Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

RMK AUDIT FORENSIK

Fraud Prevention
AUDIT FORENSIK
CHAPTER 6

Disusun Oleh:

ADI PRAWIRA ARFAN (A014212008)


JUL ZAENAL NURDIN (A014212024)
NANIK YUNITA SARI (A014212017)

PROGRAM STUDI PROFESI AKUNTANSI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
FRAUD PREVENTION
PENCEGAHAN TINDAK KECURANGAN
Sumber buku: Fraud Accounting and Forensic Accounting (Fourth Edition) oleh Tommie W.
Singleton dan Aaron J. Singleton

A. Pencegahan
Kunci keberhasilan pencegahan penipuan adalah dengan melihat budaya entitas dan
mencoba mengubahnya, jika perlu. Beberapa kegiatan dan sikap dapat membantu dalam
mencapai tujuan ini. Elemen pencegahan penting yang dibahas selanjutnya umumnya
diterapkan pada suatu entitas, dan tidak harus diarahkan pada penipuan tertentu.
1. Struktur Tata Kelola Perusahaan
Berdasarkan penelitian 72% kasus mengidentifikasi chief executive officer (CEO),
dan 43% chief financial officer (CFO) terlibat dalam penipuan. Selain itu, menurut
Wheel, Deal, dan Steal sebagian besar dewan diketuai oleh mantan CEO atau CEO
saat ini. Hal ini menimbulkan kelemahan sebagai berikut:
a. Anggota dewan yang tidak independent
b. Anggota dewan didominasi oleh orang dalam
c. Anggota dewan dengan kepemilikan ekuitas yang signifikan
d. Anggota dewan yang tidak berpengalaman
e. Anggota dewan dan komite audit tidak saling berkoordinasi
f. Anggota komite audit memiliki pengetahuan yang tidak memadai akan audit
g. Tidak ada komite audit
h. Komite audit tidak bertemu
i. Para eksekutif puncak terlibat dalam penipuan
2. Pola Organisasi
Terlepas dari struktur tata kelola perusahaan, gaya manajemen menentukan pola
perusahaan. Hal ini masih menjadi kunci untuk mencegah penipuan. Jika seseorang
meninjau skandal besar beberapa tahun terakhir, di hampir setiap kasus, seorang
eksekutif dilibatkan. Eksekutif itu biasanya tidak mempercayai orang dan
menyimpan sebanyak mungkin urusan keuangan yang disekresikan dari auditor. Jika
manajer kunci, dan dewan direksi terus berbicara mengenai masalah kecurangan dan
mendorong semua orang untuk mencegah ataupun mendeteksi tindakan tersebut,
maka perusahaan tersebut pada akhirnya akan mengembangkan budaya anti
kecurangan.
3. Tujuan Keuangan Realistis
Unsur penyebab kecurangan lainnya yaitu tujuan yang terlalu optimis. Hampir setiap
tujuan dan strategi berfokus pada perolehan laba. Jika para pemimpin perusahaan
dapat menghindari penetapan tujuan keuangan yang tidak realistis, maka akan ada
sedikit tekanan pada eksekutif untuk mengambil jalan pintas untuk mencapai tujuan
keuangan tersebut. Menyeimbangkan tujuan tersebut dengan dampak negatif yang
mungkin mereka miliki adalah tugas yang sulit. Salah satu penyebab dari penipuan
adalah motivasi dan tujuan. Manajemen selalu dapat mengesampingkan kontrol
sehingga menimbulkan penyebab lain, yaitu adanya kesempatan.
4. Kebijakan dan Prosedur
Kebijakan menentukan tujuan dan prinsip, sedangkan prosedur menentukan
tindakan yang diambil untuk meraih tujuan. Kebijakan dan prosedur
mendokumentasikan tindakan dan transaksi yang tidak etis, serta bagaimana
pelanggaran akan diatasi. Jadi untuk mencegah tindak kecurangan diperlukan
kebijakan dan prosedur yang dibuat dengan hati-hati. SOX pada dasarnya
mewajibkan perusahaan publik untuk memiliki kebijakan etika. Kebijakan penipuan
menjadi dokumen sumber untuk mengembangkan tindakan pencegahan penipuan,
tindakan untuk mendeteksi penipuan, dan tindakan dalam menanggapi penipuan, dan
dengan demikian mempengaruhi efektivitas budaya atau iklim antifraud. Suatu
entitas dalam mencegah kecurangan harus memiliki kebijakan dan prosedur sebagai
berikut:
a. Tentukan tindak kecurangan
b. Jelaskan publikasi dan mengkomunikasikan kebijakan
c. Jelaskan implementasi kontrol tersebut
d. Jelaskan tindakan yang harus dilakukan
e. Jelaskan langkah-langkah audit kecurangan
f. Jelaskan pengujian kontrol anti kecurangan
g. Menetapkan kebijakan dan prosedur investigasi
h. Jelaskan tindakan yang diambil dalam audit kecurangan
i. Jelaskan analisis bukti
j. Jelaskan resolusi untuk tindak kecurangan
k. Jelaskan prosedur pelaporan
Sistem yang efektif termasuk sarana untuk mengkomunikasikan kebijakan
melibatkan semua orang. Entitas harus mempertimbangkan elemen manusia dari
budaya organisasi. Membangun budaya anti penipuan yang sesuai dengan orang-
orang, operasi bisnis, dan organisasi secara keseluruhan akan memastikan bahwa
penipuan dapat dikurangi hingga tingkat yang dimungkinkan.

