1 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 20

KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

DALAM CERPEN-CERPENKARYA OKA RUSMINI

Alfian Rokhmansyah1), Nita Maya Valiantien2), dan Nella Putri Giriani3)


1),2)
Universitas Mulawarman
3)
PPs FIB Universitas Indonesia
email: alfian.rokhmansyah@gmail.com

Abstrak
Kekerasan yang dialami oleh perempuan umumnya terjadi akibat adanya
budaya patriarki yang masih berakar di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengungkap gambaran kehidupan perempuan Bali dalam cerpen-cerpen karya
Oka Rusmini, khususnya yang berkaitan dengan kekerasan akibat budaya patriarki.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan ancangan kritik sastra feminis
untuk mendapatkan gambaran lebih rinci mengenai kehidupan perempuan. Dalam
penelitian ini, cerpen karya Oka Rusmini yang digunakan adalah cerpen Api Sita
dan Pesta Tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh perempuan mengalami
tindak kekerasan. Kekerasan yang dialami tokoh perempuan adalah kekerasan secara
langsung dan kekerasan tidak langsung. Kekerasan tersebut dilakukan oleh tokoh
laki-laki. Kekerasan yang dialami oleh tokoh perempuan terjadi karena adanya unsur
patriarki, baik dari laki-laki pribumi maupun laki-laki asing (penjajah). Akibat adanya
kekerasan yang diterima tokoh perempuan adalah munculnya dampak pada diri
tokoh perempuan tersebut, yaitu rasa benci terhadap kodratnya sebagai perempuan
dan keinginan yang meluap-luap untuk balas dendam.

Kata Kunci: kekerasan, perempuan, kritik sastra feminis, Oka Rusmini

VIOLENCE AGAINST FEMALE CHARACTERS


IN OKA RUSMINI’S SHORT STORIES

Abstract
Violence experienced by women generally occurs due to a patriarchal culture that
is still rooted in society. This study aims to reveal the portrayal of Balinese women’s
life in Oka Rusmini’s short stories, especially violence caused by a patriarchal culture.
The study used the qualitative method with the feminist literary criticism approach
to get a more detailed description of women’s life. The research objects were Oka
Rusmini’s short stories Api Sita and Pesta Tubuh. The findings show that the female
characters in the short stories experience the act of violence. The violence experienced
by the female characters consists of direct and indirect violence by the male characters.
Such violence occurs due to patriarchal elements, both from indigenous men and
foreign men. The violence experienced the female characters results in impacts that
they feel, namely the hatred of their nature as women and an overwhelming desire
for revenge.

Keywords: violence, women, feminist literary criticism, Oka Rusmini

279
PENDAHULUAN Belanda dan Jepang. Ni Luh Putu Sita,
Oka Rusmini merupakan salah satu digambarkan sebagai tokoh perempuan
pengarang perempuan asal Bali yang yang paling cantik di Desa Gombreng.
produktif dan banyak menonjolkan sisi Peralihan dari masa anak-anak menuju
lokalitas kehidupan Bali, baik tradis- remaja sangat ia nikmati. Sita bersama
ional maupun modern. Selain itu, Oka teman-teman perempuannya mulai
Rusmini juga lebih banyak memuncul- mengenal pergaulan dan rasa ingin tahu
kan tokoh perempuan sebagai tokoh terhadap tubuh laki-laki. Perubahan
utama dalam karya-karyanya. Ia ingin perkembangan fisiknya pun membuat
menunjukkan kehidupan perempuan Sita bangga dan kagum atas keindahan
dalam lingkungan kebudayaan Bali. potongan-potongan tubuh baru yang ia
Banyak cerpen-cerpennya yang dimuat miliki. Namun hal itu berubah tatkala
di media cetak lokal maupun nasional. Ibu kandungnya, Luh Sigrap, seorang
Selain itu, juga terdapat beberapa kum- mata-mata pemberontak terbunuh oleh
pulan cerpen dan novel. tentara Belanda. Setelah Ibunya mati
Salah satu karya Oka Rusmini yang terbunuh, desa Gombreng musnah.
mengangkat warna lokal Bali adalah Seluruh warga desa menuduh Ibunya
kumpulan cerpen Sagra. Kumpulan sebagai biang masalah kehancuran ini.
cerpen ini pertama kali terbit tahun Akibatnya, Sita dan perempuan-perem-
2001 dengan 11 cerpen, kemudian puan lainnya menjadi pelampiasan dan
diterbitkan ulang tahun 2013 dengan pemuas nafsu seksual para tentara Be-
13 cerpen. Dalam kumpulan cerpen landa. Kekerasan fisik maupun seksual
tersebut, Oka Rusmini mengangkat kerap ia rasakan. Hingga akhirnya ia
cerita tentang perempuan-perempuan bertemu kembali dengan Sawer, rasa
Bali. Cerita lebih banyak berlatar pada cintanya terhadap lelaki itu memaksan-
Bali pada masa penjajahan (Belanda ya untuk menjual kembali harga dirinya
dan Jepang). Oka Rusmini menunjuk- sebagai penari dan budak seks Jepang.
kan kekerasan-kekerasan yang diterima Sedangkan pada cerpen Pesta Tu-
oleh para perempuan Bali saat penjaja- buh, Oka Rusmini lebih menonjolkan
han, baik penjajahan Belanda maupun kehidupan perempuan Bali pada masa
Jepang. Dalam penelitian ini difokus- penjajahan Jepang. Diceritakan dalam
kan pada kehidupan tokoh perempuan kisah Pesta tubuh, Ida Ayu Telaga ada-
cerpen Api Sita dan Pesta Tubuh yang lah seorang anak perempuan yang me-
keduanya termuat dalam kumpulan ngalami keganasan seksual kaum
cerpen Sagra. Pemilihan dua cerpen Jepang hingga berujung pada kematian.
ini didasarkan pada kejadian-kejadian Ia bersama anak lainnya yang berusia di
yang hampir mirip, khususnya dalam bawah 15 tahun, Rimpig, Segre, Tublik,
hal kekerasan yang dialami oleh tokoh Saren, Kablit, Wayang Darmi, diku-
perempuan. Kekerasan yang dialami to- rung dalam kamar petak berukuran 3x4
koh perempuan umumnya sama, yaitu meter. Mereka dipaksa untuk melayani
disebabkan oleh penjajah. dan memuaskan hasrat seksual pria-
Dalam cerpen Api Sita, Oka pria Jepang. Kekerasan seksual adalah
Rusmini menggambarkan kehidupan makanan sehari-hari bagi mereka. Ke-
perempuan Bali pada masa penjajahan bahagiaan masa-masa menuju remaja

280 | LITERA, Volume 17, Nomor 3, November 2018


hanya dirasakan singkat oleh Dayu. kaum laki-laki. Permasalahan budaya
Indahnya jatuh cinta serta nikmatnya patriarki ini sangat erat hubungannya
sentuhan laki-laki yang ia sukai hanya dengan konflik-konflik yang terjadi
menjadi kenangan sebelum akhirnya pada masa penjajahan. Dalam cerpen
para tentara Jepang menculiknya ber- terlihat bahwa penjajah yang datang ke
sama anak-anak perempuan untuk di- Bali menggunakan kekuasaannya se-
jadikan budak seks atau yang dikenal bagai senjata untuk melakukan tindak-
dengan nama jugun ianfu. an kekerasan terhadap orang pribumi,
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) khususnya kaum perempuan.
mengungkap bentuk kekerasan yang Kekerasan sendiri sering kali di-
dialami tokoh perempuan dalam cer- maknai oleh kebanyakan orang dalam
pen Api Sita dan Pesta Tubuh karya konteks yang sempit, setara dengan
Oka Rusmini; dan (2) mengungkap gambaran mengenai perang, pembunuh-
dampak kekerasan yang terjadi pada an, atau kerusuhan. Kekerasan meru-
tokoh perempuan sebagaimana tercer- pakan bentuk tindakan yang dilaku-
min dalam cerpen Api Sita dan Pesta kan seseorang terhadap pihak lain,
Tubuh karya Oka Rusmini. Penelitian baik yang dilakukan oleh perorangan
ini juga diharapkan dapat memberikan maupun kelompok, serta dapat men-
gambaran mengenai hubungan antara gakibatkan penderitaan pada pihak lain
kekerasan yang dilakukan oleh laki- yang menerima kekerasan. Kekerasan
laki kepada perempuan, terhadap kon- dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu
disi tokoh perempuan, khususnya pada kekerasan fisik yang mengakibatkan
masa penjajahan Belanda dan Jepang. kematian, dan kekerasan psikis yang
Kekerasan yang dialami oleh perem- tidak berakibat pada fisik korban, na-
puan umumnya terjadi akibat adanya mun berakibat pada timbulnya trauma
budaya patriarki yang masih berakar di berkepanjangan pada diri korban.
masyarakat. Budaya patriarki menjadi Galtung (2003:69) membagi keke-
salah satu faktor penyebab terjadinya rasan menjadi dua, yaitu kekerasan
kekerasan terhadap perempuan. Buda- langsung dan kekerasan tidak langsung.
ya patriarki merupakan permasalahan Kekerasan langsung (direct violence),
yang menjadi sorotan para kaum femi- yaitu kekerasan yang terjadi secara fisik,
nisme. Mereka menganggap bahwa bu- yang terlihat sebagai perilaku, misal-
daya patriarki akan merugikan kaum nya melukai, membunuh atau perang;
perempuan, baik di sektor domestik sedangkan kekerasan tidak langsung
maupun publik. Budaya patriarki mem- (invisible), yaitu kekerasan struktural
buat perbedaan yang jelas antara laki- (structural violence). Kekerasan lang-
laki dan perempuan terutama dalam sung umumnya berhubungan dengan
hal kekuasaan. Kekuasaan dominan kekerasan verbal dan fisik yang terlihat
yang dimiliki oleh laki-laki merupakan sebagai perilaku. Kekerasan bentuk ini
sesuatu yang tidak dapat diubah dan dapat merugikan tubuh, pikiran, dan
mutlak. Dalam budaya patriarki, laki-la- jiwa. Kekerasan ini dimulai dari in-
ki menempati posisi sebagai pemimpin dividu, kelompok dan berujung pada
dan penguasa, sedangkan perempuan massa atau dapat disebut pertempuran
sebagai pekerja yang harus melayani menggunakan kekuatan massa (pasu-

