Makalah Perpajakan Kel 6

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 24

MAKALAH

KEBERATAN DAN BANDING


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan 1
Dosen Pengampu
Ibu Laras Pratiwi S.E.,M.Ak.

Disusun Oleh :

2102020006 Arisdian Nur Fadhillah


2102020008 Dewi Intan Andiani Radia
2102020018 Muhamad Silmi Kaffah

UNIVERSITAS PERJUANGAN TASIKMALAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI AKUNTANSI A
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur diucapkan kehadirat Allah SWT tuhan segala alam atas segala rahmatNya
sehingga kami dapat Menyusun makalh ini sampai dengan selesai pada waktunya. Adapun isi
dari makalah ini adalah pembahasan mengenai “Keberatan dan Banding”

Kami merasa masih banyak terdapat kekurangan baik pada teknik penulisan maupun
teknik materi, mengingat kemampuan terbatas yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Selama proses pembuatan makalah ini kami sangat berterimakasih pada pihak-pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.Kami berharap makalah yang kami
buat dapat menambah ilmu dan pengalaman bagi yang membacanya, bahkan kami berharap
bisa lebih jauh lagi sehingga makalah ini bisa pembaca praktekan di kondisi terkait.
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1
A. LATARBELAKANG ……………………………………………………………..1
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………….1
C. TUJUAN ………………………………………………………………………….1
D. MANFAAT………………………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………..3
A. TATA CARA PENYELESAIAN KEBERATAN……………………….………..3
B. TATACARA PENYELESAIAN BANDING ……………………………...……..6
C. PEMBETULAN, PENGURANGAN, PENGHAPUSAN / PEMBATALAN….…8
D. KADALUWARSA PENAGIHAN PAJAK……………………………………...13
E. PEMERIKSAAN…………………………………….………………………..…19
F. PENYIDIKAN ……………………………………………………………..……20
G. SANKSI PERPAJAKAN …………………………………..……………………21
BAB III PENUTUP …………………………………………………………………...……22
A. KESIMPULAN……………………………………………………………..……22
B. SARAN……………………………………………………………………..……22
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….23
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pajak adalah salah satu bentuk andil masyarakat kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau pun badan dan bersifat memaksa berlandaskan Undang-
Undang, Masyarakat tidak akan mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
oleh negara dengan tujuan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Disamping itu terdapat beberapa kondisi dimana itu diluar kekuasaan Wajib
Pajak yang dapat menghambat Wajib Pajak Tersebut untuk membayar pajak,
sehingga wajib pajak melakukan pengajuan keberatan dan banding
Untuk itulah, kami membuat sebuah makalah yang di dalam nya memuat
materi-materi yang berhubungan dengan tatacara pengajuan keberatan dan banding
untuk menjadi solusi agar memperingan wajib pajak dalam membayar pajak.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana tata cara penyelesaian keberatan?
2. Bagaimana tata cara penyelesaian Banding?
3. Bagaimana pembetulan, pengurangan, penghapusan atau pembatalan surat
ketetapan atau keputusan perpajakan?
4. Bagaimana kadaluwarsa penagihan pajak?
5. Apa yang dimaksud pemeriksaan?
6. Apa yang dimaksud dengan Penyelidikan?
7. Bagaimana sanksi bagi pelanggar pajak?

C. TUJUAN
1. Menulusuri tata cara penyelesaian keberatan dan banding
2. Mengetahui metode untuk pembetulan, pengurangan, penghapusan atau
pembatalan surat ketetapan atau keputusan perpajakan
3. Memahami kadaluwarsa pajak.
4. Memahami pemeriksaan dan penyelidikan Banding Pajak
5. Mengetahui sanksi bagi pelanggar pajak
D. MANFAAT
1. Menambah pengetahuan tentang Banding perpajakan
2. Meningkatkan masyarakat agar lebih waspada dan membayar pajak tepat waktu
3. Masyarakat akan lebih memahami sanksi terhadap pelanggaran pajak dengan
begitu tahu bahwa sanksi tersebut akan menimbulkan efek jera pada pelaku dan
efek gentar kepada calon pelaku.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tata Cara Penyelesaian Keberatan


1. Pengertian Keberatan
Dalam isi UU KUP Pasal 25, Pasal 26 dan Pasal 26A ataupun PMK 9/2013
s.t.d.t.d PMK 202/2015 secara alamiah, keberatan adalah usaha yang bisa
ditempuh wajib pajak yang merasa keberatan atas sesuatu ketentuan pajak yang
ditetapkan kepadanya atau atas gugatan dari bagian ketiga. Dari hal tersebut,
wajib pajak dapat mengutarakan keberatan kepada Dirjen Pajak dengan melalui
Kantor Pelayanan Pajak yang dimana wajib pajak berkaitan terdaftar.

2. Keberatan tersebut dapat diajukan atas :


a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
e. Pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketetapan peraturan perundang-
undangan perpajakan.