B. Persepsi Deteksi
Hal yang dapat dilakukan oleh setiap entitas untuk meminimalkan tindak kecurangan
adalah menemukan cara yang menguntungkan biaya untuk meningkatkan persepsi
deteksi. Beberapa cara untuk meningkatkan persepsi deteksi meliputi:
1. Pengawasan
Seseorang harus memastikan untuk memantau terhadap pengawasan, sehingga orang
akan percaya bahwa aktivitas yang mencurigakan sedang ditindaklanjuti. Karyawan
tidak etis akan menguji efektivitas pengawasan untuk melihat apakah itu benar-benar
dipantau dan digunakan oleh seseorang untuk benar-benar menindak lanjuti
kecurigaan.
2. Tips Anonim
Jika karyawan tahu ada sistem tips anonim dan siapa saja melihat sesuatu yang
mencurigakan, maka ia mulai berfungsi sebagai pencegahan. Praktik terbaik untuk
program tips anonim mencakup keterlibatan manajemen yang tepat, penanganan
keluhan secara independen oleh pihak ketiga, dan menggunakan beberapa metode
komunikasi.
3. Audit Mendadak
Audit internal adalah metode deteksi dengan peringkat tertinggi. Namun audit
mendadak jauh lebih efektif untuk dilakukan. Audit ini tidak hanya dapat melayani
tujuan serupa dalam mendeteksi kecurangan, tetapi juga tidak dapat dideteksi.
Penipu tidak tahu kapan auditor fraud akan muncul, sehingga mereka tidak dapat
mempersiapkan untuk menipu auditor.
4. Penuntutan
Manfaat besar dapat diperoleh dengan menuntut penipu sampai ke ranah hukum.
Kenyataanya ada beberapa risiko dalam pengadilan publik dan mungkin tuntutan
tersebut gagal. Tetapi sisi positifnya bukan hanya mendapatkan keadilan, namun
mempertahankan tingkat deteksi persepsi yang efektif.

