Materi Kesmas

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 23

MATERI KESEHATAN MASYARAKAT

Kesmas menurut Winslow (1920)


Kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni, mencegah penyakit,
memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasisan
masyarakat untuk:
1. Perbaikan sanitasi lingkungan
2. Pemberantasan penyakit-penyakit menular
3. Pendidikan untuk kebersihan perorangan
4. Pengorganisasian pelayanan medis, perawatan, diagnosis dini dan pengobatan
5. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang
layak dalam memelihara kesehatannya.

Kesmas menurut WHO (2008)


Kesehatan masyarakat mengacu pada semua tindakan terorganisir (baik publik atau swasta)
untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang hidup di antara populasi
secara keseluruhan. Kegiatannya bertujuan untuk menyediakan kondisi di mana orang bisa sehat dan
fokus pada seluruh populasi, bukan pada pasien atau penyakit individu. Dengan demikian, kesehatan
masyarakat berkaitan dengan sistem total dan bukan hanya pemberantasan penyakit tertentu. Tiga
fungsi utama kesehatan masyarakat adalah:
1. Pengkajian dan pemantauan kesehatan masyarakat dan populasi berisiko untuk mengidentifikasi
masalah dan prioritas kesehatan.
2. Perumusan kebijakan publik yang dirancang untuk memecahkan masalah dan prioritas kesehatan
lokal dan nasional yang teridentifikasi.
3. Untuk memastikan bahwa semua populasi memiliki akses ke perawatan yang tepat dan hemat
biaya, termasuk layanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.

Kesehatan: Keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No. 36 Tahun 2009)
Sehat: Kondisi ideal secara fisik, psikis, dan sosial, tidak terbatas pada keadaan bebas dari penyakit
dan cacat (WHO)
Sakit: Suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan
gangguan aktifitas sehari- hari baik aktifitas jasmani, rohani, dan sosial (Perkins)

4 Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan (Teori H. L. Bloom)


1. Lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya)
2. Perilaku
3. Pelayanan kesehatan
4. Faktor genetik (keturunan)

Peraturan tentang Kesehatan


1. UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
2. UU Nomor 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan
3. UU Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan
4. UU Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa
5. UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
6. PP Nomor 21 tahun 2022 tentang Pembatasan Sosial Berkala Besar dalam Rangka Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
7. KMK Nomor HK.01.07/MENKES/6689/2021 Tahun 2021 tentang Panduan Penanggulangan
COVID-19 di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri Dalam Mendukung Keberlangsungan
Usaha Pada Situasi Pandemi
8. KMK Nomor HK.01.07/MENKES/6781/2021 Tahun 2021 tentang Penetapan Wisma Karantina
Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi COVID-19 Sebagai Tempat Penyelenggaraan Karantina
Terpusat Bagi Pelaku Perjalanan Dari Luar Negeri

Visi Misi Kesmas UIN Alauddin Makassar


Visi : Menjadi Pusat Pengembangan Integrasi Ilmu Kesehatan Masyarakat Berbasis Peradaban Islam
Tahun 2024
Misi :
1. Menyelenggarakan integrasi pendidikan kesmas yang berorientasi pada kesehatan keluarga
berbasis peradaban islam
2. Mengembangkan penelitian kesmas yang berorinetasi pada kesehatan keluarga yang inovatif,
kreatif, dan terintegrasi dengan nilai-nilai islam
3. Menyelenggarakan integrasi pengabdian kepada masyarakat yang berorientasi pada
pemberdayaan kesehatan keluarga berbasis peradaban islam
4. Mewujudkan budaya akademik dan tata kelola yang akuntabel, efektif, efisien, serta transparan
berbasis peradaban Islam

Lahirnya Ilmu Kedokteran dan Kesmas


Menurut cerita mithos Yunani, Asclepius (Asculapius) adalah orang yang pertama kali
berhasil mengobati penyakit, bahkan telah melakukan bedah menurut prosedur-prosedur tertentu.
Higeia, seorang asistennya (diceritakan kemudian sebagai istrinya), juga telah melakukan upaya-
upaya kesehatan. Tetapi berbeda dengan suaminya, ia melakukan upaya pencegahan sebelum
terjadinya penyakit (menu seimbang, menghindari makanan dan minuman beracun, olah raga serta
kebersihan diri). Apabila orang sudah jatuh sakit, Higeia menganjurkan lebih baik memperkuat
tubuhnya dengan makanan yang baik, dibandingkan dengan pengobatan
Dari kedua tokoh itulah akhirnya muncul dan berkembang 2 ilmu kesehatan yang berbeda,
meskipun saling melengkapi, yakni:
1. Dari tokoh Asclepius berkembang ilmu kedokteran (pengobatan dan pemulihan atau kuratif dan
rehabilitatif)
2. Dari tokoh Hegiea berkembang ilmu kesehatan masyarakat (pencegahan dan peningkatan atau
preventif dan promotif)

MIRACLE dalam Kesehatan Masyarakat


M : Manager (Manajer) = mampu mengelola kebijakan dan program kesehatan masyarakat
I : Innovator (Pembaharu) = mampu melakukan pendekatan yang inovatif
R : Researcher (Peneliti) = mempunyai keterampilan dalam melakukan penelitian dan mencari bukti
untuk membuat suatu keputusan
A : Apprenticer (Mampu belajar dalam tim dan bekerja cepat) = Profesional
C : Communitarian (Merakyat) = Mampu bekerja di masyarakat
L : Leader (Pemimpin) = Pemimpin yang mampu mengambil keputusan
E : Educator (Pendidik) = Mendidik masyarakat untuk hidup sehat

8 Kompetensi Kesmas
1. Analysis & Assesment (Kemampuan untuk melakukan kajian dan anlisa)
2. Policy Development & Program Planning (Mengembangkan kebijakan dan perencanaan
program kesehatan)
3. Communication Skill (Melakukan Komunikasi)
4. Cultural Competency / Local Wisdom (Memahami budaya local)
5. Community Dimension of Practice (Pemberdayaan Masyarakat)
6. Basic Public Health Science (Memahami dasar’’ ilmu kesmas)
7. Financial Planning & management (Merencanakan dan mengelola sumber dana)
8. Leadership & system thinking / total system (Kemampuan untuk memimpin dan berpikir
sistem)

