Makalah CH 12 Gathering Evidence Kelompok 4

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

MAKALAH AUDIT FORENSIK

Cyber Forensic
CHAPTER 12

Disusun Oleh:

ADI PRAWIRA ARFAN (A014212008)


JUL ZAENAL NURDIN (A014212024)
NANIK YUNITA SARI (A014212017)

PROGRAM STUDI PROFESI AKUNTANSI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 2
A. Analisa Dan Fungsi Forensik ......................................................... 2
B. Digital Forensik .............................................................................. 5
C. Obyek Digital ................................................................................ 6
D. Contoh Kasus Digital Forensic ...................................................... 7
BAB III KESIMPULAN............................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Forensic merupakan istilah keilmuan yang pada dekade terakhir cukup


santer diberitakan sebagai konsep ilmiah dalam menguraikan suatu kasus secara
sistematis guna mengungkapkan kebenaran. Kronologi lahirnya forensic berkaitan
dengan semakin kompleksnya masalah-masalah yang muncul, di mana
cenderunng melibatkan banyak pihak sebagai pihak pelaku yang mengakibatkan
kerugian orang lain, pihak korban sebagai pihak yang dirugikan dan pihak
penegak hukum sebagai pihak yang memiliki tanggung jawab dalam
menyelesaikan masalah.
Sering kali forensik digunakan sebagai bahan pertimbangan utama dalam
mengungkap sebuah kasus, khususnya kasus kejahatan. Dengan adanya forensik,
diharapkan akan memberikan informasi tentang penyelidikan tahap berikutnya,
atau digunakan untuk mengungkapkan sebuah informasi kebenaran. Sebagai
contoh ketika seseorang ditemukan dalam kondisi tak bernyawa, maka diperlukan
metode forensik untuk menentukan bagaimana si korban tersebut mati, apakah
mati karena usia atau faktor lain. Sebagai contoh si korban mati karena tusukan
pisau di bagian jantungnya, dan ditemukan pisau pada jarak 2 meter dari letak
korban, sehingga oleh penyidik diambil kesimpulan sementara bahwa korban mati
karena ditusuk. Setelah dilakukan forensik dari gumpalan dan bekuan darah,
ternyata korban ditusuk pada jantungnya 45 menit setelah mati. Dan dari hasil
analisa darah yang diambil menunjukan gejala-gejala keracunan karena zat
eksternal yang juga ditemukan pada tenggorokan korban. Sehingga asumsi
penyidik korban dibunuh dengan pisau terbantahkan. Nah dari informasi tersebut,
penyidikan mempunyai modal bukti baru untuk mengungkap motivasi dan modus
pembunuhan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Analogi dan Fungsi Forensic


Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa forensik selalu identik dengan
penelusuran tindak kejahatan yang diuraikan secara ilmiah. Oleh karena itu perlu
dipahami tentang metode kriminalistik. Apa sebenarnya kriminal tersebut?
Menurut Prof. Dr. W.M.E. NOACH dalam tulisannya menjelaskan bahwa
kriminalistik adalah “Ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan sebagai
masalah tehnik sebagai alat untuk mengadakan penyidikan kejahatan secara tehnis
dgn menggunakan ilmu-ilmu lain” (diktat kuliah MITK oleh AKBP Bhakti
Andriyono, M.SI). Sedangkan menurut Gumilang, kriminalistik adalah “Tehnik
dan taktik untuk untuk membuat terang suatu perkara kejahatan dengan
menggunakan ilmu-ilmu modern, atau tehnik penyidikan, mencari barang bukti,
mencari tersangka”.
Kejahatan menurut R. SUSILO dalam bukunya menyatakan bahwa “Secara
yuridis, kejahatan adalah sebagai suatu perbuatan atau tingkah laku yg
bertentangan dengan undang-undang. Secara sosiologis mengartikan kejahatan
adalah sebagai perbuatan atau tingkah laku yang selain merugikan penderita atau
korban juga sangat merugikan masyarakat yaitu berupa hilangnya keseimbangan
ketentraman & ketertiban”,. Hal tersebut didukung oleh Dr. J.E. Sahetapy & B.
Mardjono Reksodipuro dalam tulisannya yang menerangkan bahwa “Kejahatan
adalah setiap perbuatan (termasuk kelalaian) yang dilarang oleh hukum publik
untuk melindungi masyarakat dan diberi sanksi berupa pidana oleh Negara.
Perbuatan tersebut dihukum karena melanggar norma-norma sosial masyarakat,
yaitu adanya tingkah laku yang patut dari seorang warga negaranya” (diktat kuliah
MITK oleh AKBP Bhakti Andriyono, M.SI).
Dalam penjelasannya, AKBP Bhakti Andriyono memaparkan bahwa, tindak
kejahatan sebagaimana didefinisikan dan dikategorikan oleh POLRI dibagi
menjadi 4 macam, yaitu kejahatan konvensional, kejahatan transaksional,
kejahatan terhadap kekayaan negara dan kejahatan yang menimbulkan kontijensi.