5. Penegakan Kebijakan Etika dan Penipuan


Suatu perusahaan harus menentukan sebelumnya apa yang akan dilakukannya jika
kecurangan terjadi dan hukuman apa yang akan dijatuhkan. Kemudian perlu
dipastikan untuk memantau dan menindaklanjuti hukuman tersebut. Sulit untuk
membuat keputusan semacam ini setelah penipuan terjadi dan emosi dapat
menghambat keputusan terbaik.
6. Tangkap Aku Jika Bisa!
Anehnya, mungkin persepsi terbesar dari ukuran pendeteksian adalah menangkap
penipu, mengadilinya, dan mempublikasikan apa yang telah dilakukan. Kemudian
memberi imbalan kepada karyawan yang berkontribusi untuk mendeteksi
kecurangan berkontribusi pada budaya anti kecurangan.

C. Pendekatan Klasik
Pendekatan klasik sangat membantu dalam mengembangkan program pencegahan dan
pengendalian penipuan yang efektif. Pendekatan klasik teridri dari:
1. Pendekatan Direktif
Pendekatan direktif bersifat konfrontatif. Contoh pendekatan ini seperti ‘‘Jangan
mencuri. Jika kau melakukannya kami menangkap dan memecatmu!”. Ketika
perusahaan melakukan sedikit usaha pencegahan tindak kecurangan, mungkin
pendekatan ini dapat digunakan. Jika kecurangan terjadi, mungkin manajemen akan
memecat karyawan tersebut dan mungkin tidak akan menuntut pelaku.
2. Pendekatan Pencegahan
Dalam pendekatan pencegahan, pelaku kecurangan diperiksa dengan berbagai cara.
Kontrol internal dapat digunakan dalam pendekatan pencegahan. Kontrol internal itu
adalah pemisahan tugas untuk mengurangi risiko penipuan.
3. Pendekatan Detektif
Manajemen menetapkan kontrol akuntansi dan fungsi audit internal untuk memantau
potensi kecurangan. Fungsi audit internal secara berkala memverifikasi keabsahan
transaksi dan menegaskan keberadaan aset.
4. Pendekatan Observasi
Pendekatan observasi bergantung pada pengamatan fisik aset dan karyawan.
Manajemen memantau perilaku karyawan  untuk mendeteksi aktivitas yang
mencurigakan. Tingkat persediaan barang-barang berharga dan portabel juga
dimonitor secara langsung atau dengan cara lain.
5. Pendekatan Investigatif
Berdasarkan hasil investigasi, pendekatan investigasi menindaklanjuti
ketidaksesuaian. Misalnya, entitas akan menindaklanjuti dugaan pencurian. Untuk hal
yang tidak menguntungkan, atau menguntungkan perusahaan entitas akan
menindaklanjuti untuk menentukan sifat dan tingkat kerugian dan siapa pelakunya.
6. Pendekatan Asuransi
Pendekatan ini tergantung pada cakupan asuransi yang memadai untuk menutupi
kerugian yang mungkin terjadi karena penipuan.