Five Level Prevention (Leavel and Clark)


1. Health promotion (Promosi kesehatan)
Promosi kesehatan adalah tahapan yang paling pertama, dalam upaya pencegahan
penyakit COVID-19 di Indonesia. Intinya perlu adanya persamaan persepsi, bahwa promosi
kesehatan merupakan proses memberikan informasi kesehatan agar masyarakat mau dan mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatanya. Tujuan dari promosi kesehatan adalah agar
masyarakat mau merubah perilakunya yang tadinya berperilaku tidak sehat menjadi berperilaku
sehat. Contohnya masyarakat harus diberikan informasi mengenai cara mencuci tangan yang
benar dengan meggunakan sabun dan air yang mengalir atau hand sanitizer dan menggunakan
masker, dimana fungsinya agar terhindar dari virus corona. 
2. General & specific protection (Perlindungan umum & khusus terhadap penyakit tertentu)
Perlindungan yang dimaksud dalam tahapan ini adalah perlindungan yang diberikan
kepada orang-orang atau kelompok yang beresiko terkena suatu penyakit tertentu. Perlindungan
tersebut dimaksudkan agar kelompok yang beresiko tersebut dapat bertahan dari serangan
penyakit yang mengincarnya. Penyakit korona dapat menyerang siapa saja, dan kapan saja, tetapi
kelompok yang paling berisiko dari persebaran COVID-19 adalah para tenaga kesehatan..
Contohnya bentuk proteksi khusus kepada tenaga kesehatan adalah dengan menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) ketika sedang menangani pasien positif korona, vaksinasi untuk mencegah
penyakit COVID-19 dan isolasi penderita.
3. Early diagnosis and prompt treatment (Penegakkan diagnosis secara dini dan pengobatan
yang cepat dan tepat)
Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dan cepat merupakan langkah pertama ketika
seseorang telah jatuh sakit. Tentu saja sasarannya adalah orang-orang yang telah jatuh sakit, agar
sakit yang dideritanya dapat segera diidentifikasi dan secepatnya pula diberikan pengobatan yang
tepat. Tindakan ini dapat mencegah orang yang sudah sakit, agar penyakinya tidak tambah parah
dan mencegah penularan kepada orang lain, bila penyakitnya menular. Contoh diagnosis dini
dengan melakukan rapid tes kepada masayarakat, bila dengan deteksi ini ditemui kelainan maka
segera dilakukan pemeriksaan diagnostic untuk memastikan diagnosa seperti pemeriksaan PCR.
4. Disability limitation (Pembatasan kecatatan)
Inti dari tahapan keempat ini yaitu membatasi agar orang yang sudah sakit tidak semakin
parah (cacat) atau bahkan mengakibatkan kematian. Upaya yang dapat dilakukan oleh orang yang
sudah positif terkena virus Covid-19 adalah dengan diisolasi di Rumah sakit. Selain itu dengan
cara meningkatkan sistem imunitas dirinya seperti makan-makanan dengan gizi seimbang,
berolahraga secara teratur, minum rampah-rempah dan masih banyak lagi.
Selain pembatasan kecacatan pada orang yang sakit, perlu adanya pembatasan juga dari
orang yang sehat agar orang yang sehat tidak terpapar dengan orang yang positif korona. Dapat
dilakukan dengan cara melakukan aktivitas di dalam rumah atau social distancing. Hal ini
berfungsi untuk menekan persebaran virus korona dimasyarakat.
5. Rehabilitation (Rehabilitasi)
Rehabilitasi merupakan tahapan yang sifatnya pemulihan ditunjukan kepada kelompok
masyarakat yang dalam masa penyembuhan sehingga dapat benar-benar pulih dari penyakit
korona dan dapat beraktifitas kembali secara produktif. Apalagi kalau suatu penyakit sampai
menimbulkan cacat kepada penderitanya, maka tahapan Rehabilitasi ini bisa dibilang tahapan
yang menentukan hidupnya kedepan akan seperti apa nantinya.
Rahabilitasi yang harus dilakukan setidaknya meliputi Tiga Aspek. Pertama yaitu
pemulihan fisiknya, seseorang yang sudah positif terkena penyakit korona, harus benar-benar
sembuh dan tidak terkena kembali virus COVID-19. Kedua yaitu  pemulihan mentalnya
seseorang yang sudah terkena penyakit korona harus dikuatkan mentalnya, agar kembali
bersemangat menjalani aktivitasnya sehari hari secara produktif. Ketiga adalah pemulihan status
sosialnya, seseorang yang sudah terkena penyakit korona harus diterima kembali di lingkungan
masyarakat jangan sampai ada pengasingan atau pengucilan terhadap orang-orang yang sudah
terkena penyakit korona di masyarakat.
MATERI EPIDEMIOLOGI

Definisi
Jika ditinjau dari asal kata (Bahasa Yunani) Epidemiologi berarti Ilmu yang mempelajari
tentang penduduk {Epi = pada/tentang; Demos = penduduk; Logos = ilmu}. Sedangkan dalam
pengertian modern pada saat ini epidemiologI adalah Ilmu yang mempelajari tentang frekuensi
(banyak), distribusi (penyebaran) serta determinan (faktor yang mempengaruhi) masalah kesehatan
pada sekelompok orang/masyarakat.

