Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 25

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

A. Tinjauan Teoritis
I. Konsep Penyakit
1. Definisi
Pneumonia adalah inflamasi paru yang ditandai dengan
konsulidasi karena eksudat yang mengisi alveoli dan
bronkiolus (Terry & Sharon, 2013).
Pneumonia adalah keadaan akut pada paru yang
disebabkan oleh karena infeksi atau iritasi bahan kimia
sehingga alveoli terisi oleh eksudat peradangan (Mutaqin,
2008).
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan
oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur
dan benda asing (Ngastiyah, 2015).
Pneumonia adalah peradangan pada baru yang tidak
saja mengenai jaringan paru tapi dapat juga mengenai
jaringan paru tapi dapat juga mengenai bronkioli (Nugroho,
2011).
2. Etiologi
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah
daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat Malnutrisi
Energi Protein (MEP), penyakit menahun, trauma pada paru,
anestesia, aspirasi, dan pengobatan dengan antibiotik yang
tidak sempurna (Ngastiyah,2015).
Menurut Nugroho.T (2011),pneumonia dapat disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti:
a. Bakteri: stapilococus, sterptococcus,aeruginosa.

b. Virus: virus influenza,dll

c. Micoplasma pneumonia

d. Jamur: candida albicans

e. Benda asing

1
Menurut Nurarif (2015), klasifikasi pneumonia terbagi
berdasarkan anatomi dan etiologis dan berdasarkan usaha
terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia:

1) Pneumonia lobularis, melibat seluruh atau suatu bagian


besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru
terkena maka dikenal sebagai pneumonial bilateral atau
ganda.
2) Pneumonia lobularis (Bronko pneumonia) terjadi pada
ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat
muko purulen untuk membentuk bercak konsulidasi
dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga
pneumonia lobularis.
3) Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi
yang terjadi di dalam dinding alveolar (inter stinium)
dan jaringan peribronkial serta interlobular.

3. Anatomi dan fisiologi

Paru-paru Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar


terdiri dari gelembung- gelembung (alveoli). Gelembung
alveoli initer diri dari selepitel dan selendotel. Pernafasan
paru-paru (pernafasan pulmoner) merupakan pertukaran
oksigen dan karbondi oksida yang terjadi pada paru-paru
atau pernafasan eksternal, oksigen diambil oleh sel darah
merah dibawa ke jantung disampaikan keseluruh tubuh.
Didalam paru-paru karbondioksida dikeluarkan melalui pipa
bronchus berakhir pada mulut dan hidung (Evelyn,2004).

2
4. ManifestasiKlinik (tanda dan gejala)
Gambaran klinis pneumonia bervariasi, yang
bergantung pada usia anak, respon sitemik terhadap infeksi,
agenetiologi, tingkat keterlibatan paru, dan obstruksi jalan
napas. Tanda dan gejala pasien yang mengalami pneumonia
antara lain: takipnea, demam, dan batuk disertai penggunaan
otot bantu nafas dan suara nafas abnormal (Terry & Sharon,
2013).
5. Patofisiologi/Patoflow
Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai
dengan konsulidasi karena eksudat yang mengisi elveoli dan
brokiolus. Saat saluran nafas bagian bawah terinfeksi, respon
inflamasi normal terjadi, disertai dengan jalan obstruksi nafas
(Terry & Sharon, 2013). Sebagian besar pneumoni didapat
melalui aspirasi partikelin efektif seperti menghirup bibit
penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang pada
keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel
infeksius difiltrasi dihidung, atau terperangkap dan
dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia disaluran napas.
Bila suatu partikel dapat mencapai paru- paru, partikel
tersebutakan berhadapan dengan makro fagalveoler, dan juga
dengan mekanisme imunsistemik dan humoral. Infeksi
pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu
mekanisme pertahanan dan organism dapat mencapai traktus
respiratorius terbawah melalui aspirasi maupun rute
hematologi. Ketika pathogen mencapai akhir bronkiolus
maka terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli,
diikuti leukosit dalam jumlah besar. Kemudian makrofag
bergerak mematikan sel dan bakterial debris. Sisten limpatik
mampu mencapai bakteri sampai darah atau pleura viseral.
Jaringan paru menjadi terkonsolidasi. Kapasitas vital dan
pemenuhan paru menurun dan aliran darah menjadi
terkonsolidasi, meningkat karena penurunan saturasi oksigen
dan hiperkapnia (Nugroho.T, 2011)

