Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 19

MAKALAH

“PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Dra. Haiatin Chasanatin, MA

Disusun oleh kelompok 6:

1. ADIB TAQIUDIN (2001011003)


2. AHMAD HADI WIJAYA (2001011007)
3. ANDRIA MAHARANI (2001011017)
4. DWI HUSNASARI (2001010016)

KELAS : E

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua yang berupa ilmu dan amal. Dan
berhat rahmat dan hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang isnyaallah
tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan tuntas apabila
tanpa adanya bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh Karena itu, pada kesempatan
ini penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Akhirnya, kritik, saran, dan masukan yang
membangun sangat penulis butuhkan untuk dijadikan pedoman dalam penulisan kearah yang
lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Metro, 8 Oktober 2022

KELOMPOK 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1

Latar Belakang........................................................................................................................1

Rumusan Masalah..................................................................................................................2

Tujuan.....................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

Definisi Pendidik dalam Pendidikan Islam............................................................................3

Kedudukan Pendidik dalam Pendidikan Islam.......................................................................6

Tugas Pendidik dalam Pendidikan Islam...............................................................................6

Kompetensi-kompetensi Pendidik dalam Pendidikan Islam................................................10

Kode Etik dalam Pendidikan Islam......................................................................................12

BAB III PENUTUP................................................................................................................15

Kesimpulan...........................................................................................................................15

Saran.....................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebuah kata pendidikan sudah tidak asing lagi untuk di dengar, yang mana
pendidikan merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh dalam kehidupan di dunia
ini. Tidak bisa di pungkiri dalam sebuah pendidikan selalu terdapat tujuan yang ingin
dicapai, tujuan tersebut bisa di capai dengan adanya beberapa faktor, salah satunya
dengan adanya seorang pendidik, di dalam segi bahasa pendidik merupakan orang
yang mendidik atau memberikan pendidikan, sedangkan pendidik dalam pendidikan
islam merupakan seseorang yang berkewajiban karena tuntutan agama untuk
menyalurkan ilmunya dan bertanggung jawab atas ilmu yang di dapat dan di salurkan
kepada orang lain, yang mana agama menyerahkan tanggung jawab dan amanat
pendidikan tersebut, sedangkan yang menerima amanat dan tanggung jawab sebuah
pendidikan ialah semua orang yang ada di bumi ini. Dengan kata lain pendidik
merupakan suatu sifat yang telah melekat dalam setiap jiwa manusia, seperti halnya
orang tua yang wajib untuk mendidik anaknya.
Seorang pendidik harus memiliki dasar ilmu pengetahuan yang sangat banyak,
karena setiap waktu pendidikan pasti akan berubah sesuai dengan berputarnya bumi.
Seperti yang disebutkan diatas seorang pendidik bukan hanya guru saja, tetapi juga
termasuk diri sendiri, orang tua, bahkan masyarakat/lingkungan. Dengan demikian
seorang pendidik mempunyai peranan masing-masing dalam menjalankan suatu
pendidikan, dan dalam setiap peranan tersebut harus dipertanggung jawabkan. Selain
itu pendidik juga mempunyai peranan utama dalam proses pendidikan, yaitu dengan
adanya pendidik diharapkan bisa menciptakan peserta didik yang diharapkan dalam
tuntutan agama, yang lebih baik dari seseorang yang tidak mengenal pendidikan dan
dapat mempertahankan agamanya.
B. Rumusan Masalah

1. Apa Definisi Pendidik dalam Pendidikan Islam ?


2. Bagaimana Kedudukan Pendidik dalam Pendidikan Islam ?
3. Apa saja Tugas Pendidik dalam Pendidikan Islam ?
4. Apa saja Kompetensi-kompetensi Pendidik dalam Pendidikan Islam ?
5. Apa saja Kode Etik dalam Pendidikan Islam ?

C. Tujuan

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui semua hal tentang


pendidik, baik dari pengertian sampai kode etik dalam pendidikan Islam. Selain dari
pada itu makalh ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam,
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi seorang pendidik, calon pendidik, dan
pengawas pendidik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Pendidik dalam Pendidikan Islam

