Professional Documents
Culture Documents
Materi Kesmas
Materi Kesmas
Materi Kesmas
Kesehatan: Keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No. 36 Tahun 2009)
Sehat: Kondisi ideal secara fisik, psikis, dan sosial, tidak terbatas pada keadaan bebas dari penyakit
dan cacat (WHO)
Sakit: Suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan
gangguan aktifitas sehari- hari baik aktifitas jasmani, rohani, dan sosial (Perkins)
8 Kompetensi Kesmas
1. Analysis & Assesment (Kemampuan untuk melakukan kajian dan anlisa)
2. Policy Development & Program Planning (Mengembangkan kebijakan dan perencanaan
program kesehatan)
3. Communication Skill (Melakukan Komunikasi)
4. Cultural Competency / Local Wisdom (Memahami budaya local)
5. Community Dimension of Practice (Pemberdayaan Masyarakat)
6. Basic Public Health Science (Memahami dasar’’ ilmu kesmas)
7. Financial Planning & management (Merencanakan dan mengelola sumber dana)
8. Leadership & system thinking / total system (Kemampuan untuk memimpin dan berpikir
sistem)
Definisi
Jika ditinjau dari asal kata (Bahasa Yunani) Epidemiologi berarti Ilmu yang mempelajari
tentang penduduk {Epi = pada/tentang; Demos = penduduk; Logos = ilmu}. Sedangkan dalam
pengertian modern pada saat ini epidemiologI adalah Ilmu yang mempelajari tentang frekuensi
(banyak), distribusi (penyebaran) serta determinan (faktor yang mempengaruhi) masalah kesehatan
pada sekelompok orang/masyarakat.
Tujuan Epidemiologi
1. Mendeskripsikan distribusi, kecenderungan dan riwayat alamiah suatu penyakit atau keadaan
kesehatan populasi.
2. Menjelaskan etiologi penyakit.
3. Meramalkan kejadian penyakit.
4. Mengendalikan distribusi penyakit dan masalah kesehatan populasi.
Peranan Epidemiologi
1. Menerangkan tentang besarnya masalah dan ganguan kesehatan (termasuk penyakit) serta
penyebarannya dalam suatu penduduk tertentu.
2. Menyiapkan data/informasi yang esensial untuk keperluan perencanaan, pelaksanaan program,
serta evaluasi berbagai kegiatan pelayanan (kesehatan) pada masyarakat, baik bersifat pencegahan
dan penanggulangan penyakit maupun bentuk lainnya serta menentukan skala prioritas terhadap
kegiatan tersebut.
3. Mengidentifikasi berbagai faktor yang menjadi penyebab masalah atau faktor yang berhubungan
dengan terjadinya masalah tersebut.
Kompetensi Epidemiolog
1. Melakukan identifikasi dan pemecahan masalah
2. Merencanakan, melaksanakan dan menilai sistem surveilens
3. Merencanakan, melaksanakan dan pemantauan kewaspadaan dini
4. Merencanakan dan melakukan penyelidikan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah
5. Merencanakan, melaksanakan, memantau dan menilai program kesehatan termasuk program
pemberantasan penyakit menular
6. Merencanakan dan melaksanakan manajemen/audit
7. Merencakan, melaksanakan dan menilai Pendidikan dan pelatihan dan pemberdayaan
masyarakat alam rangka surveilens.
8. Menguasai teknologi informasi
Tokoh Epidemiologi
1. Antonio van Leewenhoek adalah seorang ilmuwan amatir penemu mikroskop, penemu bacteri,
parasit dan spermatozoa. Penemuan bakteri telah membuka tabir suatu penyakit yang kemudian
sangat berguna melakukan analisis epidemiologi
2. Robert Koch selain penemu mycobacterium TBC juga memperkenalkan tuberculin atau riwayat
infeksi TBC dan postulat Koch yang menjelaskan kapan mikroorganisme dianggap sebagai
penyebab penyakit. Koch telah memperkenalkan tuberkulin sebagai suatu cara pengobatan
tuberculosis, selanjutnya dikembangkan oleh Von Piquet. Saat ini test tuberculin digunakan untuk
mendeteksi adanya riwayat infeksi tuberculosis sebagai perangkat diagnosis TBC pada anak-anak.
3. Hipocrates dianggap sebagai The First Epidemiologist, dan terkenal dengan Hipocrates Theory.
Pada tahun 5 SM menyebutkan bahwa kejadian penyakit dan proses penularannya berkaitan
dengan faktor cuaca dan lingkungan, artinya berasal dari alam atau hubungan antara faktor
lingkungan dengan kejadian penyakit. Hal ini tertuang dalam tulisannya epidemic serta catatannya
mengenai air, waters, and places. Dalam bukunya diajukan konsep tentang hubungan penyakit
dengan faktor tempat (geografi), penyediaan air, iklim, kebiasaan makan, dan perumahan.