3
Patway

6. Komplikasi
Menurut Mutaqin (2008), komplikasi yang dapat terjadi
pada paisen dengan pneumonia adalah:
a. Pleurisi

b. Atelektasis

c. Empiema

d. Abses paru

e. Edemapulmonary

f. Infeksi superperikarditis

g. Meningitis

h. Arthritis

7. Pemeriksaan penunjang
Menurut Mutaqin (2008), pemeriksaan diagnostik yang dapat
dilakukan pada orang dengan masalah pneumonia adalah:
a.SinarX : mengidentifikasikan distribusi structural
(misal: lobar, bronchial); dapat juga menyatakan
abses.
b.Pemeriksaan gram/kultur, putum dan mengidentifikasi
semua organisme yang ada..
c.Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru,
menetapkan luas berat penyakit dan membantu
diagnosis keadaan.

4
d.Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
e.Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang
diaspirasi
f. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan
mengangkat benda asing.

8. Penatalaksanaan medis/pengobatan
Penatalaksanaan kasus pneumonia menurut Mutaqin (2008)
antara lain:

a. Manajemen Umum

1) Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret


yang kental dan berlebihan.
2) Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2 <60mmHg.

3) Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi


pneumonenia pasti; pasien harus didorong
setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam untuk
memaksimalkan kemampuan ventilator.
4) Hidrasi: Pemantauan asupan dan keluaran; cairan
tambahan untuk mempertahankan hidrasi dan
mencairkan sekresi.
b. Operasi
Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada:
mungkin diperlukan jika masalah sekunder seperti
empiema terjadi.

c. Terapi Obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji
resistensi tapi karena halite perlu waktu dan pasien
pneumonia diberikan terapi secepatnya: Penicillin G
untuk infeksi pneumonia staphylococcus, amantadine,
rimantadine untuk infeksi pneumonia virus.
Eritromisin, tetrasiklin, derivate tetrasiklin untuk
infeksi pneumonia.

5
II. Konsep asuhan keperawatan (Teoritis)

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara


pengumpulan data secara subjektif (data yang didapatkan
dari pasien/keluarga) melalui metode anamnesa dan data
objektif (data hasil pengukuran atau observasi).
MenurutNurarif (2015), pengkajian yang harus dilakukan
adalah:
1. Indentitas : Nama, usia, jenis kelamin,
2. Riwayat sakit dan kesehatan

a. Keluhan utama: pasien mengeluh batuk dan sesak


napas.

b. Riwayat penyakit sekarang: pada awalnya keluhan


batuk tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang
menjadi batuk produktif dengan mucus purulen
kekuning - kuningan, kehijau- hiajuan, kecokelatan atau
kemerahan, dan sering kali berbau busuk. Klien
biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan
menggigil (onset mungkin tiba-tiba dan berbahaya).
Adanya keluhan nyeri dada pleuritits, sesak napas,
peningkatan frekuensi pernapasan, dan nyeri kepala.
c. Riwayat penyakit dahulu : dikaji apakah pasien pernah
menderita penyakit seperti ISPA, TBC paru, trauma.
Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya faktor predisposisi.
d. Riwayat penyakit keluarga : dikaji apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang
disinyalir sebagai penyebab pneumoni seperti Ca paru,
asma, TB paru dan lain sebagainya.
e. Riwayat alergi: dikaji apakah pasien memiliki riwayat
alergi terhadap beberapa obat, makanan, udara,debu.
3. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum: tampak lemas, sesak napas

b. Kesadaran: tergantung tingkat keprahan penyakit, bisa


somnolen.

6
c. Tanda-tand vital:

-TD: biasanya normal

-Nadi : takikardi

-RR: takipneu, dipsneu, napas dangkal

-Suhu: hipertermi

d. Kepala: tidak ada kelainan Mata: konjungtiva anemis


e. Hidung: jikas esak, ada pernapasan cuping hidung Paru:
-Inspeksi : pengembangan paru berat dan tidak simetris,
ada penggunaan otot bantu napas.
-Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus
pada daerah yang terkena.
-Perkusi: pekak bila ada cairan, normalnya timpani

-Auskultasi: bisater dengar ronchi.

f. Jantung: jika tidak ada kelainan, maka tidak ada


gangguan

g. Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi,


kelemahan.