Di dalam kegiatan belajar-mengajar pasti ada yang sering kita sebut dengan pendidik
dan peserta didik, yang mana keduanya memiliki keterikatan yang sangat kuat, karena
pendidik tanpa peserta didik tidak akan terjadi kegiatan belajar mengajar, begitu juga
sebaliknya. Sebelum melangkah lebih jauh tentang pendidik dalam pendidikan islam, terlebih
dahulu kita harus mengetahui pengertian dari pendidikan islam tersebut, pendidikan islam
adalah suatu kajian yang memuat teori-teori pendidikan serta data-data dan penjelasannya
sesuai dengan perspektif islam. Sebagaimana teori Barat, pendidik dalam Islam adalah orang-
orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya
mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta),
maupun psikomotorik (karsa).
Dalam literature Islam, seorang pendidik biasa disebut sebagai ustadz, mu’allim, murabbiy,
mursyid, mudarris, dan mu’addib1
 Kata ustadz biasanya digunakan untuk memanggil seorang professor, hal ini
bermakna bahwa seorang guru dituntut untuk komitmen terhadap profesionalisme
dalam mengemban tugasnya.
 Kata mualim berasal dari kata ‘ilm yang berarti menangkap hakekat sesuatu. Dalam
setiap ‘ilm terkandung dimensi teoritis dan dimensi amaliah. Hal ini mengandung
makna bahwa seorang guru dituntut untuk menjlaskan hakikat ilmu pengetahuan yang
dikerjakannya, serta menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya, dan berusaha
membangkitkan siswa untuk mengamlkannya.
 Kata murabbiy berasal dari kata dasar Rabb. Tuhan adalah sebagai Rabb-al-‘alamin
dan Rabb al-nash, yakni yang menciptakan, mengatur, dan memelihara alam seisinya
termasuk manusia. Manusia sebagai khalifah-Nya diberi tugas untuk menumbuh
kembangkan kreativitasnya agar mampu mengkreasi, mengatur dan memelihara alam

1
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011)., hal. 74-75.

3
seisinya. Dari pengertian ini pendidik adalah seseorang yang mendidik dan
menyiapkan peserta didik agar mempu berkreasi, sekaligus mengatur dan memelihara
kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya.
 Kata mursyid biasa digunakan untuk guru dalam Thariqah (Tasawuf). Seorang
mursyid (guru) beusaha menularkan penghayatan akhlak dan kepribadiannya kepada
peserta didiknya, baik yang berupa etos ibadahnya, etos kerjanya, etos belajarnya,
maupun dedikasinya yang serba Lillahi Ta’ala (karena mengharap ridha Allah
semata). Dengan demikian dalam konteks pendidikan mengandung makna bahwa
guru merupakan model atau sentral indentifikasi diri, yakni pusat anutan dan teladan
bahkan konsultan bagi pesrta didiknya.
 Kata mudarris berasal dari kata darasa-yadrusu-darsan wa durusann wa
dirasatan,yang berarti terhapus, hilang bekasnya, menghapus, menjadikan usang,
melatih, mempelajari. Dilihat dari pengertian ini, maka tugas guru adalah berusaha
mencerdaskan peserta didiknya, menghilangkan ketidaktahuan atau memberantas
kebodohan mereka, serta memilih ketidaktahuan atau memberantas kebodohan
mereka, serta melatih ketrampilan mereka sesuai dengan bakat,minat dan
kemampuannya.
 Kata muadddib berasal dari kata adab, yang berarti moral, etika, dan adab, atau
kemajuan lahir dan batin. Jadi guru adalah orang yang beradab sekaligus memiliki
peran dan fungsi untuk membangun peradaban (civilization) yang berkualitas di masa
depan.

Pengertian pendidik secara umum dapat diartikan sebagai orang yang bertanggung jawab atas
pendidik dan pengajaran. Sedangkan secara bahasa pendidik adalah orang yang pekerjaanya
mengajar. Dalam konteks yang lebih luas setiap individu adalah pendidik, oleh sebab itu ia
harus menjaga dan meningkatkan kualitas diri dan sekaligus menjadi tauladan bagi sesamnya.
Sedangkan pendidik dalam islam adalah setiap individu yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan subjek didik.2
Seorang pendidik merupakan komponen yang sangat penting dalam system kependidikan,
karena pendidiklah yang akan mengantarkan anak didik pada tujuan yang telah ditentukan,
yang mana tujuan pendidikan islam adalah menciptakan/membentuk manusia yang sempurna
(insan kamil) yang sesuai dengan ukuran islam. Hal tersebut tidak mudah seperti
membalikkan sebuah telapak tangan, mengapa demikian ! karena seorang pendidik memiliki
2
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., hal. 37

4
tanggung jawab yang sangat besar untuk menjadikan peserta didik lebih baik dari sebelum-
sebelumnya.

Selain itu terdapat tugas pendidik yang dapat dijabarkan dalam beberapa pokok pikiran, yaitu
1. Sebagai Pengajar (instruksional) yang bertugas merencanakan program
yang disusun, dan akhirnya dengan pelaksanaan penilaian setelah program
tersebut dilaksanakan.
2. Sebagai pendidik (educator) yang mengarahkan peserta didik pada tingkat
kecerdasan kepribadian sempurna (insan kamil), seiring dengan tujuan
penciptaan-Nya.
3. Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan diri
(baik diri sendiri, peserta didik, maupun masyarakat), upaya pengarahan,
pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program
yang di lakukan.3
Melihat tugas seorang pendidik diatas, kita dapat berfikir bahwa tugas dan tanggung jawab
yang dipikul oleh para pendidik sangat berat sekaligus sangat mulia, karena pendidik
memiliki tanggung jawab untuk menjadikan peserta didik seperti yang dituntut oleh
keinginan agama, selain itu oleh pendidiklah peserta didik bisa mencapai cita-cita yang
diinginkannya dan menjadi orang yang berbudi pekerti luhur serta mempunyai sopan santun.
1. misalnya berupa masukan, keluhan, permintaan, pertanyaan, bahkan
kritikan mereka.
2. Kemampuan menyegarkan suasana, agar tetap kondusif dan peserta
didik tetap bersemanga belajar.
3. Kemampuan berkomunikasi secara efektif.
4. Kemampuan bercerita, misalnya kisah para Nabi, Rasul, Sahabat
Rasullullah, dan para pahlawan/mujahid Islam.
5. Kemampuan memimpin forum.