2
Sedangkan menurut Light, Keller, dan Callhoun dalam bukunya Sociology (1989)
kejahatan ada empat tipe, yaitu crime without victim, organized crime, white
collar crime, dan corporate crime.
Untuk mengungkap sebuah kasus kejahatan, penegak hukum dalam hal ini
Polri perlu melakukan langkah penyelidikan, menurut AKBP Bhakti Andriyono
didefinisikan sebagai rangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan
dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang (KUHAP). Setelah ditemukan ada unsur pidana, maka tindakan
penyelidikan dapat ditingkatkan menjadi penyidikan yang berarti rangkaian
tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang
untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya (KUHAP)
Setiap tindak kejahatan pasti meninggalkan jejak, yang dapat dimanfaatkan
sebagai barang bukti dan informasi untuk melakukan investigasi lanjut. Untuk
menyeret si pelaku ke meja hijau, diperlukan beberapa jenis pembuktian yaitu :
1. Keterangan saksi
2. Keterangan saksi ahli
3. Surat atau dokumen
4. Petunjuk, bukti barang
5. Keterangan terdakwa
6. Bukti elektronik
Kategori pembuktian berupa keterangan saksi ahli, surat, petunjuk dan bukti
elektroniklah yang memiliki nilai yang kuat yang dapat dijadikan alat bukti utama
dalam sebuah persidangan. Untuk memperolehnya, biasanya penegak hukum
menggunakan langkah-langkah ilmiah yang sering disebut sebagai tindaka
forensik. Seperti pada bagian pendahuluan, diceritakan seorang mayat yang
dinyatakan mati karena menelan racun sebelum ditusuk pisau pada bagian
jantungnya, setelah dilakukan forensic mendalam. Sehingga metode forensik
memiliki peran yang penting dalam menghasilkan pembuktian yang valid dan
dapat dipertanggungjawabkan dalam penyidikan sampai tingkat pengadilan.

3
Dr. Handayani Dwi Utami dalam Mata Kuliah MTIK memaparkan bahwa
ilmu forensika adalah teknik dalam penerapan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan
tertentu untuk kepentingan penegakan hukum dan keadilan, dalam hal ini untuk
membantu penyidik untuk mengungkap kasus dengan cara-cara yang ilmiah.
Sehingga ilmu forensika dapat disebut sebagai the application of science to law.
Hal senada juga dijelaskan oleh beberapa ahli bahwa forensika dapat memberikan
gambaran atau kunci yang menjelaskan bagaimana detail sebuah kasus itu terjadi
“Forensic or legal medicine has been described as a key to the past, the
explanation of the present and to some extent a signpost to the future “
(Goode AW and Cameron JM. Medicine, Science, and the Law 2000; 40:2-3)
Hingga saat ini bermunculan berbagai jenis ilmu forensik dengan
spesialisasi tertentu, sebagai contoh :
1. Kedokteran Forensik Klinik
2. Psikiater
3. Psikolog
4. DVI, Dokpol,
5. Laboratorium/Radiologi
6. Fisikawan/Kimiawan Forensik (Metalurgi, Toksikolog)
7. Arsitek Dan Teknik Sipil (Forensik Bangunan)
8. Ahli IT,
9. Akuntan
10. Biolog,
11. Entomolog,
12. Antropolog,
13. Odontolog,
14. Ahli Balistik

