Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Jurnal Keperawatan Mersi Vol X Nomor 1 (2021) 25-30

Jurnal Keperawatan Mersi


p-ISSN: 1979-7753 e-ISSN: 2746-6000 http://ejournal.poltekkes-
smg.ac.id/ojs/index.php/jkm/index

Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pasien Tentang


Penatalaksanaan Non Farmakologi Konjungtivitis

Hartati1, Sumarni2, Supriyo3


123
Poltekkes Kemenkes Semarang

Corresponding author: Hartati

email: hartatilana@gmail.com

Received: Oktober 29th, 2020; Revised: Nopember 24th, 2020; Accepted: Desember 28th, 2020

ABSTRACT

Background : Conjunctivitis is a common disease that can be experienced by everyone regardless of their
race, gender, and social strata. Conjunctivitis can be contagious easily, so that in addition to pharmacological
treatment non pharmacological treatment is also required. Every year, in Indonesia, conjunctivitis increases
significantly, where in 2015 there were 1,528 cases, in 2016 1,769 cases. In order to prevent increase the self.
Prevention management, people with conjunctivitis need have significant knowledge and skill. The purpose of
this research is to know the description of the level of knowledge and attitude of patients about treatment of
non pharmacological conjunctivitis.
Methods : This research is quantitative with a descriptive method. Data from april 2016 until January 2017
using the questionnaire. population of 128 people with samples of the 97 people who are taken as a
proportionate random sampling.
The Results : Showed the average age of respondents has aged 26-35 (49,2%), has a junior high school
education 48 respondens (49.5%), and 37 respondents (38,1%) worked as a laborer. More than half (51.5%) of
the respondents have a low level of knowledge about the management of non pharmacological conjunctivitis
and most of the 75 respondens (77.3%) have a negative attitude about therapy for non pharmacological
conjunctivitis.
Conclusion : It is expected that the hospital can provide health education to patients about non pharmacological
conjunctivitis and leaflets related conjunctivitis treatment.

Keywords : Conjunctivitis, Knowledge, Attitude

Pendahuluan konjungtivitis ini penyebarannya sangat kilat.


Penyakit ini bermacam- macam mulai dari
Konjungtivitis ialah penyakit mata sangat terjadinya hiperemia ringan sampai dengan mata
universal di dunia. Penyakit ini terletak pada berair hingga berat gangguan dengan keluar sekret
peringkat nomor. 3 terbanyak di dunia sesudah yang purulen kental. Konjungtivitis ataupun radang
katarak serta glaukoma, spesial penyakit juga disebut konjungtiva merupakan radang dari