2. Kedudukan Pendidik dalam Pendidikan Islam

3
Arifuddin Arif, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, Op. Cit., hal. 65-66

5
Islam sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang berilmu, dan bertugas sebagai
pendidik. Dalam Islam orang yang beriman dan berilmu pengatahuan (guru) sangat luhur
kedudukannya di sisi Allah daripada yang lainnya, sebagaimana firman Allah :
ْ ِ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓوا ِإ َذا قِي َل لَ ُك ْم تَفَ َّسحُوا ف‬
َ‫وا ِمن ُك ْم َوٱلَّ ِذين‬PPُ‫ىٱل َم ٰ َجلِ ِسفَٱ ْف َسحُوايَ ْف َس ِحٱللَّهُلَ ُك ْم َوِإ َذاقِيٱَلن ُش ُزوافَٱن ُش ُزوايَرْ فَ ِع ٱهَّلل ُ ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
‫ُأوتُوا ْٱل ِع ْل َمد ََر ٰ َجتٍ َوٱللَّهُبِ َماتَ ْع َملُونَ َخبِي ٌر‬
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya AllahQakan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya AllahQ akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS al-Mujadilah
[58]; 11)
Pendidik memiliki beberapa fungsi mulia, diantaranya, pertama pensucian, artinya sebagai
pemelihara diri, pengembang serta pemeliharaan fitrah manusia; kedua adalah fungsi
pengajaran, artinya sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan berbagai keyakinan kepada
manusia agar mereka menerapkan seluruh pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Maka
dari itu, peran pendidikan sangat berperan penting dalam proses pendidikan, karena dia yang
bertanggung jawab dan menentukan arah pendidikan tersebut. Maka, itulah sebabnya Islam
sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang berilmu pengetahuan dan bertugas
sebagai pendidik yang mempunyai tugas yang sangat mulia (Basuki dan Ulum, 2007;80-81). 4

3. Tugas Pendidik dalam Pendidikan Islam

Menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta membawakan hati manusia untuk


mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah Swt. Realisasi tugas ini merupakan cerminan dari
tujuan utama pendidikan Islam adalah berupaya menciptakan subyek didik untuk mampu
mendekatkan diri kepada-Nya. Jika pendidik belum mampu mewujudkan siswanya
membiasakan diri dalam peribadatan secara tepat, maka ia sungguh mengalami kegagalan
dalam tugasnya, sekalipun peserta didiknya memiliki prestasi akademis yang luar biasa. Hal
itu mengandung arti bahwa adanya keterkaitan antara ilmu dan amal saleh.

Dalam paradigma Jawa, pendidik diidentikkan dengan guru (gu dan ru) yang berarti “digugu
dan ditiru”. Dikatakan digugu (dipercaya) karena guru memiliki seperangkat ilmu yang
memadai, yang karenanya ia memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat
kehidupan ini. Dikatakan ditiru (diikuti) karena guru memiliki kepribadian yang utuh,
karenanya segala tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan suri teladan oleh peserta
didiknya.5 Pengertian ini diasumsikan bahwa tugas guru tidak sekadar transformasi ilmu, tapi
juga bagaimana ia mampu menginternalisasikan ilmunya pada peserta didiknya. Pada tataran
ini terjadi sinkronisasi antara apa yang diucapkan oleh guru (didengar oleh peserta didik) dan
yang dilakukannya (dilihat oleh peserta didik).

Oleh karena itu, maka tugas pendidik dalam pendidikan Islam dapat disimpulkan menjadi
tiga bagian, yaitu:
4
Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan, (Ar-Ruzz Media : 2012), hal. 142-143.
5
Tim Departemen Agama RI, Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PPPAI-PTU, 1984), hal. 149.

6
1. Sebagai pengajar (instruksional), yang bertugas merencanakan program pengajaran
dan melaksanakan program yang telah disusun serta mengakhiri dengan pelaksanaan
penilaian program dilakukan.
2. Sebagai pendidik (educator), yang mengarahkan peserta didik pada tingkat
kedewasaan dan berkepribadian seiring dengan tujuan Allah Swt. menciptakannya.
3. Sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin, mengendalikan kepada diri sendiri,
peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai masalah yang
menyangkut upaya pengerahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan dan
partisipasi atas program pendidikan yang dilakukan.

