Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

There was an error in this gadget

Sunday, December 21, 2008


Dasar - Dasar Spektroskopi Bintang

Spektroskopi adalah suatu cabang ilmu dalam astronomi yang mempelajari spektrum benda
langit. Dari spektrum suatu benda langit dapat kita peroleh informasi mengenai temperatur,
kandungan/ komponen zat penyusunnya, kecepatan geraknya, dll. Oleh sebab itu,
spektroskopi merupakan salah satu ilmu dasar dalam astronomi. Spektrum sebuah bintang
diperoleh dengan menggunakan alat yang disebut spektrograf.

Gambar 1. Spektrum

Gambar 2. Cara kerja spektrograf

Salah satu landasan spektroskopi adalah Hukum Kirchoff (1859):

1. Bila suatu benda cair atau gas bertekanan tinggi dipijarkan, benda tadi akan
memancarkan energi dengan spektrum pada semua panjang gelombang
2. Gas bertekanan rendah bila dipijarkan akan memancarkan energi hanya pada warna,
atau panjang gelombang tertentu saja. Spektrum yang diperoleh berupa garis-garis
terang yang disebut garis pancaran atau garis emisi. Letak setiap garis atau
panjang gelombang garis tersebut merupakan ciri gas yang memancarkannya.
3. Bila seberkas cahaya putih dengan spektrum kontinu dilewatkan melalui gas yang
dingin dan renggang (bertekanan rendah), gas tersebut tersebut akan menyerap cahaya
tersebut pada warna atau panjang gelombang tertentu. Akibatnya akan diperoleh
spektrum kontinu yang berasal dari cahaya putih yang dilewatkan diselang-seling
garis gelap yang disebut garis serapan atau garis absorpsi.
Gambar 3 & 4. Perbedaan spektrum kontinu,
absorpsi dan emisi

Deret Balmer
Ilmuwan Swiss yang bernama Balmer merumuskan suatu persamaan deret untuk
memprediksi panjang gelombang dari garis serapan yang dihasilkan gas hidrogen. Persamaan
terebut dikenal dengan deret Balmer.

dengan : λ: panjang gelombang serapan


(cm)
RH : tetapan Rydberg (= 109678)

Gambar 5 : Spektrum emisi hidrogen yang


menampilkan 4 garis spektrum pertama dalam deret Balmer

Teori Kuantum Planck


Planck mempostulatkan bahwa cahaya diradiasikan dalam bentuk paket - paket energi kecil,
yang disebut kuantum. Teori inilah yang mendasari terciptanya bidang baru dalam dunia
fisika, yaitu fisika kuantum.

Planck mengatakan bahwa energi dari tiap foton


Eo = h. f = hc//λ
h : tetapan Planck (h = 6,63 x 10^-34 J.s)
f : frekuensi dari foton
c = kecepatan cahaya (= 3.10^5 km/s)
λ = panjang gelombang foton
Pembentukan spektrum Bintang
Pola spektrum bintang umumnya berbeda-beda, pada tahun 1863 seorang astronom bernama
Angelo Secchi mengelompokan spektrum bintang dalam 4 golongan berdasarkan kemiripan
susunan garis spektrumnya.

Miss A. Maury dari Harvard Observatory menemukan bahwa klasifikasi Secchi dapat
diurutkan secara kesinambungan hingga spektrum suatu bintang dengan bintang urutan
sebelumnya tidak berbeda banyak. Klasifikasi yang dibuat oleh Miss Maury selanjutnya
diperbaiki kembali oleh Miss Annie J. Cannon. Hingga sekarang klasifikasi Miss Cannon ini
digunakan.

Tabel 1 : Rangkuman
klasifikasi bintang yang saat ini umum digunakan (sering digunakan ungkapan : Oh Be A
Fine Girl (or Guy), Kiss Me) untuk mengingat urutan klasifikasi kelas spektrum bintang.
(klik gambar untuk tampilan lebih jelas!).

Subkelas spektrum
Klasifikasi spektrum bintang O, B, A, F, G, K, M masih dibagi lagi dalam subkelas, yaitu
B0, B1, B2, B3, . . . . . . . . ., B9
A0, A1, A2, A3, . . . . . . . . ., A9
F0, F1, F2, F3, . . . . . . . . . ., F9

Semakin besar angka yang menyatakan menunjukkan suhu bintang semakin rendah
pula. Pengunaan subkelas ini dimaksudkan agar pengklasifikasian spektrum bintang menjadi
lebih spesifik sehingga lebih jelas dan tepat.
(untuk informasi lebih lanjut tentang kelas spektrum bintang di sini.)