4
B. Digital Forensik
Salah satu ilmu forensik yang terhitung sebagai cabang baru namun
memiliki peran dan fungsi penting yang mencakup setiap kasus yang terjadi,
karena hampir semua kasus selalu melibatkan bukti-bukti digital. Menurut Dr. HB
Wolfre, definisi dari digital forensik adalah “A methodological series of
techniques and procedures for gathering evidence, from computing equipment
and various storage devices and digital media, that can be presented in a court of
law in a coherent and meaningful format.”. Selain definisi yang telah dipaparkan
oleh Wolfre, ada beberapa pengertian yang telah distandarkan oleh beberapa
lembaga dunia, seperti :
1. The preservation, identification, extraction, interpretation, and
documentation of computer evidence, to include the rules of evidence, legal
processes, integrity of evidence, factual reporting of the information found,
and providing expert opinion in a court of law or other legal and/or
administrative proceeding as to what was found; atau
2. The science of capturing, processing, and investigating data from computers
using a methodology whereby any evidence discovered is acceptable in a
Court of Law.
Jadi dapat ditarik garis besar bahwa digital forensik merupakan teknik untuk
mengumpulkan bukti menggunakan prosedur dan teknik secara sistematis dan
ilmiah agar dapat dipergunakan sebagai alat bukti yang sah di pengadilan atau
menjadi informasi baru dalam melakukan investigasi .”
Tujuan utama dari digital forensik menurut Prof. Richardus Eko Indrajit adalah
1. Untuk membantu memulihkan, menganalisa, dan mempresentasikan
materi/entitas berbasis digital atau elektronik sedemikian rupa sehingga
dapat dipergunakan sebagai alat buti yang sah di pengadilan; dan
2. Untuk mendukung proses identifikasi alat bukti dalam waktu yang relatif
cepat, agar dapat diperhitungkan perkiraan potensi dampak yang
ditimbulkan akibat perilaku jahat yang dilakukan oleh kriminal terhadap
korbannya, sekaligus mengungkapkan alasan dan motivitasi tindakan

5
tersebut sambil mencari pihak-pihak terkait yang terlibat secara langsung
maupun tidak langsung dengan perbuatan tidak menyenangkan dimaksud.

E. Obyek Digital
Menurut AKBP Bhakti Andriyono, bukti digital yang diperoleh dari dari
digital forensic dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Bukti fisik
a) KOMPUTER PC, LAPTOP, NETBOOK, TABLET
b) HANDPHONE, SMARTPHONE
c) FLASHDISK/THUMB DRIVE
d) FLOPPYDISK
e) HARDDISK
f) CD/DVD
g) ROUTER, SWITCH, HUB
h) KAMERA VIDEO, CCTV
i) KAMERA DIGITAL
j) DIGITAL RECORDER
k) MUSIC/VIDEO PLAYER
2. Bukti berupa dokumen, informasi
a) LOGICAL FILE
b) DELETED FILE
c) LOST FILE
d) FILE SLACK
e) LOG FILE
f) ENCRYPTED FILE
g) STEGANOGRAPHY FILE
h) OFFICE FILE
i) AUDIO FILE
j) VIDEO FILE
k) IMAGE FILE
l) EMAIL

6
m) USER ID DAN PASSWORD
n) SMS (SHORT MESSAGE SERVICE)
o) MMS (MULTIMEDIA MESSAGE SERVICE)
p) CALL LOGS : INCOMING, OUTGOING & MISSED
Berbagai jenis contoh bukti digital yang telah disebutkan di atas selain dapat
dipergunakan sebagai barang bukti, juga dapat menjadi informasi baru yang dalam
menelusuri kebenaran sebuah kasus kejahatan, sebagai contoh
a) Lokasi si pelaku ketika melakukan kejahatan berdasarkan posisi GPS
Handphone;
b) Alat atau piranti kejahatan yang dipergunakan;
c) Sasaran atau calon korban kejahatan berdasarkan catatan dalam laptop
dalam bentuk excel, sebagai contoh teroris
d) Pihak-pihak yang telah membantu lancarnya kegiatan ilegal tersebut,
sebagai contoh log call, log sms, log email, telepon, daftar percakapan
WA, Line dan sebagainya.
e) Waktu dan durasi aktivitas kejahatan terjadi;
f) Motivasi atau modus kejahatan
g) Unsur pidana apa saja yang dapat diungkapkan dan dijeratkan pada si
pelaku.