Dalam tugas itu, seorang pendidik dituntut untuk mempunyai seperangkat prinsip
keguruan.Prinsip keguruan itu dapat berupa:

1. Kegairahan dan kesediaan untuk mengajar seperti memperhatikan: kesediaan,


kemampuan, pertumbuhan dan perbedaan peserta didik.
2. Membangkitkan gairah peserta didik.
3. Menumbuhkan bakat dan sikap peserta didik yang baik.
4. Mengatur proses belajar mengajar yang baik.
5. Memperhatikan perubahan-perubahan kecenderungan yang memengaruhi proses
mengajar. Keenam, adanya hubungan manusiawi dalam proses belajar-mengajar.

Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur yang dapat membentuk
jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun
kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Guru
bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap yang dapat diharapkan membangun
dirinya dan membangun bangsa dan Negara. Jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang
terikat oleh dinas maupun di luar dinas dalam bentuk pengabdian. Tugas guru tidak hanya
sebagai suatu profesi, tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan, dan kemasyarakatan.

Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan
profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik,
mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai
pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas
guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi kepada anak didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan
keterampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik.

Tugas kemanusiaan salah satu segi dari tugas guru. Sisi ini tidak bisa guru abaikan, karena
guru harus terlibat dengan kehidupan di masyarakat dengan interaksi sosial. Guru harus
menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didik. Dengan begitu anak didik dididik
agar mempunyai sifat kesetiakawanan sosial. Guru harus dapat menempatkan diri sebagai
orang tua kedua, dengan mengemban tugas yang dipercayakan orang tua kandung/wali anak
didik dalam jangka waktu tertentu. Untuk itu pemahaman terhadap jiwa dan watak anak didik
diperlukan agar dapat dengan mudah memahami jiwa dan watak anak didik. Begitulah tugas
guru sebagai orang tua kedua, setelah orang tua anak didik di dalam keluarga di rumah.

7
Di bidang kemasyarakatan merupakan tugas guru yang juga tidak kalah pentingnya. Pada
bidang ini guru mempunyai tugas mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga
Negara Indonesia yang baik. Memang tidak dapat dipungkiri bila guru mendidik anak didik
sama halnya guru mencerdaskan bangsa Indonesia. Bila dipahami, maka tugas guru tidak
hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah dan
masyarakat. Bahkan bila dirinci lebih jauh tidak hanya yang telah disebutkan.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, bahwa guru dalam mendidik anak didik bertugas untuk:

 Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan, dan


pengalaman-pengalaman.
 Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan dasar Negara kita.
 Menyiapkan anak menjadi warga Negara yang baik sesuai Undang-Undang
Pendidikan yang merupakan Keputusan MPR No. II Tahun 1983.
 Sebagai perantara dalam belajar. Di dalam proses belajar guru hanya sebagai
perantara/medium, anak harus berusaha sendiri mendapatkan suatu pengertian/insight,
sehingga timbul perubahan dalam pengetahuan, tingkah laku dan sikap.
 Guru adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik ke arah kedewasaan,
pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak menurut sekehendaknya.
 Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. Anak nantinya akan hidup
dan bekerja, serta mengabdikan diri dalam masyarakat, dengan demikian anak harus
dilatih dan dibiasakan di sekolah di bawah pengawasan guru.
 Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam segala hal, tata tertib dapat
berjalan bila guru dapat menjalani lebih dahulu.
 Guru sebagai administrator dan manajer. Di samping mendidik, seorang guru harus
dapat mengedakan unison tata usaha seperti membuat buku kas, daftar induk, rapor,
daftar gaji dan sebagainya, serta dapat mengkoordinasi segala pekerjaan di sekolah
secara baik, sehingga suasana pekerjaan penuh dengan rasa kekeluargaan.
 Pekerjaan guru sebagai suatu profesi. Orang yang menjadi guru karena terpaksa tidak
dapat bekerja dengan baik, maka harus menyadari benar-benar pekerjaannya sebagai
suatu profesi
 Guru sebagai perencana kurikulum. Guru menghadapi anak-anak setiap hari, gurulah
yang paling tahu kebutuhan anak-anak dan masyarakat sekitar, maka dalam
penyusunan kurikulum, kebutuhan ini tidak boleh ditinggalkan. Kesebelas, Guru
sebagai pemimpin (guidance worker). Guru mempunyai kesempatan dan tanggung
jawab dalam banyak situasi untuk membimbing anak ke arah pemecahan soal,
membentuk keputusan dan menghadapkan anak-anak pada problem. Keduabelas,
Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak. Guru harus turut aktif dalam segala
aktifitas anak, misalnya dalam ekstrakurikuler, membentuk kelompok belajar dan
sebagainya.6

6
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Cet. III, (Jakarta: Rineka Cipta,
2005), hal. 36-41.

8
Dengan meneliti poin-poin tersebut, tahulah bahwa tugas guru tidak ringan. Profesi guru
harus berdasarkan panggilan jiwa, sehingga dapat menunaikan tugas dengan baik dan ikhlas.
Guru harus mendapatkan haknya secara proporsional dengan gaji yang patut diperjuangkan

melebihi profesi-profesi lainnya, sehingga keinginan peningkatan kompetensi guru dan


kualitas belajar anak didik bukan hanya sebuah slogan di atas kertas.

