Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 3 Etika Pemerintahan
Kelompok 3 Etika Pemerintahan
Kelompok 3 Etika Pemerintahan
Dosen Pengampu
Dr. Hj. Een Kurnaesih, SKM., M.Kes
DISUSUN OLEH :
Kelompok III
A1 MKES
Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat, nikmat serta
karunia-Nya. sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Analisis Dilema Etik dalam Dunia Pemerintahan dan Perilaku Korupsi”
Allahummashollialasayyidinamuhammad Salam dan shalawat senantiasa
tercurah kepada Rasulullah SAW yang telah menjadi suri teladan dan
memberikan kesempatan kepada umatnya untuk mengenyam nikmatnya ilmu
pengetahuan yang telah mengantarkan umatnya dari zaman jahiliyah menuju
zaman islamiyah seperti sekarang ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Etika pemerintahan diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Etika pemerintahan terbentuk sebagai suatu bentuk tuntutan masyarakat yang
menghendaki agar jalannya pemerintahan berjalan sesuai dengan prinsip-
prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Nilai-nilai yang ada dan
berkembang dalam masyarakat akan mewarnai sikap dan perilaku pemerintah,
di pandang etis atau tidak etis dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi
pemerintahan sesuai dengan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik dan
merupakan upaya mengikis budaya paternalistik yang berjalan pada masa
pemerintahan orde baru.
Pelaksanaan etika pemerintahan dalam penyelenggaraan
pemerintahan di Indonesia perlu disertai dengan sanksi bagi setiap aparat
pemerintah yang melakukan kesalahan mengingat dalam konsep etika tidak
dikenal adanya sanksi yang bersifat fisik tetapi sanksi yang bersifat sosial.
Pemerintahan yang baik merupakan suatu kondisi yang dicita-citakan
oleh seluruh masyarakat Indonesia guna mewujudkan suatu masyarakat yang
adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Kegiatan membangun pemerintahan yang baik, tidak saja menjadi tugas
pemerintah, tetapi juga melibatkan seluruh lapisan masyarakat sesuai dengan
prinsip-prinsip yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Keberhasilan mewujudkan suatu pemerintahan yang baik sangat
ditentukan oleh sejauh mana moral dan etika yang dimiliki pemerintah
sebagai pedoman bagi keberhasilan pembangunan nasional. Fenomena yang
sering terlihat saat ini adalah masih adanya penyalahgunaan wewenang oleh
aparat pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam bentuk
tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme dalam segala bidang.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan analisis dilema etik dalam dunia
pemerintahan?
2. Bagaimana fenomena korupsi jika ditinjau dari persfektif etik
pemerintahan?
3. Bagaimana upaya-upaya dalam menanggulangi korupsi dari sudut
pandang etik pemerintahan?
4. Bagaimana kasus korupsi bantuan sosial (BANSOS) Covid-19?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan analisis dilemma etik dalam
dunia pemerintahan.
2. Untuk mengetahui fenomena korupsi jika ditinjau dari persfektif etik
pemerintahan.
3. Untuk mengetahui upaya-upaya dalam menanggulangi korupsi dari sudut
pandang etik pemerintahan.
4. Untuk mengetahui korupsi bantuan sosial (BANSOS) Covid-19
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ETIKA
Kata etika sering kita dengar di dalam percakapan sehari-hari seperti
dalam lingkungan tempat tinggal, kantor, sekolah, pemberitaan koran, majalah
dan sebagainya.
Secara etimologis, kata etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu “ethos”
yang berarti adat istiadat, kebiasaan, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara
berpikir. Dalam bentuk jamak, etika berasal “ta etha” yang berarti adat
kebiasaan. Dalam perkembangan selanjutnya dari bahasa Perancis kuno, kata
etika berasal dari kata “ethique” yang berarti sejumlah prinsip moral.
Dalam Ensiklopedia Indonesia, etika disebut sebagai ilmu tentang
kesusilaan yang menentukan bagaimana patutnya manusia hidup dalam
masyarakat, apa yang baik dan apa yang buruk. Dari pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa etika selalu dihubungkan dengan adat istiadat atau
kebiasaan manusia, baik itu merupakan kebiasaan yang baik maupun
kebiasaan yang menyimpang atau kebiasaan buruk, bagaimana manusia
seharusnya bersikap tindak di dalam berinteraksi dengan manusia lainnya.
Bertens (2011) memberikan tiga pengertian pada kata etika, yaitu:
Pertama, kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma moral
yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya. Kedua, kata etika berarti juga kumpulan asas atau nilai
moral. Maksud kumpulan asas atau nilai moral di sini adalah kode etik yang
disepakati di antara anggota suatu kelompok atau organisasi. Ketiga, kata
etika mempunyai arti ilmu tentang yang baik atau yang buruk. Kata etika
disini sama artinya dengan filsafat moral.
