Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ANALISA JURNAL

DISUSUN OLEH :
FITRI SETYANING RAHAYU

INTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN CENDEKIA UTAMA


2022
Pengaruh Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap Petugas Pemegang
Program Tuberkulosis Paru Puskesmas Terhadap Penemuan Suspek TB
Paru Di Kabupaten Blora.

Bagoes Widjanarko *), Priyadi Nugraha Prabamurti *), Edi Widayat **)
*)
Bagian PKIP FKM Undip dan Program Magister Promosi Kesehatan PPs Undip.
**)
Dinas Kesehatan Kabupaten Blora.

ABSTRACT

Background : The discovery of clients with lung tuberculsosis suspect at Blora Regency
within the year of 2002 were 9.8%, year of 2003 were 27.3% and year of 2004 were
23.3%. Moreover, until March 2005 the discovery of lung tuberculsosis suspects were
876 cases (8,64%). This number not yet reached 40% of Blora Regency target.
Knowledge and attitude of health workers who held lung tuberculosis program was
closely related with case detection of lung tuberculosis. The aims of this study were to
search the description of knowledge, attitude, and characteristics of health workers who
held lung tuberculosis program at community health centres and the influence of case
detection of lung tuberculosis suspects at Blora Regency.
Method : This study is an explanatory research and uses cross sectional approach. The
subjects consisted of a total population of 52 health workers who held lung tuberculosis
program at community health centres. Data were collected using questionnaires and
were analysed using logistic regression statistical method.
Result : The study revealed that there were a strong correlation between characteristics
(p=0.001), training of health workers (p=0.01), knowledge of health workers (p=0.01)
attitude (p=0.01) and supervision of vice supervisor (p=0.01). Multivariate analises
showed that the most valuable correlation discovered were between training of health
workers (p=0.002) and knowledge of health workers (p=0.021) in the of case detection
of lung tuberculosis suspects.