Mengenai tugas guru, ahli-ahli pendidikan Islam juga ahli pendidikan Barat telah sepakat
bahwa tugas guru ialah mendidik. Mendidik adalah tugas yang amat luas. Mendidik itu
sebagian dilakukan dalam bentuk mengajar, sebagian dalam bentuk memberikan dorongan,
memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan dan lain-lain.

Dalam pendidikan di sekolah, tugas guru sebagian besar adalah mendidik dengan cara
mengajar. Tugas pendidik di dalam rumah tangga sebagian besar, bahkan mungkin
seluruhnya, berupa membiasakan, memberikan contoh yang baik, memberikan pujian,
dorongan, dan lain-lain yang diperkirakan menghasilkan pengaruh positif bagi pendewasaan
anak. Jadi, secara umum, mengajar hanyalah sebagian dari tugas mendidik.Tugas guru selain
mengajar ialah berbagai tugas yang sesungguhnya bersangkutan dengan mengajar, yaitu
tugas membuat persiapan mengajar, tugas mengevaluasi hasil belajar, dan lain-lain yang
selalu bersangkutan dengan pencapaian tujuan pengajaran.

Ahmad Tafsir merinci tugas pendidik (termasuk guru) sebagai berikut:

 Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak-anak didik dengan berbagai cara
seperti observes, wawancara, melalui pergaulan, angket, dan sebagainya.
 Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan menekan
perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang.
 Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara memperkenalkan
berbagai bidang keahlian, keterampilan, agar anak didik memilihnya dengan tepat.
 Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan anak
didik berjalan dengan baik.
 Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik menemui kesulitan dalam
mengembangkan potensinya.

Dalam tugas tersebut di atas tidak disebut dengan jelas tugas guru yang terpenting, yaitu
mengajar. Sebenarnya, tugas itu terdapat secara implisit dalam tugas pada butir (2) dan (3).
Sebenarnya, dalam teori pendidikan Barat, tugas guru tidak hanya mengajar, mereka bertugas
juga mendidik dengan cara selain mengajar, sama saja dengan tugas guru dalam pendidikan
Islam. Perbedaannya ialah tugas-tugas itu dikerjakan mereka untuk mencapai tujuan
pendidikan sesuai dengan keyakinan filsafat mereka tentang manusia yang baik menurut
mereka. Sikap demokratis, sikap terbuka, misalnya, dibiasakan dan dicontohkan mereka
kepada murid. Hal itu kelihatan terutama dalam metode mengajar yang digunakan mereka,
juga dalam perilaku guru-guru di Barat.

Jadi, perbedaannya bukan terletak pada tugas guru, melainkan pada sistem filsafat yang
dianut, sistem filsafat orang Barat memang berbeda dari sistem filsafat pendidikan orang
Islam. Sesungguhnya tugas seorang pendidik muslim itu bukan hanya sekedar mengisi otak

9
murid-muridnya dengan berbagai ilmu pengetahuan, kemudian selesai, akan tetapi ia harus
melanjutkan kepada pendidikan yang sempurna yang berdiri di atas kejernihan aqidah dan
akhlak, dari hal-hal yang dilarang oleh dien yang lurus. Maka seorang pendidik muslim yang
sukses haruslah menjadikan perkataan dan tingkah laku murid-muridnya di dalam kelas
bersandar kepada petunjuk Nabi yang benar. Allah SWT. berfirman:

‫قُلْ اِ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ِحبُّوْ نَ هّٰللا َ فَاتَّبِعُوْ نِ ْي يُحْ بِ ْب ُك ُم هّٰللا ُ َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوْ بَ ُك ْم ۗ َوهّٰللا ُ َغفُوْ ٌر َّر ِح ْي ٌم‬

Artinya: Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. (Qs. Ali Imran: 31.)

Perjalanan hidup Rasulullah menunjukkan bahwasanya beliau adalah seorang pendidik yang
bijaksana, seorang mu’allim, pemberi pengarahan, penasehat, orang yang belas kasih,
dicintai, dan orang yang ikhlas. Maka seorang pendidik muslim haruslah mensifati dirinya
dengan sifat-sifat ini terutama dalam hal keikhlasan. Ia harus mengikhlaskan amalnya hanya
untuk Allah semata dan tidak melihat harta. Apabila ia diberi meskipun sedikit ia bersyukur
dan apabila tidak diberi ia harus bersabar.7

Berdasarkan paparan para ahli yang telah diuraikan di atas, maka dapat diketahui bahwa
tugas pendidik adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta membawakan
hati manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Tugas pendidik ini dapat dibagi
menjadi tiga bagian pokok, yaitu: sebagai pengajar, sebagai pendidik, dan sebagai pemimpin.
Tugas guru tidak hanya sebagai suatu profesi, tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan
dan kemasyarakatan.

