Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

PROGRAM KERJA KEGIATAN

Mahasiswa pelaksana program

Nama : Perriy

NIM : 1701130367

Fak/Prodi : FTIK/TFS

Bidang Kegiatan Yang Dipilih “Membangun kesadaran tentang pentingnya moderasi beragama pada
siswa melalui mata pelajaran Fisika di sekolah;

Tempat pelaksanaan : Kel. Kota Besi Hulu, Kec. Kota Besi

Waktu Pelaksanaan, yaitu :

Hari : Selasa

Tanggal : 28 Juli 2020

Pukul : 13.36 WIB

A. Maksud, Tujuan, dan Sasaran Yang Ingin Dicapai

Maksud dan tujuan dari program ini adalah pengetahuan nilai moderasi yang terinternalisasi
dan mewujud dalam sikap dan karakter siswa penting dikenalkan sejak dini dalam rangka

merawat Kebhinekaan Indonesia..

Kegiatan ini dilakukan di kelurahan Kota Besi Hulu, Kecamatan Kota Besi. Kegiatan ini
dilaksanakan dengan cara membagikan poster kepada masyarakat melalui media sosial.

B. Hasil yang dicapai dan tindak lanjut

Moderasi beragama harus diperkenalkan sejak dini secara masif terstruktur dan terukur. Kita
berharap madrasah dengan kurikulum dan modul pembelajarannya dapat menjadi wadah
mewujudkan cita cita besar itu. Dalam beragama banyak individu yang ekstrem dalam beragama.
Seperti halnya kaum khawarij yang mengkafirkan orang katena tidak sepihak dengannya.

Keberagaman merupakan sebuah keniscayaan yang tidak bisa kita tolak, melainkan harus
kita terima. Karena sudah menjadi takdir dari Tuhan Yang Maha Pencipta. Indonesia sebagai
negara yang multikultural harus mampu bersikap toleran terhadap keragaman yang ada.
Menghilangkan sikap fanatik buta terhadap suatu golongan dan merasa paling benar sendiri
merupakan salah satu syarat dalam menjaga kerukunan dalam berbangsa.

Moderasi beragama adalah suatu sikap yang akan menimbulkan kerukunan antarumat
beragama serta menguatkan rasa toleransi terhadap perbedaan. Negara kita secara salah atau
benar, sering diacu sebagai contoh masyarakat beragam agama yang serasi dan rukun. Pengacuan
itu kemudian tidak jarang disertai dengan catatan keterangan yang lebih spesifik. Misalnya di
Negara kita tercipta kerukunan beragama berkat pancasila, maka pandangan itu sering
dilanjutkan, serius atau tidak, bahwa Negara-negara yang dilanda kerusuhan agama ada baiknya
berpikir untuk mengambil sistem pancasila kita.

Ada lagi yang mengatakan, bahwa kerukunan beragama di Indonesia adalah berkat
penduduk mayoritasnya yang beragama islam. Atau dibalik, berkat islam yang merupakan anutan
mayoritas penduduk. Lalu biasanya segara diikuti dengan verifikasi, orang-orang muslim di
Negara-negara non muslim seperti Thailand, Filipina, Singapura, dll, ditindas atau diingkari hak-
hak kewarganegaraannya. Pandangan ini menilai sebagai ironi bahwa umat islam di daerah-daerah
tertentu, seperti Libanon dan mungkin juga mesir, menjadi tidak toleran terhadap bukan muslim
akhir-akhir ini. Tetapi dengan mudah dapat diidentifikasi sebabnya, yaitu ulah kaum imperialis
Barat yang amat manipulative terhadap susunan demogarafis dan kultural daerah-daerah itu.

Pandangan ini mengakibatkan adanya dugaan, kalau nanti semua warga Negara telah
mempunyai tingkat pendidikan yang relative sebanding atau sama, maka mungkin tuntutan akan
hak-hak yang selama ini tidak disadari karena pendidikan rendah itu akan mempunyai dampak
gangguan kepada kerukunan beragama. Lebih-lebih lagi jika pandangan lama tetap bertahan,
bahwa kaum nasrani, karena anifitas kulturalnya dengan Belanda-dan Barat pada umumnya-
selalu mempunyai segi keunggulan terhadap kaum muslimin. Pandangan yang sangat sentimental
ini dapat sangat efektif mempengaruhi orang banyak, khususnya jika bertemu dengan situasi
psikologis-masal yang kurang menguntungkan, seperti akibat kesenjangan sosial-ekonomi, rasa
keteringkaran, aliensi dari arus umum perubahan sosial yang terjadi.

Masih ada lagi catatan yang dicoba dikemukakan orang tentang mengapa orang
indonesiamemberi kesan mempunyai masyarakat majemukkeagaman yang serasi, yaitu karena
budaya jawa, budaya jawa ditunjuk sebagai bertanggung jawab atas kerukunan umat beragama di
Negara kita secara keseluruhan. Tetapi budaya jawa sangat local sifatnya, dan tidak pernah di
share oleh daerah yang cukup luas dari wilayah nusantara, tidak seperti budaya melayu
C. Faktor Pendukung dan Penghambat

1. Faktor Pendukung dalam melakukan kegiatan ini adalah

a. Adanya partisipasi masyarakat dalam proses sosialisasi.

b. Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam program ini tersedia.

c. Tersedianya sarana dan prasana yang memadai.

2. Faktor Penghambat dalam kegiatan ini adalah

a. Tidak semua masyarakat menggunakan media social yang sama


Postingan

Instagram : https://www.instagram.com/p/CDLSLC0nI3G/?utm_source=ig_web_copy_link

Facebook : https://web.facebook.com/photo?fbid=2628980414010951&set=pcb.2628980444010948

You might also like