Frekuensi, Distribusi, dan Determinan


1. Frekuensi (Besar): Besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada sekelompok
manusia/masyarakat. Untuk dapat mengetahui frekuensi suatu masalah kesehatan dengan tepat,
ada 2 hal yang harus dilakukan yaitu: a. Menemukan masalah kesehatan yang dimaksud. b.
Melakukan pengukuran atas masalah kesehatan yang ditemukan tersebut.
2. Distribusi (Penyebaran): Penyebaran masalah kesehatan merujuk kepada pengelompokan
masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu. Keadaan tertentu yang dimaksudkan dalam
epidemiologi yaitu
a. Orang (Person) adalah karakteristik dari individu yang mempengaruhi keterpaparan atau
kepekaan mereka terhadap penyakit. Orang yang karakteristiaknya mudah terpapar atau peka
terhadap penyakit akan mudah terkena sakit. Karakteristik orang bisa berupa faktor genetik,
umur, jenis kelamin, pekerjaan, kebiasaan dan status sosial ekonomi. Perbedaan berdasarkan
umur, terdapat kemungkinan dalam mendapat keterpaparan berdasarkan perjalanan hidup.
Demikian pula dengan karakteristik lain yang akan membedakan dalam kemungkinan
mendapat keterpaparan. Contohnya kasus COVID-19 yang paling banyak terjadi pada jenis
kelamin perempuan (51,3%) dan usia 31-45 tahun (28,7%) sedangkan kasus COVID-19 yang
paling sedikit terjadi pada jenis kelamin laki-laki (48,7%) dan usia 0-5 (2,9%).
b. Tempat (place) berkaitan dengan karakteristik geografis. Informasi ini dapat batas alamiah
seperti sungai, gunung, atau bisa dengan batas administrasi dan histori. Perbedaan distribusi
menurut tempat ini memberikan petunjuk pola perbedaan penyakit yang dapat menjadi
pegangan dalam mencari faktor-faktor lain yang belum diketahui. Contohnya per Juli 2022
kasus COVID-19 di Amerika Serikat sebanyak 87.176.676 kasus yang merupakan negara
dengan kasus COVID-19 tertinggi di dunia sedangkan kasus COVID-19 Indonesia sebanyak
6.116.347 kasus yang merupakan negara dengan kasus COVID-19 tertinggi ke 20 di dunia.
c. Waktu (Time) kejadian penyakit dapat dinyatakan dalam jam, hari, bulan, atau tahun.
Informasi ini bisa dijadikan pedoman tentang kejadian yang timbul dalam masyarakat.
Contohnya per Desember 2021 kasus COVID-19 Indonesia sebanyak 4.258.752 kasus
sedangkan per Juli 2022 kasus COVID-19 Indonesia sebanyak 6.116.347 kasus.
3. Determinan (Faktor yang mempengaruhi): Determinan adalah menunjuk kepada faktor
penyebab dari suatu penyakit/masalah kesehatan baik yang menjelaskan frekuensi, penyebaran
ataupun yang menerangkan penyebab munculnya masalah kesehatan itu sendiri. Dalam hal ini ada
3 langkah yang lazim dilakukan yaitu: a. Merumuskan Hipotesa tentang penyebab yang
dimaksud. b. Melakukan pengujian terhadap rumusan Hipotesa yang telah disusun. c. Menarik
kesimpulan.

Tujuan Epidemiologi
1. Mendeskripsikan distribusi, kecenderungan dan riwayat alamiah suatu penyakit atau keadaan
kesehatan populasi.
2. Menjelaskan etiologi penyakit.
3. Meramalkan kejadian penyakit.
4. Mengendalikan distribusi penyakit dan masalah kesehatan populasi.

Peranan Epidemiologi
1. Menerangkan tentang besarnya masalah dan ganguan kesehatan (termasuk penyakit) serta
penyebarannya dalam suatu penduduk tertentu.
2. Menyiapkan data/informasi yang esensial untuk keperluan perencanaan, pelaksanaan program,
serta evaluasi berbagai kegiatan pelayanan (kesehatan) pada masyarakat, baik bersifat pencegahan
dan penanggulangan penyakit maupun bentuk lainnya serta menentukan skala prioritas terhadap
kegiatan tersebut.
3. Mengidentifikasi berbagai faktor yang menjadi penyebab masalah atau faktor yang berhubungan
dengan terjadinya masalah tersebut.

Kompetensi Epidemiolog
1. Melakukan identifikasi dan pemecahan masalah
2. Merencanakan, melaksanakan dan menilai sistem surveilens
3. Merencanakan, melaksanakan dan pemantauan kewaspadaan dini
4. Merencanakan dan melakukan penyelidikan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah
5. Merencanakan, melaksanakan, memantau dan menilai program kesehatan termasuk program
pemberantasan penyakit menular
6. Merencanakan dan melaksanakan manajemen/audit
7. Merencakan, melaksanakan dan menilai Pendidikan dan pelatihan dan pemberdayaan
masyarakat alam rangka surveilens.
8. Menguasai teknologi informasi
Tokoh Epidemiologi
1. Antonio van Leewenhoek adalah seorang ilmuwan amatir penemu mikroskop, penemu bacteri,
parasit dan spermatozoa. Penemuan bakteri telah membuka tabir suatu penyakit yang kemudian
sangat berguna melakukan analisis epidemiologi
2. Robert Koch selain penemu mycobacterium TBC juga memperkenalkan tuberculin atau riwayat
infeksi TBC dan postulat Koch yang menjelaskan kapan mikroorganisme dianggap sebagai
penyebab penyakit. Koch telah memperkenalkan tuberkulin sebagai suatu cara pengobatan
tuberculosis, selanjutnya dikembangkan oleh Von Piquet. Saat ini test tuberculin digunakan untuk
mendeteksi adanya riwayat infeksi tuberculosis sebagai perangkat diagnosis TBC pada anak-anak.
3. Hipocrates dianggap sebagai The First Epidemiologist, dan terkenal dengan Hipocrates Theory.
Pada tahun 5 SM menyebutkan bahwa kejadian penyakit dan proses penularannya berkaitan
dengan faktor cuaca dan lingkungan, artinya berasal dari alam atau hubungan antara faktor
lingkungan dengan kejadian penyakit. Hal ini tertuang dalam tulisannya epidemic serta catatannya
mengenai air, waters, and places. Dalam bukunya diajukan konsep tentang hubungan penyakit
dengan faktor tempat (geografi), penyediaan air, iklim, kebiasaan makan, dan perumahan.
Hipocrates memperkenalkan istilah epidemik dan endemik.
4. John Snow yang memperkenalkan Epidemic Theory adalah studi penyebab kematian karena
kolera di London yang mencatat hubungan antara sumber air minum dan kematian akibat kolera
di daerah yang memperoleh penyaluran air dari sumber yang berbeda, kesimpulannya kolera
menyebar karena adanya air yang terkontaminasi. Beliau dianggap The Father of Field
Epidemiology

Pengertian Surveilans
Menurut WHO (2004), surveilans merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan
interpretasi data secara sistematis dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang
membutuhkan untuk mengambil tindakan.
Berdasarkan definisi di atas dapat diketahui bahwa surveilans adalah suatu pengamatan
penyakit yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis terhadap kejadian dan distribusi penyakit
serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya pada masyarakat sehingga penanggulangan untuk
dapat mengambil tindakan efektif.