Key Words : suspect, health workrs who held program, lung tuberculosis, knowledge,
attitude.
PENDAHULUAN Sampai saat ini program penang-
Study WHO (Wolrd Health gulangan TB dengan strategi DOTS belum
Organization) tahun 1995 melaporkan dapat menjangkau seluruh rumah sakit
bah- wa endemik Tuberkulosis (TB) pemerintah, swasta, dan sarana pelayanan
dengan perkiraan kasus 9 juta /tahun. Saat yang lain. Program TB baru menjangkau
ini di Asia (India, China, Indonesia, Puskesmas
Bangladesh, Filipina dan Pakistan) Case Detection Rate (CDR) adalah
terdapat 4,5 juta kasus. Berarti lebih dari angka penemuan penderita baru TB hasil
setengah kasus TB di dunia. Karena di pemeriksaan mikroskopis ditemukan kuman
sebagian besar negara di dunia, penyakit TB (BTA positif). Diperkirakan tahun
TB tidak terkendali tahun 1993 WHO 2004 di Jawa Tengah terdapat 36.446
menetapkan Tuberkulosis sebagai The orang penderita baru TB paru. Pada tahun
Global Emergency (Kedaru- ratan Global 2004 telah ditemukan 10.587 penderita
penyakit TB) (Depkes RI, 2002). Hasil BTA positif, penemuan kasus tersebut
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) baru sebesar 29,05 % dari jumlah
di Indonesia tahun 1995, mencatat TB perkiraan (target penemuan tahun 2004
merupakan penyebab kematian nomor 3 sebesar 40
(tiga) setelah penyakit kardiovaskuler dan %). Di Jawa Tengah terdapat 7 Kabupaten
saluran pernafasan pada semua golongan / Kota yang sudah mencapai target yaitu
usia, dan merupakan penyebab kematian Kota Pekalongan (73,3 %), Kabupaten
nomor 1 (satu) dari golongan penyakit Pekalongan (66,5 %), Kabupaten Tegal
infeksi (Syafei & Soepandi, 2002). Secara (50,1 %), Kota Tegal (46,4 %), Kota
kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk Magelang (46,3 %), Kabupaten Kudus
Indonesia terdapat 115 penderita baru TB (42,4 %), Kota surakarta (41,5 %), dan
positif. Penyakit TB menyerang sebagian Kabupaten Banyumas (40,1 %) (Profil
besar kelompok usia produktif, sosial Dinkes Propinsi Jateng, 2005)
ekonomi lemah dan pendidikan rendah Kabupaten Blora saat ini berpen-
(Depkes RI, 2002). duduk 848.616 jiwa, 48,3 % diantaranya
Peningkatan kasus dan kematian yang
usia produktif. Jumlah penemuan penderita
disebabkan TB antara lain karena tidak
TB paru di Kabupaten Blora masih sangat
diobati, tidak mengerti telah terinfeksi basil
rendah yaitu tahun 2002 sebanyak 106
TB, angka cakupan yang rendah dan
kasus (9,8 %), tahun 2003 sebanyak 277
adanya kasus-kasus baru akibat tranmisi kasus (27,3 %), tahun 2004 sebanyak 380
demografi (Girsang, 2002). Program kasus (38,9 %) dari 976 tersangka yang
penanggulangan TB paru saat ini yang diperiksa, padahal berdasarkan perkiraan
dilakukan oleh Depkes RI dengan kasus adalah 115/100.000. Sedangkan sus-
mengunakan strategi DOTS (Directly pek penderita TB paru pada tahun 2002
Observed Treatment Shotcourse) yang ;13,7 %, tahun 2003 ; 12,2 % dan tahun
telah direkomendasi oleh WHO, ada lima 2004 ; 23,3 %, sedangkan dalam periode
komponen atau elemen DOTS yaitu : 1) Januari sampai dengan Maret 2005 di Ka-
Komitmen Politis dari pengambil bupaten Blora adalah 876 suspek, dari
keputusan, 2) Diagnosis dan pemeriksaan perikiraan suspek tahun 2005 adalah
mikroskopis dahak penderita, 10,140 suspek (8,64 %). (Profil Dinkes
3) Jaminan ketersediaan obat dan jalur Kab. Blora, 2005).
distribusinya, 4) Pengawas langsung minum Banyak faktor yang mempengaruhi
obat (PMO) dan 5) Menggunakan keberhasilan program TB di Kabupaten
pencatatan pelaporan untuk mempermudah Blora, diantaranya adalah faktor penge-
pemantauan dan pembinaan.
tahuan masyarakat, faktor pembinaan dari Sumber data penelitian dalam
wakil Supervisor kabupaten, ketersediaan penelitian ini adalah :
sarana dan prasarana di Puskesmas. 1. Data Primer ; diperoleh dengan
Khususnya Sumber Daya Manusia (SDM) melakukan wawancara dengan
pemegang program yang melputi responden yaitu petugas pemegang
karakteristik petugas itu sendiri. Hal program TB paru Puskesmas dengan
tersebut perlu mendapat perhatian serius menggunakan kuesioner yang telah
dari pengambil keputusan dalam rangka dirancang dan sebelumnya telah diuji
keberhasilan program pemberantasan dan Validitas dan reliabilitas (Azwar, 2000)
pencegahan penyakit TB paru hanya 2. Data Sekunder : data yang diambil dari
38,9% disamping itu angka kesembuhan hasil pencatatan dan pelaporan
66,1% dan angka konversi 72%. program TB paru baik yang ada di
Petugas pemegang program TB Kabupaten maupun di Puskesmas, data
paru di Puskesmas merupakan ujung ini untuk melengkapi data primer.
tombak dalam penemuan, pengobatan dan Populasi dalam penelitian ini adalah
evaluasi penderita maupun pelaksanaan seluruh petugas Pemegang program TB
administrasi program di Puskesmas. Tanpa paru di Puskesmas se-Kabupaten Blora
penemuan suspek maka program sebanyak 52 petugas, setiap Puskesmas
pemberantasan TB paru dari penemuan terdapat 2 orang petugas. Dalam penelitian
sampai pengobatan tidak akan berhasil, ini sampel adalah total populasi. Alat yang
sehingga proses penemuan suspek TB paru diperlukan dalam penelitian ini adalah
oleh petugas sangat menentukan lember kuesioner yang berisi pertanyaan
keberhasilan program. Proses-proses ini yang berhubungan dengan variabel
akan berhasil apaila pengetahuan dan sikap penelitian yang harus dijawab responden.
petugas cukup baik sesuai dengan faktor
predisposing dalam teori Green. Karena HASIL PENELITIAN
faktor predisposing adalah faktor yang A. Gambaran Umum
sangat mendasari dilaksanakannya 1. Keadaan Geografi
pembentukan perilaku. Kabupaten Blora adalah salah satu
Atas dasar uraian diatas maka perlu dari 35 Kabupaten /Kota di Jawa Tengah,
diteliti bagaimana perilaku petugas terletak diantara 5 (lima) Kabupaten yaitu
pemegang program TB paru di Puskesmas sebelah utara perbatasan dengan
dalam penemuan penderita TB. Kabupaten Pati dan Kabupaten Rembang,
sebelah timur perbatasan dengan
METODE PENELITIAN Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur,
Jenis penelitian yang digunakan sebelah selatan dengan Kabupaten Ngawi
termasuk dalam penelitian Explanatory Jawa Timur dan Kabupaten Sragen,
Research yaitu menjelaskan hubungan sebelah barat dengan Kabupaten
antara variabel bebas, dan variabel terikat Grobogan. Luas Wilayah Kabupaten Blora
melalui pengujian hipotesa yang telah 1.820,59 Km2 dan berada pada ketinggian
dirumuskan (Singarimbun, 1989). terendah 30 sampai 780 meter diatas
Pendekatan yang digunakan adalah permukaan air laut, diapit oleh jajaran
cross sectional yaitu subyek hanya pegunungan Kendeng Utara dan Kendeng
diobservasi sekali saja dan pengukuran Selatan.
dilakukan terhadap karakter atau variabel B. Distribusi Responden Menurut
subyek pada saat pemeriksaan (Notoatmojo, Karakteristik
2002)
Tabel 1. Distribusi responden menurut Tabel 2 memperlihatkan perbedaan
karakteristik yang kecil antara responden yang umurnya
Frek < 30 tahun praktik penemuan suspeknya
No Karakteristik Prosen-
uensi tase baik 58,3 % sedangkan yang umurnya  30
1 Umur : tahun 55,0 %, sedangkan yang responden
Muda (< 30 tahun) 12 23.1 yang praktik penemuan suspeknya sedang
Dewasa (≥30 40 76,9 umur  30 tahun = 45,0 % dan umur < 30
tahun) tahun =41,7 %
Dari hasil uji Chi Square ; x² =
2 Jenis Kelamin :
Laki –laki 37 71.2 0,05, p value = 0,838, Ho diterima, yang
Perempuan 15 28.8 bertujuan untuk menguji hubungan antara
3 Tingkat umur responden dengan praktik penemuan
Pendidikan : 22 42.3 suspek TB paru menunjukkan bahwa tidak
Menengah (SPK) 30 57.7 ada hubungan antara umur responden
Tinggi (D3 dengan praktik penemuan suspek TB paru
keatas) pada tingkat kesalahan ( ) 5 % dengan
nilai p value = 0,838.
4 Masa Kerja :
≥ 3 tahun 15 28.8
< 3 tahun 37 71.2 D. Hubungan Antara Jenis Kelamin
5 Pelatihan Responden Dengan Praktik Pene-
1 kali muan Suspek TB Paru.
18 34.6
> 1 kali Tabel 3 memperlihatkan responden
34 65.4 menurut jenis kelamin yang praktiknya
baik dalam penemuan suspek perempuan
60,0
C. Hubungan antara Umur Responden %, laki-laki 54,1 %, sedangkan responden
dengan Praktik Penemuan Suspek yang praktiknya sedang dalam penemuan
TB Paru suspek, laki-laki 45,9 % dan perempuan
40,0 %. Hasil uji Chi Square :x² = 0,05, p
value = 0,696 dan Ho diterima, yang

