Professional Documents
Culture Documents
1 PB
1 PB
1 PB
Abstrak
Kekerasan yang dialami oleh perempuan umumnya terjadi akibat adanya
budaya patriarki yang masih berakar di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengungkap gambaran kehidupan perempuan Bali dalam cerpen-cerpen karya
Oka Rusmini, khususnya yang berkaitan dengan kekerasan akibat budaya patriarki.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan ancangan kritik sastra feminis
untuk mendapatkan gambaran lebih rinci mengenai kehidupan perempuan. Dalam
penelitian ini, cerpen karya Oka Rusmini yang digunakan adalah cerpen Api Sita
dan Pesta Tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh perempuan mengalami
tindak kekerasan. Kekerasan yang dialami tokoh perempuan adalah kekerasan secara
langsung dan kekerasan tidak langsung. Kekerasan tersebut dilakukan oleh tokoh
laki-laki. Kekerasan yang dialami oleh tokoh perempuan terjadi karena adanya unsur
patriarki, baik dari laki-laki pribumi maupun laki-laki asing (penjajah). Akibat adanya
kekerasan yang diterima tokoh perempuan adalah munculnya dampak pada diri
tokoh perempuan tersebut, yaitu rasa benci terhadap kodratnya sebagai perempuan
dan keinginan yang meluap-luap untuk balas dendam.
Abstract
Violence experienced by women generally occurs due to a patriarchal culture that
is still rooted in society. This study aims to reveal the portrayal of Balinese women’s
life in Oka Rusmini’s short stories, especially violence caused by a patriarchal culture.
The study used the qualitative method with the feminist literary criticism approach
to get a more detailed description of women’s life. The research objects were Oka
Rusmini’s short stories Api Sita and Pesta Tubuh. The findings show that the female
characters in the short stories experience the act of violence. The violence experienced
by the female characters consists of direct and indirect violence by the male characters.
Such violence occurs due to patriarchal elements, both from indigenous men and
foreign men. The violence experienced the female characters results in impacts that
they feel, namely the hatred of their nature as women and an overwhelming desire
for revenge.
279
PENDAHULUAN Belanda dan Jepang. Ni Luh Putu Sita,
Oka Rusmini merupakan salah satu digambarkan sebagai tokoh perempuan
pengarang perempuan asal Bali yang yang paling cantik di Desa Gombreng.
produktif dan banyak menonjolkan sisi Peralihan dari masa anak-anak menuju
lokalitas kehidupan Bali, baik tradis- remaja sangat ia nikmati. Sita bersama
ional maupun modern. Selain itu, Oka teman-teman perempuannya mulai
Rusmini juga lebih banyak memuncul- mengenal pergaulan dan rasa ingin tahu
kan tokoh perempuan sebagai tokoh terhadap tubuh laki-laki. Perubahan
utama dalam karya-karyanya. Ia ingin perkembangan fisiknya pun membuat
menunjukkan kehidupan perempuan Sita bangga dan kagum atas keindahan
dalam lingkungan kebudayaan Bali. potongan-potongan tubuh baru yang ia
Banyak cerpen-cerpennya yang dimuat miliki. Namun hal itu berubah tatkala
di media cetak lokal maupun nasional. Ibu kandungnya, Luh Sigrap, seorang
Selain itu, juga terdapat beberapa kum- mata-mata pemberontak terbunuh oleh
pulan cerpen dan novel. tentara Belanda. Setelah Ibunya mati
Salah satu karya Oka Rusmini yang terbunuh, desa Gombreng musnah.
mengangkat warna lokal Bali adalah Seluruh warga desa menuduh Ibunya
kumpulan cerpen Sagra. Kumpulan sebagai biang masalah kehancuran ini.
cerpen ini pertama kali terbit tahun Akibatnya, Sita dan perempuan-perem-
2001 dengan 11 cerpen, kemudian puan lainnya menjadi pelampiasan dan
diterbitkan ulang tahun 2013 dengan pemuas nafsu seksual para tentara Be-
13 cerpen. Dalam kumpulan cerpen landa. Kekerasan fisik maupun seksual
tersebut, Oka Rusmini mengangkat kerap ia rasakan. Hingga akhirnya ia
cerita tentang perempuan-perempuan bertemu kembali dengan Sawer, rasa
Bali. Cerita lebih banyak berlatar pada cintanya terhadap lelaki itu memaksan-
Bali pada masa penjajahan (Belanda ya untuk menjual kembali harga dirinya
dan Jepang). Oka Rusmini menunjuk- sebagai penari dan budak seks Jepang.