Komponen kegiatan surveilans


1. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan adalah data epidemiologi yang jelas, tepat dan ada hubungannya
dengan penyakit yang bersangkutan
2. Kompilasi, analisis dan interpretasi data. 
Data yang dikumpulkan selanjutnya dikompilasi, dianalisis berdasarkan orang, tempat
dan waktu. Analisa dapat berupa teks tabel, grafik dan peta titik sehingga mudah dibaca dan
merupakan informasi yang akurat. 
3. Penyebaran hasil analisis dan hasil interpretasi data. 
Hasil analisis dan interpretasi data yang digunakan untuk unit-unit kesehatan setempat
guna menentukan tindak lanjut dan disebarluaskan ke unit terkait antara lain berupa laporan
kepada atasan atau lintas sektor yang terkait sebagai informasi lebih lanjut.

Penyakit: Suatu keadaan gangguan bentuk dan fungsi tubuh sehingga berada didalam keadaan yang
tidak normal
Penyakit menular: Penyakit yang dapat ditularkan (berpindah dari orang yang satu ke orang yang
lain, baik secara langsung maupun melalui perantara)
Penyakit tidak menular: Penyakit yang tidak bisa ditularkan dari orang ke orang, yang
perkembangannya berjalan perlahan dalam jangka waktu yang panjang (kronis).

Perbendaan Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular

Penyakit Menular Penyakit Tidak Menular

1. Banyak di negara berkembang 1. Ditemui di negara industri


2. Rantai penularan yg jelas 2. Tidak ada rantai penularan
3. Perlangsungan akut 3. Perlangsungan kronis
4. Etiologi organisme jelas 4. Etiologi tidak jelas
5. Bersifat kausa tunggal 5. Biasanya kausa ganda
6. Diagnosis mudah 6. Diagnosis sulit
7. Mudah mencari penyebabnya 7. Sulit mencari penyebabnya
8. Biaya relatif murah 8. Biayanya mahal
9. Jelas muncul dipermukaan 9. Ada fenomena iceberg
10. Morbiditas dan mortalitasnya cenderung 10. Morbiditas dan mortalitasnya cenderung
menurun meningkat

Trias Epidemiologi
Segitiga epidemiologi (trias epidemiologi) merupakan konsep dasar dalam epidemiologi yang
menggambarkan hubungan antara tiga faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit atau
masalah Konsep Epidemiologi Penyakit Menular yaitu host (tuan rumah/penjamu), agen (penyebab),
dan environtment. Timbulnya penyakit terjadi akibat ketidak seimbangan ketiga faktor tersebut.
Hubungan ketiga faktor ini dapat menjelaskan kondisi yang dialami oleh manusia meliputi:
1. Keseimbangan antara, Host, Agent, dan Environtment (Equilibrium): Individu dalam kondisi ini
dapat disebut sehat
2. Interaksi antara agen penyakit dan lingkungan: Keadaan dimana agen penyakit langsung
dipengaruhi oleh lingkungan dan terjadi pada saat pre-patogenesis dari suatu penyakit. Misalnya
ketika banjir air kotor (E) mengandung kuman (A) yang kontak dengan Masyarakat (H), sehingga
agen lebih mudah menimbulkan penyakit
3. Interaksi antara Host dan Lingkungan: Keadaan dimana manusia langsung dipengaruhi oleh
lingkungannya pada fase pre-patogenesis. Misalnya terjadi pencemaran udara dengan SO2 (E)
yang menyebabkan saluran udara paru (H) menyempit, namun mengakibatkan sehingga paru-paru
kekurangan oksigen sehingga host jadi lemah dan timbul kelainan paru.
4. Interaksi antara Host dan Agen penyakit: Keadaan dimana agen penyakit menetap, berkembang
biak dan dapat merangsang manusia untuk menimbulkan respon berupa gejala penyakit. Misalnya
ada mutasi virus influenza (A) sehingga muncul jenis yang baru seperti flu burung (H5N1) atau
Flu Babi (H1N1) dimana masyarakat (H) belum memiliki kekebalan tubuh untuk melawan virus
tersebut. Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, cacat, ketidakmampuan, atau
kematian.
5. Interaksi Agen penyakit, Host dan Lingkungan: Keadaan dimana agen penyakit, manusia, dan
lingkungan bersama-sama saling mempengaruhi dan memperberat satu sama lain, sehingga
memudahkan agen penyakit baik secara langsung atau tidak langsung masuk ke dalam tubuh
manusia. Misalnya pencemaran air sumur (E) oleh kotoran manusia (H), dapat menimbulkan
Water Borne Disease (A).

Riwayat Alamiah Penyakit


1. Tahap Prepatogenesis
Tahap ini individu berada dalam keadaan sehat/normal. Akan tetapi, telah terjadi interaksi
antara penjamu dengan agen di luar tubuh penjamu. Jika kekebalan tubuh penjamu dalam keadaan
yang lemah, sedangkan bibit penyakit (agen) lebih ganas dan kondisi lingkungan pada saat itu
kurang menguntungkan bagi penjamu, maka penyakit akan melanjutkan riwayat alamiahnya pada
penjamu. Tahapan ini disebut tahap patogenesis.
2. Tahap Patogenesis
Patogenesis terdiri atas empat subtahap sebagai berikut.
a. Tahap inkubasi
Waktu masuknya bibit penyakit sampai timbulnya gejala dan tanda klinis.
b. Tahap dini
Pada tahap ini sudah terjadi gangguan patologis dan mulai muncul gejala-gejala dari penyakit
(stage of subclinical disease). Sebaiknya pada tahap ini sudah dilakukan diagnosis dini.
c. Tahap lanjut
Pada tahap ini gangguan patologis menjadi lebih berat dan gejala-gejala penyakit tampak
lebih jelas (stage of clinical disease) sehingga diagnosis penyakit sangat mudah ditegakan.
Agar penyakit tidak bertambah parah, pengobatan yang tepat mutlak diperlukan.
d. Tahap akhir merupakan tahap terakhir dari perjalanan penyakit dengan, kemungkinan yang
terjadi pada penjamu:
1) Sembuh sempurna
2) Sembuh dengan cacat
3) Karier adalah penjamu terlihat sembuh, tetapi dalam tubuhnya terdapat bibit penyakit
4) Sakit kronik
5) Kematian