Tabel 2. Hubungan antara umur dengan praktik penemuan suspek TB


Paru
Praktik Penemuan Suspek Jumlah
No Umur Baik Sedang
n % n % n %
1 < 30 tahun 7 58.3 5 41.7 12 100
2  30 tahun 22 55.0 18 45.0 40 100
p value = 0,838

Tabel 3. Hubungan antara jenis kelamin dengan paraktik penemuan suspek TB Paru
Praktik Penemuan Suspek Jumlah
No Jenis Kelamin Baik Sedang
n % n % n %
1 Laki-laki 20 54.1 17 45.9 37 100
2 Perempuan 9 60.0 6 40.0 15 100
p value = 0,696
bertujuan untuk mengetahui hubungan ( ) 5 % dengan nilai p value = 0,001.
antara jenis kelamin responden dengan F. Hubungan Antara Masa Kerja Res-
Praktik Penemuan Suspek TB paru ponden Dengan Praktik Penemuan
menunj- ukkan bahwa tidak ada hubungan suspek TB Paru
yang signifikan antara jenis kelamin Tabel 5 menunjukkan responden
responden dengan praktik penemuan menurut lamanya masa kerja yang praktik
suspek TB paru pada tingkat kesalahan ( ) penemuan suspeknya baik,  3 tahun
5 % dengan nilai p value = 0,696. 86,7%, masa kerja < 3 tahun 43,2 %,
sedangkan yang praktik penemuan suspek-
E. Hubungan Antara Pendidikan Res-
nya sedang , masa kerja  3 tahun 65,8 %,
ponden Dengan Praktik Penemuan
< 3 tahun 13,3 %.
Suspek TB Paru
Dari uji Chi Square memperoleh
Tabel 4 menunjukkan responden
hasil x² = 0,05, p value 0,004, Ho ditolak,
menurut tingkat pendidikan yang praktik
yang bertujuan untuk menguji hubungan
penemuan suspeknya baik adalah
antara masa kerja responden dengan
tinggi/D3 keatas 83,2 %, sedangkan
praktik penemuan suspek TB paru
pendidikan menengah 18,2 %, responden
menunjukkan bahwa ada hubungan yang
yang praktik penemuan suspeknya sedang
signifikan antara masa kerja responden
pendidikan menengah 81,8 %, pendidikan
dengan praktik pene- muan suspek TB
tinggi/D3 keatas 16,7 %
paru pada tingkat kesa- lahan ( ) 5 %
Berdasarkan uji Chi Square : x²=
dengan nilai p value = 0,004.
0,05, p value = 0,001, Ho ditolak,yang
bertujuan untuk menguji hubungan antara
G. Hubungan Antara Tingkat Pelatihan
pendidikan responden dengan praktik
Responden dengan Praktik Pene-
pene- muan suspek TB paru menunjukkan
muan Suspek TB Paru.
bahwa ada hubungan yang signifikan
Responden yang mendapatkan
antara pendi- dikan responden dengan
pelatihan >1 kali mempunyai praktik
praktik penemuan suspek TB paru, dengan
penemuan suspek baik lebih besar (82,4
tingkat kesalahan
%) responden dibandingkan dengan yang

Tabel 4. Hubungan antara pendidikan dengan praktek penemuan suspek TB Paru.