kan kekerasan-kekerasan yang diterima Sedangkan pada cerpen Pesta Tu-
oleh para perempuan Bali saat penjaja- buh, Oka Rusmini lebih menonjolkan
han, baik penjajahan Belanda maupun kehidupan perempuan Bali pada masa
Jepang. Dalam penelitian ini difokus- penjajahan Jepang. Diceritakan dalam
kan pada kehidupan tokoh perempuan kisah Pesta tubuh, Ida Ayu Telaga ada-
cerpen Api Sita dan Pesta Tubuh yang lah seorang anak perempuan yang me-
keduanya termuat dalam kumpulan ngalami keganasan seksual kaum
cerpen Sagra. Pemilihan dua cerpen Jepang hingga berujung pada kematian.
ini didasarkan pada kejadian-kejadian Ia bersama anak lainnya yang berusia di
yang hampir mirip, khususnya dalam bawah 15 tahun, Rimpig, Segre, Tublik,
hal kekerasan yang dialami oleh tokoh Saren, Kablit, Wayang Darmi, diku-
perempuan. Kekerasan yang dialami to- rung dalam kamar petak berukuran 3x4
koh perempuan umumnya sama, yaitu meter. Mereka dipaksa untuk melayani
disebabkan oleh penjajah. dan memuaskan hasrat seksual pria-
Dalam cerpen Api Sita, Oka pria Jepang. Kekerasan seksual adalah
Rusmini menggambarkan kehidupan makanan sehari-hari bagi mereka. Ke-
perempuan Bali pada masa penjajahan bahagiaan masa-masa menuju remaja
“... Kau tahu, Sita, pancuran ini “Tiang2 pikir, tiang makin sering
adalah tubuh laki-laki. Dia begitu memikirkanmu, Sawer. Tahukah
jantan, lapar, dan luar biasa. Ma- kau?” Tiba-tiba saja perempuan
kanya dia sering mengamuk setiap itu menjatuhkan dirinya di tubuh
kita mendekat.” Dan perawan- Sawer. Sawer menggigil (Rusmini,
perawan itu kembali tertawa. Lalu 2013:83).
mereka berebutan mengelilingi pan-
curan dan menelan air yang menga- “Apa lagi yang kau pikirkan. Bawa
lir dari tubuh bambu itu. tiang ke mana kau suka!”
Sita sangat menyukai permainan “Kau mau dengarkan kata-kata-
itu. Baginya, berada di antara para ku.”
perempuan muda itu membuatnya “Ya.”
semakin bersemangat (Rusmini, “Kau juga mau menolongku?”
2013:72—73). “Dengan senang hati!” Mata Sita
berbinar. Dipeluknya tubuh Sawer
Sebagai seorang anak perempuan (Rusmini, 2013:84).
yang tumbuh menjadi gadis remaja,
Sita juga memiliki ketertarikan kepa- Akan tetapi, perubahan kenyataan
da lawan jenis, meskipun di awal per- hidup mengakibatkan perubahan pada
temuannya dengan Sawer—seorang tokoh Sita. Setelah dijadikan budak
pemuda yang cukup terkenal di kam- nafsu penjajah Belanda, Sita digambar-
pungnya—Sita belum memiliki rasa kan menjadi perempuan yang tidak lagi
cinta kepada Sawer percaya kepada keindahan cinta dan
“Kenapa orang-orang sangat hor- keindahan lainnya dalam kehidupan.
mat pada Meme1, Sawer?” Sita Dalam cerpen tersebut Sita digambar-
ingin sekali mendengar cerita ten- kan memiliki keinginan yang besar un-
tang ibunya dari mulut teman- tuk melarikan diri dari belenggu sebagai
teman sebayanya. Tetapi tak ada pemuas nafsu penjajah Belanda, namun
Selain tokoh perempuan yang men- Dalam cerpen ini, tokoh utama
jadi objek kekerasan, terdapat juga to- perempuan adalah Ida Ayu Telaga, yang
koh perempuan yang melakukan tindak lebih dikenal dengan panggilan Dayu.
kekerasan terhadap sesama perempuan Dayu diceritakan sebagai seorang gadis
bernama Rubag. Dalam cerpen ini, muda yang harus menjalani kehidupan-
digambarkan bagaimana Rubag tega nya di sebuah barak kecil dalam hutan
melakukan kekerasan dan menjual para bersama gadis-gadis muda lainnya yang
perempuan yang merupakan bangsanya menjadi budak pemuas nafsu seksual
sendiri kepada penjajah Belanda demi laki-laki penjajah Jepang. Meskipun te-
kekayaan dan keamanan keluarganya lah menjadi budak nafsu sejak umur 10
sendiri. tahun, Dayu tetap berusaha tegar dan
memiliki impian bahwa keadaan akan
Aku pernah dipukuli oleh perempuan menjadi lebih baik di kemudian hari.
