Professional Documents
Culture Documents
SEMPROPttyo
SEMPROPttyo
Umum
Judul : Identifikasi Banjir Menggunakan Citra Radar Sentinel -1
Studi Kasus : DKI Jakarta
Studi Kasus : DKI Jakarta.
Bidang Ilmu : Sistem Informasi Geografis (SIG)
Instansi : Badan Informasi Geospasial (BIG)
Alamat : Jalan Raya Jakarta-Bogor Km.46, Cibinong Bogor 16911.
1. PENDAHULUAN
1
dengan Laut Jawa. (Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Pemprov
DKI Jakarta).
Menurut data bencana alam pada situs Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB), dari total 3,398 bencana yang terjadi selama tahun 2018,
terdapat 871 bencana banjir yang terjadi di Indonesia dan bencana banjir di
DKI Jakarta terjadi 14 kali. Banjir yang melanda Jakarta dipengaruhi beberapa
faktor seperti curah hujan tinggi, penduduk padat, lahan serapan air menyusut,
13 sungai aliri Jakarta, penurunan muka tanah, waduk berkurang dan perilaku
masyarakat.
Gambar 1.1 Kejadian Bencana di DKI Jakarta per Januari 2018 – Desember
2018
Data terbaru yang diterbitkan tahun 2017 dan diperbaharui pada Mei 2018
menunjukkan dari total 262 kelurahan, 82 di antaranya termasuk wilayah rawan
banjir. Kelurahan-kelurahan rawan banjir itu tersebar di seluruh kawasan di
Jakarta, 25 kelurahan di Jakarta Selatan, 23 kelurahan di Jakarta Timur, 17 di
Jakarta Barat, dan hanya 2 di Jakarta Pusat. ( BPBD DKI Jakarta ).
Indonesia merupakan salah satu negara yang telah memanfaatkan
perkembangan teknologi citra satelit untuk memudahkan pengambilan keputusan
dalam bidang pemetaan. Namun, dikarenakan letak Indonesia yang berada pada
daerah dengan iklim tropis dan kondisi cuaca yang seringkali tertutup awan dan
kabut, hal ini dapat menghilangkan informasi penting dari obyek di balik area
2
yang tertutup oleh awan tersebut. Untuk mengatasi gangguan awan tersebut, dapat
menggunakan pencitraan radar dengan metode SAR (Synthetic Aperture Radar)
yang menggunakan sensor gelombang mikro sehingga dapat beroperasi siang
maupun malam dan dalam cuaca apapun. Dibalik keunggulan tersebut, metode
SAR ini memiliki kelemahan yaitu sangat sulitnya memprediksikan korelasi
antara gelombang mikro dengan karakteristik obyek di permukaan bumi termasuk
jenis tanah dan batuan, karena citra aktif tersebut hanya menampilkan warna abu-
abu dalam tampilan visualnya. Pada penelitian ini citra satelit yang digunakan
adalah citra satelit Radar Sentinel-1 yang memuat informasi lebih fleksibel dalam
perolehan data kerena tidak terhalang oleh gangguan awan dan cuaca sehingga
dapat digunakan untuk memperoleh informasi kondisi lahan dan citra Radar
Sentinel-1 ini dapat diunduh gratis di internet.
Pada penelitian tugas akhir ini penulis akan meneliti tentang identifikasi banjir
dengan menggunakan citra Radar Sentinel-1 di DKI Jakarta dengan
memanfaatkan keilmuan di bidang Sistem Informasi Geografis.
3
1.4 Batasan Masalah
2. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra Radar Sentinel-1 di
Tahun 2018 dan peta batas administrasi DKI Jakarta dengan format
shapefile.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah Kota administrasi dan satu
Kabupaten administratif, yakni: Kota administrasi Jakarta Pusat dengan luas 47,90
km2, Jakarta Utara dengan luas 142,20 km2, Jakarta Barat dengan luas 126,15
km2, Jakarta Selatan dengan luas 145,73 km2, dan Kota administrasi Jakarta
Timur dengan luas 187,73 km2, serta Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu
dengan luas 11,81 km2. Di sebelah utara membentang pantai sepanjang 35 km,
yang menjadi tempat bermuaranya 13 buah sungai dan 2 buah kanal. Di sebelah
selatan dan timur berbatasan dengan Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi
dan Kabupaten Bekasi, sebelah barat dengan Kota Tangerang dan Kabupaten
Tangerang, serta di sebelah utara dengan Laut Jawa.