Praktik Penemuan Suspek
Jumlah
No Pendidikan k Sedang

n % n % n %
1 Tinggi/D3 keatas 25 83.2 5 16.7 30 100
2 Menengah 4 18.2 18 81.8 22 100
p value = 0,001

Tabel 5. Hubungan antara masa kerja dengan praktik penemuan suspek TB Paru.
Praktik Penemuan Suspek Jumlah

Masa Kerja Baik Sedang


No
N % n % n %
1 < 3 tahun 16 43.2 21 56.8 37 100
2  3 tahun 13 86.7 2 13.3 15 100
p value =0,004
mendapatkan pelatihan 1 kali. I. Hubungan Antara Sikap Responden
Tabel 6. Hubungan antara tingkat pelatihan dengan praktik penemuan suspek TB Paru.
Praktik Penemuan Suspek Jumlah

No Pelatihan Baik Sedang


n % n % N %
1 1 kali 1 5.6 17 94.4 18 100
2 > 1 kali 28 82.4 6 17.6 34 100
p value =0,001

Tabel 7. Hubungan antara pengetahuan dengan praktik penemuan suspek TB Paru.


Praktik Penemuan Suspek
Jumlah
No Pengetahuan Baik Sedang
n % n % N %
1 Baik 26 86.7 4 13.3 30 100
2 Sedang 2 10.5 17 89.5 19 100
3 Kurang 1 33.3 2 66.7 3 100
p value = 0,001

Hasil uji Chi Square ; x² = 0,05, p Dengan praktik Penemuan Suspek


value = 0,001, Ho ditolak, yang bertujuan TB Paru.
untuk menguji hubungan antara tingkat Tabel 8 memperlihatkan hasil uji
pelatihan dengan praktik penemuan suspek Chi Square x²= 0,05, p value = 0,001, Ho
TB paru menunjukkan bahwa ada hubungan ditolak, yang bertujuan untuk menguji hu-
yang signifikan antara tingkat pelatihan bungan antara sikap responden dengan
dengan praktik penemuan suspek TB paru praktik penemuan suspek TB paru menun-
pada tingkat kesalahan ( ) 5 % dengan jukkan bahwa ada hubungan yang signi-
nilai p value = 0.001 fikan antara sikap dengan praktik
penemuan suspek TB paru pada tingkat
H. Hubungan Antara Pengetahuan Res- kesalahan ( ) 5 % dengan nilai p value =
ponden Dengan Praktik Penemuan 0,001
Suspek TB Paru
Tabel 7 memperlihatkan hasil uji J. Hubungan Antara Supervisi Wasor
Chi Square : x² = 0,05, p value = 0,001, Dengan Penemuan Suspek TB Paru.
Ho ditolak, yang bertujuan untuk menguji
hubungan antara pengetahuan responden Tabel 9 menunjukkan hasil uji Chi
dengan praktik penemuan suspek TB paru Square x² = 0,05, p value = 0,001, Ho
menunjukkan bahwa ada hubungan yang ditolak, yang bertujuan untuk menguji
signifikan antara pengetahuan responden hubungan antara supervisi Wasor dengan
dengan praktik penemuan suspek TB paru praktik penemuan suspek TB Paru
pada tingkat kesalahan ( ) 5% dengan nilai menunjukkan bahwa ada hubungan yang
p value = 0,001. signifikan antara supervisi Wasor dengan
praktik penemuan suspek TB paru pada
tingkat kesalahan ( ) < 0,05 dengan nilai p
value = 0.001.
Tabel 8. Hubungan antara sikap dengan praktik penemuan suspek TB
Paru
Jumlah
Praktik Penemuan Suspek
No Sikap Baik Sedang
n % n % N %
1 Baik 27 75.0 9 25.0 36 100
2 Sedang 2 12.5 14 87.5 16 100
p value = 0,001

Tabel 9. Hubungan antara supervisi Wasor dengan penemuan suspek TB Paru.


Praktik Penemuan Suspek Jumlah

No Supervisi Baik Sedang


N % n % n %
1 Baik 24 77.4 7 22.6 31 100
2 Sedang 5 23.8 16 76.2 21 100
p value = 0,001

