Professional Documents
Culture Documents
BAB 2 - Mar
BAB 2 - Mar
BAB 2 - Mar
KAJIAN PUSTAKA
Analogi berbicara tentang dua hal yang berlainan dan dua hal yang
persamaannya saja tanpa melihat perbedaan maka timbul analogi (Siregar et al,
dalam situasi baru untuk mendapatkan kejelasan konsep baru (Suseno, 2012).
Analogi berfungsi sebagai jenis perancah, dimana informasi baru dilabuhkan pada
skema yang ada (Ramdhani, 2017). Proses berpikir siswa diarahkan dengan
analogi yang sesuai dengan pokok bahasan untuk membentuk konsep, bernalar,
soal dalam fisika. Kehadiran analogi mutlak diperlukan, khususnya jika materi
ajar berhubungan dengan wilayah di luar jangkauan panca indera manusia atau
alat bantu visual untuk pengamatan (Prastowo, 2011; Fadhillah et al, 2017;
mudah untuk dipahami (Fikri et al, 2012). Pendekatan analogi pada pembelajaran
fisika dalam penelitian Rokhmat (2015) menggunakan objek atau cara lain yang
dipandang lebih dikenal dan lebih mudah dipahami dalam menjelaskan suatu
esensial dalam fisika, seperti hukum Coulomb dengan hukum gravitasi, medan
listrik dengan medan suhu, energi yang tersimpan dalam kapasitor dengan yang
tersimpan dalam pegas, aliran arus listrik dengan aliran air dalam pipa, dan
memudahkan dalam membahas konsep melalui penerapan konsep lain yang sudah
diketahui. Hasil penelitian Chiu and Lin (2006) menunjukkan bahwa penggunaan
analogi tidak hanya membantu dalam menjelaskan konsep sains yang abstrak
konsep.
banyak dilakukan, namun kemampuan analogi perlu pula dilatihkan agar siswa
kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kemampuan berpikir kritis dan kreatif
analogi siswa karena suatu analogi perlu direncanakan dengan baik (Devecioglu
& Kaymakci, 2016) Prestasi belajar siswa akan tercapai apabila guru mampu
(Achmad et al, 2016). Akan tetapi, jika analogi tidak disampaikan secara tepat
dapat menimbulkan miskonsepsi (Sari et al, 2014). Brain Based Learning (BBL)
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dengan model pembelajaran berbasis otak
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan model pembelajaran
konvensional (Duman, 2010; Mustiada et al, 2014; Helmahria et al, 2017) serta
(daya ingat) yang lebih baik. Pendekatan BBL juga telah berhasil memperbaiki
keterampilaan proses sains siswa serta proses pembelajaran (Danisa et al, 2015).
BBL menjadi salah satu model untuk mendorong peserta didik untuk
berkembang dan menjadi anak-anak yang cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia
(Anas, 2011). Lestari (2014) dan Nahdi (2015) dalam penelitiannya melaporkan
bahwa BBL peningkatan kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis siswa
serta motivasi belajar siswa lebih baik daripada siswa yang mendapat
2015)
akademik (Rehman et al, 2012; Gozuyesil, 2014; Varghese & Pandya, 2016 )
pembelajaran fisika.
perbandingan dua hal yang berbeda dengan cara melihat persamaan dari dua hal
fenomena yang pernah dialami berlaku pula bagi fenomena yang dihadapi
ke target.
menggunakan masalah sumber dan masalah target (Manuaba et al, 2017). Masalah
masalah yang akan dipecahkan dengan mencari kesamaan dari masalah sumber.
Analogi sebagai alat representasi untuk menunjukkan gejala yang abstrak (sebagai
baru akan lebih bermakna jika dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah
menjadikan situasi baru yang terasa rumit menjadi lebih akrab bagi siswa. Analogi
lebih konkret guna membantu siswa untuk mengerti tentang fenomena yang
(Gunawan et al, 2014). Secara tidak langsung analogi dapat menciptakan kondisi
yang belum dikenal atau masih samar dengan sesuatu yang sudah dikenali. 2)
analogi induktif adalah proses penalaran dari satu fenomena menuju lain yang
sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang
pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain. Analogi induktif menjadi
yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada
representasi untuk memahami sesuatu yang abstrak atau belum diketahui dengan
dipahami dan dilatihkan melalui belajar fisika. Hal ini diperkuat dengan hasil
yang signifikan antara kemampuan analogi dengan hasil belajar IPA fisika. Hal ini
siswa. Siswa dengan kemampuan analogi yang baik diharapkan memiliki prestasi
yang ada (Rahman & Maarif, 2014). Analogi dapat digunakan untuk membantu
memecahkan masalah dan memahami konsep (Widariani et al, 2014). Hal ini
sejalan dengan pernyataan Isoda dan Katagiri (2012) bahwa kemampuan berpikir
1) Pengkodean (coding)
Mengidentifikasi soal sebelah kiri (masalah sumber) dan soal sebelah kanan
2) Penyimpulan (infering)
Mencari hubungan yang terdapat pada soal yang sebelah kiri (masalah
3) Pemetaan (mapping)
Mencari hubungan yang sama antara soal di sebelah kiri (masalah sumber)
dengan soal yang kanan (masalah target) atau membangun kesimpulan dari
kesamaan hubungan antara soal yang sebelah kiri dengan soal sebelah kanan.
