memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan
pendidikan.
Dari uraian diatas, maka dinyatakan bahwa adanya
keterkaitan antara masyarakat dan pendidikan, dimana keduanya
saling membutuhkan seperti masyarakat membutuhkan pendidikan
untuk kemajuan dan perkembangan jaman serta pendidikan juga
membutuhkan masyarakat untuk berperan sebagai sumber,
pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan. Sebagai pelaksana
pendidikan, masyarakat berpartisipasi menjadi pengawas
pendidikan, donator dengan memberikan bantuan seperti buku, alat
pendidikan, tenaga dan dana.
6. Alat Pendidikan
alat pendidikan yang dimaksud adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi dan mendukung dalam proses pendidikan formal, seperti
situasi atau perbuatan untuk mencapai tujuan pendidikan baik media
pendidikan maupun sumber pendidikan. (Fauzi,2013:18)
Alat pendidikan ialah suatu tindakan atau situasi yang sengaja
diadakan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan tertentu. (Suwarno,
1992: 113)
Menurut Purwanto (2004: 176) usaha-usaha atau perbuatan-
perbuatan si pendidik yang ditujukan untuk melaksanakan tugas
mendidik disebut alat-alat pendidikan, seperti melarang, memberi
anjuran, memberi perintah, menasehati, menghukum, pembiasaan,
pengawasan, dan ganjaran.
Nur Uhbiyati (2001: 51) berpendapat bahwa alat pendidikan sarana
atau prasarana baik berupa benda, situasi lingkungan maupun
kegiatankegiatan yang sengaja ditampilkan atau diadakan atau
digunakan pendidik untuk mencapai tujuan pendidikan baik tujuan
sementara maupun tujuan akhir pendidikan. Setiap satuan pendidikan
13
formal menyediakan alat pendidikan yang dapat memenuhi keperluan
pendidikan sesuai dengan pertumbuhan serta perkembangan potensi
fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan kejiwaan peserta
didik. (Sam, 2010:13)
Dari uraian pendapat para tokoh di atas, maka penulis menyatakan
bahwa alat pendidikan adalah semua sarana dan prasarana yang ada di
lingkungan satuan pendidikan baik berupa benda, situasi ataupun usaha
perbuatan pendidik yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional
dan kejiawaan dalam mencapai tujuan pendidikan.
7. Evaluasi Pendidikan
Evaluasi pendidikan merupakan salah satu kegiatan sistematis yang
menjadi salah satu kunci terpenting dari berhasil atau tidaknya suatu
penyelenggaraan pendidikan. Tentunya evaluasi pendidikan melibatkan
banyak komponen pendidikan pada masing-masing jalur dan kepentingan
yang dibutuhkan.
c. menilai kurikulum,
14
1. Keberlanjutan
2. Keterpaduan Evaluasi pembelajaran harus memegang prinsip
keterpaduan dimana ada kesesuaian antara tujuan instruksional/tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, dan metode pembelajaran.
3. Keterlibatan siswa Keterlibatan siswa dalam kegiatan evaluasi
merupakan suatu hal mutlak, karena keterlibatan siswa bukan
merupakan suatu alternative. Maka dari itu keterlibatan siswa menjadi
salah satu prinsip yang harus dipegang dalam pelaksanaan evaluasi
pembelajaran.
4. Koherensi Prinsip koherensi berarti suatu evaluasi pembelajaran harus
berkaitan dengan materi pelajaran yang dipelajari dan harus sesuai
dengan ranah kemampuan peserta didik yang akan diukur.
5. Pedagogis Dalam melakukan kegiatan evaluasi pembelajaran,
diperlukan adanya alat penilai dari aspek pedagogis untuk melihat
perubahan sikap dan perilaku peserta didik, sehingga pada akhirnya
hasil evaluasi dapat dijadikan sebagai motivasi bagi peserta didik untuk
menjadi lebih baik.
6. Akuntabilitas Hasil evaluasi haruslah menjadi bahan
pertanggungjawaban bagi pihak yang terkait, seperti sekolah, orang tua
peserta didik, dll.