3. Adapun tata cara pengajuan keberatan :


a. Satu keberatan harus diajukan terhadap satu jenis pajak dan satu Masa pajak
atau tahun pajak misalnya keberatan dari Ketetapan Pajak penghasilan tahun
2010 dan tahun 2011 lalu harus diajukan dua buah surat keberatan untuk 2
tahun tersebut.
b. Keberatan diajukan dengan tertulis dalam bahasa Indonesia secara
mengemukakan jumlah pajak terutang jumlah pajak yang dipotong atau
dipungut atau jumlah rugi menurut perhitungan .wajib pajak dengan alasan
yang menjadi dasar perhitungan.
c. Keberatan harus diajukan dalam kurun waktu 3 bulan sejak tanggal dikirim
Surat Ketetapan Pajak atau sejak tanggal pemungutan pajak terkecuali Apabila
wajib pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebutpun tidak
dipenuhi disebabkan keadaan tersebut diluar kekuasaannya.
d. Wajib pajak yang sedang mempunyai utang pajak wajib melunasi pajak yang
seharusnya dibayar paling sedikit sebesar yang sudah disetujui wajib pajak
dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan sebelum Surat keberatan
ditujukan.
e. Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan di atas Tidak Dianggap sebagai
surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan.
f. Dalam kurun waktu 12 bulan sejak tanggal surat keberatan diterima direktur
jenderal pajak harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan atas
keberatan yang diajukan direktur jenderal pajak dapat mengabulkan
seluruhnya atau sebagian menolak atau menambah besar.
g. Bilamana dalam kurun waktu tersebut nomor 6 terlampaui dan direktur
jenderal pajak tidak memberi keputusan keberatan yang diajukan wajib pajak
dianggap dikabulkan.
h. Berkenaan surat tagihan pajak Surat Ketetapan Pajak kurang bayar beserta
surat dan Ketetapan Pajak kurang bayar, tambahan dan syarat keputusan
keberatan surat keputusan pembetulan putusan banding serta putusan
peninjauan kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
bertambah yang seharusnya dilunasi dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal
diterbitkan tapi belum dibayar pada saat pengajuan keberatan maka jangka
waktu pelunasannya antara tangguh sampai dengan 1 bulan sejak tanggal
penerbitan surat keputusan keberatan
i. Berkenaan surat tagihan pajak Surat Ketetapan Pajak kurang bayar, tambahan
dan surat keputusan keberatan surat keputusan pembetulan putusan banding
serta putusan peninjauan kembali yang dijalani oleh wajib pajak usaha kecil
dan wajib pajak diberbagai daerah tertentu yang menjadikan jumlah pajak
yang harus dibayarpun bertambah yang seharusnya dilunasi dalam waktu 2
bulan sejak tanggal diterbitkan tapi belum dibayar pada saat pengajuan
keberatan maka jangka waktu pelunasannya tertangguh sampai dengan 1 bulan
sejak tanggal penerbitan surat keputusan keberatan
j. Wajib pajak yang mengutarakan pembukuan catatan data informasi dalam
proses keberatan yang tidak diberikan pada saat pemeriksaan selain data dan
informasi yang pada saat pemeriksaan belum terdapat wajib pajak dari pihak
ketiga pembukuan catatan data informasi yang dimaksud tidak ada
pertimbangan dalam penyelesaian keberatannya.
4. Syarat Pengajuan Keberatan
a. Satu Keberatan harus diajukan untuk satu jenis dan satu tahun/masa pajak.
b. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia.
c. Wajib menyatakan alasan-alasan secara jelas.
d. Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang menurut penghitungan Wajib
Pajak.
e. 1 (satu) keberatan diajukan hanya untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak, dan
untuk 1 (satu) pemungutan pajak.
f. Wajib Pajak telah melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit
sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil
verifikasi, sebelum Surat Keberatan disampaikan.

5. Siapa saja yang dapat mengajukan keberatan ?


a. Bagi Wajib Pajak Badan oleh Pengurus.
b. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi oleh Wajib Pajak yang bersangkutan.
c. Pihak yang dipotong/dipungut pihak ketiga.
d. Kuasa yang mereka tunjuk pada butir diatas.

6. Adapun jangka waktu pengajuan keberatan :


a. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal SKP atau
sejak tanggal dilakukan pemungutan, kecuali Wajib Pajak dapat menunjukkan
jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena di luar kekuasaannya.
b. Surat keberatan yang diantar langsung ke Kantor Pelayanan Pajak, maka
jangka waktu 3 bulan dihitung sejak tanggal SKP atau sejak dilakukan
pemungutan oleh pihak ketiga sampai saat keberatan diterima oleh Kantor
Pelayanan Pajak.
c. Surat keberatan yang dikirim melalui pos (harus dengan pos tercatat), maka
jangka waktu 3 bulan dihitung sejak tanggal SKP atau sejak dilakukan
pemungutan oleh pihak ketiga sampai dengan tanggal bukti pengiriman
melalui Kantor Pos dan Giro.
B. Tatacara Penyelesaian Banding
1. Pengertian Banding
Banding dapat diajukan ke Badan Peradilan Pajak apabila pihak Wajib Pajak
masih belum puas dengan hasil surat keputusan keberatan yang diajukan
sebelumnya .
Banding adalah dimana wajib pajak atau pihak penanggung pajak
mengupayakan secara hukum terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan
berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Putusan
banding adalah hasil putusan yang dikeluarkan oleh pihak Badan Peradilan Pajak
atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang wajib pajak ajukan.