25
selaput lendir kelopak. Kesehatan Provinsi Riau, memberi tahu jumlah
Konjungtivitis dirasakan keberadaannya penderita.
dirasa lumayan mengusik sebab pengidap bakal
hadapi sebagian indikasi universal semacam mata Metode Penelitian
terasa nyeri, berair, terasa terdapat yang mengganjal
Disain penelitian ini ialah kuantitatif
diiringi dengan terdapatnya sekret ataupun kotoran
dengan desain deskriptif dan pendekatan hanya
pada mata (Wijana, 2009). Pemicu biasanya
untuk mendapatkan informasi tentang ”Gambaran
eksogen namun dapat pula pemicu endogen
tingkat pengetahuan dan sikap pasien mengenai
(Vaughan, 2010). Pemicu sangat universal adalah
penatalaksanaan non farmakologi konjungtivitis.
Streptococcus pneumonia pada hawa lagi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau
serta Haemophilus aegyptius pada hawa panas.
objek yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2013).
Konjungtivitis yang diakibatkan oleh Streptococcus
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
pneumonia serta Haemophilus Aegyptius diiringi
pasien. Sampel adalah bagian populasi yang dapat
pula dengan perdarahan subkonjungtiva, penyakit
dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui
ini diisyarati dengan munculnya hiperemi
metode pemilihan sampel. Teknik pemilihan
konjungtiva secara kronis, serta jumlah eksudat
sampel dalam penelitian ini adalah Proportionate
mukopurulen lagi( Vaughan, 2010).
Random. Sampling yang berarti pengambilan
Konjungtivitis ataupun mata merah dapat
sampel yang digunakan bila anggota populasinya
melanda siapa saja serta sangat gampang meluas,
terdiri atas kelompok-kelompok (Sugiono, 2009).
penularan terjalin kala seseorang yang sehat
Besarnya sampel dihitung menggunakan rumus
bersentuhan tangan semacam bersalaman dengan
perkiraan proporsi dengan presisi mutlak (Ariawan,
seseorang pengidap konjungtivitis ataupun dengan
1998).
barang yang baru dijamah oleh pengidap, kemudian
Uji validitas dan reliabilitas instrumen
orang yang sehat tersebut menyikat tangannya ke
sudah dilakukan. Kuesioner diuji cobakan kepada
mata serta perihal ini dapat menimbulkan penularan
30 orang pasien yang menderita konjungtivitis di
secara kilat sehingga bisa tingkatkan jumlah
rumah sakit. persetujuan antara peneliti dan
pengidap penyakit konjungtivitis( Ilyas, 2015).
responden. Dengan memberikan lembar persetujuan
Penyakit Konjungtivitis terus menjadi
tersebut sebelum kuesioner di bagikan. Tujuannya
bertambah. Bersumber pada informasi Pusat
agar subjek dapat mengetahui dari maksud dan
Pengendalian serta Penangkalan Penyakit di
tujuan penelitian serta resikonya. Jika subjek sudah
Amerika Serikat melaporkan kalau pada tahun
bersedia maka selanjutnya harus menandatangani
2008, menampilkan kenaikan pengidap yang lebih
lembar persetujuan. Jika subjek menolak maka
besar ialah dekat 135/10.000 pengidap baik pada
peneliti harus menghormati hak responden.
anak- anak ataupun pada orang berusia serta pula
Kerahasiaan merupakan salah satu etika
lanjut umur( Lolowang, 2014). Bersumber pada
penelitian dengan memberikan jaminan kerahasiaan
Bank Informasi Kementerian Kesehatan Indonesia(
pada hasil penelitian yang berupa informasi juga
2013) jumlah penderita rawat inap konjungtivitis di
masalah lainnya. Semua informasi yang telah
segala rumah sakit pemerintah tercatat sebesar 12,
didapatkan dijamin hal kerahasiaannya oleh
6% serta penderita rawat jalur konjungtivitis sebesar
peneliti. Data primer melalui kuesioner yang berisi
28, 3%.
domain pengetahuan dan sikap pasien dalam
Di Indonesia pada tahun 2014 dikenal dari
penatalaksanaan non farmakologi masalah
185. 863 kunjungan ke poli mata. Konjungtivitis
konjungtivitis. Data sekunder pendukung penelitian
pula tercantum dalam 10 besar penyakit rawat jalur
ini berisi data jumlah pasien yang berobat selama 6
paling banyak pada tahun 2015 (KEMENKES RI,
bulan terakhir yang diperoleh dari rekam medis RS.
2015). Bersumber pada informasi dari Dinas
26
Peneliti mengajukan surat permohonan izin virus atau bakteri reaksi alergi terhadap debu serbuk
penelitian ke Rumah Sakit yang akan diteliti. sari ulu binatang iritasi dari angin deu dll. asap dan
Peneliti melakukan pengumpulan data primer di. polusi udara lainnya cahaya Pengelasan UV listrik
Peneliti menjelaskan maksud penelitian, meminta atau sinar matahari Menggunakan lensa kontak
kesediaan responden dengan menandatangani terutama untuk jangka waktu yang lama juga dapat
lembar inform consent, dan jika responden bersedia menyebabkan konjungtivitis.
maka dilanjutkan dengan mewawancarai responden Pengetahuan yang dikumpulkan oleh