Berbeda dengan hasil penelitian


PEMBAHASAN Supardi, ternyata petugas pemegang
1. Hubungan antara karakteristik res- program TB paru Puskesmas yang
ponden dengan praktik penemuan berumur dewasa tidak menunjukkan
Suspek TB Paru praktik penemuan suspek TB paru
yang lebih baik dibandingkan dengan
1. Hubungan antara umur respon-
umur yang lebih muda. Hal ini dapat
den dengan praktik penemuan
dibukti- kan dengan adanya sebagian
suspek TB Paru
petugas pemegang program TB paru
Berdasarkan hasil uji x² dengan
nilai p > 0,05 tidak terbukti ada yang berumur dewasa ( 30 tahun)
hubung- an antara umur dengan praktik melaksa- nakan praktik baik dan
pene- muan suspek TB paru. sebagian lagi melaksanakan praktik
Penelitian ini tidak sesuai sedang. Begitu juga petugas pemegang
dengan teori Green (1991), dimana program TB paru Puskesmas yang
umur termasuk faktor yang memper- berumur < 30 tahun sebagian
mudah (predispocing faktor) terjadinya melaksanakan praktik baik dan sebagian
perubahan perilaku seseorang. Menurut melaksanakan praktik sedang. Keadaan
Budioro (1998), bahwa perubahan peri- ini disebabkan karena petugas
laku dapat disebabkan karena proses pemegang program TB paru
pendewasaan (maturation). Melalui Puskesmas di Kabupaten Blora rata-
pengalaman umur, individu yang ber- rata sudah berumur lebih dari 40 tahun
sangkutan telah melakukan adaptasi sehingga secara fisiologis terjadi penu-
perilaku terhadap lingkungan. Pernya- runan kemampuan fisik dan mental.
taan ini menunjukkan bahwa dengan Faktor lain adalah bertambahnya kegi-
umur responden yang semakin dewasa atan dan tanggung jawab keluarga
akan lebih mudah untuk beradaptasi seiring dengan bertambahnya umur,
dengan lingkungan yang ada di akan bertambah pula kebutuhan ekono-
sekitarnya. mi untuk biaya anaknya yang semakin
besar dan kebutuhan rumah tangga Hasil penelitian ini sesuai
lainnya. dengan pendapat Noto Atmojo (1993)
2. Hubungan antara jenis kelamin yang menyatakan bahwa pendidikan
responden dengan praktik pene- pada individu / kelompok bertujuan
muan Suspek TB Paru untuk mencari peningkatan
Dari uji x² dengan nilai p > 0,05 kemampuan yang diharapkan.
tidak terbukti ada hubungan antara Seseorang yang telah menyelesaikan
jenis kelamin responden dengan pendidikan dalam satu bidang akan
praktik penemuan suspek TB paru. mempunyai pengetahuan dan
Hasil penelitian ini tidak sesuai ketrampilan tertentu pula. Pendapat
dengan teori Green (1991), dimana Kasno Diharjo (1998) menyatakan
jenis kelamin termasuk faktor bahwa faktor-faktor dominan yang
predisposing. Terjadinya perubahan mempengaruhi perilaku positif adalah
perilaku seseo- rang. Hal ini tingkat pendidikan. Sedangkan menurut
mengganbarkan bahwa meskipun Green (1991), menyatakan bahwa
jumlah petugas pemegang program TB faktor-faktor yang berpengaruh dalam
paru laki-laki lebih banyak dari pada menentukan perilaku kesehatan individu
perempuan, akan tetapi dalam hal dan kelompok adalah faktor pendidikan.
praktik penemuan suspek TB paru 4. Hubungan antara pelatihan
tidak jauh berbeda. Petugas pemegang dengan praktik penemuan suspek
program TB paru di Puskesmas sebagi- TB Paru
an melaksanakan praktik dengan baik Berdasarkan uji x² dengan nilai
sebagian melaksanakan praktik kurang p > 0,05, terbukti ada hubungan antara
baik. Begitu juga dengan pemegang pelatihan responden dengan praktik
program TB paru Puskesmas yang penemuan suspek TB paru.
perempuan sebagian melaksanakan Hasil penelitian ini sesuai
praktik baik sebagian melaksanakan dengan pendapat Noto Atmojo (1993),
praktik kurang baik. yang menyatakan bahwa pelatihan
Keadaan tersebut menunjukkan pada seseorang bertujuan untuk
adanya persamaan kedudukan antara mencari peningkatan kemampuan yang
laki-laki dan perempuan. Perempuan diharap- kan. Seseorang yang telah
mendapatkan kesempatan untuk mem- mengikuti pelatihan dibidang tertentu
peroleh kedudukan yang sama dengan akan mem- punyai pengetahuan dan
laki-laki termasuk dalam kegiatan ketrampilan tertentu pula.
praktik penemuan suspek penderita TB
paru. Dengan demikian baik tidaknya 5. Hubungan antara pengetahuan
praktik penemuan suspek TB paru dengan praktik penemuan suspek
tidak ada kaitannya dengan jenis TB Paru
kelamin. Hasil uji x² dengan nilai p >
0,05 terbukti ada hubungan antar
3. Hubungan antara tingkat pendi- pengetahuan dengan praktik penemuan
dikan dengan praktik penemuan suspek TB paru.
Suspek TB Paru Hasil penelitian ini sesuai
Berdasarkan hasil uji x² dengan dengan pendapat Carwrigth (1981)
nilai p > 0,05 terbukti ada hungan antar dalam Inantha (1997), yang