2. Syarat Pengajuan Banding


a. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan
peradilan pajak atas Surat Keputusan Keberatan.
b. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan
yang jelas paling lama 3 (tiga) bulan sejak Surat Keputusan Keberatan
diterima dan dilampiri dengan salinan Surat Keputusan Keberatan tersebut.
c. Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.

Yang dapat mengajukan banding ke Pengadilan Pajak:

a. Bagi Wajib Pajak Badan oleh Pengurus.


b. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi adalah yang bersangkutan atau ahli warisnya.
c. Kuasa Hukum dari butir diatas.

3. Pencabutan Banding
Banding dapat diajukan surat pernyataan pencabutan pada Pengadilan Pajak.
Banding yang dicabut dan dihapus dari daftar sengketa :
a. Penetapan Ketua dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan sebelum
sidang dilaksanakan.
b. Putusan Majelis/Hakim Tunggal melalui pemeriksaan dalam hal surat
pernyataan pencabutan diajukan dalam sidang atas persetujuan terbanding
c. Banding yang telah dicabut melalui penetapan atau putusan, tidak dapat
diajukan kembali.
4. Tata cara pengajuan permohonan banding adalah :
a. Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
alasan yang jelas paling lama yaitu 3 (tiga) bulan setelah Surat Keputusan
Keberatan tersebut diterima dan dilampiri dengan Salinan Surat Keputusan
Keberatan.
b. Mengenai Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Keberatan, Surat
Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali,
yang dapat menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar pun bertambah,
yang semestinya dilunasi dalam kurun waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal
diterbitkan tetapi belum dibayar pada saat pengajuan keberatan, lalu jangka
waktu pelunasannya tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal
penerbitan Putusan Banding.
c. Terhadap Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Keberatan, Surat
Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali,
yang dialami oleh Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu,
yang menyebabkan jumlah pajak tersebut harus dibayar bertambah, yang
seharusnya dilunasi dalam jangka waktu 2 (dua) bulan sejak tanggal
diterbitkan tapi belum dibayar pada saat pengajuan keberatan, maka jangka
pelunasannya tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal
penerbitan Putusan Banding.
d. Jumlah Pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan permohonan keberatan
pada nomor 3 (tiga) tidak termasuk sebagai utang pajak.
e. Jumlah pajak yang belum terbayar pada waktu pengajuan permohonan
banding belum merupakan pajak yang terutang hingga dengan Putusan
Banding.
Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib
Pajak diberikan sanksi administrasi yaitu denda sebesar 100% (seratus persen)
dari jumlah pajak bersumber pada Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran
pajak yang sudah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
Namun jika putusan Pengadilan Pajak mengabulkan sebagian atau seluruh
banding, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dan ditambah imbalan bunga
yaitu sebesar 2% (dua persen) satu bulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat)
bulan.

C. Pembetulan, Pengurangan, Penghapusan atau Pembatalan


1. Pembetulan Ketetapan
Seseorang dapat melakukan pengajuan kepada Direktur Jenderal Pajak Berupa
permohonan untuk membetulkan Surat ketetapan atau keputusan,
Adapun Surat Ketetapan atau keputusan yang dapat diminta untuk dibetulkan
adalah sebagai berikut :
a. Surat ketetapan pajak yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil,
dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar;
b. Surat Tagihan Pajak;
c. Surat Keputusan Pembetulan;
d. Surat Keputusan Keberatan;
e. Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi;
f. Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi;
g. Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak; (dapat berupa Surat
Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak atas surat ketetapan pajak atau Surat
Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak atas Surat Tagihan Pajak.)
h. Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak;
i. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak; (dapat berupa
Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak atas surat ketetapan pajak atau
Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak atas Surat Tagihan Pajak.)
j. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga;
k. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang;
l. Surat Ketetapan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan;
m. Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan;
n. Surat Keputusan Pemberian Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan; atau
o. Surat Keputusan Pengurangan Denda Pajak Bumi dan Bangunan .