Kekerasan terhadap Perempuan dalam Cerpen-Cerpen Karya Oka Rusmini | 281


kan). Kekerasan langsung terindikasi kekerasan fisik, psikis, maupun keke-
berakar dari kekerasan tidak langsung, rasan seksual. Diungkapkan Fakih
yaitu kekerasan kultural dan struktural (2007:150) kekerasan yang bersifat
(Galtung, 1996:74-75). fisik yaitu pemerkosaan, persetubuh-
Kekerasan struktural adalah keke- an antaranggota keluarga (incest), pe-
rasan tidak langsung, yang telah ter- mukulan dan penyiksaan, bahkan
bentuk dalam suatu sistem sosial ter- yang lebih sadis lagi pemotongan alat
tentu. Oleh karena itu, penekanannya genital perempuan. Kekerasan dalam
lebih condong kepada sistem yang ber- bentuk nonfisik yang sering terjadi
jalan dalam suatu situasi sosial. Atau yaitu pelecehan seksual, menyebabkan
juga dapat dikatakan struktur sosial itu ketidaknyamanan bagi perempuan se-
sendiri; misalnya kekerasan struktural cara emosional.
terjadi antara orang; kumpulan orang Sebagian besar kekerasan dilakukan
(masyarakat) kumpulan masyarakat di oleh laki-laki terhadap laki-laki, namun
berbagai belahan dunia. Oleh sebab itu, kekerasan semacam itu berbeda secara
kekerasan struktural dapat disusun ber- signifikan dari pola kekerasan yang di-
dasarkan asumsi bahwa rumus umum lakukan oleh laki-laki terhadap perem-
di balik kekerasan struktural adalah puan dalam konteks kekerasan berbasis
ketidaksamaan terutama dalam distri- gender. Kekerasan dapat dilihat seba-
busi kekuasaan (Galtung, 1996:74-75). gai perilaku agresif yang merupakan
Sementara dalam Gender Equality ekspresi maskulinitas dan penegasan
Index-Report (2013:32) diterbitkan oleh kekuasaan. Dalam melestarikan pola
The European Institute for Gender Equality kekuasaan antara laki-laki terhadap
kekerasan terhadap perempuan dibagi perempuan, perilaku agresif ini (keke-
menjadi dua kategori, yaitu kekerasan rasan) dilakukan dalam beberapa as-
langsung dan kekerasan tidak langsung. pek, misalnya pelecehan seksual untuk
Kekerasan langsung terhadap perem- mengendalikan perilaku perempuan di
puan berfokus pada semua tindakan ke- tempat umum atau di tempat kerja; atau
kerasan berbasis gender yang mengaki- dapat pula dalam bentuk pemerkosaan
batkan kerugian fisik, seksual atau psi- untuk menegaskan dominasi laki-laki
kologis perempuan, termasuk ancaman pada pasangan (Gender Equality Index-
tindakan, pemaksaan atau perampasan Report, 2013:32).
kebebasan sewenang-wenang, baik yang
terjadi dalam kehidupan publik atau METODE
privat. Sedangkan kekerasan tidak Penelitian ini adalah penelitian
langsung dalam konteks gender ber- dengan pendekatan kualitatif dengan
fokus terutama pada sikap, stereotip, ancangan kritik sastra feminis. Pene-
dan norma budaya yang mendukung litian ini memanfaatkan teknik baca
praktik gender dan dapat menyebabkan dan teknik catat dalam pengumpulan
kekerasan berbasis gender. data. Sumber data penelitian adalah
Kekerasan yang terjadi pada perem- dua buah cerita pendek karya Oka
puan merupakan bentuk ketidakadilan Rusmini yang termuat dalam kumpul-
gender. Kekerasan atau penyiksaan ter- an cerpen Sagra. Buku kumpulan cer-
hadap kaum perempuan dapat berupa pen yang digunakan adalah buku yang

282 | LITERA, Volume 17, Nomor 3, November 2018


diterbitkan tahun 2013 oleh Gramedia kan dan untuk mencapai tujuan pene-
Pustaka Utama. Adapun dua cerpen litian. Analisis data dilakukan dengan
yang dimaksud berjudul Api Sita dan memanfaatkan teori-teori yang digu-
Pesta Tubuh. Dua cerpen tersebut digu- nakan sebagai landasan penelitian. Se-
nakan sebagai sumber data karena dua lanjutnya dilakukan penyajian analisis
cerpen tersebut memiliki kesamaan data secara deskriptif. Kelima, menarik
isu yang diangkat, yaitu mengenai ke- kesimpulan dari analisis yang telah di-
hidupan perempuan Bali pada zaman lakukan.
penjajahan. Data dalam penelitian ini
adalah kutipan-kutipan dari dalam teks HASIL PENELITIAN
cerpen yang berisi gambaran kekerasan Secara garis besar, dua cerpen yang
yang dialami oleh perempuan, serta ku- dianalisis memuat gambaran tindak
tipan-kutipan yang memuat gambaran kekerasan yang dilakukan oleh kaum
dampak kekerasan yang terjadi dalam lelaki terhadap kaum perempuan, yaitu
kehidupan tokoh perempuan. Dua cer- kekerasan yang dilakukan oleh penja-
pen yang digunakan dalam penelitian jahan. Kaum penjajah yang dimaksud
ini dapat mencerminkan cerpen-cerpen adalah Belanda dan Jepang. Hal ini ber-
dengan tema serupa yang ditulis oleh hubungan dengan latar waktu yang di-
Oka Rusmini. gunakan di dalam dua cerpen tersebut,
Langkah-langkah dalam penelitian yaitu pada masa penjajahan Belanda
ini diuraikan sebagai berikut. Pertama, dan Jepang. Kekerasan yang dimaksud
pembacaan cerpen yang digunakan dalam penelitian ini difokuskan pada
sebagai objek penelitian, yaitu cerpen bentuk kekerasan yang dialami tokoh
Api Sita dan Pesta Tubuh. Pembacaan perempuan dalam cerpen Api Sita dan
dilakukan dalam dua tahap. Tahap per- Pesta Tubuh karya Oka Rusmini,serta
tama pembacaan secara heuristik, yaitu dampak kekerasan yang terjadi pada
membaca teks cerpen secara berulang tokoh perempuan tersebut.
untuk mendapatkan pemahaman awal.
Pembacaan secara heuristik juga digu- Penggambaran Tokoh Perempuan da-
nakan sebagai langkah observasi awal. lam Cerpen Api Sita dan Pesta Tubuh
Tahap kedua pembacaan hermeneutik, Dalam cerpen Api Sita, yang men-
yaitu membaca teks secara mendalam jadi tokoh utama perempuan adalah
agar mendapatkan pemahaman lebih Ni Luh Putu Sita yang merupakan
detail mengenai isi teks cerpen. Kedua, anak dari Luh Sargep. Sita-begitu to-
mencatat semua data yang dibutuhkan koh perempuan ini diceritakan dalam
dan yang berhubungan dengan indika- cerpen tersebut- mengalami perubahan
tor masing-masing rumusan masalah. pengalaman hidup yang begitu dras-
Kutipan yang diperoleh kemudian di- tis bahkan tragis dalam kehidupan-
catat pada kartu data sesuai dengan nya. Sempat menikmati masa remaja
indikatornya. Ketiga, membuat tabulasi yang bahagia, Sita harus menerima ke-
atau klasifikasi data yang telah dikum- nyataan pahit bahwa dia harus menjadi
pulkan sesuai dengan indikatornya. Ke- budak nafsu penjajah Belanda setelah
empat, menganalisis data sesuai dengan petinggi Belanda dibunuh oleh ibunya
rumusan masalah yang telah diungkap- dan kampung tempat tinggalnya, Desa