Hipocrates memperkenalkan istilah epidemik dan endemik.
4. John Snow yang memperkenalkan Epidemic Theory adalah studi penyebab kematian karena
kolera di London yang mencatat hubungan antara sumber air minum dan kematian akibat kolera
di daerah yang memperoleh penyaluran air dari sumber yang berbeda, kesimpulannya kolera
menyebar karena adanya air yang terkontaminasi. Beliau dianggap The Father of Field
Epidemiology
Pengertian Surveilans
Menurut WHO (2004), surveilans merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan
interpretasi data secara sistematis dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang
membutuhkan untuk mengambil tindakan.
Berdasarkan definisi di atas dapat diketahui bahwa surveilans adalah suatu pengamatan
penyakit yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis terhadap kejadian dan distribusi penyakit
serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya pada masyarakat sehingga penanggulangan untuk
dapat mengambil tindakan efektif.
Penyakit: Suatu keadaan gangguan bentuk dan fungsi tubuh sehingga berada didalam keadaan yang
tidak normal
Penyakit menular: Penyakit yang dapat ditularkan (berpindah dari orang yang satu ke orang yang
lain, baik secara langsung maupun melalui perantara)
Penyakit tidak menular: Penyakit yang tidak bisa ditularkan dari orang ke orang, yang
perkembangannya berjalan perlahan dalam jangka waktu yang panjang (kronis).
Trias Epidemiologi
Segitiga epidemiologi (trias epidemiologi) merupakan konsep dasar dalam epidemiologi yang
menggambarkan hubungan antara tiga faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit atau
masalah Konsep Epidemiologi Penyakit Menular yaitu host (tuan rumah/penjamu), agen (penyebab),
dan environtment. Timbulnya penyakit terjadi akibat ketidak seimbangan ketiga faktor tersebut.
Hubungan ketiga faktor ini dapat menjelaskan kondisi yang dialami oleh manusia meliputi:
1. Keseimbangan antara, Host, Agent, dan Environtment (Equilibrium): Individu dalam kondisi ini
dapat disebut sehat
2. Interaksi antara agen penyakit dan lingkungan: Keadaan dimana agen penyakit langsung
dipengaruhi oleh lingkungan dan terjadi pada saat pre-patogenesis dari suatu penyakit. Misalnya
ketika banjir air kotor (E) mengandung kuman (A) yang kontak dengan Masyarakat (H), sehingga
agen lebih mudah menimbulkan penyakit
3. Interaksi antara Host dan Lingkungan: Keadaan dimana manusia langsung dipengaruhi oleh
lingkungannya pada fase pre-patogenesis. Misalnya terjadi pencemaran udara dengan SO2 (E)
yang menyebabkan saluran udara paru (H) menyempit, namun mengakibatkan sehingga paru-paru
kekurangan oksigen sehingga host jadi lemah dan timbul kelainan paru.
4. Interaksi antara Host dan Agen penyakit: Keadaan dimana agen penyakit menetap, berkembang
biak dan dapat merangsang manusia untuk menimbulkan respon berupa gejala penyakit. Misalnya
ada mutasi virus influenza (A) sehingga muncul jenis yang baru seperti flu burung (H5N1) atau
Flu Babi (H1N1) dimana masyarakat (H) belum memiliki kekebalan tubuh untuk melawan virus
tersebut. Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, cacat, ketidakmampuan, atau
kematian.
5. Interaksi Agen penyakit, Host dan Lingkungan: Keadaan dimana agen penyakit, manusia, dan
lingkungan bersama-sama saling mempengaruhi dan memperberat satu sama lain, sehingga
memudahkan agen penyakit baik secara langsung atau tidak langsung masuk ke dalam tubuh
manusia. Misalnya pencemaran air sumur (E) oleh kotoran manusia (H), dapat menimbulkan
Water Borne Disease (A).
Rantai Infeksi
1. Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme penyebab infeksi. Pada manusia, agen
infeksi dapat berupa bakteri, virus, jamur dan parasit. Makin cepat diketahui agen infeksi dengan
pemeriksaan klinis atau laboratorium mikrobiologi, semakin cepat pula upaya pencegahan dan
penanggulangannya bisa dilaksanakan.