Beberapa hal yang dapat dibuatkan surat pengajuan pembetulan pada


ketetapan pajak di atas dapat meliputi:
a. Kecacatan dalam penulisan
Dapat berbentuk ketidaksamaan pencatatan nama, alamat, NPWP, nomor
Surat ketetapan pajak, jenis pajak, Masa Pajak atau Tahun Pajak, tanggal jatuh
tempo, atau sapat juga kesalahan tulis lainnya yang tidak mempengaruhi
jumlah pajak terutang dengan data yang ada.
b. Kesalahan perhitungan
Dapat berupa :
1) Kesalahan dalam pengoprasian data bilangan;atau
2) Perbedaan hasil dari perhitungan yang timbul oleh adanya suatu
penerbitan surat ketetapan atau surat keputusan yang terkait.
c. Kelalaian dalam pengaplikasian dalam penggunaan ketentuan tertentu dalam
perundang-undangan perpajakan
Adapun Syarat-syarat untuk mengajukan permohonan
a. 1 (satu) permohonan yang dibuat dan diajukan hanya berlaku pada 1 (satu)
surat ketetapan atau surat keputusan;
b. Wajib pajak yang akan mengajukan permohonan dapat menyampaikannya ke
Kantor Pelayan Pajak yang sama dengan dimana wajib pajak tersebut
dikukuhkan;
c. Surat pengajuan Yang ditulis haruslah menggunakan Bahasa Indonesia yang
baik dan benar juga disertai dengan alasan dan surat permohonan tersebut
haruslah sesuai dengan format yang tersedia;
d. Surat permohonan tersebut ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan jika surat
tersebut tidak ditandatangai oleh bukan Wajib pajak, maka surat tersebut
harus disertai dengan surat kuasa hukum.

Permohonan dapat diajukan kembali, jika sebelum dalam jangka waktu 6


(enam) bulan surat permohonan dikembalikan bersama surat pemberitahuan
dikarenakan tidak memenuhi persyaratan yang ada.
Surat Keputusan akan diterbitkan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan dari
surat permohonan diterima. Dimana isi surat tersebut berisi keputusan pengabulan
permohonan Wajib pajak.
Jika jangka waktu telah melewati 6 (enam) bulan tetapi tidak ada surat
keputusan yang diterbitkan atau tidak ada pengembalian surat permohonan, maka
permohonan dianggap dikabulkan dan akan ada penerbitan keputusan pembetulan
yang sesuai dengan permohonan

2. Pengurangan, penghapusan, atau pembatalan berdasarkan permohonan Wajib


Pajak

Adapun yang dapat dibuat permohonan oleh Wajib Pajak kepada Direktur
Jenderal Pajak adalah sebagai berikut :
a. Permohonan untuk mengurangi atau menghapuskan sanksi administrasi berupa
bunga, denda dan kenaikan yang terutang hal ini sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan dalam hal sanksi tersebut
dikenakan yang diakibatkan karena kekhilafan Wajib Pajak atau kesalahan
dari luar dirinya;
b. Surat Ketetapan pajak yang tidak benar yang dapat dikurangi atau dibatalkan;
c. Dapat mengurangkan atau membatalkan Surat Tagihan Pajak sebagaimana
yang dipaparkan dalam pasal 14 Undang-Undang KUP yang tidak benar; atau
d. Hasil pemeriksaan atau verifikasi yang dapat membatalkan Surat Ketetapan
Pajak yang dilaksanakan tanpa:
1) Penyampaian surat yang memberitahukan hasil pemeriksaan atau surat
yang memberitahukan hasil verifikasi; dan/atau
2) Pembahasan akhir dari hasil pemeriksaan atau pembahasann akhir dari
hasil verifikasi dengan wajib pajak.
Adapun tatacara dalam penyampaian permohonan Wajib Pajak yaitu sebagai berikut :
a. Surat Permohonan harus dikirim ke Kantor Pelayanan Pajak yang sesuai
dengan tempat Wajib Pajak Dikukuhkan dan dapat dikirim secara langsung,
melalui pos ataupun dengan metode yang lainnya.
b. Setelah itu terbitlah Bukti Penerimaan Elektronik dengan tanggal yang
tercantum adalah tanggal dimana surat diterima yangmerupakan tanda bukti
penerimaan surat permohonan.

3. Pengurangan atau penghapusan Sanksi Administrasi


Sanksi- sanksi yang dapat dikurangkan ataupun dihapukan oleh Wajib Pajak
Melalui Surat Permohonan:
a. Sanksi administrasi yang tercatat pada Surat Ketetapan Pajak, kecuali sanksi
administrasi yang termuat dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang bayar, hal ini
sesuai denga napa yang dipaparkan dalam ketentuan Pasal 13A Undang-
Undang KUP;
b. Sanksi administrasi yang termuat dalam Surat Tagihan Pajak yang terkait
dengan penerbitan Surat Ketetapan Pajak, kecuali sanksi administrasi yang
tercantum pada Surat Tagihan Pajak yang diterbitkan Berdasarkan Pasal 25
ayat (9) dan Pasal 27 ayat (5d) Undang-Undang KUP;atau
c. Sanksi administrasi yang tercantum didalam Surat Tagihan Pajak diluar dari
Surat Tagihan Pajak.