bangsaku, yang rela menjual bangsa- Sebelum menjadi budak pemuas
nya untuk kekayaan dan keamanan nafsu seksual laki-laki penjajah Jepang,
keluarganya. Perempuan itu bernama Dayu menjalani kehidupan sebagai
Rubag. Wajahnya mirip laki-laki. Dia anak perempuan yang terpenuhi den-
mengajari aku tata acara makan, dan gan baik kebutuhannya dalam keluarga
mengubah batu yang biasa kugunakan kecil yang suka membantu orang lain.
untuk menggosok tubuh dengan ben- Pada masa ini, Dayu telah mengenal
da lunak bernama sabun (Rusmini, pertemanan dengan lawan jenis yang
2013:81). merupakan bangsa Belanda dan mulai
memiliki ketertarikan kepadanya.
Meskipun berbeda jalan cerita, cer-
pen Pesta Tubuh juga menggambarkan Tubuh 3 orang asing itu kurus dan
kesengsaraan kehidupan perempuan pucat. Pakaian mereka compang-
akibat penjajahan. Cerpen ini meng- camping… Ayahku menampung
gambarkan penderitaan anak-anak mereka di rumah kami. Orang-
perempuan sebagai pemuas nafsu sek- orang desa memberi nama Bape
sual penjajah Jepang. Wayan untuk Tuan Luxemburg
dan anak laki-laki kecil yang memi-
Kami semua, anak-anak kecil yang liki mata biru diberi nama Wayan
seharusnya masih dalam dekapan
Sepuluh anak perempuan kecil da- “Rimpig sakit. Aku tahu, perempuan
lam bilik segi empat itu terdiam. kecil berambut gelombang itu tadi
Pintu bilik terbuka. Seorang perem- malam datang dengan tubuh berbau
puan bertubuh tambun mendelik. anyir. Aku mendengar bisik-bisik, lima
Seluruh bocah itu berdiri dengan belas laki-laki Jepang dilayaninya!
wajah batu. Hyang Jagat3, hidup macam apa ini?
Terdengar pintu ditutup kasar. (Rusmini, 2013:56).
Malam ini, siapa yang tidak kem-
bali? (Rusmini, 2013:56). “… andai kata Tiang tidak memi-
liki tubuh, tentunya tentara-tentara
Itulah yang terjadi tiap malam. Jepang itu tidak akan pernah me-
Kami, anak-anak perempuan di nyeret tiang secara paksa…”
bawah lima belas tahun, dihabisi “Dan melukai tubuh kami setiap
di tempat tidur. Harus melayani 10 malam,” sahut perempuan yang
sampai 15 laki-laki, bahkan kadang lain.
lebih, setiap hari. Tubuh-tubuh kecil “Mereka berpesta. Tidakkah mere-
kami ditelanjangi, diikat, dihirup, ka memiliki anak perempuan, atau
digigiti, ditusuk berkali-kali. Laki- istri, Dayu?” (Rusmini, 2013:60-
laki kuning langsat itu menyantap 61).
tubuh kami dengan rakusnya. Bah-
kan setiap tetes cairan yang men- Kutipan-kutipan di atas menggam-
galir dari tubuh kami diteguknya barkan kekerasan seksual yang dialami
(Rusmini, 2013:60). oleh perempuan Bali berusia dewasa
oleh para laki-laki (tentara penjajah).
Dua kutipan di atas menggambar- Pemaksaan untuk melakukan hubun-
kan anak-anak perempuan yang beru- gan seksual tersebut terjadi setiap
sia di bawah lima belas tahun dipaksa malam. Kekerasan seksual juga digam-
untuk melayani para laki-laki, yaitu barkan pada kutipan berikut.
tentara penjajah. Mereka disekap di
sebuah bilik setiap hari sebelum dise- Setiap malam tubuh kami dihidang-
rahkan kepada penjajah untuk me- kan untuk puluhan laki-laki. Besok
layani para tentara. Para gadis tersebut pagi, kami tumbuhkan lagi daging,
dipaksa melakukan hubungan seksual untuk malamnya mereka renggut
dengan sepuluh hingga lima belas laki- kembali. Terus. Berulang kali. Hu-
laki. Hubungan seksual tersebut juga tan tempat kami tinggal adalah
dibarengi dengan kekerasan fisik yang neraka. Karena setiap hari mereka
menyebabkan luka di tubuh para gadis tega merenggut kami sampai ke
tersebut. akar-akarnya. Kami ditinggalkan
Selain terjadi pada anak-anak dalam keadaan tanpa busana. Tan-
perempuan, kekerasan seksual juga ter- pa napas. Dan tubuh kami hanya
jadi pada perempuan dewasa. Mereka diselimuti oleh darah dan luka
(Rusmini, 2013:66).