Kekerasan terhadap Perempuan dalam Cerpen-Cerpen Karya Oka Rusmini | 283


Gombreng, dihancurkan oleh tentara jawaban. Suatu hari, ketika mau
Belanda. mencari daun pisang ke hutan, dia
Sebelum kenyataan yang pahit terja- bertemu Ketut Sawer, laki-laki yang
di pada dirinya, Sita remaja digambar- sering jadi pembicaraan para pera-
kan sebagai sosok perempuan dengan wan desa. Dialah laki-laki impian
kepribadian yang ceria dan rasa ingin perempuan-perempuan sebayanya
tahu yang besar. Seperti kebanyakan (Rusmini, 2013:75).
remaja seusianya, Sita sering berkum-
pul dan berbincang-bincang bersama Seiring berjalan waktu, dan bertam-
teman-teman seusia tentang macam- bahnya usia Sita, perasaan cinta Sita
macam hal, termasuk membahas ke- terhadap Sawer perlahan tumbuh. Ka-
tertarikan pada lawan jenis. Narasi di rena rasa cintanya kepada Sawer, Sita
bawah ini menunjukkan bagaimana pun rela melakukan apa pun yang di-
pergaulan Sita dengan teman-teman se- minta oleh Sawer meskipun hal tersebut
bayanya. bertolak belakang dengan nuraninya.

“... Kau tahu, Sita, pancuran ini “Tiang2 pikir, tiang makin sering
adalah tubuh laki-laki. Dia begitu memikirkanmu, Sawer. Tahukah
jantan, lapar, dan luar biasa. Ma- kau?” Tiba-tiba saja perempuan
kanya dia sering mengamuk setiap itu menjatuhkan dirinya di tubuh
kita mendekat.” Dan perawan- Sawer. Sawer menggigil (Rusmini,
perawan itu kembali tertawa. Lalu 2013:83).
mereka berebutan mengelilingi pan-
curan dan menelan air yang menga- “Apa lagi yang kau pikirkan. Bawa
lir dari tubuh bambu itu. tiang ke mana kau suka!”
Sita sangat menyukai permainan “Kau mau dengarkan kata-kata-
itu. Baginya, berada di antara para ku.”
perempuan muda itu membuatnya “Ya.”
semakin bersemangat (Rusmini, “Kau juga mau menolongku?”
2013:72—73). “Dengan senang hati!” Mata Sita
berbinar. Dipeluknya tubuh Sawer
Sebagai seorang anak perempuan (Rusmini, 2013:84).
yang tumbuh menjadi gadis remaja,
Sita juga memiliki ketertarikan kepa- Akan tetapi, perubahan kenyataan
da lawan jenis, meskipun di awal per- hidup mengakibatkan perubahan pada
temuannya dengan Sawer—seorang tokoh Sita. Setelah dijadikan budak
pemuda yang cukup terkenal di kam- nafsu penjajah Belanda, Sita digambar-
pungnya—Sita belum memiliki rasa kan menjadi perempuan yang tidak lagi
cinta kepada Sawer percaya kepada keindahan cinta dan
“Kenapa orang-orang sangat hor- keindahan lainnya dalam kehidupan.
mat pada Meme1, Sawer?” Sita Dalam cerpen tersebut Sita digambar-
ingin sekali mendengar cerita ten- kan memiliki keinginan yang besar un-
tang ibunya dari mulut teman- tuk melarikan diri dari belenggu sebagai
teman sebayanya. Tetapi tak ada pemuas nafsu penjajah Belanda, namun

284 | LITERA, Volume 17, Nomor 3, November 2018


Sita tetap tidak memiliki keberanian Atas keputusannya tersebut, Luh
untuk pergi dan lebih mengharapkan Sargep ditinggalkan oleh suaminya
kehadiran Sawer sebagai pemuda yang yang berbalik menjadi mata-mata bagi
dicintainya yang akan menolongnya ke- Belanda dan ternyata juga banyak
luar dari belenggu kehidupannya yang memiliki wanita simpanan. Hal yang
kelam. Akhirnya Sita menjadi perem- dialami Luh Sargep membuat dirinya
puan yang pasrah terhadap keadaan. memiliki kepribadian yang keras. Se-
lain itu, hinaan suaminya membuat
Hanya untuk tumpukan kertas-kertas Luh Sargep tidak segan menembak
itu aku harus berlaku seperti perempuan mati sosok suaminya itu dan mengang-
gila. Tanpa harga diri. Sawer hanya gap kehidupan ini tetap bisa berjalan
berjanji kosong. Sudah bertahun-tahun meski tanpa kehadiran laki-laki
aku menjadi gundik laki-laki Jepang
ini. Kapan Sawer membawaku pergi? Bagi Sita, perempuan itu terlihat
(Rusmini, 2013:87). sangat seksi. Ibunya pandai berdan-
dan. Anehnya. Setelah ditinggal
Selain Sita, beberapa bagian narasi mati suaminya, Ibu tidak pernah
dalam cerpen ini juga menggambarkan ingin menikah.
tokoh Luh Sargep, ibu kandung Sita “Hidup tanpa laki-laki juga tetap
yang merelakan dirinya untuk menjadi hidup namanya, Luh” (Rusmini,
wanita simpanan Belanda agar bisa 2013:80).
menjadi mata-mata Belanda dan mem-
bantu warga desa berjuang melawan Pada akhir hidupnya, Luh Sargep
Belanda. Karena keputusan Luh Sargep hanya dianggap sebagai penyebab mus-
menjadi mata-mata Belanda tersebut, ia nahnya Desa Gombreng dan kekelam-
menjadi perempuan yang sangat dihor- an nasib para warganya karena Luh
mati dan dianggap menjadi pahlawan Sargep konon membunuh petinggi
bagi Desa Gombreng. Belanda yang mengakibatkan tentara
Belanda memorak-porandakan dan
Dia sering bepergian dengan setumpuk menculik anak-anak gadis desa terse-
tinggi ketela di atas kepala. Mememu but untuk dijadikan pemuas nafsu sek-
tidak pernah menjual ketela itu. Dia sual penjajah Belanda. Sebagaimana
menjual tubuhnya untuk setiap data tergambar di dalam cerpen Api Sita. Se-
yang diperoleh bagi kami, para lelaki bagai anak dari Luh Sargep, Sita kerap
yang berjuang di hutan-hutan. Semua merasa bersalah atas tuduhan beberapa
orang menghormatinya (Rusmini, warga desanya yang menganggap pen-
2013:78). deritaan yang mereka alami sebagai aki-
bat perbuatan ibunya yang membunuh
Kami memang lelaki, tetapi perjuangan petinggi Belanda. Meskipun berat, Sita
kami tak ada artinya tanpa mememu. terpaksa menebus kesalahan ibunya
Keberaniannya, juga ide-idenya untuk dengan menerima saran Sawer untuk
keluar dari penjajahan ini membuat menjadi simpanan petinggi Jepang dan
kami menggigil (Rusmini, 2013:79). menjadi mata-mata untuk membantu

Kekerasan terhadap Perempuan dalam Cerpen-Cerpen Karya Oka Rusmini | 285


perjuangan rakyat Bali melawan Jepang ibu bapak, sering kasihan melihat
setelah Belanda meninggalkan Bali. Segre. Tapi kami tidak memiliki
kekuatan dan jalan untuk mencoba
Memelah yang membuat desaku di- keluar dari hutan mengerikan ini.
hancurkan Belanda. Benarkah aku Itulah penderitaan kami. Peri-
egois? Aku tidak mau berkorban untuk peri kecil, yang dipandang seba-
mengembalikan harkat dan martabat gai sebuah pohon di tengah hutan.
orang-orang desaku? Hyang Jagat! Apabila terlihat menarik, kami akan
Lagi-lagi aku harus jual tubuhku! disantap secara rakus (Rusmini,
(Rusmini, 2013:85). 2013:65).