Adapun tatacara mengajukan Permohonan :


a. Surat Permohonan dapat Wajib Pajak ajukan kepada Direktur Jenderal Pajak,
b. Wajib Pajak hanya dapat mengajukan surat permohonan Pengurangan atau
Penghapusan Sanksi Administrasi dalam hal atas Surat Ketetapan Pajak
Tersebut.
c. Surat Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi harus
memenuhi persyaratan
1) 1 (satu) permohonan hanya berlaku untuk 1 (satu) Surat tagihan pajak
atau surat ketetapan pajak.tetapi selama terkait dengan surat ketetapan
yang sama, maka wajib pajak dapat mengajukan permohonan untuk
lebih dari 1 (satu) surat tagihan pajak
2) Menggunakan Bahasa Indonesia di dalam penulisan Surat
Permohonan.
3) Memaparkan alasan serta Jumlah Sanksi administrasi
4) Wajib Pajak harus menyampaikan Surat Permohonan ke Kantor
Pelayanan Pajak tempat dirinya terdaftar; dan
5) Wajib Pajak harus menandatangani surat permohonan, jika yang
menandatangani bukan Wajib Pajak maka harus lampirkan Surat
Kuasa Hukum
d. Wajib Pajak dapat mengajukan Surat permohonan Pengurangan atau
Penghapusan Sanksi Administrasi maksimal 2 (dua) kali.
e. Pengajuan kembali Surat Pengurangan yang kedua harus diajukan dalam
jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak Surat Permohonan pertama
dikirim, kecuali ketika Wajib Pajak dapat menunjukan bahwa jangka waktu
tersebut tidak dapat dipenuhi dikarenakan terdapat keadaan di luar kekuasaan
Wajib Pajak.
Direktur Jenderal Pajak akan menguji surat Permohonan tersebut setelah
Wajib Pajak mengajukannya. Permohonan akan ditindaklanjuti jika Surat
Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi telah memenuhi
ketentuan. Apabila tidak memenuhi ketentuan maka Surat Permohonan
Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi tidak akan ditindaklanjuti
dan Direktur Jenderal Pajak akan mengembalikan Surat Permohonan tersebut. Jika
Surat Permohonantidak memenuhi persyaratan, Wajib Pajak Masih dapat
mengajukan permohonan paling banyak 2 (dua) kali untuk permohonan pertama
dikarenakan wajib pajak dianggap belum mengajukan permohonan dan untuk
permohonan kedua, wajib pajak masih mempunyai kesempatan untuk mengajukan
permohonan sepanjang jangka waktu3 (tiga) bulan. Jika permohonan pengurangan
atau penghapusan sanksi administrasi yang dikemblaikan karena permohonan
tersebut tidak memenuhi ketentuan. Maka, Wajib Pajak tidak dapat mengajukan
kembali permohonan.
Direktur jenderal pajak menindaklanjuti permohonan tersebut dengan meneliti
Surat Permohonannya. Dalam penelitian nya Direktur Wajib Pajak dapat
dokumen-dokumen dan data terkait untuk mendapatkan informasi dengan
mengirimkan surat permintaan dokumen atau data terkait. Dan pihak Wajib pajak
harus dapat memenuhi permintaan tersebut paling lambat 15 (limabelas) hari sejak
tanggal surat permintaan dikirim. Selain itu, Direktur Jenderal pajak dapat
mengirimkan surat Permintaan Keterangan guna meminta keterangan dari wajib
pajak sebagai informasi tambahan dan wajib Pajak harus memenuhi Panggilan
tersebut untuk memberikan keterangan dalam jangka waktu yang sesuai dengan
yang dipaparkan di Surat Permintaan Keterangan Tambahan tersebut. Jika Wajib
Pajak tidak memenuhi apa yang Direktur Jenderal Pajak perlukan maka
permohonan masih tetap diprotes dengan keterangan atau informasi yang ada atau
yang diterima. Dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak Surat Permohonan
diterima , maka DIrektur Jenderal Pajak harus menerbitkan Surat Keputusan
Pengurangan Sanksi Administrasi atau Surat Keputusan Penghapusan Sanksi
Administrasi, dan isi dari surat terseubt berisi berupa pengabulan seluruhnya atau
Sebagian, atau menolak permohonan dari surat permohonan pengurangan atau
penghapusan sanksi administrasi. Jika dalam jangka waktu 6 (enam) bulan tidak
ada penerbitan surat keputusan ataupun tidak mengembalikan permohonan, maka
permohonan tersebut dianggap dikabulkan dan Direktur Jenderal Pajak harus
menerbitkan Surat Keputusan sesuai denga napa yang ditulis dipermohonan yang
diajukan oleh Wajib Pajak.