Rantai Infeksi
1. Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme penyebab infeksi. Pada manusia, agen
infeksi dapat berupa bakteri, virus, jamur dan parasit. Makin cepat diketahui agen infeksi dengan
pemeriksaan klinis atau laboratorium mikrobiologi, semakin cepat pula upaya pencegahan dan
penanggulangannya bisa dilaksanakan.
2. Reservoir atau wadah tempat/sumber agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang-biak dan
siap ditularkan kepada pejamu atau manusia. Berdasarkan penelitian, reservoir terbanyak adalah
pada manusia, alat medis, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air, lingkungan dan bahan-bahan
organik lainnya.
3. Portal of exit (pintu keluar) adalah lokasi tempat agen infeksi (mikroorganisme) meninggalkan
reservoir melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih serta transplasenta.
4. Metode transmisi/cara Penularan adalah metode transport mikroorganisme dari
wadah/reservoir ke pejamu yang rentan. Ada beberapa metode penularan yaitu kontak langsung
dan tidak langsung, droplet, airborne, melalui vehikulum (makanan, air/minuman, darah) dan
melalui vektor (biasanya serangga dan binatang pengerat).
5. Portal of entry (pintu masuk) adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang rentan dapat
melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih dan kelamin atau melalui kulit yang tidak
utuh.
6. Susceptible host (Pejamu rentan) adalah seseorang dengan kekebalan tubuh menurun sehingga
tidak mampu melawan agen infeksi. Faktor yang dapat mempengaruhi kekebalan adalah umur,
status gizi, imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma, pasca pembedahan dan
pengobatan dengan imunosupresan.
Kriteria Hill
Sir Austin Bradford Hill mengemukakan 9 hal yang perlu ditegakkan dalam membedakan
suatu faktor yang dicurigai sebagai kausa.Kesembilan faktor inilah yang umumnya dipakai sebagai
kriteria kausa.
1. Kekuatan Asosiasi (Strength Of Association)
Semakin kuat hubungan paparan dan penyakit semakin kuat pula keyakinan bahwa
hubungan tesebut bersifat sebab akibat (kausal). Misalnya resiko penderita kanker paru meningkat
pada perokok dibanding yang tidak merokok. Sebuah penelitian membuktikan bahwa perokok
mempunyai resiko 35 % menderita kanker paru dibanding yang tidak merokok.
2. Konsistensi (Consistency)
Temuan study yang direplikasi pada berbagai populasi yang berbeda memberikan bukti
lebih kuat daripada studi tunggal. Makin konsisten dengan riset-riset yang lain yang dilakukan
pada populasi dan lingkungan yang berbeda, makin kuat pula keyakinan hubungan kausal.
Contohnya penelitian dengan metode yang berbeda (prospecive dan resprospective) membuktikan
hal yang sama meskipun berbeda populasinya (perempuan dan laki-laki).
3. Spesifitas (specifity)
Faktor kausal menghasilkan hanya sebuah penyakit dan bahwa penyakit itu dihasilkan
dari hanya sebuah kausa tunggal. Misalnya pada kanker paru, merokok diprediksi sebagai
penyebab kanker paru
4. Hubungan Temporal / kronologi waktu (Temporal Relationship)
Untuk mengetahuai sebuah faktor merupakan kausa penyakit, maka harus dipastikan
bahwa paparan terhadap faktor itu berlangsung sebelum terjadinya penyakit. Misal pada kasus
kanker paru-paru sebagian besar didahului merokok.
5. Efek Dosis Respons (Biological Gredient/Dose Response Relationship)
Perubahan intensitas paparan yang selalu diikuti oleh perubahan frekuensi penyakit
menguatkan kesimpulan hubungan kausal. Misal data menunjukkan bahwa jumlah rokok yang
dihisap penderita berbanding lurus dengan risiko terjadinya kanker paru. Semakin banyak rokok
yang di hisap semakin besar resiko kanker paru.
6. Kredibilitas Biologi Suatu Hipotesis (Theoriti Plausibility)
Keyakinan hubungan kausal makin kuat apabila dapat dijelaskan dengan rasional dan
berdasarkan teori/konseptual. Contoh teori biologi menyatakan bahwa merokok dapat membuat
jaringan tubuh rusak yang jika terus menerus dapat menyebabkan kanker.
7. Koherensi (Coherence)
Berbagai bukti yang tersedia tentang riwayat alamiah, biologi,dan epidemiologi penyakit
harus koheren satu sama lain sehingga membentuk pemahaman yang serupa. Contoh kesimpulan
merokok dapat menyebabkan kanker paru-paru berdasarkan teori biologi dan proses perjalanan
penyakit.
8. Bukti Eksperimen (Experimental Evidence)
Eksperimen terandominasi dengan Double Blinding (Pembuatan pada subyek penelitian
dan pemberi perlakuan agar tidak mengetahui status perlakuan) memberikan bukti kuat hubungan
kausa. Misal pada percobaan lab,tar yang dioleskan pada telinga kelinci dari waktu ke waktu akan
menyebabkan timbulnya kanker. Tar pada tembakau merupakan bahan karsinogen (penyebab
kanker).
9. Analogi (Analogy)
Tidak semua situasi dapat menggunakan kriteria analogi sebagai pendukung hubungan
kausal. Kriteria analogi kurang tepat karena tidak spesifik mengingat mampu mencetuskan
banyak gagasan analogis, sehingga menyebabkan analogi menjadi tidak spesifik lagi. Misal
pemberian tar pada percobaaan lab dengan menggunakan tikus menunjukkan adanya hubungan
kausal (sebab akibat) namun demikian hal ini tidak dapat di uji cobakan pada manusia secara
langsung.