2. Reservoir atau wadah tempat/sumber agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang-biak dan
siap ditularkan kepada pejamu atau manusia. Berdasarkan penelitian, reservoir terbanyak adalah
pada manusia, alat medis, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air, lingkungan dan bahan-bahan
organik lainnya.
3. Portal of exit (pintu keluar) adalah lokasi tempat agen infeksi (mikroorganisme) meninggalkan
reservoir melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih serta transplasenta.
4. Metode transmisi/cara Penularan adalah metode transport mikroorganisme dari
wadah/reservoir ke pejamu yang rentan. Ada beberapa metode penularan yaitu kontak langsung
dan tidak langsung, droplet, airborne, melalui vehikulum (makanan, air/minuman, darah) dan
melalui vektor (biasanya serangga dan binatang pengerat).
5. Portal of entry (pintu masuk) adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang rentan dapat
melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih dan kelamin atau melalui kulit yang tidak
utuh.
6. Susceptible host (Pejamu rentan) adalah seseorang dengan kekebalan tubuh menurun sehingga
tidak mampu melawan agen infeksi. Faktor yang dapat mempengaruhi kekebalan adalah umur,
status gizi, imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma, pasca pembedahan dan
pengobatan dengan imunosupresan.
Kriteria Hill
Sir Austin Bradford Hill mengemukakan 9 hal yang perlu ditegakkan dalam membedakan
suatu faktor yang dicurigai sebagai kausa.Kesembilan faktor inilah yang umumnya dipakai sebagai
kriteria kausa.
1. Kekuatan Asosiasi (Strength Of Association)
Semakin kuat hubungan paparan dan penyakit semakin kuat pula keyakinan bahwa
hubungan tesebut bersifat sebab akibat (kausal). Misalnya resiko penderita kanker paru meningkat
pada perokok dibanding yang tidak merokok. Sebuah penelitian membuktikan bahwa perokok
mempunyai resiko 35 % menderita kanker paru dibanding yang tidak merokok.
2. Konsistensi (Consistency)
Temuan study yang direplikasi pada berbagai populasi yang berbeda memberikan bukti
lebih kuat daripada studi tunggal. Makin konsisten dengan riset-riset yang lain yang dilakukan
pada populasi dan lingkungan yang berbeda, makin kuat pula keyakinan hubungan kausal.
Contohnya penelitian dengan metode yang berbeda (prospecive dan resprospective) membuktikan
hal yang sama meskipun berbeda populasinya (perempuan dan laki-laki).
3. Spesifitas (specifity)
Faktor kausal menghasilkan hanya sebuah penyakit dan bahwa penyakit itu dihasilkan
dari hanya sebuah kausa tunggal. Misalnya pada kanker paru, merokok diprediksi sebagai
penyebab kanker paru
4. Hubungan Temporal / kronologi waktu (Temporal Relationship)
Untuk mengetahuai sebuah faktor merupakan kausa penyakit, maka harus dipastikan
bahwa paparan terhadap faktor itu berlangsung sebelum terjadinya penyakit. Misal pada kasus
kanker paru-paru sebagian besar didahului merokok.
5. Efek Dosis Respons (Biological Gredient/Dose Response Relationship)
Perubahan intensitas paparan yang selalu diikuti oleh perubahan frekuensi penyakit
menguatkan kesimpulan hubungan kausal. Misal data menunjukkan bahwa jumlah rokok yang
dihisap penderita berbanding lurus dengan risiko terjadinya kanker paru. Semakin banyak rokok
yang di hisap semakin besar resiko kanker paru.
6. Kredibilitas Biologi Suatu Hipotesis (Theoriti Plausibility)
Keyakinan hubungan kausal makin kuat apabila dapat dijelaskan dengan rasional dan
berdasarkan teori/konseptual. Contoh teori biologi menyatakan bahwa merokok dapat membuat
jaringan tubuh rusak yang jika terus menerus dapat menyebabkan kanker.
7. Koherensi (Coherence)
Berbagai bukti yang tersedia tentang riwayat alamiah, biologi,dan epidemiologi penyakit
harus koheren satu sama lain sehingga membentuk pemahaman yang serupa. Contoh kesimpulan
merokok dapat menyebabkan kanker paru-paru berdasarkan teori biologi dan proses perjalanan
penyakit.
8. Bukti Eksperimen (Experimental Evidence)
Eksperimen terandominasi dengan Double Blinding (Pembuatan pada subyek penelitian
dan pemberi perlakuan agar tidak mengetahui status perlakuan) memberikan bukti kuat hubungan
kausa. Misal pada percobaan lab,tar yang dioleskan pada telinga kelinci dari waktu ke waktu akan
menyebabkan timbulnya kanker. Tar pada tembakau merupakan bahan karsinogen (penyebab
kanker).