Berdasarkan uraian tentang kata etika tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa etika adalah:
1. Nilai-nilai atau norma yang menjadi pedoman bagi seseorang atau
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
2. Norma yang disepakati oleh anggota kelompok atau organisasi untuk
menjalankan organisasinya.
3. Ilmu yang mempelajari tentang baik atau yang menyimpang.
Dalam pengertian ini, etika berkaitan dengan kebiasaan yang baik, tata
cara hidup yang baik, baik bagi dirinya sendiri, baik bagi orang lain, dan baik
bagi masyarakat. Nilai-nilai dalam etika di sini dipahami sebagai nilai yang
dipergunakan sebagai pedoman, petunjuk, orientasi, arah bagaimana manusia
harus hidup baik sebagai manusia, di mana etika berisi perintah yang harus
dipatuhi dan larangan yang tidak dapat dilanggar, tentang salah atau benar,
tentang baik dan buruk perilaku manusia.
B. ETIKA PEMERINTAHAN
1. PENGERTIAN ETIKA PEMERINTAHAN
Etika pemerintahan merupakan ajaran untuk berperilaku yang baik
dan benar sesuai dengan nilai-nilai keutamaan yang berhubungan dengan
hakikat manusia. Sumaryadi (2010) menyatakan bahwa etika
pemerintahan mengacu pada kode etik profesional khusus bagi mereka
yang bekerja dan untuk pemerintahan. Etika pemerintahan melibatkan
aturan dan pedoman tentang panduan bersikap dan berperilaku untuk
sejumlah kelompok yang berbeda dalam lembaga pemerintahan, termasuk
para pemimpin terpilih (seperti presiden dan kabinet menteri), DPR
(seperti anggota parlemen), staf politik dan pelayan publik.
Kelompok-kelompok ini dihadapkan dengan berbagai pertanyaan
etika yang sulit dan sangat unik. Bolehkah seorang pejabat publik dapat
menyewa perusahaannya sendiri untuk bekerja bagi pemerintah? Bolehkah
wakil-wakil terpilih diizinkan untuk menerima hadiah mahal dari
kelompok-kelompok lobi? Bagaimana seharusnya pegawai negeri
memperlakukan rekan sekerja atau bawahan? Etika pemerintahan
mengidentifikasi sikap dan tingkah laku yang tepat dalam setiap situasi
dan menetapkan aturan-aturan perilaku bagi para pejabat publik untuk
mengikutinya.
Etika pemerintahan merupakan etika terapan yang berperan dalam
urusan pengaturan tata kelola pemerintah. Etika pemerintahan merupakan
bagian dari yurisprudensi praktis (practical jurisprudence) atau filosofi
hukum (philosophy of law) yang mengatur urusan pemerintah dalam
hubungannya dengan orang-orang yang mengatur dan mengelola lembaga
pemerintahan.
Etika pemerintahan mencakup isu-isu kejujuran dan transparansi
dalam pemerintahan, yang pada gilirannya berurusan dengan hal-hal
seperti; penyuapan (bribery); korupsi politik (political corruption); korupsi
polisi (police corruption); etika legislatif (legislatif ethics); etika peraturan
(regulatory ethics); konflik kepentingan (conflict of interest);
pemerintahan yang terbuka (open of government); etika hukum (legal
ethics).
2. SUMBER-SUMBER ETIKA PEMERINTAHAN
1) Pancasila Sebagai Sumber Etika Pemerintahan
Supardi dan Romli (2003) menyatakan bahwa Pancasila adalah
moral, baik bagi perorangan maupun bagi masyarakat, serta juga moral
bagi para pemimpin mulai tingkatan yang paling atas sampai yang
paling bawah. Dengan perkataan lain bahwa etika hidup bagi para
pemimpin, perorangan maupun masyarakat dalam kehidupannya,
perilaku, ucapannya, dan sebagainya adalah berdasarkan Pancasila.
Falsafah Pancasila yang digali dari bumi Indonesia, dari kehidupan
masyarakat Indonesia, yang merupakan kepribadiannya, merupakan
pandangan hidup bangsa.
Pancasila yang digali oleh para pendiri negara menjadi
pandangan hidup bangsa dan dasar negara memuat nilai-nilai luhur
dan mendalam dari pribadi bangsa Indonesia. Pancasila digali dari
bumi Indonesia sebagai nilai moral yang sudah berlaku semenjak
nenek moyang menduduki tanah Indonesia, sudah merupakan etika
perilaku hidup bangsa-bangsa. Pancasila yang tercantum dalam
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan jiwa seluruh rakyat Indonesia
serta merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah
dapat mengatasi berbagai percobaan dan ujian sejarah, telah
meyakinkan kita akan kebenaran dan keampuhannya.