4. Daluwarsa penagihan pajak


Penagihan pajak dapat disebut daluarsa jika waktu penagihan telah melewati
batas, lama waktu tersebut adalah 5 (lima) tahun setelah Surat Tagihan Pajak dan
Surat Ketetapan Pajak. Hal ini selaras denga napa yang dipaparkan mengenai arti
dari Daluwarsa Penagihan Pajak pada pasal 22 UU KUP.
Sebenarnya tidak diungkapkan secara gamblang mengenai dasar hukum
tentang daluwarsa penagihan pajak di dalam Undang-Undang KUP. Tetapi,
ketentuan daluwarsa pajak atau STP dan Ketetapan Pajak (SKP) sama-sama
ditetapkan karena pada Pasal 14 ayat 2, dipaparkan bahwa Surat Tagihan Pajak
(STP) dan Surat Ketetapan Pajak (SKP) Mempunyai kekuatan hukum yang sama.
Terdapat beberapa kondisi dimana daluwarsa penagihan pajak dapat
ditangguhkan, kondisi-kondisi tersebut telah diuraikan dalam Pasal 22 Ayat 2
Undang-Undang KUP, diantaranya sebagai berikut :
a. Penanggung Pajak menerima pemberitahuan dan penerbitan surat paksa dari
Ditjen Pajak karena Penanggung Pajak tidak melangsungkan pembayaran
hutang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam kondisi
seperti ini, maka surat 5 tahun akan dimulai kembali sejak tanggal
pemberitahuan surat paksa dikeluarkan.
b. Wajib pajak melakukan Pengajuan permohonan angsuran atau penundaan
pembayaran utang pajak sebelum tanggal jatuh tempo untuk menyatakan utang
pajak milik Wajib Pajak Tersebut. Untuk kondisi seperti ini, maka daluwarsa
pajak akan mulai dihitung sesuai dengan surat permohonan angsuran dan
penundaan pembayaran utang pajak diajukan dan diterima oleh Direktorat
Jendral Pajak.
c. Pihak Wajib Pajak terkena penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.
d. Wajib Pajak melakukan tindak pidana baik di bidang perpajakan maupun
tindak pidana lain yang mengakibatkan kerugian pendapatan negara
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
sehingga terdapat Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) yang diterbitkan kepada
wajib pajak.

D. Pemeriksaan
Pemeriksaan merupakan kegiatan untuk menghimpun dan mengolah barang bukti
yang berupa keterangan, tulisan atau benda yang memberikan petunjuk yang kuat,
kegiatan ini dilakukan secara objektif dan profesional karena didasarkan oleh standar
pemeriksaan. Pihak yang berwenang melakukan pemeriksaan adalah Direktorat
Jendral Pajak.

Hal tersebut dilakukan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban


perpajakan Wajib Pajak dan tujuan lain, antara lain:

a. Pemberian Nomor Pkok Wajib Pajak;


b. Penghapusan Nomor Wajib Pajak;
c. Pengukuhan atau pencabutan Pengusaha Kena Pajak;
d. Wajib Pajak mengajukan keberatan;
e. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto;
f. Pencocokan data dan/atau alat keteranga;
g. Penentuan Wajib Pajak berlokasi didaerah terpencil;
h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai;
i. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak
j. Penentuan saat mulai berproduksi sehubungan dengan fasilitas perpajakan;
dan/atau
k. Pemenuhan permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah:

a. Pemeriksaan dapat dilakukan dikantor (Pemeriksaan Kantor) atau di tempat Wajib


Pajak
b. Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap wajib pajak, termasuk terhadap instansi
pemerintah dan badan lain sebagai pemungut pajak atau pemotong pajak.
c. Pelaksanaan pemeriksaan dalam rangka menguji pemenuhan kewajiban perpajakan
Wajib Pajak dilakukan dengan menelusuri kebenaran Surat Pemberitahuan,
pembukuan atau pencatatan , dan pemenuhan kewajiban perpajakan lainnya
dibandingkan dengan keaadaan atau kegiatan usaha sebenarnya dari Wajib Pajak.
d. Petugas pemeriksa harus memiliki tanda pengenal pemeriksa dan dilengkapi oleh
Surat Perintah Pemeriksaan Pajak
e. Wajib pajak yang diperiksa harus memperlihatkan buku atau catatan dokumen
yang menjadi dasar bukti dan dokumen lainnya, memberikan izin masuk ketempat
yang dipandang perlu untuk menunjang kelancaran pemeriksaan, memberikan
keterangan lain yang diperlukan baik secara tertulis atau lisan, semua keterangan
yang diminta oleh Pemeriksa wajib dipenuhi oleh Wajib Pajak paling lama satu
bulan sejak permintaannya disampaikan.

Terhadap Wajib Pajak yang pernyataan pendaftaran emisi sahamnya telah


dinyatakan efektif oleh badan pengawas pasar modal dan menyampaikan surat
pemberitahuan dengan melampiri Laporan Keuangan yang sudah diaudit oleh
Akuntan Publik, yang Surat Pemberitahuan Wajib Pajak menyatakan lebih bayar atau
terpilih untuk diperiksa, dapat diperiksa melalui Pemeriksaan Kantor.