9. Analogi (Analogy)
Tidak semua situasi dapat menggunakan kriteria analogi sebagai pendukung hubungan
kausal. Kriteria analogi kurang tepat karena tidak spesifik mengingat mampu mencetuskan
banyak gagasan analogis, sehingga menyebabkan analogi menjadi tidak spesifik lagi. Misal
pemberian tar pada percobaaan lab dengan menggunakan tikus menunjukkan adanya hubungan
kausal (sebab akibat) namun demikian hal ini tidak dapat di uji cobakan pada manusia secara
langsung.
Ukuran Frekuensi
Morbiditas: Derajat sakit, cidera, atau gangguan pada suatu populasi
1. Ratio, Proporsi dan Rates
a. Ratio: angka perbandingan atau dapat diterjemahkan sebagai “dibanding dengan”.
b. Proporsi: rasio yang nominator masuk sebagai denominator
c. Rate: Besarnya peristiwa yang terjadi terhadap jumlah penduduk yang berlangsung dalam
batas waktu tertentu
2. Insidensi: gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu
waktu tertentu di satu kelompok masyarakat.
a. Incidence Rate: Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka
waktu tertentu(umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin
terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan.
b. Attack Rate: Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu saat
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat
yang sama.
c. Secondary Attack Rate: Jumlah penderita baru suatu penyakit yang terjangkit pada serangan
kedua dibandingkan dengan jumlah penduduk dikurangi orang/penduduk yang pernah terkena
penyakit pada serangan pertama.
3. Prevalensi: Gambaran tentang frekwensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada suatu
jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu.
1. Period Prevalance Rate: Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan
pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka
waktu yang bersangkutan.
2. Point Prevalance Rate : Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat
dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu.
Mortalitas : Data statistik vital untuk kematian
1. Crude Death Rate (CDR) : Jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu jangka waktu
(umumnya 1 tahun ) dibandingkan dengan jumlah penduduk pada pertengahan waktu yang
bersangkutan.
2. Perinatal Mortality Rate : Jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan 28
minggu atau lebih ditambah dengan jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 7 hari yang
dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
3. Neonatal Mortality Rate : jumlah kematian bayi berumur kurang dari 28 hari yang dicatat
selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
4. Infant Mortality Rate : jumlah seluruh kematian bayi berumur kurang dari 1 tahun yang dicatat
selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
5. Maternal Mortality Rate : jumlah kematian ibu sebagai akibat dari komplikasi kehamilan,
persalinan dan masa nifas dalam 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama
6. Case Fatality Rate : perbandingan antara jumlah seluruh kematian karena satu penyebab
penyakit tertentu dalam 1 tahun dengan jumlah penderita penyakit tersebut pada tahun yang sama.
Jenis Penelitian Epidemiologi
1. Kualitatif
Pendekatan penelitian untuk kualitatif
a. Fenomenologi dimana peneliti melakukan pengumpulan data dengan observasi partisipan
untuk mengetahui fenomena informan dalam pengalaman hidupnya.
b. Etnografi dimana peneliti melakukan studi terhadap budaya kelompok dalam kondisi yang
alamiah melalui observasi dan wawancara.
c. Studi kasus dimana peneliti melakukan eksplorasi secara mendalam terhadap program,
kejadian, proses, aktivitas, terhadap satu atau lebih orang.
d. Narrative research dimana peneliti melakukan studi terhadap satu orang individu atau lebih
untuk mendapatkan data tentang sejarah perjalanan dalam kehidupannya. Data tersebut
selanjutnya oleh peneliti disusun menjadi laporan naratif kronologis.
2. Kuantitatif
Pendekatan penelitian untuk kuantitatif
a. Pendekatan deskriptif : Berupa pendekatan yang memberikan gambaran terhadap penelitian
yang ouputnya berupa distribusi dan frekuensi.
b. Pendekatan analitik : Pendekatan yang memberikan suatu analisa antara variabel dependen
dan independen contohnya hubungan diantara kedua variabel.
1) Observasional : Kegiatan mengamati tanpa adanya suatu perlakuan. Terdiri dari 3 metode
pengumpulan data/desain studi yaitu:
a) Cross sectional yang dimana data dikumpulkan secara bersamaan antara variabel
independen dan variabel dependen
Kelebihan:
Realtif mudah,murah dan hasilnya cepat diperoleh
Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel
Tidak terancam drop out
Merupakan tahapan pertama (dasar) dalam memformulasikan hipotesis hubungan
kausal yang akan diuji dalam studi analitik lainnya (studi case control, kohort
atau eksperimen)
Kekurangan
Terbatas dalam menentukan hubungan sebab akibat, karena pengambilan data
efek dan faktor risiko pada saat bersamaan
Studi ini lebih banyak menjaring subyek yang masa sakitnya panjang.