15
BAB III
No Nama Jabatan
1 Sukirman,S.Pd Kepala Sekolah
2 Satriawan,S.Pd Guru Kelas
3 Sri Sundari,S.Pd Guru Kelas
4 Muslihah,S.Pd Guru Agama
5 Yusuf,S.Pd Guru Kelas
6 Evi Apriliyana,S.Pd Guru Kelas
7 Habibi Anwar,S.Pd Guru PJOK
8 Raudatul M,S.Pd Guru Kelas
9 Nurfitriani Guru Kelas
10 Muarif,S.Pd Guru Kelas
11 Baiq Miftahul J,S.Pd Guru Kelas
12 Sapardi,S.Pd Operator
13 M.Saidah Penjaga
16
Perempuan 6 0 6
Total 11 2 13
3. Data Siswa
a. Jumlah Siswa
Tingkat Jumlah
1 1
2 1
3 1
4 1
5 2
6 2
Total Rombel 8
17
4. Data Sarana Prasarana
B. Pendidik
1. Kegiatan Yang Dilakukan Untuk Mengembangkan Kemampuan Guru
2. Kompetensi Keguruan
a. Kompetensi Pedagogik
18
Kompetensi pedagogic merupakan kompetensi yang harus dimiliki
guru, karena dengan kompetensi, maka guru mampu melaksanakan
tugasnya dengan baik.Salah satu contoh kompetensi pedagogic yang
dimiliki Guru SDN 1 Perampuan adalah mampu memanfaatkan
teknologi dalam proses pembelajaran, yaitu dengan memanfaatkan
LCD dalam pembelajaran IPA pada kelas tinggi, dengan
menggunakan LCD ini maka peserta didik tidak gampang jenuh,
karena bagi againian siswa, belajar menggunakan buku membuat
mereka gampang jenuh.
b. Kompetensi Profesional
c. Kompetensi Sosial
d. Kompetensi Kepribadian
Dari wawancara kami di sekolah ini, bahwa kami melihat para guru
yang baik terhadap kami dan mau menerima kami untuk melakukan
19
observasi disekolah ini.Selain itu kami melakukan wawancara para
guru menjawab dengan santun, dalam wawancara kami pak kepala
sekolah, beliau berkata “Rata rata baik”.
C. Peserta Didik
1. Mekanisme Penerimaan Peserta Didik Baru
a. Pemasaran
b. Pendaftaran
c. Seleksi
20
Dalam menyeleksi, sekolah ini menggunakan umur sebagai
tolak ukur diterimanya peserta didik.Kurang dari 6 tahun, maka siswa
tidak akan diterima, walaupun hanya kurang 1 hari.Sebenarnya umur
yang digunakan adalah 7 tahun, tapi jika kuotanya belum terpenuhi
maka diturunkan menjadi 6 tahun. Pengecualian bagi siswa yang
mampu, walaupun umur mereka kurang dari 6 tahun jika memliki
surat keterangan dari tim psikologi maka mereka bisa diterima.
21
bersangkutan.Tercatat tidak ada kenakalan anak yang serius atau tidak wajar
seperti merokok dan lainnya.
D. Metode Pendidikan
Salah satu usaha yang sangat penting dilakukan oleh pendidik dalam
proses belajar mengajar ialah dengan menerapkan metode yang efektif. Metode
efektif itu sendiri adalah metode yang tepat, yang sesuai dengan keadaan dan
kondisi peserta didik serta sejalan dengan materi pembelajaran yang akan
disajikan.
a. Metode Ceramah
22
b. Metode Tanya Jawab
23
meningkatkan hubungan emosional antara peserta didik yang satu
dengan peserta didik yang lainnya.
e. Metode Teknologi
2. Target Metode
E. Kurikulum Pendidikan
Pelaksanaan Kurikulum 2013 telah diberlakukan oleh pemerintah
sejak tahun pelajaran 2013/2014 dengan memilih beberapa sekolah dari tingkat
SD sampai SMA/SMK sebagai piloting project Kurikulum 2013. Pada tahap
awal pelaksanaan di SD hanya diberlakukan untuk kelas I dan IV. Namun
seiring dengan perkembangan Kurikulum 2013 pada tahun pelajaran
2014/2015, pemerintah mengambil kebijakan untuk memberlakukan
Kurikulum 2013 di semua sekolah se-Indonesia. Pada tingkat SD berlaku untuk
kelas I, II, IV, dan V. Berbagai polemik terkait kurikulum 2013 akhirnya pun
menyeruak. Pemerintah dan para pakar pendidikan melakukan evaluasi
Kurikulum 2013, dan akhirnya memutuskan bahwa pada tahun pelajaran
24
2014/2015 semester 2 (dua) semua sekolah harus kembali ke kurikulum lama
yaitu Kurikukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kecuali sekolah-sekolah
yang telah menjadi piloting project. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Anies Rasyid Baswedan pun menunjuk sekolah-sekolah yang sudah
menerapkan kurikulum 2013 untuk tetap melanjutkan penerapan kurikulum
2013. Perkembangan terakhir Kurikulum 2013 yang saat ini bernama
Kurikulum Nasional masih tetap dilaksanakan oleh sekolah-sekolah piloting
project Kurikulum Nasional yang berlaku untuk kelas I – VI SD.
b. Implementasi K13
25
kurikulum 2013 sebelum menerapkannya kepada peserta
didik.Sehingga sebelum proses pembelajaran dilaksanakan guru sudah
harus membuat RPP, agar proses Pendidikan terarah dan sesuai dengan
cita cita pemerintah.
d. Kendala K13
F. Lingkungan Pendidikan
1. Lingkungan Keluarga
26
Salah satu faktor kesulitan belajar adalah suasana dalam keluarga
yang kurang mendukung kegiatan belajar,seperi: kegaduhan di rumah,
kurang perhatian dari orang tua, tidak tersedianya peralatan belajar,
kurangnya ekonomi keluarga sehingga fasilitas belajar anak tidak dapat di
sediakan,karean lingkungan keluarga siswa memiliki pengaruh terhadap
belajar mereka.