Bagi bangsa Indonesia Pancasila adalah merupakan dasar
negara, merupakan landasan idiil negara. Atas dasar itulah pemerintah
Indonesia menjalankan kehidupan bernegara. Semua ketentuan yang
mengatur kehidupan bernegara didasari oleh Pancasila.
Negara dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya
dilaksanakan oleh pemerintah, lebih tegas lagi oleh aparatur
pemerintah. Dalam menjalankan tugasnya itulah maka aparatur
pemerintah selalu berpegang teguh kepada Pancasila sebagai kode etik
pemerintahan secara bulat dan utuh. Pancasila merupakan pedoman
pelaksanaan kerja aparatur pemerintah dalam kehidupan bernegara.
Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia memiliki
peranan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia dalam
berbagai hal. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya mencerminkan
kehidupan berbudaya dan berakhlak masyarakat Indonesia. Silasila
Pancasila memiliki makna tersendiri dalam setiap kehidupan
masyarakat dan menjadi pedoman kehidupan.
Sebagai dasar falsafah negara Pancasila tidak hanya merupakan
sumber derivasi peraturan perundang-undangan, melainkan juga
merupakan sumber moralitas terutama dalam hubungannya dengan
legitimasi kekuasaan, hokum, serta sebagai kebijakan dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara. Pancasila bukanlah
merupakan pedoman yang langsung bersifat normatif ataupun praksis
melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan
sumber hukum baik meliputi norma moral maupun norma hukum,
yang pada gilirannya harus dijabarkan lebih lanjut dalam norma-norma
etika, moral maupun norma hukum dalam kehidupan kenegaraan
maupun kebangsaan.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki tiga dasar
tersebut. Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, baik
menyangkut kekuasaan, kebijaksanaan yang menyangkut publik,
pembagian serta kewenangan harus berdasarkan legitimasi moral
religius (sila 1) serta moral kemanusiaan (sila 2). Negara Indonesia
adalah negara hukum, oleh karena itu ‘keadilan’ dalam hidup bersama
(keadilan sosial) sebagaimana terkandung dalam sila 5, adalah
merupakan tujuan dalam kehidupan negara. Oleh karena itu dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, segala kebijakan,
kekuasaan, kewenangan, serta pembagian senantiasa harus
berdasarkan atas hukum yang berlaku.
Negara adalah berasal dari rakyat dan segala kebijaksanaan dan
kekuasaan yang dilakukan senantiasa untuk rakyat (sila 4). Oleh
karena itu rakyat adalah merupakan asal mula kekuasaan negara. Oleh
karena itu pelaksanaan dan penyelenggaraan negara segala
kebijaksanaan, kekuasaan, serta kewenangan harus dikembalikan pada
rakyat sebagai pendukung pokok negara.
Pada pelaksanaan pemerintahan sangat diperlukan sikap yang
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Seorang pemimpin harus mampu
menjadi pemimpin yang berpegang teguh pada nilai-nilai Pancasila
agar dapat mengarahkan rakyat ke arah yang lebih baik.
Sikap takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung
persatuan bangsa, adil, bijaksana dan mampu mengayomi rakyat
merupakan kunci menjadi seorang pemimpin yang baik agar mampu
menjadi pemimpin yang dapat menunjukkan etika pemerintahan
dengan baik.
Etika pemerintahan harus direalisasikan oleh setiap individu
yang ikut terlibat secara konkrit dalam pelaksanaan pemerintahan
negara. Para pejabat eksekutif, legislatif, yudikatif, para pelaksana dan
penegak hukum harus menyadari bahwa legitimasi hukum dan
legitimasi demokratis juga harus berdasarkan pada legitimasi moral.
Nilai-nilai Pancasila mutlak harus dimiliki oleh setiap penguasa yang
berkuasa mengatur pemerintahan, agar tidak menyebabkan berbagai
penyimpangan seperti yang sering terjadi dewasa ini. Seperti tindak
pidana korupsi, kolusi dan nepotisme, penyuapan, pembunuhan,
terorisme, dan penyalahgunaan narkotika sampai perselingkuhan
dikalangan elit politik yang menjadi persoalan dalam pemerintahan.
2) Nilai Agama sebagai Sumber Etika Pemerintahan
Agama mengajarkan hal yang baik dan benar, mengajarkan
hakikat kebaikan dan kebenaran serta mengajarkan manusia untuk
menghindari perbuatan salah, jahat dan buruk, yang bersumber kepada
wahyu Tuhan. Objek dan sasaran etika adalah juga perbuatan yang
baik buruk yang menjadi perilaku manusia, yang antara lain bersumber
pada agama. Sehingga dari segi etika maka agama menjadi sumber
utamanya.
