Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 2

Case Summary

Resume
Setiap pembukaan toko baru, staff-staff melakukan on the job training di store
Jatibening dan pada saat pelaksanaan on the job training tim head office selalu mendapat
laporan atas perlakuan tidak menyenangkan yang terdapat ditoko terhadap staff-staff on the
job training.
Ditemukan salah satu kasus atas nama Nurul, yang melakukan on the job training di
store Jatibening dan saat bertemu dengan bu Mira di store Nurul tampak gemetar dan pucat,
setelah dilakukan penelusuran ditemukan bahwa Nurul merupakan korban kekerasan dalam
rumah tangga oleh suami dan orang tuanya. Trauma Nurul timbul kembali pada saat
ditempatkan on the job training di Jatibening dan ditemukan bahwa Nurul mendapat
perlakuan tidak menyenangkan dari staff yang ada di store tersebut. Pada saat Nurul di
tempatkan di store Cipondoh, kinerja Nurul 180 derajat berbeda ia tampak baik-baik saja dan
ceria, kecepatan kerjanya pun baik hingga sekarang menjadi assisten cashier head di store
Cipondoh.
Selanjutnya, pada saat itu ada 3 part timer yang ditempatkan di store Jatibening,
ketiganya hanya bertahan 2 hari kerja saja, hal ini membuat tim HR head office bertanya-
tanya dan akhirnya melakukan investigasi atas kejadian ini. Kemudian tim HR head office
memanggil staff part timer yang telah resign tersebut dan melakukan interview atas alasan
mereka resign. Dari pengakuan staff part timer dikatakan bahwa terdapat senioritas, arogansi
dan perilaku bullying dari staff cashier di Jatibening terhadap staff part timer. Setelah
mendapatkan kesaksian dari para staff part timer akhirnya tim HR head office melanjutkan
investigasinya terhadap peristiwa ini, tim HR head office menelurusuri siapa-siapa saja yang
pernah melakukan on the job training di store Jatibening, salah satunya adalah staff kasir di
store Mampang dan store Boxies Tajur, staff-staff ini pun memberikan pengakuan yang sama
bahwa terdapat bullying di divisi kasir store Jatibening yang dilakukan oleh 4 junior staff
kasir dan juga cashier head.
Setelah itu ke-4 staff kasir, yaitu Tanti, Lastri, Euis dan Akbar pun dipanggil oleh Bu
Seventina dan Bu Mira untuk diinterogasi atas kebenaran peristiwa ini. Dari pertemuan
tersebut pun mereka memberikan pengakuan langsung bahwa benar mereka melakukan
tindakan senioritas terhadap staff part timer dan staff training dan tindakan ini didasari
dengan alasan “balas dendam” karena mereka pernah di perlakukan sama oleh atasannya saat
masih menjadi staff kasir baru sehingga mereka mengulangi hal yang sama kepada juniornya.
Pada tanggal 1 Maret 2022, tiba-tiba Assyah Saphira seorang junior kasir di store
Jatibening mendantangi head office GS retail dengan menangis, ia mengajukan surat
pengunduran diri namun terlalu takut untuk datang ke store langsung sehingga ia mendatangi
head office dan dengan maksud untuk menemui Bu Mira untuk menyerahkan surat
pengunduran dirinya. Bu Mira pun melakukan percakapan dengan Assyah dan menanyakan
alasan dia resign, dari pengakuannya ia mengatakan bahwa ia sudah tidak sanggup bekerja di
store Jatibening karena perlakuan senior-seniornya yang membully dia. Akhirnya dari
pengakuan Assyah tim HR Head Office (Bu Mira) langsung menghubungi store manager
Jatibening yaitu pak Harris Yudhistira untuk melakukan penelusuran atas pengakuan Assyah,
akhirnya Bu Mira bersama Natasya langsung mengunjungi store Jatibening dan
mengumpulkan staf kasir yang ada bersama dengan kasir headnya yaitu Fiki bersama dengan
2/4 staff kasir terduga pelaku pembullyan yaitu Akbar dan Euis. Bu Mira dan Pak Harris
melemparkan berbagai pertanyaan kepada mereka dan mereka menunjukan sikap membela
diri dari awal hingga akhir, sikap pembelaan diri mereka disampaikan dengan nada tinggi
(marah) namun tidak disertai dengan alasan valid yang masuk akal.
Sikap pembelaan diri yang ditunjukan malah terkesan dibuat-buat. Sikap dari Cashier
head pun menjadi sorotan karena menunjukan perilaku kurangajar dan terkesan menantang
dihadapan store manager dan tim HR head office. Selama hampir 2 jam pembicaraan mereka
tidak dapat membuktikan bahwa tuduhan yang dilontarkan kepada mereka tidak benar, justru
pembelaan-pembelaan dari mereka membuat mereka makin terlihat salah dan membenarkan
asumsi yang telah ada. Mereka pun mengaku tidak melakukan kekerasan verbal terhadap
Assyah namun dari sikap mereka saat diwawancara oleh store manager dan tim hr office
justru meyakinkan bahwa kekerasan verbal tersebut benar terjadi, karena sepanjang
pembicaraan mereka mengeluarkan suara dengan intonasi tinggi dan “ngegas”. Dari sini
terlihat bahwa berbicara dengan intonasi tinggi sudah menjadi kebiasaan bagi mereka
sehingga mereka bahkan tidak sadar kalau mereka sedang “ngegas”.
Store manager pun tidak dapat melakukan pembelaan terhadap staffnya karena ia
merasa bahwa staffnya memang benar melakukan kesalahan karena sangat terlihat pada saat
di interview pembelaan mereka tidak sesuai dengan premis yang sedang dibawa oleh tim HR.
Tim HR head office pun semakin yakin dengan adanya tindak pembullyan di divisi kasir
store Jatibening dengan adanya laporan dari divisi lain yang menyaksikan bahwa staff kasir
membentak staff kasir yang baru 1 hari bekerja di area break room. Cashier Head pun
terkesan tidak perduli dengan divisinya dan memberikan statement-statement menantang
kepada store manager dan tim HR head office. Dari awal hingga akhir pembicaraan tidak
terdapat permintaan maaf dan sikap introspeksi diri yang ditunjukan oleh mereka, maka
kesimpulan yang dapat ditarik adalah benar bahwa Cashier Head dan 4 staff kasir lainnya
melakukan Tindakan senioritas dan pembullyan terhadap staff-staff kasir baru yang diawali
dari Cashier Head yang memperlakukan bawahannya dengan tidak baik.

You might also like