4. Kompetensi-kompetensi Pendidik dalam Pendidikan Islam

W. Robert Houston mendefinisikan kompetensi dengan“competence ordinarily islamdefined


as adequacy for a task or as possessi on of require knowledge, skill, and abilities”(suatu
tugas yang memadai atau pemikiran pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
yangdituntut oleh jabatan seseorang). Devinisi ini mengandung arti bahwa calon pendidik
perlumempersiapkan diri untuk menguasai sejumlah pengetahuan, ketrampilan dan
kemampuankhusus yang terkait dengan profesi keguruan. Agar dapat mrnjalankan tugasnya
dengan baikserta dapat memenuhi keinginan dan hapapan peserta didik.7
Seorang pendidik harus mampu mengimplementasikan nilai-nilai yang diajarkan,
sebagai penganut islam yang patut dicontoh dalam ajaran islam dan bersedia menularkan pen
getahuan dan nlai islam pada pihak lain.Pendidik islam yang profesional harus memiliki
kompetensi yang lengkap, meliputi:

7
Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, Seruan Kepada Pendidik dan Orang Tua, (Solo: Pustaka Barokah, 2005),
hal. 27.
77
Ibid,hlm.92

10
1.Penguasaan materi al-islam yang komperehensif serta wawasan dan bahan
pengayaan,terutama pada bidang yang menjadi tugasnya.
2.Penguasaan strategi (memcakup pendekatan metode dan teknik) pendidikan islam,
terutamakemampuan evaluasinya.
3.Penguasaan ilmu dan wawasan kependidikan
4.Memahami prinsip-prinsip dalam menafsirkan hasil penelitian pendidikan, guna
keperluan pengembangan pendidikan islam dimasa depan.
5.Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak langsung yang
mendukungkepentingan tugasnya.

Keberhasilan pendidik yakni “pendidik akan berhasil menjalankan tugasnya


apabilamempunyai kompetensi personal-religius, sosial-religius dan peofesional-religius. 8
Katareligius selalu dikaitkan dengan tiap-tiap kompetensi, karena menunjukkan adanya
komitmen pendidik dengan ajaran islam sebagai kriteria utama, sehingga segala masalah pen
didikandihadapi, dipertimbangkan dan dipecahkan. Serta ditempatkan pada perspektif islam
1.Kompetensi personal-religius
Kemampuan dasar yang menyangkut kepribadian agamis, artinya pada dirinyamelekat nilai-
nilai lebih yang hendak ditransinternalisasikan (pemindahan penghayatan nilai-nilai) kepada
peserta didiknya. Misalnya nilai kejujuran, amanah, keadilan, kecerdasan,tanggung jawab,
musyawarah, keberhasilan, keindahan, kedisiplinan dan sebagainya
.2.Kompetensi sosial-religius
Kemampuan yang menyangkut kepedulian terhadap masalah-masalah sosial selarasdengan
ajaran dakwah islam. Sikap gotong royong, tolong menolong, egalitarian (persamaanderajat
antar manusia), sikap toleransi dan sebagainya juga perlu dimiliki oleh pendidikmuslim.
3.Kompetensi profesional-religius
Kemampuan untuk menjalankan tugas keguruannya secara profesional, dalam artimampu
membuat keputusan keahlian atas beragamnya kasus serta mampu bertanggung
jawab berdasarkan teori dan wawasan keahliannya dalam perspektif islam.Dalam versi yang
berbeda, kompetensi pendidik dapat dijabarkan dalam beberapakomperetensi sebagai berikut:
i. Mengetahui hal-hal yang perlu diajarkan, sehingga ia harus belajar dan
mencari informasi tentang materi yang diajarkan.
ii. Menguasai keseluruhan materi yang akan disampaikan pada peserta didiknya.
iii. Mempunyai kemampuan menganalisis materi yang diajarkan dan
menghubungkannyadengan komponen lain
iv. Mengamalkan terlebih dahulu informasi yang telah didapat sebelum disajikan
kepada peserta didik. (QS. Ash-Shaf : 2-3).
v. Mengevaluasi proses dan hasil pendidikan yang segang dan sudah
dilaksanakan. (QS. Al- baqarah :31)
8
Abdul Mujib & Abdul Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana Prenada Media,2006), hal. 95.

11
vi. Memberi hafiah (tabsyir/reward ) dan hukuman (tandzir/punishment ) sesuai
dengan usahadan upaya yang dicapai peserta didik dalam rangka memberikan
persuasi dan motivasi dalan proses belajar. (QS.Al-Baqarah : 119)Di
Indonesia, masalah kompetensi pendidikan terutama guru selalu
dikembangkan. Dalamkebijakan terakhir yaiti peraturan pemerintah no.
74/2008 tentang guru,bab II, pasal 2 ditegaskan bahwa guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi sertifikat pendidikan, jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan intuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