Selain tokoh perempuan yang men- Dalam cerpen ini, tokoh utama
jadi objek kekerasan, terdapat juga to- perempuan adalah Ida Ayu Telaga, yang
koh perempuan yang melakukan tindak lebih dikenal dengan panggilan Dayu.
kekerasan terhadap sesama perempuan Dayu diceritakan sebagai seorang gadis
bernama Rubag. Dalam cerpen ini, muda yang harus menjalani kehidupan-
digambarkan bagaimana Rubag tega nya di sebuah barak kecil dalam hutan
melakukan kekerasan dan menjual para bersama gadis-gadis muda lainnya yang
perempuan yang merupakan bangsanya menjadi budak pemuas nafsu seksual
sendiri kepada penjajah Belanda demi laki-laki penjajah Jepang. Meskipun te-
kekayaan dan keamanan keluarganya lah menjadi budak nafsu sejak umur 10
sendiri. tahun, Dayu tetap berusaha tegar dan
memiliki impian bahwa keadaan akan
Aku pernah dipukuli oleh perempuan menjadi lebih baik di kemudian hari.
bangsaku, yang rela menjual bangsa- Sebelum menjadi budak pemuas
nya untuk kekayaan dan keamanan nafsu seksual laki-laki penjajah Jepang,
keluarganya. Perempuan itu bernama Dayu menjalani kehidupan sebagai
Rubag. Wajahnya mirip laki-laki. Dia anak perempuan yang terpenuhi den-
mengajari aku tata acara makan, dan gan baik kebutuhannya dalam keluarga
mengubah batu yang biasa kugunakan kecil yang suka membantu orang lain.
untuk menggosok tubuh dengan ben- Pada masa ini, Dayu telah mengenal
da lunak bernama sabun (Rusmini, pertemanan dengan lawan jenis yang
2013:81). merupakan bangsa Belanda dan mulai
memiliki ketertarikan kepadanya.
Meskipun berbeda jalan cerita, cer-
pen Pesta Tubuh juga menggambarkan Tubuh 3 orang asing itu kurus dan
kesengsaraan kehidupan perempuan pucat. Pakaian mereka compang-
akibat penjajahan. Cerpen ini meng- camping… Ayahku menampung
gambarkan penderitaan anak-anak mereka di rumah kami. Orang-
perempuan sebagai pemuas nafsu sek- orang desa memberi nama Bape
sual penjajah Jepang. Wayan untuk Tuan Luxemburg
dan anak laki-laki kecil yang memi-
Kami semua, anak-anak kecil yang liki mata biru diberi nama Wayan
seharusnya masih dalam dekapan

286 | LITERA, Volume 17, Nomor 3, November 2018


Berag. Wayan sering mengajariku Selain menceritakan penderitaan
membaca. Dayu yang menjadi objek kekerasan
... seksual laki-laki, cerpen Pesta Tubuh
Aku menyukai mata Wayan yang juga menggambarkan tokoh Segre.
memancarkan warna yang lai Dalam cerpen tersebut, Segre digam-
dibandingkan mata anak laki-laki barkan sebagai perempuan yang kerap
sebayaku. Mata itu biru dan begitu melakukan kekerasan terhadap teman-
menyejukkan. Setiap aku mena- teman perempuannya secara fisik de-
namkan mataku di matanya, aku ngan cara mencabik tubuh mereka.
hanyut (Rusmini, 2013:57). Hal itu ia lakukan sebagai akibat dari
kekerasan seksual yang dilakukan pen-
Akan tetapi, kedatangan bangsa jajah Jepang kepadanya.
Jepang sebagai penjajah yang meng-
gantikan bangsa Belanda membuat ke- Akulah orang yang paling setia
hidupan Dayu selanjutnya menjadi ke- mendengarkan ceritanya. Kadang-
lam. Dengan terpaksa Dayu menjalani kadang, kalau aku sedang malas,
hari-harinya sebagai budak pemuas Segre sering berbicara sendiri. Ka-
nafsu seksual penjajah Jepang. Dalam dang dia berubah liar. Mencabik
kesehariannya bersama teman-teman teman-temannya sendiri. Menggigit
perempuan yang senasib dengannya, dan menjambak kasar. Kami yang
Dayu berusaha untuk menghibur te- dilukainya, tidak akan pernah mem-
man-temannya dengan bercerita. Dayu balasnya (Rusmini, 2013:64¯65).
memiliki kemampuan yang baik untuk
bercerita tentang kisah-kisah khayalan Terdapat pula penggambaran tokoh
yang menjadi inspirasi bagi teman- perempuan bernama Wayan Darmi
temannya yang lain untuk tetap berse- yang membenci tubuhnya dan kodrat-
mangat menjalani hidup dan optimis nya sebagai perempuan akibat per-
bahwa keadaan akan berubah menjadi lakuan penjajah Jepang yang dengan
lebih baik. sesukanya menyakiti tubuhnya baik
dalam bentuk kekerasan seksual mau-
“... Ternyata dongeng-dongeng itu pun kekerasan fisik. Dalam cerpen ini,
mampu menghibur sekitar lima belas Wayan Darmi digambarkan memiliki
perempuan dalam bilik 3 x 4 meter ini. rasa kebencian dan penyesalan akan
Setiap minggu, ada anak baru yang da- takdirnya yang terlahir sebagai perem-
tang, ada pula yang mati” (Rusmini, puan yang pada masa itu hanya dijadi-
2013:61). kan objek pemuas nafsu seksual para
tentara Jepang.
Itulah kerjaku, menjadi si pencerita,
si pendongeng. Aku mengarahkan “Kenapa aku tidak dilahirkan seba-
cerita semauku. Sekenanya. Aku gai laki-laki saja. Perempuan yang
berusaha menghibur perempuan- mengandungku pasti dikelilingi roh
perempuan kecil yang dipaksa jahat. … Terkutuklah mereka yang
keadaan sehingga membenci tubuh membuatku memiliki wujud perem-
mereka (Rusmini, 2013:62). puan. Terkutuklah manusia yang

Kekerasan terhadap Perempuan dalam Cerpen-Cerpen Karya Oka Rusmini | 287


tidak pernah memberiku kesempa- tersebut secara dominan dilakukan oleh
tan memilih wujudku!” (Rusmini, kaum laki-laki, baik yang berasal dari
2013:63). pihak penjajah maupun yang sesama
pribumi dengan kaum perempuan yang
Kekerasan terhadap Perempuan dalam mengalami kekerasan. Tindakan kek-
Cerpen Api Sita dan Pesta Tubuh erasan yang dialami kaum perempuan
Di dalam pandangan feminisme, dilakukan secara langsung maupun
kejahatan adalah sesuatu yang berakar tidak langsung.Salmi (2005:225) men-
dan bahkan menjadi bagian yang tidak jelaskan bahwa kekerasan merupakan
terpisahkan dari budaya patriarki. Bu- tindakan yang mengancam badan atau
daya patriarki sendiri merupakan buda- psikis orang atau sekelompok orang
ya yang menganggap laki-laki lebih uta- dan datang dari berbagai bentuk. Se-
ma sementara perempuan berada pada laras dengan definisi tersebut,Subhan
posisi subordinat. Perempuan, dan juga (2004:9-10) menyatakan bahwa keke-
anak di dalam keluarga, dilihat seba- rasan merupakan penyalahgunaan we-
gai properti bagi laki-laki, tidak ubah- wenang sejumlah pihak dan hanya
nya kepemilikan terhadap harta benda. segelintir orang yang mengambil keun-
Oleh karenanya, di dalam masyarakat tungan dengan mempertahankan dan
perempuan tidak memiliki peran yang melestarikan kejahatan tersebut.
bersifat publik. Ranah perempuan han- Dalam penelitian ini, kekerasan
ya privat, domestik, atau hanya di da- yang dimaksud adalah kekerasan lang-
lam rumah tangga (Sulhin, 2016). sung dan kekerasan tidak langsung.
Galtung mengklaim patriarki seba- Kekerasan langsung yang dimaksud
gai kekerasan langsung, struktural dan dalam penelitian ini adalah kekerasan
kultural. Patriarki membuat dikotomi yang terjadi akibat senjata maupun
antara peran publik dan privat, produk- kekerasan seksual. Sedangkan keke-
tif dan reproduktif, yang membentuk rasan tidak langsung difokuskan pada
relasi kuasa yang timpang antara laki- kekerasan akibat ucapan/tuturan dari
laki dan perempuan. Tubuh perem- kaum laki-laki.
puan merupakan objek utama penin-
dasan oleh kekuasaan laki-laki. Tubuh Bentuk Kekerasan secara Langsung
serta hak-hak reproduksi, seksualitas, (Direct Violence)
seksisme, relasi kuasa perempuan dan Kekerasan langsung yang dimak-
laki-laki, dan dikotomi privat-publik sud dalam bagian ini adalah kekerasan
menjadi fokus permasalahan. yang diterima secara fisik oleh tokoh
Pada dua cerpen karya Oka Rusmini perempuan. Sebagaimana diungkap-
yang dijadikan objek penelitian ini, ter- kan Galtung (1971), kekerasan fisik
gambar bahwa pengaruh budaya patri- umumnya berbentuk kekerasan klasik
arki yang dimunculkan adalah adanya yang melibatkan kekuatan fisik, misal-
tindak kekerasan yang dilakukan oleh nya meliputi pelemparan benda ke tu-
kaum pria terhadap para perempuan buh korban, pemukulan, penamparan,
muda Bali dan kesengsaraan hidup yang mencekik, menendang, menginjak, me-
harus mereka jalani pada masa penja- lukai tubuh korban dengan senjata/tan-
jahan Belanda dan Jepang. Kekerasan gan kosong, dan membunuh.
yang digambarkan dalam kedua cerpen