Teori Kausa (Sebeb Akibat) Terjadinya Penyakit


1. Teori Segitiga (Triangle Theory)
Model ini menggambarkan interaksi tiga komponen penyebab penyakit, yaitu manusia
(host), penyebab (Agent), dan lingkungan (environment).
2. Jaring-Jaring Sebab Akibat (The Web Of Causation)
Teori ini sering disebut juga sebagai konsep multi factorial. Dimana teori ini menekankan
bahwa suatu penyakit terjadi dari hasil interaksi berbagai faktor. Misalnya faktor interaksi
lingkungan yang berupa faktor biologis, kimiawi dan sosial memegang peranan penting dalam
terjadinya penyakit.
3. Teori Roda (The Well Of Causation)
Disini dipentingkan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Besarnya
peranan dari masing -masing lingkungan bergantung pada penyakit yang bersangkutan.
4. Teori Contagion (Contagion theory)
Teori yang mengemukakan bahwa untuk terjadinya penyakit diperlukan adanya kontak
antara satu orang dengan orang lainnya.
5. Teori Hyppocrates (hippocratic theory)
Hippocrates (460-377 SM) mengemukakan teori tentang sebab musabab penyakit, yaitu:
a. Penyakit terjadi karena adanya kontak dengan jasad hidup
b. Penyakit berkaitan dengan lingkungan eksternal maupun internal sesorang.
6. Teori Miasma (Miasmatic Theory)
Teori ini mengemukakan bahwa penyebab penyakit berasal dari uap yang dihasilkan oleh
sesuatu yang membusuk atau limbah yang menggenang.
7. Teori Jasad Renik (Teori Germ)
Teori yang menyatakan bahwa beberapa penyakit tertentu disebabkan oleh invasi
mikroorganisme ke dalam tubuh.

Tingkat Pencegahan Penyakit


1. Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention) yaitu pemantapan status kesehatan
2. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention) yaitu promosi kesehatan dan pencegahan
umum dan Khusus
3. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention) yaitu diagnosis awal dan pengobatan tepat
dan pembatasan kecacatan
4. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention) yaitu rehabilitasi

Penyakit berbasis lingkungan


Patogenesis (proses kejadian) penyakit berbasis lingkungan dapat diuraikan pada teori simpul
1. Simpul 1, sebagai sumber penyakit. Sumber penyakit digolongkan menjadi dua kelompok yaitu
sumber penyakit alamiah seperti gas beracun dari gunung berapi, proses pembusukan dan hasil
kegiatan manusia seperti industri, knalpot kendaraan bermotor atau penderita penyakit menular.
2. Simpul 2, komponen lingkungan yang merupakan media transmisi penyakit. Media transmisi
yakni udara ambien, air yang dikonsumsi atau keperluan lain, tanah/pangan, binatang atau
serangga penular penyakit atau vektor.
3. Simpul 3, penduduk dengan berbagai latar belakang seperti pendidikan, perilaku, kepadatan,
gender yang berbeda-beda.
4. Simpul 4, penduduk yang dalam keadaan sehat atau sakit setelah mengalami interaksi atau
pajanan dengan komponen lingkungan yang mengandung agen penyakit.

Istilah dalam Epidemiologi


1. Kejadian Luar Biasa (KLB): Kejadian pernyakit yang merebak dan dapat berkembang
menjadi wabah penyakit. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan atau kematian pada suatu daerah dalam kurun waktu singkat dan ditentukan
oleh dinkes. Suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
a. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
b. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut
menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
c. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila
dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya
2. Wabah: kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat melebihi dari pada keadaan yang lazim pada daerah tertentu dan waktu
yang lama. Suatu penyakit dapat dikatakan wabah ketika penyakit tersebut memiliki kondisi
sebagai berikut:
a. Sudah lama tidak muncul
b. Datang penyakit baru yang sebelumnya tidak diketahui
c. Baru pertama kali menjangkiti masyarakat di daerah tersebut
3. Endemik: Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya
meningkat pada wilayah tertentu menetap dalam waktu lama dalam suatu wilayah tertentu seperti
provinsi.
4. Epidemi: Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang ditemukan pada
suatu daerah tertentu missal suatu negara dalam waktu yang singkat dan frekuensinya meningkat
5. Pandemi: Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya dalam
waktu singkat meningkat tinggi dan penyebarannya telah mencakup wilayah yang luas atau
beberapa negara
6. Herd Immunity (Kekebalan kelompok): Kondisi saat sebagian besar jumlah orang dalam suatu
kelompok yang sudah memiliki kekebalan daya tahan tubuh terhadap infeksi penyakit tertentu.
7. Carrier: Bisa berupa manusia atau hewan yang memiliki agen infeksi tertentu dan mampu
menularkan agen infeksi tersebut pada orang lain.
8. Cluster: Kumpulan kasus penyakit atau kondisi yang berkaitan dengan kesehatan lainnya.