Secara geologis, seluruh dataran terdiri dari endapan pleistocene yang
terdapat pada ±50 m di bawah permukaan tanah. Bagian selatan terdiri atas
lapisan alluvial, sedang dataran rendah pantai merentang ke bagian pedalaman
sekitar 10 km. Di bawahnya terdapat lapisan endapan yang lebih tua yang tidak
tampak pada permukaan tanah karena tertimbun seluruhnya oleh endapan
alluvium. Di wilayah bagian utara baru terdapat pada kedalaman 10-25 m, makin
ke selatan permukaan keras semakin dangkal 8-15 m. Pada bagian tertentu juga
terdapat lapisan permukaan tanah yang keras dengan kedalaman 40 m.
Keadaan Kota Jakarta umumnya beriklim panas dengan suhu udara
maksimum berkisar 32,7°C - 34,°C pada siang hari, dan suhu udara minimum
4
berkisar 23,8°C -25,4°C pada malam hari. Rata-rata curah hujan sepanjang tahun
237,96 mm, selama periode 2002-2006 curah hujan terendah sebesar 122,0 mm
terjadi pada tahun 2002 dan tertinggi sebesar 267,4 mm terjadi pada tahun 2005,
dengan tingkat kelembaban udara mencapai 73,0 - 78,0 persen dan kecepatan
angin rata-rata mencapai 2,2 m/detik - 2,5 m/detik. (Sumber :www.jakata.go.ig)
Pada umumnya banir terjadi pada musim hujan. Hal ini disebabkan oleh
intensitas air hujan yang sangat tinggi dan berlangsung pada waktu yang lama. Air
yang turun ke permukaan tanah, khususnya sungai, tidak bisa tertampung lagi dan
akhirnya menggenangi daerah permukiman atau pertanian. Banjir dapat
disebabkan oleh campur tangan manusia, seperti penebangan hutan di DAS
terutama di daerah hulu. Tidak adanya akar-akar tanaman yang menyerap air ke
dalam tanah mengakibatkan erosi tanah. Penanaman pohon-pohon atau pembuatan
bangunan-bangunan di pinggir atau bahkan di lembah sungai menjadi terhambat.
Aliran yang terhambat menyebabkan terjadinya banjir. Secara umum penyebab
terjadinya banjir dibagi menjadi tiga faktor (Nugroho, 2002):
5
1. Faktor peristiwa alam (dinamis), yang meliputi: intensitas curah hujan tinggi,
pembendungan (dari laut/pasang dan dari sungai induk), penurunan tanah (land
subsidence), dan pendangkalan sungai.
Aronaff (1989), SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada kerja
computer yang memasukkan, mengelola, memanipulasi dan menganalisa data
serta memberi uraian. Sedangkan menurut Gistut(1994), SIG adalah sistem yang
dapat mendukung pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan
deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang
ditemukan di lokasi tersebut. SIG yang lengkap mencakup metodologi dan
teknologi yang diperlukan, yaitu data spasial perangkat keras, perangkat lunak dan
struktur organisasi. Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa
Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem
informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial
(bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit adalah sistem
komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola
dan menampilkan informasi berefrensi geografis atau data geospasial untuk
mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan suatu
wilayah, misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah
database.(Adam, 2012)
8
Gambar 2.2 Elemen Sistem Penginderaan Jauh
9
Pencitraan Radar mempunyai kelebihan, yaitu mampu menembus awan,
kabut ataupun hujan. Karena sifatnya aktif, maka teknik ini tidak tergantung pada
matahari, dan dapat dioperasikan baik siang maupun malam. Adanya satelit yang
membawa sensor Radar seperti ERS, RADARSAT, JERS ataupun ENVISAT,
membuka peluang untuk diolah secara interferometri dengan mengolah fasa dari
sinyal balik yang diterima sistim radar pada satelit tersebut (Ismullah, 2004).
Citra Radar hanya memiliki dua band yakni layer VH dan VV sehingga
untuk interpretasi perlu menambahkan satu band sintetis untuk mendapatkan band
RGB dari suatu citra. Gelombang elektromagnetik yang dipancarkan Radar
berupa gelombang radio dan gelombang mikro. Pantulan dari gelombang yang
dipancarkan tadi digunakan untuk mendeteksi objek. Penggunaan Radar sebagai
sensor untuk melakukan penginderaan jauh kemudian semakin berkembang, Real
Aperture Radar (RAR) yang disebut juga Side Looking Airborne Radar (SLAR)
muncul. Tidak berhenti disitu, pada tahun 1970 Jet Propulsion Laboratory
melakukan penelitian untuk mengembangkan RAR menjadi SAR (Synthetic
Aperture Radar) (Haniah dan Prasetyo, 2011).