4) Penerapan (applying)
Melakukan pemilihan jawaban yang cocok. Hal ini dilakukan untuk
yang kiri (masalah sumber) dengan soal yang kanan (masalah target).
berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru
berdasar pada beberapa pernyataan yang diketahui benar ataupun dianggap benar
(known problem)
structure)
solution procedure)
Siswa akan menggunakan strategi yang diketahui, menyelesaikan masalah
kesesuaian antara masalah sumber dan masalah target. Proses menentukan bentuk
dan masalah target; diikuti dengan mencari hal-hal yang sama dan perbedaan di
target.
diberikan sebagai kondisi awal dalam masalah sumber dan masalah target
analogi yang sesuai dari keduanya. Pada tahap ini dilakukan analisis lebih
detail mengenai kesesuaian yang telah ditemukan dalam tahap generating the
pada masalah sumber untuk dapat memahami masalah target. Tahap ini
target.
target.
tentang fakta yang baru berdasarkan persamaan ciri dengan sesuatu yang sudah
yang lebih bervariasi dan menantang dan menuntut siswa memberi alasan
terhadap proses penyelesaian soal, serta waktu untuk latihan yang lebih lama. Soal
latihan dalam analogi dengan menerapkan kebenaran yang berlaku untuk yang
satu (lama) berlaku pula untuk yang lain (baru). Indikator yang menunjukkan
sudah diketahui.
Gagasan-gagasan yang menarik diperoleh dari penggunaan metafora dan
mengajak siswa memasuki dunia yang tidak masuk akal, bermain menggunakan
diri, serta menyelesaikan masalah dengan cara unik (Alvira et al, 2016). Salah
pembelajaran berlangsung.
abstrak, 4) dapat menarik minat dan motivasi siswa dan 5) dapat mengungkapkan
miskonsepsi siswa. Kelemahan penggunaan analogi 1) analogi tidak pernah tepat
besar dengan konsep target, 2) jika siswa salah memahami konsep analogi, maka
ia akan salah juga memahami konsep target, dan 3) penggunaan analogi secara
yang dimunculkan siswa dapat terarah dan tidak menyebabkan miskonsepi. Model
Brain Based Learnig (BBL) menjadi salah satu model pembelajaran yang
kinerja otak secara maksimal. Hal ini sesuai dengan kebutuhan dalam melatihkan
Otak merupakan salah satu organ terpenting pada manusia karena otak
dikatakan berhasil bila otak difungsikan secara optimal atau seluruh bagian otak
dapat diaktifkan (Silvana, 2015; Siregar, 2017). Pembelajaran yang efektif adalah
pembelajaran yang mampu menyeimbangkan antara potensi otak kanan dan otak
kiri siswa. Jika pembelajaran tidak melibatkan kedua fungsi otak, maka akan
otak dikarenakan tidak digunakannya fungsi bagian otak tersebut (Lestari, 2014).
Otak kiri dan otak kanan mempunyai fungsi yang berbeda, tetapi setiap
saling mendominasi dalam aktivitas namun keduanya terlibat dalam hampir semua
proses pemikiran. Otak kanan mempunyai peran sebagai pemroses data secara
holistik (menyeluruh) dan otak kiri menilai kelogisan dalam pemecahan masalah.
otak yang berasal dari kombinasi genetika dan lingkungan (Jensen, 2008).
otak. Jenis keterampilan yang harus diajarkan secara eksplisit mencakup logika,
pengambilan keputusan dan masih banyak lagi. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan fungsi otak kiri dan otak kanan. Irisan kemampuan analogi dalam
fungsi kerja otak kiri dan otak kanan seperti pada Gambar 2.1.
