Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 3

Syakhshiyah Qiyadiah

Syakhshiyah Qiyadah adalah syakhshiyah kepemimpinan. Orang yang telah


terbentuk tanda-tanda syakhshiyah Islamiyah pada dirinya, akan terbentuk pula tabi`at atau
karakter kepemimpinan, kesadaran kepememimpinan dan kepribadian kepemimpinan .
Tetapi tetap harus ada proses sengaja untuk mewujudkan kepribadian kepemimpinan ini. Hal
tersebut tidak bisa terwujud secara serampangan kecuali terpenuhi sifat-sifat kepemimpinan
pada dirinya dan tumbuh pada dirinya tabi`at-tabi`at kepemimpinan.

Sebagai tambahan, orang yang menghendaki kepribadiannya menjadi kepribadian


kepemimpinan, maka hendaknya dia harus berupaya untuk membentuk kepribadian tersebut
dalam dirinya. Sekalipun pada awalnya caranya adalah dengan rekayasa dan pemaksaan,
namun kemudian hal tersebut akan segera berubah menjadi tabi`at (karakter) dan mendarah
daging dalam proses selanjutnya. ketika dia melaksanakan aktivitas kepemimpinan, maka
terbentuklah aqliyah kepemimpinan dan akan terpatri pada dirinya kecenderungan dan
perasaan kepemimpinan. Dengan demikian muncullah tabi`at kepemimpinan secara pasti
yang tidak lagi membutuhkan sebuah rekayasa dan paksaan.

Memang benar adanya penelaahan terhadap pemikiran Islam dan pendalaman


terhadap hukum syara` akan menjamin proses perubahan seorang muslim menjadi
kepribadian kepemimpinan. Tetapi, tetap harus disertai kesengajaan, perhatian,
kemantapan, dan kesungguhan. Juga ditambah dengan adanya pelatihan setiap hari di
tengah-tengah menjalankan proses kepemimpinan.

Jenis-jenis kepemimpinan di dunia hanya ada tiga: qiyadah zakiyyah, atau qiyadah
mulhamah, atau qiyadah mubdi`ah. Selain tiga jenis itu bukanlah kepemimppinan. Oleh
karena itu, ketika kami mengatakan bahwa kepribadian kepemimpinan tidak akan terwujud
kecuali setelah terepenuhinya kekhasan-kekhasan kepemimpinan dan terwujud pula
pemikiran kepemimpinan dan karakter kepemimpinan, bukan berarti hanya ada satu
kepribadian kepemimpinan saja yang dimiliki manusia. Kepribadian kepemimpinan tersebut
akan berbeda sesuai dengan adanya perbedaan jenis pemikiran kepemimpinan; perbedaan
tabiat individu yang memiliki sifat kepemimpinan; serta sejauh mana kemampuan mereka
untuk memperhatikan keadaan-keadaan masyarakat atau sejauh mana mereka mampu untuk
memikul beban-beban kepemimpinan.