11
2.8 Pengolahan Citra Digital
Salah satu analisis spasial yang terkenal di bidang SIG dan juga pengolahan
citra digital adalah klasifikasi;istilah yang merujuk pada proses interpretasi citra-
citra digital hasil penginderaan jauh. Analisis ini merupakan proses
penyusunan,pengurutan, atau pengelompokan setiap piksel citra digital multi-
spektral (multi-band) ke dalam kelas-kelas berdasarkan kriteria/kategori objek
hingga dapat menghasilkan sebuah “peta tematik” (raster). Pada analisis ini, setiap
piksel didalam suatu kelas diasumsikan berkarakteristik homogen. Tujuan analisis
ini adalah untuk mengekstrak pola-pola respon spektral (yang dominan) yang
terdapat pada citranya;kelaskelas penutup lahan (landcover) (Prahasta, 2014).
1. Koreksi Radiometrik
a. Stripping atau banding seringkali terjadi pada data citra yang diakibatkan oleh
ketidakstabilan detektor. Striping atau banding merupakan fenomena ketidak
konsistenan perekaman detektor untuk band dan areal perekaman yang sama.
b. Line dropout kadang terjadi sebagai akibat dari detektor yang gagal berfungsi
dengan tiba-tiba. Jangka waktu kerusakan pada kasus ini biasanya bersifat
sementara.
c. Efek atmosferik merupakan fenomena yang disebabkan oleh debu, kabut, atau
asap seringkali menyebabkan efek bias dan pantul pada detektor, sehingga
fenomena yang berada di bawahnya tidak dapat terekam secara normal.
12
2. Koreksi Geometrik
b. Meregistrasi (mencocokan) posisi citra dengan citra lain yang sudah terkoreksi
(image to image rectification) atau mentransformasikan sistem koordinat citra
multispectral dan multi temporal.
Citra satelit Sentinel-1 adalah citra yang dihasilkan oleh satelit Sentinel-1
yang dirancang dan dikembangkan oleh ESA dan didanai oleh Komisi Eropa
(European Commission). Citra satelit sentinel-1 terdiri dari konstelasi dua satelit,
Sentinel - 1A dan Sentinel - 1B yang berbagi bidang orbit yang sama dengan
perbedaan 180° pada pentahapan orbital. Misi dari citra ini adalah menyediakan
kemampuan operasional independen untuk pemetaan radar terus menerus dari
bumi dengan frekuensi, cakupan, ketepatan waktu dan keandalan ditingkatkan
untuk layanan operasional dan aplikasi yang memerlukan seri lama (ESA, 2013).
Dilengkapi Syntetic Aperture Radar (SAR), Sentinel-1 memuat informasi yang
lebih fleksibel dalam perolehan data karena tidak terhalang oleh gangguan awan
dan cuaca sehingga dapat digunakan untuk memperoleh informasi kondisi lahan.
Pada penelitian ini dilakukan identifikasi penggunaan lahan menggunakan data
radar Sentinel-1 dual polarisasi VV dan VH (Fathoni et al., 2017).
13
Satelit Sentinel 1 bekerja pada frekuensi C-Band pada panjang gelombang5.4 cm,
Right Sight yang memiliki kemampuan polarisasi tunggal dan polarisasi ganda
dan juga memiliki empat mode observasi yaitu:
Citra satelit Sentinel-1 adalah citra yang dihasilkan oleh satelit Sentinel-1 yang
dirancang dan dikembangkan oleh ESA dan didanai oleh Komisi Eropa (European
Commission). Citra satelit sentinel-1 terdiri dari konstelasi dua satelit, Sentinel-
1A dan Sentinel-1B yang berbagi bidang orbit yang sama dengan perbedaan 180°
pada pentahapan orbital.
Misi dari citra ini adalah menyediakan kemampuan operasional independen untuk
pemetaan radar terus menerus dari bumi dengan frekuensi, cakupan, ketepatan
waktu dan keandalan ditingkatkan untuk layanan operasional dan aplikasi yang
memerlukan seri lama (Bona, 2017).
14
Tabel 2.2 Jurnal-jurnal Penelitian
15
Nama
No. Judul Tujuan Kesimpulan
Pengarang
Penggunaan Citra Radar Untuk mengidentifikasi tutupan lahan Hasil penelitian ini belum menunjukkan adanya
Yusnizar
Sentinel-1 Untuk Identifikasi menggunakan citra Radar Sentinel-1 di pola yang jelas antara rataan backscatter dengan
2. Veronica
Tutupan Lahan di Kabupaten Kabupaten Pakpak Bharat Provinsi tipe tutupan lahan. Nilai hamburan balik
Damaik (backscatter) untuk polarisasi VV dan VH yang
Pakpak Bharat. Sumatera Utara.
tertinggi secara berurutan adalah tutupan lahan
16
pemukiman sebesar 3,772 dB dan 3,260 dB
serta hutan sebesar 3,676 dB dan 3,189 dB,
sedangkan nilai hamburan balik (backscatter)
terendah adalah tutupan lahan badan air sebesar
2,564 dB dan 2,242 dB serta lahan terbuka
sebesar 2,514 dB dan 2,223 dB
4. Muhamd Analisis Data Spasial Untuk Membuat peta sebaran tingkat Dari peta kerentanan banjir yang dibuat
kerawanan banjir di Kabupaten berdasarkan peta – peta faktor penentu
17
banjir didapat bahwa Kabupaten Banyumas
terdiri dari empat kelas kerentanan banjir
Identifikasi Kawasan Rawan yaitu: kelas aman (10427,22 Ha/7,505%),
Banyumas.