288 | LITERA, Volume 17, Nomor 3, November 2018


Baik dalam cerpen Api Sita maupun Pada kutipan di atas terlihat adanya
Pesta Tubuh, secara jelas diceritakan ten- kekerasan fisik dalam bentuk pelecehan
tangpenderitaan tokoh-tokoh perem- serta kekerasan seksual yang dialami
puan usia remaja yang ada di perkam- oleh perempuan Bali. Setiap hari para
pungan Bali akibat kekerasan secara perempuan Bali yang masih berusia
langsung (direct violence) yang mereka belasan tahun dipaksa untuk melayani
terima dari para penjajah Belanda dan laki-laki. Kekerasan tersebut dialami
Jepang, baik kekerasan akibat senjata perempuan Bali pada masa penjajahan
maupun kekerasan seksual. Belanda. Kekerasan seksual juga ter-
gambar pada kutipan berikut.
Kata orang-orang, ibunya disiksa,
lalu dirajam. Pihak Belanda tidak Malam hari, giliran para lelaki yang
memberikan tubuh ibunya ke menguliti seluruh wangi benda lunak
masyarakat Desa Gombreng. Ke- itu dari tubuhku. Kalau Rubag tidak
matian ibunya membuat sejarah melukaiku, para lelaki Belanda itu
tersendiri. ... Perempuan-perem- meremas dengan kasar. Menjadikan se-
puan muda seperti dirinya dinaikkan luruh tubuhku merah. Bahkan bunga
ke atas truk besar. Sisanya diberon- yang tumbuh di antara kedua kakiku
dong peluru (Rusmini, 2013:80). tidak lagi mekar. Darah selalu mengalir
melukai setiap kelopaknya (Rusmini,
Kutipan di atas merupakan dalam 2013:81).
cerpen Api Sita. Kekerasan yang diala-
mi sebagian besar perempuan Bali pada Dari kutipan di atas terlihat bahwa
masa penjajahan sebagaimana tergam- kekerasan seksual yang alami perem-
bar dalam kutipan di atas adalah keke- puan Bali tidak hanya sesekali, tetapi
rasan fisik yang berupa penembakan ter- berkali-kali. Kekerasan seksual yang
hadap beberapa perempuan Bali yang dilakukan oleh laki-laki tersebut juga
tidak dinaikkan ke atas truk. Kekeras- dibarengi dengan kekerasan fisik lain
an yang terjadi tersebut digolongkan yang menyebabkan tubuh perempuan
dalam kekerasan fisik yang dilakukan menjadi lebam. Kekerasan seksual yang
dengan menggunakan senjata api oleh alami perempuan tersebut menyebab-
tentara asing (penjajah). Selain menda- kan adanya luka pada kelamin mere-
patkan kekerasan fisik dengan senjata ka hingga mengeluarkan darah, seba-
api, perempuan Bali juga mendapatkan gaimana tergambar secara eksplisit dari
kekerasan fisik dalam bentuk pelecehan kutipan di atas.Kekerasan secara lang-
dan kekerasan seksual. sung dalam bentuk kekerasan seksual
juga terjadi dalam cerpen Pesta Tubuh.
Puluhan perempuan muda disuruh te- Dalam cerpen tersebut kekerasan yang
lanjang. Lalu dipaksa menari di atas dilakukan secara langsung oleh penja-
truk. Mereka memilih kami semua un- jah Jepang adalah dengan menjadikan
tuk dijadikan peliharaan. Setiap hari para perempuan usia anak-anak men-
kami dipaksa melayani para lelaki se- jadi pelampiasan nafsu seksual mere-
tengah baya itu (Rusmini, 2013:80). ka. Seperti dikisahkan dalam cerpen
tersebut, para pria penjajah berlaku se-

Kekerasan terhadap Perempuan dalam Cerpen-Cerpen Karya Oka Rusmini | 289


mena-mena kepada perempuan tanpa juga dipaksa untuk melayani para ten-
memedulikan usia mereka. tara penjajah.

Sepuluh anak perempuan kecil da- “Rimpig sakit. Aku tahu, perempuan
lam bilik segi empat itu terdiam. kecil berambut gelombang itu tadi
Pintu bilik terbuka. Seorang perem- malam datang dengan tubuh berbau
puan bertubuh tambun mendelik. anyir. Aku mendengar bisik-bisik, lima
Seluruh bocah itu berdiri dengan belas laki-laki Jepang dilayaninya!
wajah batu. Hyang Jagat3, hidup macam apa ini?
Terdengar pintu ditutup kasar. (Rusmini, 2013:56).
Malam ini, siapa yang tidak kem-
bali? (Rusmini, 2013:56). “… andai kata Tiang tidak memi-
liki tubuh, tentunya tentara-tentara
Itulah yang terjadi tiap malam. Jepang itu tidak akan pernah me-
Kami, anak-anak perempuan di nyeret tiang secara paksa…”
bawah lima belas tahun, dihabisi “Dan melukai tubuh kami setiap
di tempat tidur. Harus melayani 10 malam,” sahut perempuan yang
sampai 15 laki-laki, bahkan kadang lain.
lebih, setiap hari. Tubuh-tubuh kecil “Mereka berpesta. Tidakkah mere-
kami ditelanjangi, diikat, dihirup, ka memiliki anak perempuan, atau
digigiti, ditusuk berkali-kali. Laki- istri, Dayu?” (Rusmini, 2013:60-
laki kuning langsat itu menyantap 61).
tubuh kami dengan rakusnya. Bah-
kan setiap tetes cairan yang men- Kutipan-kutipan di atas menggam-
galir dari tubuh kami diteguknya barkan kekerasan seksual yang dialami
(Rusmini, 2013:60). oleh perempuan Bali berusia dewasa
oleh para laki-laki (tentara penjajah).
Dua kutipan di atas menggambar- Pemaksaan untuk melakukan hubun-
kan anak-anak perempuan yang beru- gan seksual tersebut terjadi setiap
sia di bawah lima belas tahun dipaksa malam. Kekerasan seksual juga digam-
untuk melayani para laki-laki, yaitu barkan pada kutipan berikut.
tentara penjajah. Mereka disekap di
sebuah bilik setiap hari sebelum dise- Setiap malam tubuh kami dihidang-
rahkan kepada penjajah untuk me- kan untuk puluhan laki-laki. Besok
layani para tentara. Para gadis tersebut pagi, kami tumbuhkan lagi daging,
dipaksa melakukan hubungan seksual untuk malamnya mereka renggut
dengan sepuluh hingga lima belas laki- kembali. Terus. Berulang kali. Hu-
laki. Hubungan seksual tersebut juga tan tempat kami tinggal adalah
dibarengi dengan kekerasan fisik yang neraka. Karena setiap hari mereka
menyebabkan luka di tubuh para gadis tega merenggut kami sampai ke
tersebut. akar-akarnya. Kami ditinggalkan
Selain terjadi pada anak-anak dalam keadaan tanpa busana. Tan-
perempuan, kekerasan seksual juga ter- pa napas. Dan tubuh kami hanya
jadi pada perempuan dewasa. Mereka diselimuti oleh darah dan luka
(Rusmini, 2013:66).