Gambar 6. Spektrum bintang dari berbagai


kelas spektrum
M-K Kelas (Kelas Luminositas Bintang)
Bintang dalam kelas spektrum tertentu ternyata dapat mempunyai luminositas yang
berbeda. Pada tahun 1913 Adam dan Kohlscutter di Observatorium Mount Wilson
menunjukkan ketebalan beberapa garis spektrum dapat digunakan untuk menentukan
luminositas bintang.
Berdasarkan kenyataan ini pada tahun 1943 Morgan dan Keenan dari Observatorium Yerkes
membagi bintang dalam kelas luminositas, yaitu :

Kelas 1a Maharaksasa yang sangat terang


Kelas 1b Maharaksasa yang kurang terang
Kelas II Raksasa yang terang
Kelas III Raksasa
Kelas IV Subraksasa
Kelas V Bintang deret utama

Tabel 2. Kelas Luminositas Morgan Keenan

Kelas Luminositas Bintang dari Morgan-Keenan (MK) digambarkan dalam diagram


Hertzprung-Russell (diagram H-R) di bawah ini.

Gambar 7. Kelas Luminositas dalam


diagram H-R

Klasifikasi spektrum bintang sekarang ini merupakan penggabungan dari kelas spektrum dan
kelas luminositas.

Contoh :
- G2 V : Bintang deret utama kelas spektrum G2
- G2 Ia : Bintang maharaksasa yang sangat terang kelas spektrum G2
- B5 III : Bintang raksasa kelas spektrum B5
- B5 IV : Bintang subraksasa kelas spektrum B5
Gerak Bintang
Bintang tidak diam, tapi bergerak di ruang angkasa. Pergerakan bintang ini sangat sukar
diikuti karena jaraknya yang sangat jauh, sehingga kita melihat bintang seolah-olah tetap
diam pada tempatnya sejak dulu hingga sekarang

Laju perubahan sudut letak suatu bintang disebut gerak sejati (proper motion). Gerak sejati
bisanya diberi simbol dengan μ dan dinyatakan dalam detik busur pertahun. Bintang yang
gerak sejatinya terbesar adalah bintang Barnard dengan μ = 10”,25 per tahun (dalam waktu
180 tahun bintang ini hanya bergeser selebar bulan purnama).

Gambar 8. Kecepatan bintang

Hubungan antara kecepatan tangensial (Vt) dan gerak sejati (μ):


Vt = 4,74 μ d
dengan :
Vt = kecepatan tangensial bintang (dalam km/s)
μ = laju gerak diri / proper motion (dalam “/ tahun )
d = jarak bintang (dalam parsec)

atau persamaan diatas dapat diubah ke dalam bentuk :


Vt = 4,74 μ/p
dengan p adalah sudut paralaks bintang (dalam detik busur).

Dalam pengukuran gerak sejati yang diukur bukan hanya besarnya tetapi juga ditentukan
arahnya.
Gambar 9. Gerak sejati bintang

Persamaan-persamaan yang dapat digunakan untuk memperoleh nilai gerak sejati bintang:
μα cos δ = μ sin θ
μδ = μ cos θ
dengan :
μα = komponen pada arah α (asensiorekta)
μδ = komponen pada arah δ (deklinasi)
μα dan μδ dapat diukur --> μ dan θ dapat ditentukan.

Selain gerak sejati, informasi tentang gerak bintang diperoleh dari pengukuran kecepatan
radial, yaitu komponen kecepatan bintang yang searah dengan garis pandang.
Kecepatan radial bintang dapat diukur dari efek Dopplernya pada garis spektrum dengan
menggunakan rumus (untuk Vr mendekati c):

Jika Vr jauh lebih kecil dibandingkan kecepatan cahaya


(c), maka:
Δλ/λo = Vr/c
dengan :
Δλ = selisih antara λ diam (λo) dengan λ yang teramati pada bintang. (dalam Å atau nm)
λo = panjang gelombang diam (dalam Å atau nm)
Vr = kecepatan radial (dalam km/s)
c = kecepatan cahaya (300.000 km/s )
Gambar 10. Red shift and blue
shift

Karena Vt dan Vr sudah dapat kita tentukan dari rumus-rumus yang sudah dibahas tadi, kita
bisa menghitung kecepatan linier bintang (kecepatan gerak bintang sebenarnya di ruang
angkasa), yaitu :
V2 = (Vt)2 + (Vr)2
Contoh :
Garis spektrum suatu elemen yang panjang gelombang normalnya adalah 5000 Å
diamati pada spektrum bintang berada pada panjang gelombang 5001 Å. Seberapa
besarkah kecepatan pergerakan bintang tersebut ? Apakah bintang tersebut mendekati
atau menjauhi Bumi ?
(Jawab : 60 km/s, MENJAUHI Bumi)

Sumber referensi:

1. Slide kuliah Astrofisika I, oleh Dr. Djoni N. Dawanas


2. Wikipedia
3. Gambar-gambar diperoleh dari sumber-sumber terpisah dari internet

Untuk referensi lainnya, silakan kunjungi:


1. Spectroscopy
2. Astronomynotes.com

You might also like