You are on page 1of 6

PERAN PENTING KOHESIVITAS DALAM KELOMPOK

Rico Millenando Wahyu Setiawan


Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

ABSTRACT
Cohesiveness has an important role for groups and organizations. Cohesive
members or employees can increase productivity, commitment, become a unifying
group and improve employee performance. A cohesive environment will provide
positive pressure from members and satisfy group member expectations.

Keywords: group cohesiveness


ABSTRAK
Kohesivitas memiliki peran yang penting bagi kelompok maupun organisasi.
anggota atau karaywan yang kohesiv dapat menigktakna produktifitas, komitmen,
menjadi pemersatu kelompok dan meningkatkan kinerja karyawan. Dengan
lingkungan yang kohesif akan memberikan tekanan yang positif dari anggota dan
memuaskan ekspektasi angota kelompok.

Kata kunci: kohesivitas kelompok

PENDAHULUAN
Suber daya manusia dalam sistem organisasi sangatlah penting
keberadaannya. Sumber daya manusia dapat dikatakan sebagai pelaku utama
dalam menggerakkan sebuah organisasi. sumber daya manusia disini dapat berupa
karyawan, dimana karyawan memiliki peran yang penting. Bahkan karyawan
dapat dikatakan sebagai jasa itu sendiri dan berpengaruh positif bagi perusahaan
karena memiliki interaksi dengan konsumen (Shostack, 1977 dalam Djati &
Ferrinadewi, 2004).
Lingkungan kerja yang kondusif dapat membuat karyawan menjadi
nyaman apabila karawayan diberikan fasilitas yang baik, bersih, tidak bising dan
tentunya modern. Lingkungan kerja yang kondisif pula dapat memberikan
kesempatan kepada karaywan mengenai hasil yang diharapkan. Lingkungan kerja
yang kondusif dapat pula membentuk kohesivitas pada karyawan sehingga dapat
memberikan tekanan yang positif dari anggota dan memuaskan ekspektasi angota
kelompok (Carron & Hausenblas, 1998 dalam Høigaard et al., 2006).
Lingkungan kerja sendiri dapat dikatakan sebagai lingkungan kerja yang
keseluruhan alat-alat, lingkungan tempat kerja, metode kerja dan juga pengaturan
individu atau kelompok (Sedarmayanti, 2009). Sedangkan menurut Saydam
(2000) dalam Rahmawanti et al., (2014) lingkungan kerja dapat dikatakan sebagai
keseluruhan sarana prasarana yang berada disekitar karyawan yang sedang
melakukan pekerjaan dan dapat memepenharuhi pekerjaan itu sendiri.
Kohesivitas sendiri memilik berbagai banyak keutamaan, yaitu dapat
menyatukan setiap anggota menjadi satu kelompok, dan dapat menjadi alat
pemersatu dalam mencapai tujuan (Putri & Parlindungan, 2021). Hal ini sejalan
dengan pendapat Robbins (2002) bahwa kelompok yang kohesiv, maka anggota
kelompok akan semakin dekat dengan tujuan kelompok. Serta kohesivitas sendiri
dalam penelitian yang dilakukan oleh (Satriya & Hadi, 2018) dimana kohesivitas
sendiri memiliki pengaruh yang sifinikan pada kualitas komunikasi anggota
kelompok.
Menurut Muslihah (2016) kohesivitas kelompok dapat juga mempengaruhi
dari produktivitas dalam hal ini adalah kinerja karyawan. Hal serupa juga
diungkapkan oleh Hermawan & Rustiana (2019) dalam penelitiannya bahwa
kohesivitas dapat cukup untuk meningkatkan produktivitas kelompok itu sendiri.
Sejalan dalam bukunya (Forsyh, 2010) bahwa kohesivitas mempengaruhi
produktivitas kelompok, namun dalam bukunya menambah beberapa hal yang
dapat dipengaruhi kohesivitas yaitu dinamika kelompok serta kepuasan dan
penyesuain anggota. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Anggraeni & Alfian,
2015) sendiri tidak menemukan adanya hubungan kohesivitas dengan social
loafing, maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa benar kohesivitas akan
meningkatkan produktivitas kelompok bukan sebaliknya.
Kosivitas pula dapat meningkatkan komitmen anggota dalam organisasi,
hal ini diungkap oleh Mossholder, Bedein dan Armenakis bahwa terdapat
hubungan antara tingkat kohesivitas dengan komitmen oragnisasi. Dimana dalam
penelitiannya disebutkan tingakt kohesivitas kelompok berpengaruh positif
terhadap komitmen karyawan dalam organisasi yang digambarkan dengan
menurunnya tekanan kerja serta kecenderungan meninggalkan pekerjaan dan
meningkatkanya prestasi bekerja (Gibson et al., 2003). Hal serupa juga
diungkapkan oleh (Shin & Park, 2007) bahwa kohesivitas memiliki penagruh
lebih baik terhadap partisipasi akan tugas dan kehadiran sosial.
Dari penjelasan di atas, diketahui bahwa kohesivitas sendiri memberikan
dampak yang luar biasa kepada keberhasilan suatu kelompok dalam mencapai
tujuannya. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat kohesivitas beserta
cara meningkatkan kohesivitas pada kelompok atau oragnisasi.