7
2. DIagnosa keperawatan, Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif Bersihan jalan nafas (L.01001) Latihan batuk efektif (I.01006)
berhubungan dengan Sekresi yang tertahan Setelah dilakukan intervensi Observasi
(D.0001) keperawatan selama 3x24 jam - identifikasi kemampuan batuk
a. Gejala dan tanda Mayor diharapkan bersihan jalan nafas - Monitor adanya retensi sputum
Subjektif :  tidak tersedia. teratasi dengan kriteria hasil: - Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
Objektif : - Batuk efektif meningkat - Monitor input dan output cairan (misalnya jumlah dan karakteristik)
- batuk tidak efektif (5) Teraupetik
- tidak mampu batuk. - Produksi sputum Menurun - Atur posisi semi fowler atau fowler
- sputum berlebih. (5) - Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
- Mengi, wheezing dan / atau ronkhi - Mengi menurun (5) - Buang secret pada tempat sputum
kering. - Wheezing menurun (5) Edukasi
- Dispnea membaik (5) - jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
b. Gejala dan tanda Minor - Sianosis membaik (5) - anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan
Subjektif : - ortopnea membaik (5) selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
- Dispnea. - sulit bicara membaik (5) mencucu(dibulatkan) selama 8 detik.
- Sulit bicara. - Gelisah membaik (5) - Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali
- Ortopnea. - Frekuensi nafas membaik - Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang
(5) ke 3
- Pola nafas membaik (5)

8
Objektif : Kolaborasi
- Gelisah. - kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
- Sianosis. Manajemen jalan napas I.01011
- Bunyi napas menurun. Observasi
- Frekuensi napas berubah. - Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
- Pola napas berubah. - Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi kering)
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Teraupetik
- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift
(jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
- Posisi semi fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- lakukan penghisapan lender kurang lebih dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
- berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif

9
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas.
- monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,hiperventilasi, kusmull)
- monitor kemampuan batuk efektif
- monitor adanya sumbatan jalan napas
- monitor adanya produksi sputum
- palpitasi kesimetrisan ekspansi paru
- aukultasi bunyi napas
- monitor saturasi oksigen
- monitor nilai AGD
- monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
- atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
- jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

10
Kolaborasi
-

2. Pola napas tidak efektif berhubungan Pola Napas (L.01004) Manajemen jalan napas I.01011
dengan Hambatan upaya napas (mis. Setelah dilakukan ASKEP selama Observasi
nyeri saat bernapas, kelemahan otot 3x24 jam diharapkan pola napas - Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
pernapasan) (D.0005) teratasi dengan criteria hasil: - Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing,
a. Gejala dan tanda mayor - Ventilasi semenit ronkhi kering)
Subjektif Meningkat (5) - Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
1. Dispnea. - kapasitas vital Meningkat Teraupetik
Objektif (5) - Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift
1. Penggunaan otot bantu pernapasan. - diameter thoraks anterior- (jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
2. Fase ekspirasi memanjang. posterior Meningkat (5) - Posisi semi fowler atau fowler
3. Pola napas abnormal (mis. takipnea. - Tekanan ekspirasi - Berikan minum hangat
bradipnea, hiperventilasi kussmaul Meningkat (5) - lakukan fisioterapi dada, jika perlu
cheyne-stokes).. - Tekanan inspirasi - lakukan penghisapan lender kurang lebih dari 15 detik
b. Gejala dan tanda minor Meningkat (5) - Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
Subjektif - Dispnea Menurun (5) - Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
1. Ortopnea. - Penggunaan otot bantu - berikan oksigen, jika perlu
Objektif napas Menurun (5) Edukasi
1. Pernapasan pursed-lip. - Pemanjangan fase - Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak kontraindikasi

11
2. Pernapasan cuping hidung. ekspirasi Menurun (5) - Ajarkan teknik batuk efektif
3. Diameter thoraks anterior—posterior  - ortopnea Menurun (5) Kolaborasi
meningkat - pernapasan pursed-lip - kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
4. Ventilasi semenit menurun Menurun (5) perlu
5. Kapasitas vital menurun - pernapasan cuping hidung
6. Tekanan ekspirasi menurun Menurun (5) Pemantauan Respirasi (I.01014)
7. Tekanan inspirasi menurun - frekuensi napas Membaik Observasi
8. Ekskursi dada berubah (5) - Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas.
- kedalaman napas - monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,hiperventilasi, kusmull)
Membaik (5) - monitor kemampuan batuk efektif
- Ekskursi dada Membaik - monitor adanya sumbatan jalan napas
(5) - monitor adanya produksi sputum
- palpitasi kesimetrisan ekspansi paru
- aukultasi bunyi napas
- monitor saturasi oksigen
- monitor nilai AGD
- monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
- atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
- jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