E. Penyidikan
Penyidikan tindak Pidana merupakan serangkaian Tindakan ysng dilakukan oleh
penyidik untuk mencari srta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan
tersangkanya. Tujuan dari kegiatan penegak hukum pidanaa dibidang perpajakan
adalah melakukan aktivitas yang mendukung penerimaan pajak, memulihkan
kerugian pada pendapatan negara, serta menimbulkan efek jera pada pelaku dan efek
gentar kepada calon pelaku.

Penyidikan tindak pidana ini hanya bisa dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri
Sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jendral Pajak yang diberi wewenang khusus
sebagai penyidik tindak pidana perpajakan.

Hal hal yang menjadi pertimbangan dilakukan penyidikn TPPU, yaitu:

a. Penyidik pajak memiliki kewenangan melakukan penyidikan TPPU berdasarkan


Pasal 74 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang pencegahan dan
pemberantasan TPPU;
b. Tingkat resiko dari tindak pidana dibidang perpajakan sebagai tindak pidana di
bidang perpajakan;
c. Tujuan asset recovery dalam penyidikan berkesesuaian dengan tujuan
pemidanaan tindak pidana di bidang perpajakan TPPU;
d. Mendukung upaya Indonesia menjadi anggota Financial Action Task Force
(FATF);
e. Mendorong penegakan hukum pidana dibidang perpajakan menjadi lebih
powerful.

Pelaksanaan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan yang dilapisi dengan


penyidikan TPPU memerlukan sinkronasi dengan melakukan proses pengelolaan
barang sitaan asset serta dukungan forensic digital, harmonisasi dengan pemeriksaan
bukti terkait.

Tindak pidana dibidang perpajakan dapat berupa kealpaan yang dimana Wajib
pajak alpa tidak menyampaikan SPT yang benar dan tidak lengkap atau kesengajaan
melampirkan keterangan yang isinya tidak brnar, sehingga merugikan pendapatan
pajak negara. Kealpaan dapat diartikan juga sebagai tidak sengaja, lalai dan tidak hati-
hati atau kurang mengindahkan kewajibannya. Kriteria kesengajaan adalah:

a. Tidak mendaftarkan diri, atau penyalah gunaan NPWP atau NPPKP;


b. Tidak menyampaikan SPT;
c. Menyampaikan SPT dan keterangan yang isinya tidak lengkap atau tidak benar;
d. Menolak untuk melakukan pemeriksaan;
e. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain yang palsu;
f. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak memperlihatkan atau
tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lainnya;
g. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut, sehingga dapat
menimbulkan kerugian pendapatan negara.

F. Sanksi Perpajakan
Sanksi Perpajakan merupakan sanksi yang diberikan kepada Wajib Pajak yang
melakukan pelanggaran atau tidak mematuhi peraturan pajak yang berlaku baik secara
sengaja maupun alpa, berdasarkan ketentuan peraturan Perundang undangan, atau
dengan kata lain sanksi ini merupakan alat pencegah agar Wajb Pajak tidak melanggar
peraturan perpajakan. Sanksi ini dibagi menjadi 2 yaitu Sanksi Administrasi dan
Sanksi Pidana.

a. Sanksi Administrasi Pajak


Sanksi Administrasi merupakan sanksi yang diberikan kepada Wajib Pajak
berupa pembayaran kepada negara atas kerugian pendapatan negara. Bisa
dikatakan seperti denda, bunga atau kenaikan yang dapat dijelaskan sebagi
berikut berdasarkan UU No 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan.
1) Berkaitan dengan Denda
Sanksi pajak berupa denda ditujukan kepada Wajib pajak yang melanggar
berhubungan dengan kewajiban pelaporan. Nominal denda nya pun bermacam
macam setiap pelanggaran disesuaikan dengan aturan Undang-Undang.
Contoh kasus:
Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2007 Pasal 7 ayat (1), Wajib pajak yang
tidak menyampaikan SPT dalam jangka waktu yang ditetapkan, telat
menyampaikan SPT Masa PPN dikenakan denda dengan nominal Rp. 500.000.
sedangkan telat dalam menyampaikan SPT PPh Badan dikenakan denda
dengan nominal Rp. 1.000.000 dan PPh Orang Pribadi 1.000.000.
2) Berkaitan dengan bunga
Sanksi Pajak berupa bunga ditujukan kepada Wajib Pajak Yang melakukan
pelanggaran terkait kewajiban membayar pajak. Besarnyapun ditentukan
perbulan.
Contoh kasus:
Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2007 Pasal 8 ayat (2), Wajib pajak yang
tidak melakukan pembetulan SPT tahunan dalam 2 tahun, Sanksi yang
dikenakan berupa bunga 2% per bulan dari jumlah pajak yang kurang dibayar,
dihitung sejak jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran.