Analogi Konkret
Abstrak
Holistik
Linier
Analitis Intuitif
Rasional
Logis Artistik
Bahasa
Penalaran Naluriah
Membaca
Ide Luas
Menulis
Pengenalan Lived time
Aritmatika
pola Asosiasi bebas
Gambar. 2.1 Irisan kemampuan analogi pada fungsi kerja otak
Kemampuan analogi sebagai bagian dari fungsi otak kiri dan otak kanan
dimiliki sebagai dasar pemecahan masalah dan keterampilan lainnya. Salah satu
dipengaruhi oleh lingkungan karena sebagian besar otak terlibat dalam hampir
menjelaskan bahwa selama otak bekerja secara normal, maka pembelajaran yang
baik akan tercapai. Model Brain Based Learning merupakan salah satu model
pembelajaran yang sesuai untuk memaksimalkan fungsi kerja otak dalam proses
menjadi guru yang cakap dalam meramu Kurikulum 2013 secara tepat agar dapat
sehingga proses pembelajaran berlangsung secara efektif. Selain itu guru sebagai
penentu mutu pendidikan harus memahami cara siswa belajar (Jamal, 2015) dan
memfasilitasi belajar (Thomas & Swamy, 2014). Hal ini sesuai teori Piaget bahwa
membuat individu aktif sampai keseimbangan tercapai kembali, dengan kata lain
berbeda tersebut terangkum dalam gaya pembelajaran yang sama serta berpusat
pada siswa (Yagcioglu, 2014). Hal ini bersesuaian dengan pendapat Wilson &
yang menyeluruh terhadap pembelajaran yang berdasar pada kerja otak yang
menyarankan otak kita belajar secara alami. Aplikasi pembelajaran berbasis otak
nutrisi, gen, sifat, dan temperamen, pengalaman, pra pembelajaran, disfungsi otak
dengan hal yang sudah dipahami sebelumnya. Penerapan model Brain Based
menjadi jalan dalam melatihkan kemampuan analogi yaitu fase inkubasi dan
akuisisi, elaborasi, dan inkubasi dan formasi memori. Ketiga fase tersebut
karena pembelajaran pada fase tersebut dirancang melibatkan aktivitas otak secara
yang dapat diterapkan dalam rangka menumbuhkan daya nalar (power of reason)
siswa. Melalui analogi siswa diarahkan untuk dapat mencari keserupaan atau
keterkaitan sifat dari dua konsep yang sama atau berbeda melalui perbandingan,
berpengaruh kepada daya nalarnya. Tugas (soal-soal) analogi fisika termasuk soal
non rutin, oleh karenanya diperlukan kesiapan guru dalam membuatnya. Pada
setiap soal analogi fisika termuat konsep yang sama atau berbeda, sehingga
dibutuhkan materi yang cukup banyak. Usaha dan energi merupakan materi yang
Berdasarkan kurikulum 2013, materi pokok yang dibahas dalam bab usaha
dan energi diantaranya konsep usaha sebagai transfer energi, perkalian dot
Uraian kompetensi dasar materi usaha dan energi tersebut merupakan konsep-
konsep yang perlu dipahami siswa di tingkat SMA. Pemahaman konsep tersebut
sendiri hubungan konsep usaha dan energi dengan konsep sebanding dari
Konsep usaha dan energi merupakan konsep yang menarik karena banyak
fenomena usaha dan energi yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari.
manusia. Sedangkan dalam fisika, usaha didefinisikan sebagai gaya yang bekerja
kemampuan untuk melakukan usaha. Siswa juga sudah mengenal berbagai macam
bentuk energi dan perubahan energi pada suatu benda. Identifikasi sifat target
ekonomi dan lingkungan. Sebagaimana yang sudah siswa pahami bahwa interaksi
di antara manusia, dan manusia dengan alam dapat didekati sebagai suatu proses
produksi materi, energi, dan jasa yang melibatkan lingkungan, input, proses, dan
akan luput dari pengeluaran limbah. Tinjauan konservasi energi dan materi pada
proses ini relevan dengan hukum kekekalan mekanik. Meskipun terdapat upaya
daur ulang terhadap sebagian limbah, yang kemudian dapat menjadi input pada
proses produksi, tetapi tidak semua limbah dapat didaur ulang, selalu saja ada
Analogi ini dipilih karena merupakan hal yang sering ditemui oleh siswa
diharapkan siswa lebih mudah menemukan benang merah konsep fisika yang
memahami konsep yang ada. Penemuan analogi oleh siswa akan menambah
abad 21, kemajuan teknologi tersebut telah memasuki berbagai sendi kehidupan,
tidak terkecuali di bidang pendidikan. Guru dan siswa, dosen dan mahasiswa,
pendidik dan peserta didik dituntut memiliki kemampuan belajar mengajar di abad
21. Sejumlah tantangan dan peluang harus dihadapi siswa dan guru agar dapat
bertahan dalam abad pengetahuan di era informasi ini. Pendekatan saintifik dalam
Kurikulum 2013 digunakan sebagai satu upaya untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
Kemampuan analogi penting dimiliki peserta didik sebagai salah satu langkah
bertanggung jawab untuk menyediakan lingkungan yang paling serasi agar terjadi
Brain Based Learning (BBL) menjadi salah satu model pembelajaran yang
irisan kemampuan kerja otak kiri dan otak kanan dalam proses pembelajaran.
hipotesis, dan mengkritik. Berpikir kritis banyak dipikirkan di otak kiri, sedang
berpikir kreatif lebih banyak di otak sebelah kanan. Asosiasi kreatif terjadi
2014). Hal tersebut menunjukkan bahwa model BBL juga memberikan peluang
dalam melatihkan kemampuan analogi sebagai bagian dari sistem kerja otak
Permasalahan:
1. Siswa kesulitan dalam memahami materi pembelajaran fisika
2. Kemampuan analogi siswa masih rendah sehingga kemampuan analogi
perlu dilatihkan
3. Kemampuan analogi belum banyak dilatihkan kepada siswa
4. Sains fisika yang berhubungan dengan materi usaha dan energi masih
mengalami miskonsepsi
Kemampuan analogi merupakan irisan kerja otak kiri dan otak kanan