12
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

Kolaborasi
-
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan Pertukaran Gas (L.01003) Pemantauan Respirasi (I.01014)
dengan Ketidakseimbangan ventilasi- Setelah dilakukan ASKEP selama Observasi
perfusi (D0003) 3x24 jam diharapkan pertukaran - Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas.
a. Gejala dan tanda mayor gas teratasi dengan criteria hasil: - monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,hiperventilasi, kusmull)
Subjektif - Tingkat kesadaran - monitor kemampuan batuk efektif
1. Dispnea. meningkat (5) - monitor adanya sumbatan jalan napas
Objektif - Dispnea Menurun (5) - monitor adanya produksi sputum
1. PCO2 meningkat / menurun. - Bunyi nafas tambahan - palpitasi kesimetrisan ekspansi paru
2. PO2 menurun. menurun (5) - aukultasi bunyi napas
3. Takikardia. - Pusing menurun (5) - monitor saturasi oksigen
4. pH arteri meningkat/menurun. - Penglihatan kabur - monitor nilai AGD
5. Bunyi napas tambahan. menurun (5) - monitor hasil x-ray toraks
b. Gejala dan tanda minor - Diaforesis menurun (5) Terapeutik
Subjektif - Gelisah Menurun (5) - atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
1. Pusing. - napas cuping hidung Dokumentasi hasil pemantauan
2. Penglihatan kabur. menurun (5) Edukasi
Objektif - PCO2 membaik (5) - jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
1. Sianosis. - PO2 membaik (5) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

13
2. Diaforesis. - Takikardia membaik (5) Kolaborasi
3. Gelisah. - PH arteri membaik (5) -
4. Napas cuping hidung. - Sinosis membaik (5) Terapi Oksigen (I.01026)
5. Pola napas abnormal (cepat / lambat, - Pola nafas membaik (5) Obeservasi
regular/iregular, dalam/dangkal). - warna kulit membaik (5)
- Monitor kecepatan aliran oksigen
6. Warna kulit abnormal (mis. pucat,
- Monitor posisi alat terapi oksigen
kebiruan).
- Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan fraksi yang
7. Kesadaran menurun.
diberikan cukup
- Monitor efektifitas terapi oksigen (missal nya: oksimetri, analisa gas
darah), jika itu perlu
- Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
- Monitor tanda-tanda hipoventilasi
- Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen danatelektasis
- Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
- Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen

Terapeutik

- bersihankan secret pada mulut, hidung, dan trakea, jika itu perlu
- pertahankan kepatenan jalan napas
- siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
- berikan oksigen tambahan, jika itu perlu

14
- tetap berikan oksigen saat pasien di transportasi
- gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas
pasien

Edukasi

- ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah

Kolaborasi

- Kolaborasi penentuan dosis oksigen


- Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan atau tidur

4. Intoleransi aktivitas berhubungan Toleransi Aktivitas (L.05047) Manajemen Energi (I.05178)


dengan ketidakseimbangan antara Setelah dilakukan ASKEP selama Obeservasi
suplai dan kebutuhan oksigen D.0056 3x24 jam diharapkan toleransi
- identifikasi gangguan fungsitubuh yang mengakibatkan kelelahan
a. Gejala dan tanda mayor aktivitas teratasi dengan criteria
- monitor kelelahan fisik dan emosional
Subjektif hasil:
- monitor pola dan jam tidur
1. Mengeluh lelah - Frekuensi nadi meningkat
- monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Objektif (5)
Terapeutik
1. Frekuensi jantung meningkat ˃20% - saturasi oksigen
dari kondisi istirahat meningkat (5) - sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.cahaya, suara,
b. Gejala dan tanda minor - kemudahan melakukan kunjungan)
aktivitas sehari-hari

15
Subjektif meningkat (5) - lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
1. dispnea saat/setelah aktivitas - Kecepatan berjalan - berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
2. Merasa tidak nyaman setelah meningkat (5) - fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah dan
beraktivitas - jarak berjalan meningkat berjalan
3. Merasa lemah (5) Edukasi
Objektif - kekuatan tubuh bagian atas
- Anjurkan tirah baring
1. Tekanan darah berubah ˃20% dari meningkat (5)
- anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
kondisi istirahat - kekuatan tubuh bagian
- anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
2. Gambaran EKG menunjukan aritmia bawah meningkat (5)
berkurang
saat/setelah aktivitas - toleransi dalam menaiki
- ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
3. Gambaran EKG menunjukan Iskemia tangga meningkat (5)
Kolaborasi
4. sianosis - keluhan lelah menurun (5)
- dispnea saat beraktivitas - kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
menurun (5) makanan
- dispnea setelah
beraktivitas menurun (5) Terapi Aktivitas (I.05186)
- perasaan lemah menurun Obeservasi
(5)
- identifikasi defisit tingkat aktivitas
- aritmia beraktivitas
- identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
menurun (5)
- identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
- aritmia setelah beraktivitas
- identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
menurun (5)