2. Lingkungan Sekolah
27
Oleh karena itu, menciptakan lingkungan yang kondusif untuk siswa
belajar merupakan salah satu upaya yang dilakukan guru dalam
memunculkan motivasi belajar siswa. Memberikan latihan-latihan secara
berkala kepada siswa dapat meningkatkan kesiapan siswa dalam belajar.
Kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan oleh guru dapat menciptakan
kondisi lingkungan belajar yang baik bagi siswa.
3. Lingkungan Masyarakat
G. Alat Pendidikan
1. Tindakan Pendidikan (software)
28
2. Alat Bantu (hardware)
H. Evaluasi Pendidikan
1. Jenis Evaluasi
Evaluasi untuk siswa berupa ujian tengah semester atau Mid, ujian
semester baik ganjil maupun genap.Pada hari hari yang sudah ditentukan
oleh guru, dilaksanakan ulangan harian untuk mengetahui perkembangan
siswa memahami materi yang diajarkan.
29
c) Komprehensif atau menyeluruh
d) Praktis atau mudah terlaksana.
I. Dokumentasi
30
31
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Observasi di laksanakan di SDN 1 Perampuan, dengan
akreditasisekolah B, yang terletak di jalan Jl Jl. Kh Ahmad Dahlan, perampuan,
Kec. Labuapi, Kab. Lombok Barat Prov. Nusa Tenggara Barat Sekolah dasar
yangmenjadi bahan objek observasi dari mata kuliah Dasar Dasar Pendidkan,
ini sudah mimiliki komponen pendidikan yang cukup baik dilihat dari beberapa
aspek berikut:
1. Kualitas para guru sudah cukup baik, dilihat dari hasil observasi kami
bahwa guru SDN 1 Perampuan memiliki kompetensi keguruan.
2. Kualitas Para murid juga cukup baik, dilihat dari beberapa murid yang
pernah meraih prestasi berupa juara juara 1 cerdas cermat tingkat kecamatan
dan juara 2 02SN tingkat kecamatan.
3. Kurikulum yang digunakan sekolah ini berupa kurikulum 2013 (K13) untuk
semua kelas tanpa terkecuali.
4. Metode Pendidikan yang digunakan oleh para guru juga baik, hal ini
didasaribahwa para guru menggunakan metode yang sesuai dengan situasi
dan kondisi para murid.
5. Terkait dengan alat pendidikan, untuk software guru menggunakan
beberapa tindakan dalam mendisiplinkan murid mereka, dan untuk
hardware para guru dapat memanfaatkan alat bantu dalam proses
pembelajaran berupa teknologi yaitu LCD.
6. Lingkungan pendidikan yang ada disekolah ini berupa lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.Dan semua itu
mempengaruhi belajar siswa.
7. Evaluasi yang dilaksanakan di sekolah ini berupa ujian mid semester, ujian
semester baik ganjil maupun genap, dan ujian harian.Dan evaluasi yang
dilaksanakan sudah mencapai tujuan yang diinginkan, hal ini dilihat dari
nilai peserta didik yang diatas KKM.
33
B. Saran
1. Untuk SDN 1 Perampuan agar dapat meningkatkan lagi kualitasa yang ada
pada setiap komponen pendidikan yang dimiliki sehingga para guru dan
murid juga memiliki prestasi yang lebih baik.
2. Untuk kami sendiri semoga dapat membuat laporan observasi yang lebih
baik untuk kedepannya dan bermanfaat bagi para pembaca.
34
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas (2013), Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Cet. Kelima.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Ahmadi dan Uhbiyati (2007), Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, hlm. 70.
Abuddin Nata (2010), Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media
Usman (1998), Pendidikan dan Budaya Kemiskinan, Solo: Pustaka Mantiq, hlm. 5.
35
UU No. 20 Tahun 2003
Ahmad (1975), Etika Ilmu Akhlak, Jakarta: Bulan Bintang, hlm. 300.
Dimyati (2009: 288), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Nur Uhbiyati (2001), Ilmu Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, hlm. 51.
Sam (2010), Analisis Swot Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. Jakarta: PT
Graha Grafindo Persada, hlm. 13.
36
Mulyasa (2002), Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi dan Implementasi.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya, hlm. 47.
37