Sebagai contoh qiyadah zakkiyah. Kepemimpinan ini dimiliki oleh orang yang cerdas.
Pada dirinya terdapat kepekaan yang disertai dengan kesadaran dan kekayaan pemikiran
yang cukup. Penggunaan kekayaan pemikiran ini pada tempatnya, menjadikannya mengikuti
peristiwa dan berjalan bersama peristiwa tersebut Hanya saja kepemimpinan ini terbatas
pada hari-hari normal (biasa), akan tetapi apabila terjadi ketidaknormalan jadilah dirinya
membutuhkan usaha yang lebih kuat yang tidak biasanya. Sehingga dia dapat mengendaikan,
menjalankan, dan menjaga kepemimpinan seakan-akan tidak ada pengaruh yang berarti.
Adapun qiyadah muhamah, dimiliki oleh orang yang jenius. Dia merupakan awal
segala hal. Dirinya tidak mau sama seperti manusia pada umumnya. Dia selalu ingin menjadi
yang terdepan dari masyaraat. Dia adalah model yang langka. Dia hanya mampu menjadi yang
terbaik dalam segala hal. mulai dari pemahaman, kesadaran, kesungguhan, terdepan dalam
menanggung resiko, memikul hal-hal yang penting, melaksanakan segala aktivitas maupun
yang lainnya. Semua itu merupakan sesuatu yang lumrah dalam kehidupan kepemimpinan
(seorang pemimpin). Orang yang memiliki kepemimpinan tadi memiliki kemampuan untuk
membangkitkan orang yang jatuh, menggerakkan orang yang malas, mendekatkan perkara
yang jauh bagi orang-orang yang berpikiran pendek, menjelaskan pendapat bagi orang yang
tidak tahu, mengobati penyakit orang-orang yang malas dan dan menjauhkan kematian bagi
orang-orang yang hidup. Disamping itu, dia juga mampu memengaruhi hati manusia dan
menjaga pemikiran pada akal manusia, pada akhirnya dia mendapatkan kepercayaan dan
keridhoan dari jiwa manusia. Dia mampu menjalankan kepemimpinan tanpa membutuhkan
usaha yang luar biasa keras, baik dalam keadaan kritis maupun keadaan normal. Sebab, beban
yang dipikulnya – betapapun kerasnya – namun akan dirasakannya sebagai kelezatan
kepemimpinan dan manisnya beban kepemimpinan.

Adapun qiyadah mubdi`ah, kepemimpinan jenis ini dimiliki oleh orang yang sangat
jenius. Orang tersebut tidak mengharuskan dirinya untuk nenjadi yang terbaik di antara
manusia, tetapi dia selalu mendatangkan hal-hal yang baru. Dia tidak memperlihatkan pada
manusia apa yang menimpanya untuk menunjukkan bahwa dialah yang terbaik di antara
mereka, sekalipun dia adalah orang yang selalu mengubah apa yang menimpa manusia dan
membuka jalan yang baru. Kemudian mendorong mereka untuk menjalankan hal yang baru
tersebut. Walaupun itu adalah sesuatu yang berat, payah, dan penuh pengorbanan.

Itulah qiyadah mubdi`ah yang tidak memperhatikan komentar orang banyak (opini
umum) dan orang lain. Dia tidak berfikir untuk mengambil kepemimpinan mereka akan tetapi
dia mengangkat harkat manusia, serta dia mampu melihat apa yang ada di balik dinding. Maka
dirinya akan selalu mengawasi masyarakat dan menjauhkan apa yang menghalangi
penglihatannya, kemudian berusaha untuk mengubah atau membalikkan apa yang menimpa
manusia dan mengubah opini umum. Setelah itu, dirinya berusaha untuk mengambil
kepemimpinan mereka, sehingga mereka akan mengorbankan darah dan harta mereka demi
pemikiran yang mereka emban tanpa terpengaruh dengan beban dan penderitaan. Pada saat
itulah dia menjadi pemimpin mereka atas dasar pengorbanan darah, jiwa, dan harta secara
sukarela. Lebih dari itu dia tidak hanya mampu berjalan dalam krisis sebagaimana berjalan
dalam keadaan lapang saja, akan tetapi dia selalu mampu menghadapi problema yang
muncul, krisis yang terjadi, dan bara api yang menjalar. Dia mampu menghadapi segala
kesulitasn karena sebagian kehidupannya adalah jihad dan dia yakin bahwa kehidupannya
yang sebenarnya adalah kehidupan jihad.