16
- sianosis menurun (5) - identifikasi makna aktivitas rutin (mis.bekerja) dalam waktu luang
- warna kulit membaik (5) - monitor respon emosional, fisik, sosial dan spiritual terhadap
- tekanan darah membaik aktivitas
(5) Terapeutik
- frekuensi napas membaik - fasilitasi focus pada kemampuan, bukan defisit yang di alami
(5) - sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan rentang
- EKG iskemia membaik (5 aktivitas
- fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai dengan kemampuan fisik, psikologis dan sosial
- koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
- fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
- fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivitas, jika perlu
- fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasi aktivitas yang dipilih
- fasilitasi aktivitas rutin (mis. ambulasi, mobilisasi dan perawatan diri)
sesuai kebutuhan
- fasilitasi aktivitas pengganti saat menjalaani keterbatasan waktu,
energy atau gerak
- fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk pasien hiperaktif
- tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan, jika sesuai
- fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
- fasilitasi aktivitas dengan komponen memori implicit dan emosional

17
(mis. kegiatan keagamaan khusus) untuk pasien demensia, jika sesuai
- Libatkan dalam permaianan kelompok yang tidak kompetitif,
terstruktur dan aktif
- tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas rekreasi dan diverifikasi untuk
menurunkan kecemasan (mis. vocal group, bola voli, tenis meja,
jogging, berenang, tugas sederhana, permaianan sederhana, tugas
rutin, tugas rumah tangga, perawatan diri, dan teka-teki dan kartu)
- libatkan keluarga dalaam aktivitas, jika perlu
- fasilitasi menggembangkan motivasi dan penguatan diri
- fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri untuk
mencapai tujuan
- jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
- berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas
Edukasi
- jelaskan metode aktivitas, jiak perlu
- ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
- anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual dan kognitif
dalam menjaga fungsi dan kesehatan
- anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika perlu
- anjurkan keluarga untuk member penguatan positif atas partisipasi
dalam aktivitas
Kolaborasi

18
- kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas, jiak perlu
- rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas, jika perlu
5. Hipertermi berhubungan dengan proses Termoregulasi (L.14134) Manajemen Hipertermia (I.15506)
penyakit (D.0130) Setalah dilakukan ASKEP 3x24 Observasi
a. Gejala dan tanda mayor jam diharapkan hipertermi dapat - Identifikasi penyebab hipertermia (dehidrasi, terpapar lingkungan panas)
Subjektif teratasi dengan criteria hasil: - Monitor suhu tubuh
1. (tidak tersedia) - Suhu tubuh membaik (5) - monitor kadar elektrolit
Objektif - monitor haluaran urin
1. Suhu tubuh diatas nilai normal - monitor komplikasi akibat hipertermi
b. Gejala dan tanda minor Terapeutik
Subjektif - sediakan lingkungan yang dingin
1. (tidak tersedia) - longgarkan atau lepaskan pakaian
Objektif - basahi dan kipasi permukaan tubuh
1. Kulit merah - berikan cairan oral
2. Kejang - ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperdrosis
3. Takikardi (keringat berlebih)
4. Takipnea - lakukan pendingin eksternal (selimut hipotermia atau kompres dingin pada
5. Kulit terasa hangat dahi, leher, dada, abdomen, aksilla)
- hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- berikan oksigen, jika perlu
Edukasi

19
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
Regulasi Temperatur I.14578
Observasi
- monitor suhu tubuh sampai stabil (36,5°C-37,5°C)
- monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu
- monitor tekanan darah, frekuensi pernafasan dan nadi
- monitor warna dan suhu kulit
- monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau hipertermia
Terapeutik
- pasang alat peantau suhu kontinu, jika perlu
- tingkatkan asupan cairan dan nutria yang adekuat
- bedong bayi segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas
- masukan bayi BBLR ke dlaam plastic segera setelah lahir (mis. bahan
polyethylene,polyurethane)
- gunakan topi bayi untuk mencegah helilangan panas pada bayi baru
lahir
- tempatkian bayi baru lahir dibawah radient warmer
- pertahankan kelembaban incubator 50% atau lebih untuk mengurangi
kehilangan panas karena posisi evaporasi
- atur suhu incubator sesuai kebutuhan