tingkat pendidikan denga praktik pene- menyatakan bahwa peningkatan
muan suspek TB paru . pengetahuan tidak selalu menyebabkan
perubahan peri-
laku, namun ada hubungan yang positif kan, sikap belum tentu mendahului tin-
antara variabel pengetahuan tertentu dakan aktif tetapi merupakan predis-
tentang kesehatan sebelum suatu posisi (mempermudah) untuk bertindak
tindakan pribadi terjadi. senang atau tidak senang terhadap
Menurut Noto Atmojo (1993) obyek tertentu mencakup komponen
bahwa pengaruh pengetahuan perhadap kognisi, afeksi dan konasi.
praktik dapat bersifat langsung maupun Menurut Fishben & Ajzen
melalui perantara sikap. Suatu sikap (1975) menjelaskan konsep pengeta-
belum terwujud dalam bentuk praktik huan, sikap, niat dan perilaku dalam
(overt behavior). Agar terwujudnya kaitannya dengan suatu kegiatan yang
sikap agar menjadi suatu perbuatan berkaitan dengan hal tersebut. Niat
yang nyata (praktik) diperlukan faktor untuk melakukan suatu kegiatan akan
pendukung atau kondisi yang memung- menjadi tindakan apabila mendapat
kinkan. Sedangkan antara teori Fish- dukungan sosial dan tersedianya fasili-
bein-ajzen (1975) dalam Ancok (1989), tas. Kegiatan tersebut yang dinamakan
menyatakan bahwa keikutsertaan sese- perilaku.
orang di dalam suatu aktifitas tertentu
sangat erat hubungannya dengan 7. Hubungan antara Supervisi
pengetahuan, sikap, niat dan perilaku- Wasor dengan praktik penemuan
nya. Selanjutnya menurut teori Green suspek TB Paru
(1991), menjelaskan bahwa pengetahu- Berdasarkan uji X² dengan nilai
an berpengaruh langsung terhadap p > 0,05 terbukti ada hubungan antara
sikap dan perilaku khusus seseorang. supervisi Wasor dengan praktik pene-
muan suspek TB paru.
6. Hubungan antara sikap respon- Hal ini sesuai dengan teori
den dengan praktik penemuan Green dimana faktor penguat (rein-
suspek TB Paru forcing factor) yaitu faktor-faktor yang
Dari hasil uji x² dengan nilai p menguatkan termasuk supervisi Wasor
> 0,05 terbukti ada hubungan antara (teman, tokoh masyarakat, petugas ke-
sikap responden dengan praktik sehatan, orang tua, guru) berpengaruh
penemuan suspek TB paru langsung terhadap perilaku seseorang.
Hasil penelitian ini tidak sesuai Hal ini memberikan gambaran bahwa
dengan pendapat Mar’at (1982) yang peranan Wasor dalam penemuan
menyatakan bahwa manusia tidak suspek TB paru memegang peranan
dilahirkan dengan sikap pandangan yang penting. Semakin baik supervisi
ataupun perasaan tertentu, tetapi sikap Wasor semakin baik pula praktik
itu terbentuk sepanjang perkembang- penemuan suspek TB paru oleh
annya. Adanya sikap akan menye- petugas pemegang program TB paru
babkan manusia bertindak secara khas Puskesmas.
terhadap obyek-obyeknya. Dengan kata
lain sikap merupakan produk dari 8. Hasil Analisa Multivariat
proses sosialisasi, dimana seseorang Dengan menggunakan analisa
memberikan reaksi sesuai rangsangan multivariate melalui uji regresi logistik,
yang diterimanya. Sebelum orang untuk mengetahui variabel bebas apa
mendapat informasi atau melihat obyek yang paling berperan/dominan terhadap
itu, tidak mungkin terbentuk sikap. variabel terikat.
Meskipun dikatakan mendahului tinda- Hasil uji statistik yang
dilakukan menunjukkan bahwa dari 8
variabel
bebas setelah melalui 7 tahap analisis menjawab bahwa pekerjaannya tidak
maka masih tersisa 2 variabel. Kedua dievaluasi oleh Wasor, menurut Wasor
variabel tersebut adalah pelatihan res- setiap 3 bulan melakukan supervisi dan
ponden dan pengetahuan responden. evaluasi kegiatan TB di Puskesmas
Hal tersebut disebabkan karena dengan
pelatihan responden akan teringat lagi 5. Responden terbanyak berpraktik baik
tentang pengetahuan atau materi-materi sebanyak 55.8 %. Ada beberapa
yang responden lakukan sehingga praktik yang oleh sebagian responden
semakin banyak pelatihan dan semakin tidak dilakukan yaitu melakukan
baik pengetahuannya maka semakin baik pencatatan TB 05 dan TB 06 secara
pula praktik penemuan suspek TB paru. langsung, namun pencatatan dilakukan
sebulan sekali, dan sebagian besar
responden tidak melakukan
SIMPULAN penyuluhan tentang TB pada keluarga.
1. Karakteristik responden terbanyak : 6. Tidak ada hubungan antara :
kelompok Umur  30 tahun sebesar a. Karakteristik umur responden
76.9 %, jenis kelamin laki-laki sebesar dengan praktik penemuan suspek
71.2 %, tingkat pendidikan Tinggi (D3 penderita TB paru dengan nilai p
Ke atas) 57,7 %, masa kerja  3 tahun value 0,84
sebesar 71.2 %, tingkat pelatihan > 1 b. Karakteristik jenis kelamin dengan
kali sebesar 65.4 %. praktik penemuan suspek penderita
2. Responden terbanyak berpengetahuan TB paru dengan nilai p value =