290 | LITERA, Volume 17, Nomor 3, November 2018


Lima orang laki-laki berpakaian laki mendapatkan keuntungan substan-
serdadu menyergapku. Kejadian sial dari posisinya tersebut (Eriyanti,
ini terus berulang-ulang. Sampai 2017). Permasalahan kekerasan pada
tak bisa kubedakan kapan aku me- perempuan yang berupa penindasan,
ngalami menstruasi, kapan tidak. didasarkan atas hubungan kekuasaan
Darah terus keluar dan mengering. (hegemoni) antara laki-laki dan perem-
Berpuluh-puluh tubuh menyantap- puan. Laki-laki cenderung mengontrol
ku. Berpesta di atas tubuhku yang perempuan. Semua kegiatan pengon-
kurus dan kecil. ... Suatu pagi, se- trolan yang dilakukan laki-laki terhadap
habis melayani entah berapa laki- perempuan dilegitimasi oleh institusi
laki, aku membuka mata (Rusmini, masyarakat yang patriarkis. Galtung
2013:67). menyatakan bahwa:

Dari dua kutipan di atas terlihat Patriarchy, like any other deeply violent
bahwa seorang perempuan harus me- social formation (such as criminal
layani tidak hanya seorang laki-laki, subcultures and military structures),
bahkan puluhan laki-laki. Kekerasan combines direct, structural, and cultural
yang terjadi secara berulang tersebut violence in a vicious triangle. They
menyebabkan pendarahan pada ke- reinforce each other in cycles starting
lamin perempuan (vagina). Selain itu, from any corner. Direct violence, such
kekerasan yang terjadi terhadap perem- as rape, intimidates and represses;
puan juga menyebabkan kematian. structural violence institutionalizes;
Baik dalam cerpen Api Sita maupun and cultural violence internalizes that
Pesta Tubuh, secara jelas diceritakan pen- relation, especially for the victims, the
deritaan akibat kekerasan secara lang- women, making the structure very
sung (direct violence) para perempuan durable (Galtung, 1996:40).
usia remaja yang ada di perkampungan
di Bali yang diterima dari para penja- Fenomena kekerasan langsung
jah Belanda dan Jepang. Umumnya ke- yang tergambar dalam dua cerpen
kerasan fisik yang dialami perempuan tersebut menempatkan laki-laki sebagai
Bali didominasi oleh kekerasan seksual superpower dan menjadikan perempuan
untuk memuaskan nafsu seksual ten- sebagai korban. Kekerasan langsung
tara penjajah. Dalam kedua cerpen tersebut adalah langsung dan pribadi,
tersebut, kaum penjajah digambarkan dan terjadi pada ranah publik. Keke-
sebagai pihak yang melakukan kekeras- rasan langsung yang dialami perem-
an seksual dengan cara mengeksploitasi puan pribumi oleh tentara penjajah
perempuan pribumi, dalam bentuk pe- tersebut diklasifikasikan sebagai keke-
merkosaan sebagai pelampiasan nafsu rasan kriminal dalam masyarakat. Se-
seksual para tentara penjajah masa itu. lain itu, dapat pula diklasifikasikan se-
Eksploitasi merupakan bagian yang bagai kekerasan politik dari kelompok
tidak bisa dipisahkan dari kekerasan masyarakat satu terhadap kelompok
struktural. Struktur patriarki secara masyarakat lainnya, mengingat keke-
nyata menempatkan perempuan lebih rasan terjadi karena invasi penjajah ke
rendah ketimbang laki-laki, karena laki- daerah jajahan. Galtung (1996:90-91)

Kekerasan terhadap Perempuan dalam Cerpen-Cerpen Karya Oka Rusmini | 291


menyebutkan bahwa 95% kekerasan keinginan untuk memiliki Sita bahkan
langsung dilakukan oleh laki-laki. sejak Sita masih belum beranjak dew-
Ada ciri khas dalam kasus-kasus ke- asa.
kerasan yang dialami perempuan, yaitu Pada cerpen tersebut, Sawer kerap
pelaku kekerasan tersebut selalu merasa kali berjanji pada Sita untuk menye-
bahwa dirinya adalah sosok yang lebih lamatkannya dari belenggu penjajah
kuat dan korbannya adalah sosok yang Belanda yang membuatnya menjadi
lemah. Hal ini pada akhirnya mem- pelampiasan nafsu seksual penjajah Be-
bentuk suatu pemikiran bahwa pada landa. Akan tetapi, janji tersebut tidak
sebuah tindakan kekerasan yang diala- pernah diwujudkan oleh Sawer. Bahkan
mi perempuan terdapat kontribusi dari pada saat penjajahan Belanda diganti
suatu sistem sosial yang menyebabkan oleh kedatangan bangsa Jepang, Sawer
perempuan berada dalam posisi sub- membujuk Sita untuk merayu petinggi
ordinasi dari laki-laki (Guamarawati, penjajah Jepang dan menjadi mata-ma-
2009:45; Meiliana, 2016:150). ta yang mencari informasi dari penja-
Tidak hanya meninggalkan dampak jah untuk digunakan bangsanya mela-
buruk bagi kondisi fisik dan psikis para wan penjajah. Sawer mendoktrin Sita
perempuan remaja tersebut, kekerasan bahwa kelak Sita akan dicatat sejarah
secara langsung ini juga mengakibatkan sebagai perempuan luar biasa karena
kekerasan yang berhubungan dengan telah mengorbankan kehormatannya
waktu (time violence) karena berkaitan demi usaha melawan penjajah. Karena
dengan akibat bagi kondisi para perem- percaya bahwa Sawer akan menyela-
puan yang menjadi pelampiasan nafsu matkannya, Sita memenuhi perminta-
seksual di usia dewasa mereka. Meski- an Sawer tersebut dan akhirnya men-
pun tidak digambarkan secara eksplisit jadi korban kekerasan seksual bangsa
tentang keadaan para perempuan terse- Jepang.
but pada usia dewasanya, tetapi dapat
dibayangkan bahwa kekerasan seksual “Kau jangan berlaku seperti anak-
yang mereka alami pada usia yang anak!”
masih muda memberikan dampak se- “Katakan, Sawer, apa yang harus
cara fisik maupun psikis pada saat mer- tiang lakukan untukmu?”
eka dewasa. “Nanti malam aku akan menyamar
jadi sekaa4 Joged Bumbung5. Kau kan
Bentuk Kekerasan Tidak Langsung bisa menari Joged Bumbung. Me-
(Indirect Violence) narilah dengan gaya merangsang.
Kekerasan tidak langsung adalah Malam nanti Hosikaga Watagama
kekerasan yang dibangun ke dalam akan datang.
ruang pribadi, sosial dan dunia, serta ….
dilakukan secara sembunyi-sembunyi. “Kalau kau bisa menaklukkan
Kekerasan tidak langsung ditemukan Hosikaga Watagama, kau telah
pada cerpen Api Sita. Dalam cerpen menyelamatkan seluruh laki-laki
tersebut, kekerasan secara tidak lang- di pulau ini. Kau akan dicatat seja-
sung digambarkan melalui tokoh Sa- rah sebagai perempuan luar biasa
wer, seorang pemuda yang mempunyai (Rusmini, 2013:84).

292 | LITERA, Volume 17, Nomor 3, November 2018


“Kalau kau sungguh-sungguh cinta ta simpanan dan menjadi mata-mata
padaku, dengarkan kata-kataku. bagi Belanda.
Cinta yang agung itu tidak egois.
Kau juga harus memikirkan orang- Orang-orang mengaguminya. Ke-
orang desa. Kalau kau merasa cuali ayahmu. Kau tahu, ayahmu
mememu telah menanam sejarah ditembak Luh Sargep, karena la-
hitam di desa kita, kaulah yang ha- ki-laki itu menolak tubuhnya dan
rus menebusnya, sehingga kita bisa menghina kekotoran tubuhnya.…
hidup lagi seperti dulu. Kau mau?” Ayahmu lelaki pengecut! Tidak
(Rusmini, 2013:84-85) mau hidup susah. Takut berjuang,
karena takut mati. Dia juga ba-
Dalam usahanya membujuk Sita nyak menyimpan gundik (Rusmini,
agar mau menjadi mata-mata, Sawer 2013:79).
juga menyatakan bahwa Sita harus me-
nebus kesalahan yang dilakukan oleh Kekerasan yang dialami tokoh
ibunya karena perbuatan ibunya telah perempuan diklasifikasikan bentuk ke-
membuat kehancuran bagi kampung kerasan tidak langsung, mengingat ke-
tempat tinggal mereka. Dari cerita yang kerasan tersebut tidak melukai tubuh/
ada, meskipun Sawer tidak melakukan fisik. Kekerasan yang dialami tokoh
kekerasan yang bersifat fisik terhadap perempuan, sebagaimana dipahami
Sita, Sawer telah melakukan kekerasan dari kutipan-kutipan di atas, merupa-
secara tidak langsung yang berakibat kan kekerasan secara kultural. Kekeras-
pada penderitaan yang harus dialami an tidak langsung umumnya berupa
Sita meskipun penderitaan tersebut be- kekerasan kultural yang berakar pada
rasal dari penjajah, bukan dari Sawer. patriarki. Eriyanti (2017) mengungkap-
kan bahwa budaya patriarki sebagai
“Sita….” bentuk kekerasan kultural akan mem-
“Kau mau, kan menari?” bentuk sikap yang berlaku dan keyakin-
“Sendiri?” an yang telah diajarkan sejak manusia
“Ada beberapa perempuan ikut lahir dan mengelilingi manusia dalam
serta. Tapi kau bintangnya. Kau kehidupan sehari-hari tentang kekua-
harus merayu laki-laki Jepang itu saan dan kebutuhan kekerasan.
(Rusmini, 2013:85). Laki-laki sebagai kelompok domi-
nan dapat melakukan kekerasan secara
Secara terpisah, selain dilakukan tidak langsung seperti kekerasan psi-
oleh para penjajah, tindak kekerasan kis. Kekerasan psikis dilakukan dengan
juga dilakukan oleh suami Luh Sargep. cara diancam, difitnah, dicibir, ditakuti,
Secara terang-terangan, Suami Luh direndahkan, dimaki, digertak, dipak-
Sargep, yang merupakan ayah Sita, sa, dan dituduh. Kekerasan psikis se-
melakukan penolakan dan penghinaan bagai bentuk kekerasan tidak langsung
terhadap istrinya karena telah menjadi dilakukan oleh laki-laki (kelompok pa-
wanita simpanan Belanda. Suami Luh triarki) sebagai sarana menyakiti dan
Sargep sendiri memunyai banyak wani- merendahkan perempuan, baik mela-
lui perkataan maupun perbuatan yang