20
- hangatkan terlebih dahulu bahan-bahan yang akan kontak dengan
bayi (mis.selimut, atau bedong, stetoskop)
- hindari meletakan bayi didekat jendela terbuka atau area aliran
pendingin ruangan atau kipas amgin
- gunakan m,atras penghangat, selimut hangat dan selimut penghangat
ruangan untuk menaikan suhu tubuh, jika perlu
- gunakan kasur pendingin, water circulating blankets, ice pack atau
gel pad dan intravascular cooling catheterization untuk menurunkan
suhu tubuh’
- sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
Edukasi
- jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan heat stroke
- jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara dingin
- demonstrasikan teknik perawatan metode kangguru (PMK) untuk
bayi BBLR
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
6. Nyeri akut berhubungan dengan Agen Tingkat Nyeri L.08066 Manajemen Nyeri I.08238
pencedera fisiologis (mis. inflamasi, Setalah dilakukan ASKEP 3x24 Observasi
iskemia, neoplasma) D.0077 jam diharapkan tingkat nyeri - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
dapat teratasi dengan criteria nyeri
a. Gejala dan tanda mayor
hasil: - Identifikasi skala nyeri

21
Subjektif - Keluhan nyeri Menurun - Identifikasi respons nyeri non verbal
(tidak tersedia) (5) - Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
  Objektif - Meringis Menurun (5) - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Tampak meringis - Sikap protektif Menurun - Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Bersikap protektif (mis. waspada, (5) - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
posisi menghindari nyeri) - Gelisah Menurun (5) - Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Gelisah - Kesulitan tidur Menurun - Monitor efek samping penggunaan analgetik
- Frekuensi nadi meningkat (5) Terapeutik
- Sulit tidur - Frekuensi nadi Membaik - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
(5) TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
b. Gejala dan tanda minor
- pola napas Membaik (5) aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
Subjektif
- Tekanan darah Membaik terapi bermain)
(tidak tersedia)
(5) - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
 Objektif
pencahayaan, kebisingan)
- Tekanan darah meningkat
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- pola napas berubah
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
- nafsu makan berubah
meredakan nyeri
- proses berpikir terganggu
Edukasi
- Menarik diri
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Berfokus pada diri sendiri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Diaforesis
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

22
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Pemberian Analgetik I.08243


Observasi
- identifikasi karakteristik nyeri (mis. pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
- identifikasi riwayat alergi obat
- identifikasi kesesuaian jenis analgetik (narkotika, non-narkotik, atau
NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
- monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesuadah pemberian analgetik
- monitor efektifitas analgetik
Terapeutik
- diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencapai analgesia
optimal, jika perlu
- pertimbangan penggunaan infuse kontinu, atau bolus oploid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
- tetapkan target efektivitas analgesic untuk mengoptimalkan respon
pasien
- dokumentasikan respons terhadap efek analgesic dan efek yang tidak
diinginkan

23
Edukasi
- jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesic, sesuai indikasi

24
III. Referensi
Anwar A. 2014. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol 8 No 8.

Brunner & Suddarth.2000. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 1.


Jakarta: EGC
Christian T. 2016. Gambaran Karakteristik Pneumonia Pada Anak Vol 4 No 2.
Jurnale-Clinic
Moorhead S, dkk. 2013. Nursing Outcome Classification Edisi 5.Elsevier
Ngastiyah. 2015. Perawatan Anak Sakit ed 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran(EGC).

Nugroho T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah,


Penyakit Dalam cetakan 1. Yogyakarta: Penerbit Nuha Medika
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan, Salemba Medika, Jakarta.
Riskesdas, 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan. Diunduh dari
http://www.docstoc.com/docs/19707850/Laporan-Hasil-Riset
Kesehatan- Dasar-(RISKESDAS)-Nasional-2018
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) PPNI. Edisi 1 cetakan III
(revisi). Jakarta: 2018
Standar Luaran Keperawatan indonesia (SLKI) PPNI. Edisi 1 cetakan II.jakarta:
2018
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) PPNI. Edisi 1 cetakan II.
Jakarta: 2018

Teery& Sharon. 2013. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik ed 3.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Underwood, J. 2002. Patologi dan Sistematik vol 2ed 2. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran (EGC).

25

You might also like