Al-Ghazali merupakan seorang penulis dan filsuf muslim abad
pertengahan yang memiliki corak pemikiran dan pemahaman yang
sinergis dan relevan dengan agama sebagai sumber etika
pemerintahan. Pemikiran al-Ghazali tentang etika pemerintahan
(politik) seperti dalam teorinya bagaimana cara menjalankan sebuah
sistem kenegaraan yang mempertimbangkan moralitas untuk
kemaslahatan bersama dengan pemimpin yang mempunyai integritas
tinggi ditopang dengan kekuatan moral yang memenuhi beberapa
kriteria yang al-Ghazali idealkan. Masih dimungkinkan sebagai
referensi dalam menata sebuah negara pada masa sekarang dari
beberapa teori tentang filsafat politik khususnya dalam tradisi filsafat
Islam.
Konsepsi etika pemerintahan al-Ghazali adalah suatu teori
sistem pemerintahan yang berisikan masyarakat dan aparatur negara
yang mempunyai moral yang baik dengan ditopang oleh agama
sebagai dasar negara. Seorang pemimpin yang ideal menurut al-
Ghazali adalah seorang yang mengerti tentang budi luhur atau moral
agama dan kebijaksanaan yang harus diterapkan dalam menjalankan
sistem pemerintahan.
3) Nilai Budaya Indonesia sebagai Sumber Etika
Pengertian budaya menurut Edward Burnett Tylor dalam
Ndraha (2003) yaitu:
“culture or civilization, taken in its wide the no graphic sense,
it that complex whole which includes knowledge, belief, art, morals,
law, custom and any other capabilities and habits acquired by man as a
member of society”
(Budaya adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-
kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan lain yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat).
Sejalan dengan pengertian budaya menurut Tylor, Soekanto
(2001) mengatakan bahwa budaya terdiri dari segala sesuatu yang
dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, artinya mencakup
segala cara atau pola-pola berfikir, merasakan dan bertindak. Beranjak
dari pengertian budaya yang dapat juga disebut kebudayaan, tampak
bahwa budaya memiliki unsur-unsur pokok sebagai ciri dari budaya.
Herskovits dalam Soekanto (2001) merumuskan pokok dari
kebudayaan yaitu:
1. Alat-alat teknologi
2. Sistem ekonomi
3. Keluarga
4. Kekuasaan politik
Selain Herskovits, Malinowski dalam Soekanto (2001) juga
menyebutkan unsur-unsur pokok kebudayaan adalah :
Akan tetapi dapat dilihat bahwa istilah korupsi mengandung makna dan
pengertian yang begitu luas. Luasnya pengertian ini didukung oleh kenyataan
bahwa korupsi selalu dilakukan oleh manusia yang punya itikad kurang baik, dan
manausia sebagai subyek tidak pernah kehabisan cara untuk mencapai tujuan-
tujuan yang tidak baik tersebut. Selama kegiatan administratif dilaksanakan oleh
manusia dan pengambilan keputusan dilakukan oleh manusia,maka akan selalu
terdapat peluang akan terjadinya korupsi.
A. KESIMPULAN
Etika pemerintahan meliputi etika aparatur pemerintah dalam
bernegara, dalam berorganisasi, bermasyarakat, terhadap diri sendiri, dan
terhadap sesama aparatur yang wajib dilaksanakan oleh aparatur
pemerintah.
Aparatur pemerintah wajib melaksanakan dan menerapkan kode
etik aparatur pemerintah, dimana apabila aparatur pemerintah terbukti
melakukan pelanggaran kode etik, akan dikenakan sanksi moral, juga
dapat dikenakan tindakan administratif atas rekomendasi Majelis Kode
Etik.
Aparatur Pemerintah juga wajib menjunjung tinggi nilai-nilai dasar
yang terkandung dalam pembinaan jiwa korps dan Kode Etik Aparatur
Pemerintah, mengingat nilai-nilai dasar dimaksud merupakan nilai-nilai
yang berkembang dalam kehidupan masyarakat, bangsa, negara dan
pemerintah.
Etika Aparatur Pemerintah mewujudkan aparatur yang berdisiplin,
aparatur yang menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam
pelaksanaan tugas, termasuk di dalamnya menaati peraturan disiplin
aparatur pemerintah/pegawai negeri sipil, di mana aparatur pemerintah
yang beretika tidak akan melanggar peraturan disiplin dan tidak akan
dijatuhi hukuman disiplin.
DAFTAR PUSTAKA
Ismail. 2017. Etika Pemerintahan (Norma, Konsep, dan Praktik, Etika Pemerintahan).
Yogyakarta : Lintang Rasi Aksara Books.
http://eprints.ipdn.ac.id/42/13/ebook%20BUKU%20ETIKA
%20PEMERINTAHAN.pdf (di akses tanggal 26 November 2021).
https://www.academia.edu/7159413/
Tugas_Etika_Administrasi_Perilaku_Korupsi_dalam_Perspektif_Etika_Pemer
intahan (di akses tanggal 27 November 2021).