3) Berkaitan dengan Kenaikan


Sanksi Pajak berupa Kenaikan ditujukan kepada Wajib Pajak yang
melanggar terkait dengan kewajiban yang diatur dalam material. Sanksi pajak
ini berupa kenaikan jumlah pajak yang harus dibayar.
Contoh kasus:
Berdasarkan UU No.28 Tahun 2007 Pasal 13A, Bagi Wajib Pajak yang
tidak menyampaikan SPT Tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, yang dilakukan karena
kealpaan dan pertama kali, maka sanksi yang diberikan berupa kenaikan pajak
sebesar 200% dari jumlah pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui
penerbitan SKPKB.

b. Sanksi Pidana
Sanksi pidana merupakan jenis sanksi pajak yang diberikan kepada Wajib
Pajak yang melanggar peraturan perpajakan sanksi tersebut berupa hukuman
pidana seperti denda pidana, pidana kurungan dan pidana penjara.
Sanksi pidana sehubungan dengan pelanggaran terhadap peraturan perundang-
undangan perpajakan khususnya dalam ketentuan umum dan tata cara perpajakan.
Contoh kasus:
Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan pasal 41 ayat (2) setiap pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi
kewajiban dan merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan
kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya untuk
menjalankan ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan atas
pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar akan mendapatkan sanksi pidana
penjara paling lama 2 tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000.000.
Berdasarkan Pasal 39A, setiap orang yang dengan sengaja menerbitkan
dan/atau menggunakan faktur pajak bukti pemungutan, pemotongan, dan/ setoran
pajak yang tidak berdasrkan sanksi sebenarnya akan mendapatkan sanksi Pidana
paling singkat 2 tahun dan paling lama 6 tahun selain itu juga denda paling sedikit
2 kali dan paling banyak 6 kali dari jumlah dari faktur pajak, bukti pemungutan
pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Keberatan Pajak secara sederhana dapat dijelaskan sebagai usaha yang
ditempuh wajib pajak ketika merasa tidak/kurang puas atas suatu ketetapan pajak
yang dikenakan kepada wajib pajak atas adanya gugatan pihak ketiga, dalam kasus ini
wajib pajak dapat mengajukan keberatan kepada Dirjen Pajak melalui Kantor
Pelayanan Pajak dimana Tempat Wajib Pajak tersebut terdaftar.
Jika Wajib Pajak masih belum puas dengan Surat Keputusan atas keberatan
yang telah Wajib Pajak ajukan sebelumnya, maka Wajib Pajak masih dapat
mengajukan Banding. Banding sendiri dapat diartikan sebagai usaha hukum yang
dapat dilakukan oleh Penanggung Pajak atau Wajib Pajak terhadap suatu keputusan
yang dapat diajukan banding oleh Wajib Pajak.

B. SARAN
a. Kantor Pelayanan Pajak dapat meningkatkan pelayanan terhadap Wajib Pajak
ketika menerima Pengajuan keberatan ataupun banding, hal ini dikarenakan agar
proses pengujian surat pengajuan akan berjalan dengan cepat dan lancar sehingga
Wajib Pajak tidak harus menunggu lama dalam mendapatkan keputusan
penngajuannya.
b. Pihak penguji Surat pengajuan dapat lebih teliti ketika menguji surat Pengajuan
keberatan atau banding supaya pada hasil keputusan pengajuan tidak ada
perselisihan yang terjadi yang diakibatkan tidak seimbangnya hasil keputusan yang
dikeluarkan.

DAFTAR PUSTAKA

Resmi, Siti. 2014. Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi 8. Jakarta Selatan: Salemba Empat.

Resmi, Siti. 2017. Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi 10. Jakarta Selatan: Salemba Empat.

Software Pajak. 2021. Keberatan, Banding, dan peninjauan Kembali. Keberatan, Banding,
dan Peninjauan Kembali – SoftwarePajak.Net (TaxCalc) – Software Perhitungan pajak
mudah, cepat dan akurat (22 September 2022)
Admin Tax Center. 2020. Keberatan dan Banding dalam membayar Pajak. KEBERATAN
DAN BANDING DALAM MEMBAYAR PAJAK – Tax Center (unair.ac.id) (22 September
2022)

Direktorat Jendral Pajak. Pembetulan Ketetapan Pajak. https://pajak.go.id/id/pembetulan-


ketetapan-pajak (22 September 2022)

Direktorat Jendral Pajak. Tata Cara Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi.

https://pajak.go.id/id/peraturan/tata-cara-pengurangan-atau-penghapusan-sanksi-
administrasi-dan-pengurangan-atau-2 (22 September 2022)

Ibnu. 2022. Apa itu Daluwarsa Penagihan Pajak dan Kaitannya dengan SKRKB.
https://accurate.id/ekonomi-keuangan/daluwarsa-penagihan-pajak/#:~:text=Penagihan
%20pajak%20disebut%20daluwarsa%20apabila,pada%20Pasal%2022%20UU%20KUP (22
September 20222)

Online Pajak. 2019. Sanksi Pajak di Indonesia. https://www.online-pajak.com/tentang-


pajakpay/sanksi-pajak-di-indonesia (23 September 2022)

You might also like