Kekerasan terhadap Perempuan dalam Cerpen-Cerpen Karya Oka Rusmini | 293


menekan emosi perempuan (Fitriani & dirasakan oleh tokoh Wayan Darmi,
Wildan, 2017:81). salah satu anak perempuan yang me-
ngalami kekerasan seksual oleh penja-
Dampak Kekerasan terhadap Perem- jah Jepang. Ia membenci ketidakadilan
puan dalam Cerpen Api Sita dan Pesta yang ia alami sebagai perempuan. Sela-
Tubuh ma dua tahun terkungkung dalam bilik
Terdapat beberapa perubahan ka- tripleks berukuran 3x4 meter tersebut,
rakter yang dialami oleh tokoh-tokoh tak pernah sekali pun Darmi mencintai
perempuan dalam dua cerpen tersebut dan menghargai tubuhnya. Sering kali,
sebagai dampak kekerasan yang dia- usai melayani belasan hingga puluhan
lami tokoh perempuan, yaiturasa benci tentara Jepang, ia menghukum dirinya
terhadap kodratnya sebagai perempuan dengan cara mencabik, mengerat, bah-
dan menjadi seorang pendendam. kan merobek kulit tubuhnya, hingga ia
mati membusuk dengan luka-luka yang
Membenci Kodrat sebagai Perempuan semakin parah. Hal itu merupakan ben-
Kekerasan yang dialami tokoh-to- tuk protes Darmi terhadap kodratnya
koh perempuan mengakibatkan konflik yang terlahir sebagai perempuan.
batin. Hal ini menyebabkan perempuan
merasa kurang sempurna bila diban- Kenapa aku tidak dilahirkan seba-
dingkan laki-laki. Tokoh utama dalam gai laki-laki saja, Perempuan yang
Api Sita merasa sudah tidak lagi memi- mengandungku pasti dikelilingi
liki harga diri setelah mengalami berba- roh jahat. Bapakku pasti seorang
gai bentuk kekerasan dan menjadikan- perampok. Aku dilahirkan dengan
nya sebagai pelayan tentara Jepang. tubuh penuh dosa sehingga setiap
gerakku selalu meninggalkan rasa
Perempuan itu menggulung ram- sakit yang parah di hati dan daging-
butnya tinggi-tinggi. Ada sedikit ku. Aku adalah kumpulan dosa ba-
rasa sakit di lehernya yang jenjang. pak dan ibuku. Terkutuklah mereka
Diturunkannya kakinya pelan- yang membuatku memiliki wujud
pelan dari tempat tidur. Bintsuke6, perempuan (Rusmini, 2013:63).
sejenis minyak rambut Jepang yang
keras untuk membuat kaku anak Kebencian terhadap kodrat sebagai
rambut, ikut membuat perempuan perempuan berhubungan dengan rasa
dua puluh tahun itu makin merasa benci terhadap Tuhan. Kodrat seba-
tidak ada lagi benda berharga yang gai seorang perempuan yang diberikan
dimilikinya sebagai perempuan oleh Tuhan dianggap memunculkan
(Rusmini, 2013:71). kekerasan yang selalu mereka terima
dari laki-laki. Kedua cerpen tersebut
Kekerasan juga mengakibatkan secara jelas mengeksplisitkan perasaan
munculnya harapan-harapan tokoh kecewa terhadap Tuhan atas nasib yang
perempuan agar dilahirkan sebagai wu- dialami oleh tokoh-tokoh perempuan
jud laki-laki. Harapan ini juga merupa- dalam cerpen Pesta Tubuh dan Api Sita.
kan bentuk penyesalannya yang lahir Kekecewaan tokoh perempuan ter-
ke dunia sebagai perempuan. Hal ini

294 | LITERA, Volume 17, Nomor 3, November 2018


hadap Tuhan merupakan dampak dari nya, setiap Tilem, aku selalu bersem-
kekerasan yang selalu dialami mereka. bahyang ke Pura Desa, meminta kese-
lamatan dan kebahagiaan. Tapi kondisi
Hyang Widhi, apakah sebagai perem- saat ini berbeda. Setiap para perempuan
puan aku terlalu loba, tamak, sehingga di ruangan ini berbicara tentang Tilem,
Kau pun tidak mengizinkanku memi- aku merasakannya sebagai penghinaan
liki impian? Apakah kau laki-laki? Se- besar yang ditujukan padaku. Un-
hingga tak pernah Kau pahami keingin- tungnya akhirnya mereka sadar akan
an dan bahasa perempuan sepertiku? ketakutan yang menderaku (Rusmini,
(Rusmini, 2013:72). 2013:68).

Pada cerpen Api Sita, tokoh Sita Kemarahan dan Balas Dendam
kecewa terhadap Hyang Widhi, sebut- Akibat lain dari tindak kekerasan
an bagi Tuhan yang Maha Esa dalam yang terjadi pada kaum perempuan
agama Hindu. Ia ingin Tuhan mengerti adalah kemarahan yang berujung pada
keinginannya untuk lepas dari jerat- keinginan melakukan balas dendam.
an tentara-tentara Belanda, Sita ingin Perempuan yang memiliki rasa dendam
orang-orang memandangnya dengan digambarkan saat tokoh Sita berusaha
penuh kehormatan. membunuh Sawer karena merasa sakit
Selain itu, pada cerpen Pesta Tu- hati pengorbanannya selama ini untuk
buh, tokoh Dayu pun mengungkapkan membantu melawan Jepang tidak seka-
perasaan kecewa terhadap Tuhannya lipun dihargai oleh Sawer.
ketika ia mengingat upacara Tilem7. Dalam cerpen Api Sita diceritakan
Dayu meyakini bahwa upacara Tilem bahwa Sawer akan menikah dengan
akan menyucikan dirinya sebagai pele- seorang perempuan, dan hal tersebut
bur segala kotoran, sehingga ia me- membuat Sita merasakan kemarahan
minta keselamatan dan kebahagiaan yang luar biasa sebab Sita telah melaku-
kepada Hyang Widhi. Namun bertolak kan apa pun yang diperintahkan oleh
belakang dengan harapannya, ia malah Sawer yang beralasan bahwa apa yang
merasakan hanya nasib-nasib buruk Sita lakukan adalah untuk membantu
yang menimpanya, tidak ada keselama- melawan penjajah. Sawerlah yang me-
tan dan kebahagiaan seperti yang dijan- nyuruh Sita menjadi wanita penggoda
jikan Hyang Widhi. bagi petinggi Jepang.

Sentuhan itu terjadi ketika orang- Hanya untuk tumpukan kertas-


orang bersembahyang ke sanggah8 kertas itu aku harus berlaku seperti
dan merajan9 untuk upacara Tilem, perempuan gila. Tanpa harga diri.
bulan mati. Kelak, Tilem memiliki Sawer hanya berjanji kosong. Su-
arti yang sangat bertolak belakang dah bertahun-tahun aku menjadi
dengan keindahan yang menyen- gundik laki-laki Jepang ini. Kapan
tuhku saat itu (Rusmini, 2013:58). Sawer membawaku pergi? (Rusmini,
2013:87).
Kegelapan yang melingkari hidupku
mengingatkan aku pada Tilem. Biasa- “Kau sudah dengar kabar?”