Itulah tiga macam kepemimpinan di dunia. Kepribadian kepemimpinan tidak


mempunyai makna yang shahih kecuali dia memiliki satu sifat dan karakteristik dari macam-
macam kepemimpinan tersebut. Dari sinilah adanya keharusan untuk memenuhi perkara
tersebut dalam diri setiap muslim terutama orang yang ada dalam Hizbut Tahrir, sehingga dia
adalah pemimpin Islam yang diharapkan.
Kepribadian Islam adalah kepribadian kepemimpinan yang memimpin masyaraat,
umat, dan negara. Dan beramal untuk mengemban Islam sebagai kepemimpinan berfikir
(qiyadah fikriyah) ke penjuru dunia. Oleh karena itu harus mewujudkan perangai-perangai
kepemimpinan, pemahaman kepemimpinan, kesadaran kepemimpinan bagi setiap syabab,
sehingga mampu memikul tugas kepemimpinan yang berat. Karena setiap syabab itu
memimpin umat Islam dengan pemikiran, pendapat, dan hukum-hukum yang di-tabbani Hizb.
Sehingga umat rela terhadap pendapat, pemikiran, dan hukum secara penuh, maka haruslah
setiap syabab haruslah memilliki paling tidak qiyadah mulhamah, jika tidak mampu untuk
memiliki menempati qiydah mubdi`ah, maka dia harus menyeru umat terhadap apa yang di-
tabbani oleh hizb berupa pendapat dalam peristiwa-peristiwa atau solusi dari problematika
atau pemikiran tentang kehidupan atau melaksanakan aktivitas tertentu dan sejenisnya,
karena tidak mungkin baginya kecuali menjadi pemimpin. hanya saja kepemimpinan ini
bukanlah kepemimpinan militer atau kekuasaan.Tetapi kepemimpinan pemikiran, karena
kepemimpinan ini beraktvitas untuk pemikiran dan menegakkan pemerintahan atas dasar
pemikiran.

Apabila Hizb berhasil mengambil kekuasaan, maka berubahlah kepemimpinan syabab


dari kepemimpinan pemikiran kepada kepemimpinan untuk melaksanakan fikrah ini, menjaga
dan menyebarkan di antara umat manusia. Contoh yang paling baik untuk hal tersebut adalah
sahabat Rasul SAW, ketika berada di Mekkah dan Madinah sebelum mengambil kekuasaan
atas dasar fikrah, maka sesungguhnya peran syabab dalam marhalah ini memerankan
eksistensi mereka dalam masyarakat. Terus-menerus menggali buku-buku tsaqofah Hizb,
maka janganlah mereka berhenti mengemban pemikiran dalam batas tertetnu dengan alasan
sibuk dengan aktivitas politik atau alasan karena jauh dari aktivias politik yang produktif
disebabkan hal tersebut merupakan perkara yang jauh dari konsentrasi dakwah (majal) atau
alasan yang lain. Wajib bagi para syabab untuk mengemban dakwah ke tengah-tengah
manusia.

Hal ini mengharuskan syabab hidup berssama masyarakat dan berada terus-menerus
di tengah-tengah masyarakat dan mengharuskan para syabab untuk mengurusi umat, berani
menuntut terpenuhinya kemaslahatan umat dan menentang semua hal yang
menghalanginya. Kepribadian mereka harus menonjol di tengah-tengah umat sebagai
syakhshiyah siyasiyah bukan sebagai pengemban dakwah semata atau sebagai pemimpin
pemikiran semaata, sehingga terbentang jalan menuju kekuasaan dalam memimpin umat
untuk mengembalikan kehidupan Islam dalam pemerintahan. Hal ini pasti akan datang baik
dalam waktu yang lama atau dalam waktu yang singkat, insya Allah maka tidak ada kewajiban
kepada kita kecuali melaksanakan aktivitas kepemimpinan dan menjalankannya secara benar.

Dengan demikian menonjollah kepribadian para syabab sebagai pemimpin di tengah-


tengah manusia yang layak untuk menjalankan peran kepemimpinan dalam fase
pengambilalihan kekuasaan yang merupakan fase yang paling berbahaya dan menentukan,
dilihat dari aset besarnya beban yang akan dihadapi ketika mendirikan daulah tantangan
berat yang menunggu kita. Akan tetapi cukuplah bagi kita untuk percaya pada pertolongan
Allah SWT sebagai jaminan untuk menghilangkan segala kesulitan dan Allah SWT aka
menolong bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya.

You might also like