5. Kode Etik dalam Pendidikan Islam

Dalam sejarah pemikiran para Ulama dalam pendidikan Islam, banyak ditemukan
khazanah mutiara pemikiran dalam ranah kode etik pendidik. Dimana kode etik ini di
rumuskan oleh para ulama pemikir pendidikan Islam untuk dijadikan pegangan bagi pendidik
pada waktu itu. Namun demikian, bukan berarti sudah tidak relevan dengan masa sekarang,
tetap saja pemikiran para Ulama tersebut dapat diaplikasikan oleh para pendidik di era
sekarang ini. Diharapkan ketika pendidik menerapkan norma-norma tersebut akan dapat
menjalankan profesinya dengan baik. Sehingga marwah pendidik akan tetap bisa terjaga
dalam masyarakat, karena mereka memegang kode etik pendidik dalam perspektif Islam. Ada
hal menarik terkait dengan Kode Etik Pendidik dalam Islam. Karena dia dapat dijadikan
sebagai pegangan norma yang harus dipatuhi oleh setiap pendidik. Hal ini menunjukan
bahwa posisi pendidik begitu sangat penting sehingga ulama memberikan batasan kode etik
lebih banyak dibandingkan dengan peserta didiknya. Al-Ghazali berkata dalam kitab Ihya’
(1979) bahwa :
1) Pendidik harus memiliki rasa senang terhadap peserta didiknya.Sebagaimana
anaknya sendiri. Ini merupakan kunci sukses bagi pendidik ketika ingin sukses
dalam mengajar.9
2) Pendidik haruslah meneladi sifatsifat Rasulullah. Hal ini karena memang
pendidik merupakan orang yang menjalankan ajaran Rasulullah baik dalam
tugas dakwah maupun tugas mendidik.
3) Pendidik dalam konteks ini harus memiliki keikhlasan sebagaimana para nabi
ketika berdakwah kepada umatnya. Pendidik hendaklah bisa memberikan
nasihat apapun untuk kemaslahatan peserta didik.
4) Pendidik sebagai teladan bagi peserta didik, hendaknya senantiasa memberi
perintah kepada peserta didiknya untuk meninggalkan akhlak tercela.Dalam
kitab Muraqi al-Ubudiyah fi Syarkh al-Bidayah al-Hidayah (Farhan, 2018)
yang ditulis oleh Ulama Jawa kharismatik, yaitu Syekh Muhammad Nawawi
al-Jawi al-Bantani menyebutkan bahwa pendidik memiliki kode etik
diantaranya:

9
Abdul Mujib, A. M., & Jusuf Mudzakkir, J. M. (2007). Ilmu pendidikan islam. Kencana Prenada Media Group.

12
a. Harus siap untuk menerima problematika peserta didik dengan hati
yang lapang, serta diiringi sikapyang tabah.
b. Harus senantiasa memiliki sikap santun dan juga penyayang,
sebagaimana dalam QS. Ali-Imron: 159.
c. Harus mampu menjaga kewibawaan dan marwah profesi pendidik
dalam setiap aktifitas kehidupannya, baik dalam konteks tindakan
maupun ucapan.
d. Harus bisa menjauhi dari sikap sombong kepada siapapun sebagaimana
QS. Al-Najm: 32.
e. Harus bisa memiliki sikap rendah hati kepada kelompok masyarakat
disekitarnya QS. Al-Hijr: 88.
f. Harus meniadakan setiap kegiatan yang tidak memiliki nilai guna dan
sia-sia.
g. Harus memiliki sikap lembah lembuh khususnya terhadap peserta didik
yang memiliki tingkat IQ yang lebih rendah dari peserta didik
kemudian dia harus berkenan untuk memberikan pembinaan secara
maksimal kepadanya.
h. Harus bisa meninggalkan sikap marah ketika menghadapi
problematika yang ada, khususnya dalam konteks tugas keguruan.
i. Harus berkenan untuk senantiasa memperbaiki kualitas sikap dari
peserta didiknya, dan juka bersikap lemah lembut khususnya kepada
peserta didik yang kurang lancar dalam hal berbicara.
j. Harus bisa meninggalkan sikap yang menakutkan bagi peserta
didiknya, khususnya ketika peserta didik belum memiliki pemahaman
yang komprehensif dalam suatu materi pelajaran.
k. Harus senantiasa memberikan perhatian terhadap segala macam
pertanyaan yang diajukan oleh peserta didiknya, sekalipun pertanyaan
tersebut memiliki kualitas yang rendah dan juga tidak tertalu sesuai
dengan materi pembelajaran yang sedang diajarkan.
l. Harus siap untuk menerima kebenaran yang disampaikan oleh peserta
didiknya.
m. Harus senantiasa mengedepankan kebenaran dalam setiap proses
pembelajaran, sekalipun kebenaran tersebut berasal dari peserta
didiknya.
n. Harus dapat mencegah peserta didiknya dari belajar ilmu yang tidak
baik (berbahaya) sesuai dengan inspirasi QS. Al-Baqarah : 195.
o. Harus senantiasa menanamkan sifat ikhlas kepada peserta didiknya,
serta berusaha secara maksimal dalam rangka mencari keilmuan terkait
dengan hal bisa disampaikan kepada peserta didiknya supaya memiliki
tingkat taqarrub kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan QS.
AlBayyinah: 5.
p. Harus mampu mencegah dan mengarahkan peserta didiknya
untukmempelajari ilmu fardu kifayah sebelum ilmu fardu ‘ain.