Mahfuz Banjir Di Kabupaten Banyumas kelas tidak rawan (121167,48
Provinsi Jawa Tengah Ha/87,213%), kelas rawan (7335,66
Ha/5,280%), dan kelas sangat rawan (2,30
Ha/0,002%).
5. Dini Ramanda Analisis Kombinasi Citra Penelitian ini bertujuan untuk melihat Hasil proses fusi citra antara Sentinel-1A
Putri*), Abdi Sentinel-1a Dan Citra Sentinel-2a hasil fusi citra optis Sentinel-2A dengan Sentinel-2A dari metode PCA, Brovey
Sukmono, Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan dengan citra radar Sentinel-1A dan IHS memiliki tampilan visual yang hampir
sama yakni memperlihatkan karakteristik yang
Bambang (Studi Kasus: Kabupaten Demak, menggunakan metode trasnformasi
unik dari hasil penggabungan kedua citra
Sudarsono Jawa Tengah) IHS (Intensity Hue Saturation),
tersebut. Keunikan ini terlihat dari segi
transformasi Color Normalized
pewarnaan, mengadopsi warna dari citra
(transformasi Brovey) dan Principal
Sentinel-2A, tetapi dengan perentangan kontras
Component Analysis yang berbeda, sedangkan dari segi kualitas
(PCA).Penelitianinidilaksanakan juga piksel terintegrasi oleh citra Sentinel-1A
bertujuan untuk melihat hasil
klasifikasi tutupan lahan pada studi
kasus penelitian. Klasifikasi tutupan
lahan ini menggunakan hasil
pengolahan klasifikasi supervised dari
citra Sentinel-2A, citra hasil fusi
18
(PCA, IHS dan Brovey) serta citra
hasil kombinasi nilai indeks (NDVI,
NDBI dan NDWI).
19
3. METODOLOGI PENELITIAN
Alat analisis data yang digunakan adalah software Sentinel Application Platform
(SNAP) (Sentinel-1 Toolbox). Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah citra
radar Sentinel-1 tanggal perekaman 26 April 2018 dan 30 April 2018 dan
beberapa data lain seperti peta administrasi di wilayah DKI. Jakarta.
Persiapan
Pengumpulan Data
Data Citra
Sentinel-1
Subset Image
Kalibrasi
Speckle Filtering
20
A
Koreksi Geometrik
Shapefile
Batas
Konversi Data Administrasi
Masking
Analisis Hasil
Pengolahan Data
Selesai
Pelaksanaan penelitian dilakukan sesuai diagram alir pada gambar 3.1 dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Persiapan
21
3. Pengumpulan Data
Citra satelit Radar Sentinel-1 adalah citra yang dihasilkan oleh satelit
Sentinel-1 yang dirancang dan dikembangkan oleh ESA dan didanai
oleh Komisi Eropa (European Commission). Citra satelit sentinel-1
terdiri dari konstelasi dua satelit, Sentinel-1A dan Sentinel-1B yang
berbagi bidang orbit yang sama dengan perbedaan 180° pada
pentahapan orbital. Portal web untuk mendapatkan data citra satelit
Sentinel-1, dengan mengakses alamat internet
https://scihub.copernicus.eu/
4. Subset Image
22
6. Thermal Noise Removal
7. Kalibrasi
Hal ini dilakukan dengan melihat polarisasi dari citra sendiri yaitu VH
(vertical vorizontal) dan VV (vertical vertical) untuk menghasilkan output
sigma_0 band.
8. Speckle Filtering
9. Koreksi Geometrik
23
11. Masking
Berikut dibawah ini merupakan rumus yang dibuat oleh Long dkk, pada
tahun 2014. Untuk menentukan threshold ideal sehingga dapat mengetahui
apakah pixel terendam/tergenang air :
μ dan σ merupakan nilai mean dan standar deviasi dari D, yaitu citra
tersebut
24
3.3 Lokasi dan Jadwal Penelitian
Daftar Pustaka
Lampiran
26
DAFTAR PUSTAKA
Putri, Dina Ramanda., Sukmono, Abdi., & Bambang Sudarsono. 2018. Analisis
Kombinasi Citra Sentinel-1a Dan Citra Sentinel-2a Untuk Klasifikasi
Tutupan Lahan (Studi Kasus: Kabupaten Demak, Jawa Tengah).
Jurnal Geodesi UNDIP. Volume 7, Nomor 2, Tahun 2018
27