Langkah-Langkah Investigasi Wabah


Tahap 1 – 5 disebut dengan descriptive steps
Tahap 6-7 disebut analyse steps
Tahap 8-10 disebut dengan synthesis and action steps.
1. Identifikasi tim investigasi dan sumber daya
Tahap awal yang harus dilakukan sebelum melakukan kegiatan investigasi adalah mempersiapkan
tim yang akan terlibat sesuai dengan KLB/Wabah yang sedang terjadi di masyarakat
2. Tentukan keberadaan wabah
Pada tahap ini, tim investigator dapat mencari informasi dari masyarakat dan mengetahui pola
penyakit yang terjadi dengan pendekatan orang waktu dan tempat
3. Verifikasi diagnosis
Verifikasi diagnosis dilakukan dengan menganalisis gejala dan tanda klinik dari penderita yang
informasinya dapat diperoleh dari hasil rekam medis, dokter ataupun masyarakat. Pada tahap ini
juga dapat dilakukan pengambilan sampel. Seperti sampel lingkungan, darah, muntahan dll.
4. Buat definisi kasus
Pada tahap ini definisi kasus sangat diperlukan untuk menjaring masyarakat yang termasuk dalam
kelompok kasus yang diakibatkan oleh adanya KLB/wabah.
5. Cari kasus secara sistematis dan buat line listing
Pada tahap penacarian kasus harus dilakukan secara sistematis dan bisa diperoleh dari berbagai
sumber seperti rumah sakit, puskesmas, dokter, laboran sehingga tim dapat menemukan informasi
gejala klinis dan demografi dari penderita untuk selanjutnya dapat dibuat dalam bentuk line
listing.
6. Lakukan Analisa deskriptif dan buatlah hypothesis
Tim investigas dapat melakukan analisis deskriptif dapat dilakukan dengan pendekatan orang
waktu dan tempat serta membuat hypothesis. Merumuskan hipotesis diperlukan untuk
menerangkan adanya kemungkinan suatu penyebab, sumber infeksi dan distribusi penderita
7. Evaluasi hipothesis dan lakukan studi lanjutan yang diperlukan
Pada tahap ini tim investigasi melakukan evaluasi terhadap hypothesis yang telah dibuat.
Pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan desain studi case control dan cohort. Desain
studi case control dilakukan jika daftar lengkap populasi berisiko tidak tersedia atau terlalu besar
sedangkan desain studi cohort dapat digunakan apabila daftar lengkap populasi berisiko tersedia.
8. Lakukan tindakan pengendalian
Tindakan pengendalian dapat dilakukan selama KLB/wabah berlangsung dengan
mempertimbangkan aspek hasil temuan epidemiologi berdasarkan evaluasi hypothesis yang telah
dilakukan
9. Komunikasikan temuan
Hal terpenting yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah temuan perlu dikomunikasikan dengan
teknik satu pintu sehingga informasi yang diterima masyarakat dapat lebih terpercaya.
10. Pertahankan surveilans
Langkah akhir dari kegiatan investigasi adalah terus mempertahankan system surveilans yang
telah dibangun sehingga dapat meminimalisis peluang terjadinya KLB/wabah.
Mendokumentasikan kegiatan yang telah dilakukan juga menjadi bagian penting untuk dilakukan
dalam setiap langkah kegiatan investigasi yang dilakukan

Ukuran Frekuensi
Morbiditas: Derajat sakit, cidera, atau gangguan pada suatu populasi
1. Ratio, Proporsi dan Rates
a. Ratio: angka perbandingan atau dapat diterjemahkan sebagai “dibanding dengan”.
b. Proporsi: rasio yang nominator masuk sebagai denominator
c. Rate: Besarnya peristiwa yang terjadi terhadap jumlah penduduk yang berlangsung dalam
batas waktu tertentu
2. Insidensi: gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu
waktu tertentu di satu kelompok masyarakat.
a. Incidence Rate: Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka
waktu tertentu(umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin
terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan.

b. Attack Rate: Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu saat
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat
yang sama.

c. Secondary Attack Rate: Jumlah penderita baru suatu penyakit yang terjangkit pada serangan
kedua dibandingkan dengan jumlah penduduk dikurangi orang/penduduk yang pernah terkena
penyakit pada serangan pertama.

3. Prevalensi: Gambaran tentang frekwensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada suatu
jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu.
1. Period Prevalance Rate: Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan
pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka
waktu yang bersangkutan.

2. Point Prevalance Rate : Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat
dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu.
Mortalitas : Data statistik vital untuk kematian
1. Crude Death Rate (CDR) : Jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu jangka waktu
(umumnya 1 tahun ) dibandingkan dengan jumlah penduduk pada pertengahan waktu yang
bersangkutan.

2. Perinatal Mortality Rate : Jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan 28
minggu atau lebih ditambah dengan jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 7 hari yang
dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

3. Neonatal Mortality Rate : jumlah kematian bayi berumur kurang dari 28 hari yang dicatat
selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

4. Infant Mortality Rate : jumlah seluruh kematian bayi berumur kurang dari 1 tahun yang dicatat
selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

5. Maternal Mortality Rate : jumlah kematian ibu sebagai akibat dari komplikasi kehamilan,
persalinan dan masa nifas dalam 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama

6. Case Fatality Rate : perbandingan antara jumlah seluruh kematian karena satu penyebab
penyakit tertentu dalam 1 tahun dengan jumlah penderita penyakit tersebut pada tahun yang sama.
Jenis Penelitian Epidemiologi
1. Kualitatif
Pendekatan penelitian untuk kualitatif
a. Fenomenologi dimana peneliti melakukan pengumpulan data dengan observasi partisipan
untuk mengetahui fenomena informan dalam pengalaman hidupnya.
b. Etnografi dimana peneliti melakukan studi terhadap budaya kelompok dalam kondisi yang
alamiah melalui observasi dan wawancara.
c. Studi kasus dimana peneliti melakukan eksplorasi secara mendalam terhadap program,
kejadian, proses, aktivitas, terhadap satu atau lebih orang. 
d. Narrative research dimana peneliti melakukan studi terhadap satu orang individu atau lebih
untuk mendapatkan data tentang sejarah perjalanan dalam kehidupannya. Data tersebut
selanjutnya oleh peneliti disusun menjadi laporan naratif kronologis.
2. Kuantitatif
Pendekatan penelitian untuk kuantitatif
a. Pendekatan deskriptif : Berupa pendekatan yang memberikan gambaran terhadap penelitian
yang ouputnya berupa distribusi dan frekuensi.
b. Pendekatan analitik : Pendekatan yang memberikan suatu analisa antara variabel dependen
dan independen contohnya hubungan diantara kedua variabel.
1) Observasional : Kegiatan mengamati tanpa adanya suatu perlakuan. Terdiri dari 3 metode
pengumpulan data/desain studi yaitu:
a) Cross sectional yang dimana data dikumpulkan secara bersamaan antara variabel
independen dan variabel dependen
Kelebihan:
 Realtif mudah,murah dan hasilnya cepat diperoleh
 Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel
 Tidak terancam drop out
 Merupakan tahapan pertama (dasar) dalam memformulasikan hipotesis hubungan
kausal yang akan diuji dalam studi analitik lainnya (studi case control, kohort
atau eksperimen)
Kekurangan
 Terbatas dalam menentukan hubungan sebab akibat, karena pengambilan data
efek dan faktor risiko pada saat bersamaan
 Studi ini lebih banyak menjaring subyek yang masa sakitnya panjang.
 Dibutuhkan subyek yang cukup besar, terutama jika variabel yang diteliti banyak.
 Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insiden maupun prognostik
 Tidak praktis untuk meneliti kasus yang jarang.
b) Case control/retrospektif yang dimana data dikumpulkan dari kasus terlebih dahulu
kemudian penyebabnya dan untuk mempelajari hubungan serta besarnya risiko,
antara tingkat keterpaparan dengan kejadian penyakit.
Kelebihan
 Dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat.
 Relatif murah dibandingkan dengan desain analitik lainnya
 Cocok untuk penyakit yang langka
 Cocok untuk meneliti penyakit-penyakit yang masa laten panjang
 Dapat meneliti berbagai faktor risiko sekaligus
Kekurangan
 Desain ini rawan untuk terjadi bias seleksi dalam memilih subyek serta bias
informasi (recall bias) baik ketidak lengkapan catatan maupun daya ingat
 Tidak efisien untuk mengevaluasi paparan yang langka kecuali jika persentase
attributable risk tinggi
 Tidak dapat menghitung laju insiden.
 Kadang sulit memastikan hubungan temporal antara paparan dan penyakit
 Hanya berkaitan dengan satu penyakit atau efek.
 Kesulitan memilih kontrol yang tepat
c) Kohort yang dimana dimulai dari variabel penyebabnya kemudian ditelusuri hingga
muncul kasus
2) Eksperimen : Berupa bentuk pendekatan analitik yang terdapat sebuah perlakuan
didalamnya, dimana terdiri dari eksperimen semu (tidak semua dikontrol) dan eksperimen
murni (semua dikontrol)
Teknik pengambilan data kualitatif
1. Observasi, yaitu dengan mengamati objek penelitian secara langsung di lapangan.
2. Wawancara melalui proses tanya jawab dengan subjek penelitian.
3. Studi literatur dengan memanfaatkan sumber-sumber data seperti buku atau jurnal yang relevan.
4. Focus group discussion atau diskusi yang mengangkat sebuah tema untuk menemukan makna
atau pemahaman tertentu.