13
q. Harus bisa mengaktualisasikan informasi yang disampaikan kepada
peserta didiknya, sesuai dengan QS. Al-Baqarah : 44 dan QS. As-
Shaf: 2-3.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Muhammad Athiyah al-Abrasyi, sebagaimana


dikutip oleh Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir dalam Ilmu Pendidikan Islam (Abdul
Mujib & Jusuf Mudzakkir, 2007), dijelaskan bahwa setiap guru hendaknya memegang
kode etik dalam perspektif pendidikan Islam sebagaimana berikut ini:
1) Seorang pendidik diharuskan memiliki sifat kebapakan sebelum dia menjadi
seorang pendidik, sehingga diharapkan bahwa pendidik bisa menyayangi dan
mendidik secara totalitas terhadap peserta didiknya sebagaimana dia
menyayangi anaknya sendiri.
2) Harus terwujud komunikasi yang aktif antara pendidik dan peserta didik.
Dimana pola komunikasi yang terjadi bisa berada dalam kegiatan proses
belajar mengajar.
3) Harus bisa mengetahui kondisi dan kemampuan dari peserta didiknya. Dalam
konteks ini bahwa pemberian materi pembelajaran yang diberikan oleh
pendidik harus disesuaikan dengan kadar kemampuan yang dimiliki oleh
peserta didik.
4) Harus bisa memberikan perhatian secara menyeluruh kepada seluruh peserta
didiknya, dalam hal ini tidak boleh bagi seorang pendidik hanya
memperhatikan sebagian dari peserta didiknya.
5) Harus memiliki sifat adil, suci dan juga kesempurnaan, baik dalam ucapan
maupun tindakan.
6) Harus memiliki rasa ikhlas dalam rangka menjalankan tugas profesinya
sebagai seorang pendidik. Dia tidak diperkenankan menuntut berbagai macam
hal diluar dari haknya.10
7) Harus mampu mengkorelasikan antara satu materi dengan materi lainnya.
Dalam hal ini pendidik harus bisa menerapkan pola integrated curriculum
dalam aktifitas pembelajaran.
8) Harus mampu membekali peserta didiknya dengan ilmu pengetahuan yang
dapat digunakan dimasa yang akan datang, karena peserta didik akan
berhadapan dengan masa yang berbeda dengan masa sekarang. Hal ini
sebagaimana disampaikan oleh Ali bin Abi Tholib bahwa “Didiklah anak-anak
kalian , karena sesungguhnya dia akan hidup pada zaman yang berbeda dengan
zaman kalian”.
9) Diharapkan memiliki kesehatan jasmani dan rohani, serta memiliki
kepribadian yang kuat, bertanggungjawab, dan dapat mengatasi berbagai
macam problematika yang dihadapi oleh peserta didiknya. Selain itu dia harus
memiliki suatu perencanaan yang matang dalam rangka untuk menatap masa
depan dengan sungguh-sunguh atas apa yang akan dilaksanakan.

10
Farhan, M. (2018). Formulasi Kode Etik Pendidik dalam Perspektif Pendidikan Islam. Al-Fikri: Jurnal Studi Dan
Penelitian Pendidikan Islam, 1(1), 85–95.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidik dapat diartikan sebagai orang yang bertanggung jawab atas pendidik dan
pengajaran. Tugas Pendidik enyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta
membawakan hati manusia untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah Swt. Realisasi
tugas ini merupakan cerminan dari tujuan utama pendidikan Islam adalah berupaya
menciptakan subyek didik untuk mampu mendekatkan diri kepada-Nya.

B. Saran

Kami berharap dengan membaca makalah ini seorang pendidik bisa lebih baik lagi
dan lebih professional dalam bidangnya masing-masing, karena pendidik memiliki peran
yang penting dalam kesejahtraan seorang anak didiknya. selain dari itu kami berharap tidak
ada lagi sifat meremehkan baik tugas, syarat, dan sifat dari seorang pendidik karena itu
merupakan kunci kesuksesan seorang pendidik. Mungkin makalah ini jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami mohon saran dari dosen pembimbing dan teman-teman,
supaya kedepannya kami bisa lebih baik lagi dari sebelumnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011)., hal. 74-75.
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., hal. 37
Arifuddin Arif, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, Op. Cit., hal. 65-66
Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan, (Ar-Ruzz Media : 2012), hal.
142-143.
Tim Departemen Agama RI, Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PPPAI-PTU,
1984), hal. 149.
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Cet. III, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2005),hal. 36-41.
Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, Seruan Kepada Pendidik dan Orang Tua, (Solo: Pustaka
Barokah, 2005), hal. 27. Ibid,hlm.92
Abdul Mujib & Abdul Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana Prenada
Media,2006), hal. 95.
Abdul Mujib, A. M., & Jusuf Mudzakkir, J. M. (2007). Ilmu pendidikan islam. Kencana
Prenada Media Group.
Farhan, M. (2018). Formulasi Kode Etik Pendidik dalam Perspektif Pendidikan Islam. Al-
Fikri: Jurnal Studi Dan Penelitian Pendidikan Islam, 1(1), 85–95.

16

You might also like