F. Contoh Kasus Digital Forensic


Pada kasus ini, penulis akan memberikan contoh pengungkapan bukti
informasi yang terkandung dalam sebuah file text dengan ekstensi .txt. Dalam
kasus ini, penulis mengambil contoh penyelesaian Soal Cyber Jawara Competition
2014, di mana penulis menjadi salah satu anggota tim peserta lomba (Anonmous
Team).
Berikut ini screen shoot hasil investigasi yang dilakukan :

7
1. Dalam soal terd rdapat sebuah file ctf.txt setelah dilakukann analisa tentang
properties dan string
str yang terkandung di dalamnya, tidak dit
ditemukan sesuatu
yang mencurigak gakan yang harus dieksplor lebih jauh. Akhirnya
A analisa
dilanjutkan untuk
tuk membuka isi file dan mencernanya. Ditem emukan rangkaian
typografi dalam lam file CTF.TXT , dimana meruju ujuk ke url :
http://pastebin.co
.com/70AyUvcF

2. Setelah diaksess si
situs tersebut, ditemukan kode PHP seperti di bawah ini :

8
3. Kemudian, dilaku
akukan perbaikan pada kode tersebut dan mema
masukan beberapa
clue enkrip yang
y terdapat pada file ctf.txt seper perti di bawah

4. Setelah melakuka
kan berbagai percobaan, disimpulkan bahwaa dua clue string
pada script PHP
P harus
h diperlakukan berbeda.

5. Dan setelah dibu


ibuka file pastebin dari pengupload file dipero
eroleh Selanjutnya
kamKemudian kami
ka disini harus bisa mendapatkan isi dari ari kedua variabel
berikut :

Dan isinya :

ISINYA: Vmrs%8)Z )Z$ifKB1c| U


6. Setelah dimasuka
kan pada script PHP $string1 = Vmrs%8)Z$if
$ifKB1c| U

9
Menghasilkan kode
ko seperti di bawah ini :

7. Maka hasil yangg ditampilkan


d pada localhost web server mesin
sin adalah
T4hu_G3jr0T
T

10
BAB III
KESIMPULAN

Forensik adalah sebuah metode untuk mendapatkan bukti-bukti baru guna


mengungkapkan sebuah kasus, khususnya kasus kejahatan. Kata kunci yang dapat
digunakan untuk forensik adalah penelusuran, investigasi yang dilakukan secara
sistematis dan ilmiah. Pada contoh digital forensik yang telah dijelaskan di atas,
terkadang dalam memperoleh bukti baru sebuah bukti digital, diperlukan teknik
ilmiah dan kecerdasan dalam berpikir. Clue T4hu_G3jr0T pada hasil akhir
menunjukan sebuah key atau kunci yang mungkin digunakan sebagai password
atau login ke sebuah akun atau untuk membongkar sebuah file rar yang
terproteksi. Artinya, metode forensik sangatlah penting dalam membantu proses
penyelidikan guna menghasilkan alat bukti yang sah, kuat dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum di depan pengadilan.

11
Daftar Pustaka

Kashetri, Nir, 2010. The Global Cyber Crime Industriy, Springer Heidelberg
Dordrecht London New York

Panda Security, 2010. The Cyber Crime Black Market : Uncovered, The Cloud
Security Report

Goode AW and Cameron JM. Medicine, Science, and the Law 2000; 40:2-3

AKBP Bhakti Andriyono, 2014, “Diktat Kuliah Manajemen Investigasi Tindak


Kejahatan”, UII

dr. Handayani Dwi Utami, 2014, “Diktat Kuliah Manajemen Investigasi Tindak
Kejahatan”, UII

12

You might also like