Teknik analisis data kualitatif


1. Reduksi data
Tahap ini dilakukan dengan merangkum data, memilih hal-hal pokok sesuai dengan fokus
penelitian, mengelompokkan data pada hal-hal yang penting, mencari tema serta polanya.
2. Penyajian data
Data dikelompokan berdasarkan pokok permasalahan kemudian data disajikan dalam bentuk teks
naratif yaitu dalam bentuk uraian dan deskriptif sehingga data tersebut dapat memberikan
informasi yang jelas dan mudah dipahami.
3. Penarikan kesimpulan
Tahap ketiga dalam proses analisis data dalam penelitian ini adalah verifikasi data dan penarikan
kesimpulan. Verifikasi data dalam penelitian ini dilakukan secara berkesinambungan guna
mendapatkan kesimpulan dengan bukti kuat dan kredibel.
Pengujian Keabsahan Data Kualitatif
1. Uji Kredibilitas/Credibility (Validitas internal)
Apabila adanya persamaan antara apa yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya
terjadi pada objek yang diteliti. Uji kredibilitas data atau kepercayaan data penelitian kualitatif
terdiri atas perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi, analisis kasus
negatif, menggunakan bahan referensi dan member check.
2. Uji Transferabilitas/Transferability (Validitas eksternal)
Menunjukkan derajat ketepatan atau sejauh mana dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi
dimana informan tersebut dipilih (tergantung pada pembaca, sampai sejauh mana hasil penelitian
tersebut dapat diterapkan pada konteks dan situasi sosial yang lain)
3. Uji Dependabilitas/Dependability (Reliabilitas)
Ketika peneliti berikutnya dapat mereplikasi rangkaian proses penelitian tersebut.
4. Uji Konfirmabilitas/Konfirmability (Objektivitas)
Aapabila hasil penelitian telah disepakati banyak orang (diup di jurnal/konferensi)

Populasi
Keseluruhan unit yang menjadi objek penelitian atau kelompok yang diharapkan dapat digunakan
dalam penelitian. Populasi terbagi menjadi 2 yaitu populasi target dan populasi terjangkau. Populasi
target memiliki cakupan yang lebih besar yang dimana populasi terjangkau merupakan representasi
dari populasi target.
Sampel
Sebagian dari populasi yang nyata untuk diteliti yang dapat mewakili populasi. Penentuan banyak
sampel dihitung menggunakan rumus.

Teknik Sampling
Probability : Memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel
1. Simple Random Sampling : Teknik pengambilan data dengan cara sederhana yang bisa digunakan
dengan menggunakan kocok arisan.
2. Systematic Random Sampling : Teknik pengambilan sampel dimana hanya unsur pertama saja
dari sampel dipilih secara acak, sedangkan unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sistematis
menurut pola tertentu.
3. Proporsional Random Sampling : teknik pengambilan sampel dengan pengambilan subjek pada
setiap strata ditentukan sebanding dengan banyaknya subjek dari masing-masing strata.
4. Stratified Random Sampling : Pengelompokan sampel berdasarkan tingkatan, contoh pendidikan
(SD, SMP, SMA)
5. Cluster Sampling : Pengelompokan secara klaster, contoh pegunungan, pantai
Non Probability : Tidak memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel
1. Total/Exhautive Sampling : Penarikan seluruh populasi menjadi sampel
2. Snowball Sampling : Peneliti menunjuk sampel pertama, lalu sampel kedua dst ditentukan oleh
sampel sebelumnya
3. Accidental Sampling : Sampel yang didapatkan langsung di lokasi penelitian
4. Purposive Sampling : Bedasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti

Bias: Kesalahan sistematik yang mengakibatkan distorsi (melenceng) dalam sebuah penelitian
1. Bias Seleksi : Distorsi dalam penyeleksian sampel
2. Bias Informasi : Ketidak-akuratan informasi yang diperoleh tentang variabel penelitian.
3. Bias Intervensi : Bias yang diakibatkan oleh pemberian intervensi atau pajanan yang tidak terjadi
sebagaimana mestinya.

Validitas: Alat ukur mengukur sejauh mana yang seharusnya diukur.


Reliabilitas: Alat ukur memperoleh hasil yang sama pada pengukuran berulang.

You might also like