baik sebesar 57.7 %. Sebagian besar 0.67
responden tidak tahu tentang ciri-ciri 7. Ada hubungan yang bermakna :
kuman Mycobacterium Tuberculosis. a. Karakteristik pendidikan responden
Ada beberapa responden yang tidak dengan praktik penemuan suspek
tahu tentang cara penularan kumanTB penderita TB paru dengan nilai p
paru yaitu batuk, gejala umum TB paru value = 0.001
yaitu berat badan turun dan kualitas b. Karakteristik masa kerja responden
dahak yang baik yaitu purulent. Dalam dengan penemuan suspek penderita
penegakan diagnosa kebanyakan over TB paru dengan nilai p value =
diagnosis. 0,04.
3. Responden terbanyak bersikap baik c. Tingkat pelatihan responden dengan
sebanyak 69.2 %. Ada beberapa penemuan suspek penderita TB
pernyataan sikap yang dijawab oleh paru dengan nilai p value = 0.01.
responden tidak sesuai,yaitu walaupun d. Pengetahuan responden dengan
sulit mengobati TB anak, tetapi itu praktik penemuan suspek penderita
penting dilakukan sebagian besar TB paru dengan nilai p value =
responden menjawab sangat tidak 0.01.
setuju, walaupun penemuan penderita e. Sikap responden dengan praktik
sulit akan saya lakukan, sebagian besar penemuan suspek penderita TB
responden menjawab tidak setuju. paru dengan nilai p value = 0.01.
f. Supervisi Wasor dengan praktik
4. Supervisi Wasor terbanyak pada
penemuan suspek penderita TB
katagori baik sebanyak 59.6 %. Ada
paru dengan nilai p value = 0.01.
sebagian besar responden yang
8. Setelah dilakukan analisa variabel Bart Smet. 1994. Theory of Resoned
dalam pengurangan ke 7 (tujuh), faktor Action. The John Hopkins Univer-
yang paling dominan yang berhubungan sity. Mayfield Publishing, USA.
dengan praktik penemuan suspek
Departemen Kesehatan RI. 2004. Pedoman
penderita TB paru adalah tingkat
Nasional Penanggulangan Tuber-
pelatihan responden dengan signifikansi
kulose. Direktorat Jenderal Pembe-
= 0.002, dan pendetahuan responden
dengan signifikansi = 0.021. rantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan lingkungan Pemu-
kiman. Jakarta.
UCAPAN TERIMA KASIH Departemen Kesehatan RI. 2002. Modul
Pelatihan Strategi DOTS program
Penulis menyampaikan ucapan terimakasih P2TB paru untuk Petugas
atas penelitian ini kepada : Kabupaten. Ditjen PPM & PLP.
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jakarta.
Blora
2. Para Kepala Puskesmas di Kabupaten Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah.
Blora 2004. Hasil Kegiatan program P2P.
3. Semua pihak yang telah membantu Dinkes Propinsi Jawa Tengah.
pelaksanaan penelitian ini. Semarang.
Ditjen P2M PLP. 1999. Stop TB di
Indonesia dengan DOTS. Gerakan
KEPUSTAKAAN Terpadu Nasional (Gardunas TB)
Depkes RI. Jakarta.
Anonim. 2004. Hasil Kegiatan P2P.
Dinkes Kabupaten Blora. Fishben-Ajzen. 1975. Introduction to
Theory and Research. Massachuset
Arborelius E S & Brembeng S. 2004. : Adison Weshley Publishing Co.
Child Health Centre Based
Promotion of Tobacco – free Girsang M. 2002. Pengobatan Standart
environment – aSwedish Case Penderita TB Paru. Medical
Study. Health Promotion Journals Indonesia. 11 : 190 – 194
International Journals. 16 : 245 – Green LW. 1991. Health Promotion Plann-
254. ing: An education and
Arikunto S. 2002. Prosedur Penelitian Environment Approach. Second
Suatu Pendekatan Praktik. Edition. May- field.Publishing.
Binapura Aksara. Jakarta. Mauntenview, CA.
Azwar S. 2002. Sikap Manusia; teori dan Notoatmojo S. 1993. Pengantar Pendidikan
pengukurannya. Edisi ke 6 Pustaka Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Andi
Pelajar. Yogyakarta. Offset. Yogyakarta.
Azwar S. 2004. Metode Penelitian. Notoatmojo S. 2003. Pendidikan dan
Pustaka Pelajar 30 (Anggota Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
IKAPI). Cetakan V. Yogyakarta. Jakarta.
Bart Smet. 1999. Psikologi Kesehatan . PT Notoatmojo S. 2002. Metologi Penelitian
Gramedia Widisarana Indonesia. Kesehatan II. PT Rineka Cipta.
Jakarta. Jakarta.
Mar’at. 1982. Sikap Manusia, Perubahan
serta Pengukurannya. Ghalia Indo-
nesia. Jakarta.
Pratiknyo AW. 1999. Dasar-Dasar
Metodologi Penelitian Kedokteran Sugiyono. 1999. Statistik Non Parametrik
dan Kesehatan. CV Raja Wali. untuk Penelitian. CV Alfabeta.
Yogyakarta. Bandung.
Santoso S. 2002. SPSS for Window WHO . 2004. Stopping tuberculosis. WHO
Release Region Office South of Asia. New
10.0. PT Elek Media Komputindo, Delhi.
Gramedia. Jakarta. WHO . 2004. Community contribution to
Singarimbun M. 1989. Metodologi Pene- TB care an Asian perspectif. WHO
litian Survey. LP3ES. Jakarta. Regional Office South of Asia,
New Delhi.
ANALISA JURNAL OLEH FITRI SETYANING RAHAYU