DISKUSI
Kohesivitas sendiri dapat diartikan sebagai derajat individu untuk tetap
bersama dan menjaga kebersamaan dalam mengejar tujuan dasar kelompok dan
untuk memenuhi kebutuhan efektif anggota kelompok (Carron, 1982 dalam
Anggraeni & Alfian, 2015). Menurut Robbins & Judge (2012) kohesivitas
kelompok adalah sejauh mana anggota kelompok mendukung dan
memvalidasinya di tempat kerja.
Hal serupa juga dijelaskan oleh Collin dan Raven, 1964 dalam (M. Putri &
Mirza, 2018) bahwa kohesivitas adalah kekuatan yang memotivasi anggota
kelompok untuk tetap berada dalam kelompok dan mencegah mereka
meninggalkan kelompok. Dengan kata lain, kelompok kehesiv adalah kelompok
yang bersatu. Kurangnya kemampuan karyawan untuk keluar dari kelompok
menunjukkan bahwa hubungan yang harmonis antar anggota kelompok dapat
dibangun, yang dapat meningkatkan pesepsi karyawan terhadap lingkungan kerja
dan mengingkatkan kualitas hiudp mereka di tempat kerja (Kang & Deepak,
2013).
Menurut Forsyh (2010) dalam bukunya menyebutkan bahwa terdapat
komponen dalam kohesivitas yaitu social cohesion dimana ketertarikan anggota
terhadap anggota lain dalam satu kelompok dan ketertarikan terhadap kelompok
secara keseluruhan, kemudian ada perceived cohesion diaman penafsiran dan rasa
saling memiliki atas kelompok, dan anggota merasakan adanya kesatuan terhadap
kelompok, yang ketiga dalam komponen kohesivitas adalah task cohesion dimana
kapasitas untuk menyelesaikan tugas sukses sebagai unit terkoordinasi dan
sebagai bagian dari kelompok, dan yang terakhir dari komponen kohesivitas dari
bukunya Forsyth adalah emotional cohesion yaitu intensitas emosional kelompok
dan individu ketika berada di dalam kelompok.
Menurut Festinger, Schacter dan Back dalam (Meinarno & Sarwono,
2018) bahwa kohesivitas itu sendiri dapat dipengaruhi oleh kemenarikan dan
anggotanya, interkasi sosial serta sejauhmana dapat memenuhi kebutuhan dan
tujuan individu.
Menurut (McShane & Glinow, 2008) kohesivitas dipangaruhi oleh
kesamaan, dimana kelompok kerja yang homogeny lebih kohesif daripada
kelompok kerja heterogen, kemudian ukuran kelompok dimana keleompok yang
kecil lebih bersatu daripada kelompok besar, selanjutnya ada interkasi kelomok
yang ketika sebuah kelompok mengulangi interkasi di antara para anggotanya,
maka kelompok lebih kohesif. Kemudian ketika ada masalah, tantangan dan
keberhasilan kelompok akan menjadikan kelompok lebih kohesif. Sejalan dengan
hal tersebut menurut (Forsyh, 2010) mengungkakan ada interpersonal attraction
dimana individu akan mencari angota kelompok dan membentuk hubungan
kohesiv dengan seorang yang atraktif, kemduian ada ukuran kelompok,
selanjutnya ada initiations dimana orang yang bergabung melakukannya dengan
lebih sengaja dan kemungkinan besar akan menjadi angota yang aktif dan
berkontribusi. Kemudian ada stability of membership dan structural features yang
diaman hal tersebut dapat mempengaruhi kohesivitas dalam kelompok.
Menurut (Wijayanto, 2012) kohesivitas dapat ditingkatkan dengan cara
pemimpin dapat menjelaskan adanya persaingan yang kuat dengan pesaing (di
dalam dan di luar organisasi), kemduian meningkatkan daya tarik interpersonal,
selanjutnya meningkatkan keterlibatan, dan yang terakhir adalah menciptakan
tujuan bersama dan takdir bersama yang dimana dapat mempengaruhi kinerja tim.
SIMPULAN
Berdasarkan dari review artikekel yang dilakukan oleh penulis, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa kohesivitas sangatlah penting bagi kelangsungan
kelompok atau organisasi dalam mencapai tujuannya. Semakin tinggi tingkat
kohesivitas dalam kelompok maka semakin tinggi pula tujuan kelomopok atau
organisasi dicapai. Sebaliknya, semakin rendah koehsivitas kelompok, maka
semakin rendah pula tujuan kelompok untuk digapai.

DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, F., & Alfian, I. N. (2015). Hubungan Kohesivitas dan Social Loafing
dalam Pengerjaan Tugas Berkelompok pada Mahasiswa Psikologi
Universitas Airlangga. Jurnal Psikologi Kepribadian Dan Sosial, 04(02),
81–87.
Djati, S. P., & Ferrinadewi, E. (2004). Pentingnya Karyawan dalam Pembentukan
Kepercayaan Konsumen Terhadap Perusahaan Jasa: (Suatu kajian dan
Proposisi). Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, 6(2), 114–122.
Forsyh, D. R. (2010). Group Dynamics (Fifth). Belmont, CA: Wadsworth,
Cengage Learning.
Gibson, J. S., Ivancevich, J. M., Donnelly, jr, J. H., & Konopaske, R. (2003).
Organizations: Behavior Structure Processes. New York: McGraw-Hill
Irwin.
Hermawan, Y., & Rustiana, E. (2019). Peningkatan Produktivitas Melalui
Kohesivitas Kelompok dan Revitalisasi Kondisi. Jurnal Ilmu Administrasi
(JIA), XVI(1), 51–65.
Høigaard, R., Säfvenbom, R., & Tønnessen, F. (2006). The Relationship Between
Group Cohesion, Group Norms, and Perceived Social Loafing in Soccer
Teams. Small Group Research, 37(3), 217–232.
https://doi.org/10.1177/1046496406287311
Kang, L. S., & Deepak. (2013). Determinants of Quality of Work Life A Case of
Veterinary Doctors in Punjab. Managemen And Labour Studies, 38(1–2),
25–38. https://doi.org/10.1177/0258042X13491479
McShane, S. L., & Glinow, M. A. V. (2008). Organizational Behavior (Fifth).
Chicago: McGraw Hill.
Meinarno, A. E., & Sarwono, W. S. (2018). Psikologi Sosial (2nd ed.). Jakrata:
Salemba Humanika.
Muslihah, E. (2016). Pengelolaan Kohesivitas dan Keberhasilan Team Work.
Jurnal Ilmu Komunikasi, 58–68.
Putri, D. N., & Parlindungan, D. R. (2021). Peran Kohesivitas Kelompok Dalam
Membangun Prestasi Tim Basket Putri Sma 1 PSKD Jakarta. Kalbisocio,
Jurnal Bisnis Dan Komunikasi, 8(2), 40–55.
Putri, M., & Mirza. (2018). Kohesivitas Kelompok dan Kualitas Kehidupan Kerja
Pada Karyawan. Seurune, Jurnal Psikologi Unsyiah, 1(1), 1–17.
Rahmawanti, N. P., Swasto, B., & Prasetya, A. (2014). Pengaruh Lingkungan
Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada Karyawan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara). Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB), 8(2), 1–0.
Robbins. (2002). Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi (Terjemahan). Jakarta:
Erlangga.
Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2012). Organizational Behavior (15th ed.). New
Jersey: Pearson Education, Inc.
Satriya, M. G. R., & Hadi, C. (2018). Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap
Intensi Turnover dengan Individual Corporate Entrepreneurship Sebagai
Variabel Mediator pada Karyawan PT SMB. Jurnal Psikologi Industri
Dan Organisasi, 7, 1–22.
Sedarmayanti. (2009). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung:
CV. Mandar Maju.
Shin, S.-Y., & Park, W.-W. (2007). Moderating effects of group cohesiveness in
competency-performance relationship: A multi-level study. Journal of
Behavioral Studies in Business, 1–15.
Wijayanto, D. (2012). Pengantar Manajemen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

You might also like