D. Tindakan Pencegahan Lainnya


Perusahaan harus mempertimbangkan langkah-langkah pencegahan lainnya yang tepat
yang akan membuat karyawan ini bertanggung jawab untuk menangani aset berharga.
Langkah tersebut antara lain:
1. Pemeriksaan Latar Belakang
Salah satu langkah pencegahan yang berpotensi efektif adalah menggunakan
pemeriksaan latar belakang untuk karyawan. Pemeriksaan latar belakang bisa
mengungkapkan catatan kriminal dan/atau utang tinggi. Salah satu pengungkapan
tersebut bisa menjadi pembenaran untuk tidak mempekerjakan orang tersebut.
2. Audit Reguler
Auditor yang datang secara teratur merupakan langkah pencegahan. Jika auditor
menggunakan beberapa alat audit dan teknik yang efektif untuk mendeteksi
kecurangan, langkah pencegahan akan jauh lebih efektif. Kunci untuk efektivitas audit
kecurangan adalah untuk mengidentifikasi, meninjau, dan menganalisis anomali.
3. Kontrol Internal
Kegiatan pengendalian khusus dapat membatasi kesempatan untuk melakukan
penipuan dan lebih mudah diamati. Lingkungan pengendalian, khususnya aktivitas
pengendalian anti penipuan, dapat bertindak sebagai tindakan pencegahan preventif.
Secara historis, kelemahan paling umum berkaitan dengan kecurangan dalam aktivitas
kontrol adalah pemisahan tugas yang tidak memadai dan tidak terpantau. Kontrol
internal terdiri dari:
a. Prosedur otorisasi yang tepat
b. Dokumentasi yang memadai, catatan, dan jejak audit
c. Kontrol fisik atas aset dan catatan
d. Pemeriksaan independen atas kinerja
e. Pemantauan control
4. Pengabaian
Auditor fraud menciptakan lingkungan yang harus bebas dari penipuan. Karena
karyawan akan sangat berhati-hati untuk tidak melakukan kecurangan selama waktu
tersebut, pengabaian berfungsi sebagai tolok ukur dari apa yang seharusnya diperoleh
oleh entitas dalam pendapatan. Dengan menganalisis pendapatan, auditor dapat
menentukan apakah kecurangan terjadi secara teratur di luar masa pengabaian.

E. Siklus Akuntansi
Mempertimbangkan beberapa karakteristik umum penipuan di bidang ini adalah cara
untuk mengembangkan langkah-langkah pencegahan yang efektif. Berikut ini beberapa
contoh untuk mengilustrasikan langkah-langkah pencegahan:
1. Generalisasi
Pertama, harus dicatat bagaimana transaksi dan siklus akuntansi secara spesifik. Hal
ini dapat disebabkan oleh industri, strategi, ukuran, budaya, struktur organisasi,
struktur modal, dan berbagai faktor lainnya. Fakta penting yang bisa diambil dari ini
adalah bahwa untuk mencegah atau mendeteksi kecurangan, orang harus memahami
proses yang mendasari dan lingkungan situasional.
2. Siklus Penjualan
Bagi seseorang yang menjalankan skema dalam jangka waktu yang panjang, dia tidak
dapat mengambil lebih dari satu hari atau lebih pada waktu libur kerja. Dua
kemungkinan langkah pencegahan adalah: (1) rotasi paksa tugas dan (2) cuti paksa.
Pemisahan tugas dapat membantu mencegah tindak kecurangan seperti pencabutan
dan penghapusan skema.
3. Siklus Pembelian
Persentase tertinggi kecurangan terdapat pada pengeluaran palsu. Banyak skema
penipuan dapat dihalangi oleh pemisahan tugas, seringkali otorisasi merupakan
langkah independen yang sederhana. Ukuran ini harus membantu mencegah gangguan
pemeriksaan, kesalahan palsu, dan pengembalian uang palsu. Misalnya, Transaksi
dengan pihak terkait, baik dalam pengendalian pencegahan dan deteksi, harus diteliti
dengan hati-hati.
4. Siklus Penggajian
Skema umum yang perlu dipertimbangkan termasuk karyawan yang tak tampak di
kantor. Pihak independen dapat digunakan untuk menambahkan karyawan ke file
penggajian resmi. Metode pencegahan lain adalah mengecek silang penggajian
terhadap catatan sumber daya manusia (SDM) secara berkala. Seorang karyawan tak
tampak ini ada di daftar gaji tetapi bukan dalam data SDM. Rotasi secara paksa untuk
tugas dan cuti merupakan langkah pencegahan yang baik. Poin penting lainnya adalah
perhatian kepada orang-orang yang terkait dengan organisasi. Proses perekrutan yang
menyeluruh dapat menjadi teknik pencegahan kecurangan yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Tommie W. Singleton dan Aaron J. Singleton. Fraud Auditing and Forensic Accounting
(Fourth Edition). John Wiley & Sons,Inc., Hoboken, New Jersey.2010

You might also like