Dibutuhkan subyek yang cukup besar, terutama jika variabel yang diteliti banyak.
Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insiden maupun prognostik
Tidak praktis untuk meneliti kasus yang jarang.
b) Case control/retrospektif yang dimana data dikumpulkan dari kasus terlebih dahulu
kemudian penyebabnya dan untuk mempelajari hubungan serta besarnya risiko,
antara tingkat keterpaparan dengan kejadian penyakit.
Kelebihan
Dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat.
Relatif murah dibandingkan dengan desain analitik lainnya
Cocok untuk penyakit yang langka
Cocok untuk meneliti penyakit-penyakit yang masa laten panjang
Dapat meneliti berbagai faktor risiko sekaligus
Kekurangan
Desain ini rawan untuk terjadi bias seleksi dalam memilih subyek serta bias
informasi (recall bias) baik ketidak lengkapan catatan maupun daya ingat
Tidak efisien untuk mengevaluasi paparan yang langka kecuali jika persentase
attributable risk tinggi
Tidak dapat menghitung laju insiden.
Kadang sulit memastikan hubungan temporal antara paparan dan penyakit
Hanya berkaitan dengan satu penyakit atau efek.
Kesulitan memilih kontrol yang tepat
c) Kohort yang dimana dimulai dari variabel penyebabnya kemudian ditelusuri hingga
muncul kasus
2) Eksperimen : Berupa bentuk pendekatan analitik yang terdapat sebuah perlakuan
didalamnya, dimana terdiri dari eksperimen semu (tidak semua dikontrol) dan eksperimen
murni (semua dikontrol)
Teknik pengambilan data kualitatif
1. Observasi, yaitu dengan mengamati objek penelitian secara langsung di lapangan.
2. Wawancara melalui proses tanya jawab dengan subjek penelitian.
3. Studi literatur dengan memanfaatkan sumber-sumber data seperti buku atau jurnal yang relevan.
4. Focus group discussion atau diskusi yang mengangkat sebuah tema untuk menemukan makna
atau pemahaman tertentu.
Populasi
Keseluruhan unit yang menjadi objek penelitian atau kelompok yang diharapkan dapat digunakan
dalam penelitian. Populasi terbagi menjadi 2 yaitu populasi target dan populasi terjangkau. Populasi
target memiliki cakupan yang lebih besar yang dimana populasi terjangkau merupakan representasi
dari populasi target.
Sampel
Sebagian dari populasi yang nyata untuk diteliti yang dapat mewakili populasi. Penentuan banyak
sampel dihitung menggunakan rumus.
Teknik Sampling
Probability : Memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel
1. Simple Random Sampling : Teknik pengambilan data dengan cara sederhana yang bisa digunakan
dengan menggunakan kocok arisan.
2. Systematic Random Sampling : Teknik pengambilan sampel dimana hanya unsur pertama saja
dari sampel dipilih secara acak, sedangkan unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sistematis
menurut pola tertentu.
3. Proporsional Random Sampling : teknik pengambilan sampel dengan pengambilan subjek pada
setiap strata ditentukan sebanding dengan banyaknya subjek dari masing-masing strata.
4. Stratified Random Sampling : Pengelompokan sampel berdasarkan tingkatan, contoh pendidikan
(SD, SMP, SMA)
5. Cluster Sampling : Pengelompokan secara klaster, contoh pegunungan, pantai
Non Probability : Tidak memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel
1. Total/Exhautive Sampling : Penarikan seluruh populasi menjadi sampel
2. Snowball Sampling : Peneliti menunjuk sampel pertama, lalu sampel kedua dst ditentukan oleh
sampel sebelumnya
3. Accidental Sampling : Sampel yang didapatkan langsung di lokasi penelitian
4. Purposive Sampling : Bedasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti
Bias: Kesalahan sistematik yang mengakibatkan distorsi (melenceng) dalam sebuah penelitian
1. Bias Seleksi : Distorsi dalam penyeleksian sampel
2. Bias Informasi : Ketidak-akuratan informasi yang diperoleh tentang variabel penelitian.
3. Bias Intervensi : Bias yang diakibatkan oleh pemberian intervensi atau pajanan yang tidak terjadi
sebagaimana mestinya.