Kekerasan terhadap Perempuan dalam Cerpen-Cerpen Karya Oka Rusmini | 295


“Sawer akan menikah.” Suara SIMPULAN
perempuan itu menusuk-nusuk akar Simpulan yang dapat ditarik dari
rambut Sita. Melubangi otak, serta analisis yang telah dilakukan adalah
mengiris hati dan jantungnya. Oka Rusmini mencoba menggambar-
Telah kujual seluruh yang kumi- kan penderitaan yang dialami perem-
liki untuk tanah ini. Lalu apa yang puan-perempuan pribumi, khususnya
kudapat? Aku harus buat perhitung- perempuan Bali pada masa penjajah-
an! Harus. Bukankah Sawer akan an Belanda dan Jepang. Pada cerpen
datang? (Rusmini, 2013:88). Api Sita dan Pesta Tubuh, pengaruh
budaya patriarki yang dimunculkan
Perempuan itu menguraikan ram- adalah adanya tindak kekerasan yang
butnya, lalu menusukkan samurai dilakukan oleh kaum pria terhadap
yang sangat tajam ke jantung Saw- perempuan-perempuan muda Bali dan
er. Berkali-kali sampai kimononya kesengsaraan hidup yang harus mereka
yang putih dilukis oleh darah yang jalani pada masa penjajahan Belanda
muncrat dari tubuh Sawer (Rusmini, dan Jepang. Kekerasan yang digambar-
2013:89). kan dalam kedua cerpen tersebut secara
dominan dilakukan oleh kaum laki-laki,
Kekerasan yang dialami tokoh-to- baik yang berasal dari pihak penjajah
koh perempuan, mengakibatkan ada- maupun yang sebangsa dengan kaum
nya proses balas dendam yang dilaku- perempuan yang mereka sakiti. Tindak-
kan perempuan atas kekerasan yang an kekerasan yang dilakukan terhadap
dialaminya. Pada kutipan di atas, tokoh perempuan tersebut dilakukan secara
perempuan melakukan balas dendam langsung maupun tidak langsung.
atas kekerasan tidak langsung yang di- Dalam kedua cerpen yang dianali-
lakukan oleh kaum laki-laki. Meskipun sis, kaum penjajah digambarkan seba-
perempuan seringkali menjadi korban gai pihak yang melakukan kekerasan
kekerasan yang dilakukan oleh laki-la- seksual dengan cara memperkosa dan
ki, dengan adanya struktur dan kultur juga menjadikan para perempuan
pro kekerasan di masyarakat, perem- muda sebagai pelampiasan nafsu sek-
puan sendiri akhirnya merasa keke- sual para penjajah masa itu. Tidak
rasan sebagai sesuatu hal yang tidak hanya meninggalkan akibat buruk bagi
bisa dihindari. Bahkan kemudian para kondisi fisik dan psikis para perempuan
perempuan menjadi korban kesekian remaja tersebut, kekerasan secara lang-
kalinya dari kekerasan laki-laki, di sung ini juga mengakibatkan kekerasan
mana perempuan terpaksa ikut meles- yang berhubungan dengan waktu (time
tarikan budaya kekerasan dan bahkan violence) karena berkaitan dengan aki-
menjadi pelaku kekerasan. Akan tetapi bat bagi kondisi para perempuan yang
menurut Galtung (2000:864), perem- menjadi pelampiasan nafsu seksual di
puan sebagai kaum marginal, umum- usia dewasa mereka.
nya melalukan kekerasan sebagai ben- Akibat kekerasan yang dialami to-
tuk pembelaan diri (defend themselves). koh perempuan dalam kedua cerpen
berdampak pada pribadi tokoh perem-
puan. Perempuan akan menjadi se-

296 | LITERA, Volume 17, Nomor 3, November 2018


orang individu yang pemarah dan pen- Galtung, J. 2000. Local Authorities
dendam. Selain itu, perempuan akan as Peace Factors/Actors/ Work-
menjadi pribadi yang kecewa terhadap ers. Journal of World-Systems Re-
Tuhan dan membenci kodratnya kare- search, 6(3), 860–872. https://doi.
na dilahirkan sebagai perempuan. org/10.5195/JWSR.2000.207
Gender Equality Index-Report. 2013. Vil-
UCAPAN TERIMA KASIH nius. Retrieved from http://eige.
Ucapan terima kasih disampaikan europa.eu/sites/default/files/doc-
kepada Dekan Fakultas Ilmu Budaya uments/Gender-Equality-Index-
karena telah memberikan bantuan un- Report.pdf
tuk pelaksanaan penelitian ini melalui Guamarawati, N. A. 2009. Suatu Ka-
Hibah Penelitian Dosen Fakultas Ilmu jian Kriminologis Mengenai Keke-
Budaya Universitas Mulawarman Ta- rasan terhadap Perempuan dalam
hun 2017. Relasi Pacaran Heteroseksual.
Jurnal Kriminologi Indonesia, 5(1),
DAFTAR PUSTAKA 43–55. Retrieved from http://jour-
Eriyanti, L. D. 2017. Pemikiran Johan nal.ui.ac.id/index.php/jki/article/
Galtung tentang Kekerasan da- viewFile/1255/1160
lam Perspektif Feminisme. Jurnal Meiliana, S. 2016. Fenomena Kek-
Hubungan Internasional, 6(1), 17–27. erasan Gender dalam Novel-Novel
https://doi.org/doi.org/10.18196/ Karya Danielle Steel. Litera, Jur-
hi.61102 nal Bahasa, Sastra, dan Pengajaran-
Fakih, M. 2007. Analisis Gender dan nya. 15(1), 147–159. https://doi.
Transformasi Sosial. Yogyakarta: org/10.21831/ltr.v15i1.9775
Pustaka Pelajar. Rusmini, O. 2013. Sagra. Jakarta: Gra-
Fitriani, D., & Wildan. 2017. Kekeras- media.
an terhadap Perempuan dalam Salmi, J. 2005. Violence and Democratic
Novel Bidadari Hitam Karya T. Society. Yogyakarta: Pilar Media.
I. Thamrin. Master Bahasa, 5(2), Subhan, Z. 2004. Kekerasan terhadap
79–87. Retrieved from http://jur- Perempuan. Yogyakarta: Pustaka Pe-
nal.unsyiah.ac.id/MB/article/ santren.
view/11080/8838 Sulhin, I. 2016. Kekerasan dan Kul-
Galtung, J. 1971. A Structural Theory tur Patriarki. Retrieved from
of Imperialism. Journal of Peace Re- https://nasional.kompas.com/
search, 8(2), 81–117. https://doi. read/2016/05/05/09402831/Kek-
org/10.1177/002234337100800201 erasan.dan.Kultur.Patriarki
Galtung, J. 1996. Peace by Peaceful Means:
Peace and Conflict, Development and Footnotes
Civilization. London: PRIO, Interna- 1
Sebutan untuk ibu. Biasanya diguna-
tional Peace Research Institute. kan anak-anak untuk memanggil
Galtung, J. 2003. Studi Perdamaian: Per- ibu mereka yang berasal dari perem-
damaian dan Konflik Pembangunan puan Sudra yang menikah dengan
dan Peradaban. Surabaya: Pustaka laki-laki bangsawan.
Eureka.

Kekerasan terhadap Perempuan dalam Cerpen-Cerpen Karya Oka Rusmini | 297


2
Tiang adalah sebutan untuk diri sendiri bersembahyang dengan rangkaian
dalam bahasa Bali. berupa upacara yadnya. Umat Hin-
3
Sebutan untuk Tuhan. du meyakini pada saat hari Tilem ini
4
Sebuah organisasi tradisional yang mempunyai keutamaan dalam me-
pada umumnya bergerak dalam satu nyucikan diri dan berfungsi sebagai
bidang profesi untuk menyalurkan pelebur segala kotoran yang terda-
kesenangan atau hobi. pat dalam diri manusia, juga kar-
5
Tari pergaulan masyarakat Bali, dan ena bertepatan dengan Dewa Surya
diperkirakan sudah ada sejak tahun beryoga/semidi memohonkan kese-
1940-an. Joged Bumbung umumnya lamatan kepada HyangWidhi.
ditarikan perempuan-perempuan 8
Tempat suci. Sanggah pemerajan berarti
muda dengan gerak sangat erotis tempat suci untuk keluarga, pura
dan merangsang sehingga meng- keluarga, atau tempat berdoa kelu-
undang penonton laki-laki naik ke arga yang terdapat disemua rumah
panggung untuk ikut menari. keluarga Hindu. Sanggah pemera-
6
Bintsuke merupakan jenis lilin yang jan biasanya terletak diluar rumah,
digunakan sebagai pelapis make-up yaitu disudut yang menghadap ke
perempuan Jepang. Bintsuke juga Gunung Agung.
digunakan untuk menyebut sejenis 9
Merajan merupakan singkatan dari pe-
minyak rambut Jepang yang keras merajan, sebutan untuk pura kelu-
untuk membuat kaku anak rambut. arga. Sebutan untuk tempat ibadah
7
Upacara pemujaan terhadap Dewa keluarga di lingkungan kasta tinggi
Surya, diharapkan semua umat atau kasta Brahmana.
Hindu melakukan pemujaan dan

298 | LITERA, Volume 17, Nomor 3, November 2018

You might also like