1. JUDUL:

Dalam jurnal keperawatan berjudul “Pengaruh Karakteristik, Pengetahuan Dan


Sikap Petugas Pemegang Program Tuberkulosis Paru Puskesmas Terhadap
Penemuan Suspek TB Paru Di Kabupaten Blora.” judul tersebut sudah
mencerminkan isi artikel karna sesuai dengan kupasan teori-teorinya yang
relevan yang ada dalam jurnal tersebut, jumlah kata dalam judul ini sebanyak
17 kata dan tidak menggunakan kata klise karena judulnya sangat jelas.

2. PENULIS (AUTHOR)

Artikel jurnal ini ditulis oleh 3 orang penulis bernama “Bagoes Widjanarko ,
Priyadi Nugraha Prabamurti , Edi Widayat” dalam penulisan nama penulis
tersebut sudah benar karena tidak terdapat gelar dalam penulisan di dalam jurnal
tersebut.

3. KORESPONDENSI (AFFILIATION)
Dalam artikel jurnal ini nama penulis tidak dilengkapi dengan alamat korespondensi
seperti email , hanya terdapat terdapat lembaga pendidikan dan program studi
penulis Bagian PKIP FKM Undip dan Program Magister Promosi Kesehatan PPs
Undip. Dan Dinas Kesehatan Kabupaten Blora.

4. ABSTRACT

 Pada bagian abstrak artikel ini terdapat penjelasan singkat mengenai isi
tulisan dari latar belakang pendekatan/metode, hasil, simpulan penting.

 Abstract terdiri dari satu paragraph dan terdiri 160 kata.

 Abstract ditulis dengan bahasa inggris, sehingga beberapa orang mungkin


harus mengartikan terlebih dahulu.

 Abstract menggunakan bahasa yang jelas sehingga mudah difahami,


 Menurut pendapat saya,isi abtract pada artikel ini sudah bagus.

5. KATA KUNCI (KEYWORDS)


Dalam artikel sudah terdapat kata kunci suspect, health workrs who held
program, lung tuberculosis, knowledge, attitude.

 Kata kunci ditulis dengan bahasa Inggris


 Kata kunci terdiri dari 5 istilah yang dibahas didalam artikel Istilah “suspect,
health workrs who held program, lung tuberculosis, knowledge, attitude
terdapat pada judul
 Menurut pendapat saya istilah yang digunakan sebagai kata kunci sudah cukup
dan bagus untuk menambah pengetahuan pembaca.

6. PENDAHULUAN
 Bagian pendahuluan telah berisi paparan tentang masalah dan ruang
lingkup
 Masalah : Sampai saat ini program penang- gulangan TB dengan strategi
DOTS belum dapat menjangkau seluruh rumah sakit pemerintah, swasta,
dan sarana pelayanan yang lain. Program TB baru menjangkau Puskesmas
 Ruang Lingkup : Petugas pemegang program TB paru di Puskesmas
merupakan ujung tombak dalam penemuan, pengobatan dan evaluasi
penderita maupun pelaksanaan administrasi program di Puskesmas.
7. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan termasuk dalam penelitian Explanatory
Research yaitu menjelaskan hubungan antara variabel bebas, dan variabel
terikat melalui pengujian hipotesa yang telah dirumuskan.
Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional yaitu subyek hanya
diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap karakter atau
variabel subyek pada saat pemeriksaan
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas Pemegang
program TB paru di Puskesmas se-Kabupaten Blora sebanyak 52
petugas, setiap Puskesmas terdapat 2 orang petugas. Dalam penelitian
ini sampel adalah total populasi. Alat yang diperlukan dalam penelitian
ini adalah lember kuesioner yang berisi pertanyaan yang berhubungan
dengan variabel penelitian yang harus dijawab responden.

8. HASIL RISET
 Pada bagian hasil riset selain dalam bentuk verbal juga dipaparkan dalam
bentuk tabel beserta penjelasanyayang mudah difahami karna berisi kata2
yang seringkita dengar/kita jumpai
9. PEMBAHASAN
 Pada artikel ini sudah ada bagian pembahasan
 Implikasi hasil penelitian telah dikemukakan dibagian pembahasan
 Pada bagian pembahasan terdapat hasil analisis dari beberapa faktor yang
mempengaruhi.
 Dan di jelaskan beberapa factor yang tidak mempengaruhi juga.
10. KESIMPULAN
 Kesimpulan ditulis dengan ringkas dan jelas
 Tidak terdapat kekurangan dan kelebihan dalam pada bagian kesimpulan
11. UCAPAN TERIMA KASIH
Sudah ada ucapan terimakasih kepada yang berkontribusi langsung pada riset
dan peulis jurnal.
12. DAFTAR PUSTAKA
Pada bagian daftar pustaka telah memuat referensi artikel berasal dari 24
sumber.

Selesai

TERIMAKASIH

You might also like