Dari dua kutipan di atas terlihat Patriarchy, like any other deeply violent
bahwa seorang perempuan harus me- social formation (such as criminal
layani tidak hanya seorang laki-laki, subcultures and military structures),
bahkan puluhan laki-laki. Kekerasan combines direct, structural, and cultural
yang terjadi secara berulang tersebut violence in a vicious triangle. They
menyebabkan pendarahan pada ke- reinforce each other in cycles starting
lamin perempuan (vagina). Selain itu, from any corner. Direct violence, such
kekerasan yang terjadi terhadap perem- as rape, intimidates and represses;
puan juga menyebabkan kematian. structural violence institutionalizes;
Baik dalam cerpen Api Sita maupun and cultural violence internalizes that
Pesta Tubuh, secara jelas diceritakan pen- relation, especially for the victims, the
deritaan akibat kekerasan secara lang- women, making the structure very
sung (direct violence) para perempuan durable (Galtung, 1996:40).
usia remaja yang ada di perkampungan
di Bali yang diterima dari para penja- Fenomena kekerasan langsung
jah Belanda dan Jepang. Umumnya ke- yang tergambar dalam dua cerpen
kerasan fisik yang dialami perempuan tersebut menempatkan laki-laki sebagai
Bali didominasi oleh kekerasan seksual superpower dan menjadikan perempuan
untuk memuaskan nafsu seksual ten- sebagai korban. Kekerasan langsung
tara penjajah. Dalam kedua cerpen tersebut adalah langsung dan pribadi,
tersebut, kaum penjajah digambarkan dan terjadi pada ranah publik. Keke-
sebagai pihak yang melakukan kekeras- rasan langsung yang dialami perem-
an seksual dengan cara mengeksploitasi puan pribumi oleh tentara penjajah
perempuan pribumi, dalam bentuk pe- tersebut diklasifikasikan sebagai keke-
merkosaan sebagai pelampiasan nafsu rasan kriminal dalam masyarakat. Se-
seksual para tentara penjajah masa itu. lain itu, dapat pula diklasifikasikan se-
Eksploitasi merupakan bagian yang bagai kekerasan politik dari kelompok
tidak bisa dipisahkan dari kekerasan masyarakat satu terhadap kelompok
struktural. Struktur patriarki secara masyarakat lainnya, mengingat keke-
nyata menempatkan perempuan lebih rasan terjadi karena invasi penjajah ke
rendah ketimbang laki-laki, karena laki- daerah jajahan. Galtung (1996:90-91)
Pada cerpen Api Sita, tokoh Sita Kemarahan dan Balas Dendam
kecewa terhadap Hyang Widhi, sebut- Akibat lain dari tindak kekerasan
an bagi Tuhan yang Maha Esa dalam yang terjadi pada kaum perempuan
agama Hindu. Ia ingin Tuhan mengerti adalah kemarahan yang berujung pada
keinginannya untuk lepas dari jerat- keinginan melakukan balas dendam.
an tentara-tentara Belanda, Sita ingin Perempuan yang memiliki rasa dendam
orang-orang memandangnya dengan digambarkan saat tokoh Sita berusaha
penuh kehormatan. membunuh Sawer karena merasa sakit
Selain itu, pada cerpen Pesta Tu- hati pengorbanannya selama ini untuk
buh, tokoh Dayu pun mengungkapkan membantu melawan Jepang tidak seka-
perasaan kecewa terhadap Tuhannya lipun dihargai oleh Sawer.
ketika ia mengingat upacara Tilem7. Dalam cerpen Api Sita diceritakan
Dayu meyakini bahwa upacara Tilem bahwa Sawer akan menikah dengan
akan menyucikan dirinya sebagai pele- seorang perempuan, dan hal tersebut
bur segala kotoran, sehingga ia me- membuat Sita merasakan kemarahan
minta keselamatan dan kebahagiaan yang luar biasa sebab Sita telah melaku-
kepada Hyang Widhi. Namun bertolak kan apa pun yang diperintahkan oleh
belakang dengan harapannya, ia malah Sawer yang beralasan bahwa apa yang
merasakan hanya nasib-nasib buruk Sita lakukan adalah untuk membantu
yang menimpanya, tidak ada keselama- melawan penjajah. Sawerlah yang me-
tan dan kebahagiaan seperti yang dijan- nyuruh Sita menjadi wanita penggoda
jikan Hyang Widhi. bagi petinggi Jepang.