menggunakan angket berupa kuesioner yang telah responden terutama diperoleh dari tingkat
disiapkan. pendidikan responden dimana tingkat pendidikan
Pengambilan data dibantu oleh perawat responden yang tinggi adalah 10 orang (10%)
yang berdinas pada ruangan poliklinik rumah sakit memiliki ijazah universitas Dalam penelitian ini
tersebut, sebelum penelitian dilakukan peneliti masih banyak responden yang berpendidikan
melakukan persamaan persepsi terlebih dahulu. rendah atau lebih tinggi 8 orang (95%)
Teknik pengolahan data meliputi: Data yang berpendidikan SLTA. Hal ini menunjukkan bahwa
terkumpul pada penelitian ini akan diolah secara tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi
manual dan komputer. Sewaktu proses pengolahan pengetahuannya karena semakin tinggi pendidikan
data tahapan yang ditempuh diantaranya adalah: seseorang maka semakin mudah menerima
analisa univariat yaitu sebuah analisis yang informasi dari orang lain atau dari sumber media
dilakukan untuk masing- masing variabel dengan lain. Dengan demikian tingkat pendidikan yang
ditampilkan distribusi frekuensi dan rendah akan mempengaruhi kemampuan seseorang
dipresentasikan baik untuk variabel independent dalam menerima informasi. Pengkajian terhadap
maupun dependent. rendahnya pengetahuan pasien konjungtivitis salah
satu penyebabnya adalah kurangnya pemahaman
Hasil Dan Pembahasan pasien tentang cara penanganan konjungtivitis tanpa
oat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
Selain pendidikan usia juga dikaitkan
97 responden lebih dari separuh (51%) responden
dengan pengetahuan. Sebagian esar responden
memiliki pengetahuan yang rendah tentang
berusia antara 26-35 tahun atau 8 orang (95%). Usia
manajemen non farmakologis hospital-acquired
mempengaruhi kognisi dan kondisi mental
conjunctivitis. Tanjung Pinang Marine Rumah Sakit
seseorang. Semakin ertamah usianya semakin
Tanjung Pinang dan Rumah Sakit Tanjung Pinang.
erkemang cengkeraman dan kondisi mentalnya
Hal ini terlihat pada tanggapan responden sebanyak
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
70 orang (72%) menyatakan tidak mengetahui
meningkat Notoatmodjo (2013).
penularan konjungtivitis 8 orang (86%) tidak
Mengenai jenis kelamin pasien
mengetahui penyebab mata merah dan 8 orang
konjungtivitis mayoritas pasien dengan
(95%) ). setuju dengan penelitian yang dilakukan
konjungtivitis adalah 73 (75%) perempuan. Gender
oleh Khoirunnisa (2015) ahwa hampir separuh dari
tidak bisa menentukan tingkat pemahaman
59% responden memiliki pengetahuan yang rendah
seseorang. Namun perempuan tidak dapat
tentang penularan konjungtivitis. Pada hasil survey
berinteraksi dengan orang lain secara maksimal
yang dilakukan peneliti tentang pengetahuan
karena sibuk mengurus keluarga suami dan anak
penatalaksanaan non farmakologi konjungtivitis
dimana perempuan harus melakukan banyak
pada kuesioner banyak responden yang tidak
aktivitas di rumah. Akibatnya banyak wanita yang
mengetahui penyebab konjungtivitis (52%).
tidak mendapat informasi yang baik tentang
Menurut Ilyas (2015) konjungtivitis dapat
penularan dan pencegahan konjungtivitis yang
disebabkan oleh berbagai penyebab seperti: infeksi
optimal. Dan jika dari segi pekerjaan 37 orang
27
(38%) adalah pekerja karena tingkat sosial ekonomi selalu membuang ingus saat sakit lebih dari separuh
mempengaruhi pengetahuan menentukan (56%) memasukkan mata ke dalam air saat eragi
tersedianya pengaturan yang diperlukan untuk handuk (69 pertama). Kedua sikap negatif ini
membuka membawa pengetahuan sehingga dengan meningkatkan risiko penularan penyakit ke mata
pekerjaan pekerja ini mereka memiliki fasilitas yang yang sehat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
teratas. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hapsari (2014) yang menyatakan bahwa sikap
Nurhayati S (2013) yang meneliti tentang hubungan pasien konjungtivitis dalam mencegah penularan
antara Faktor Faktor pembentuk perilaku pasien konjungtivitis adalah 97% memiliki sikap negatif
dengan kejadian konjungtivitis di Rumah Sakit mencuci tangan setelah menyentuh mata yang sakit.
Mata Cicendo Bandung. Hasil penelitian Sikap adalah tanggapan mandiri seseorang terhadap
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara rangsangan tertentu dalam kaitannya dengan
faktor perilaku dalam mencuci tangan sebelum pendapat atau unsur emosional yang relevan dan
sesudah sakit mata antara lain: sikap responden 37% merupakan sikap atau kemauan untuk bertindak dan
responden eragi handuk 13% alternatif sapu tangan elum bertindak (Newcom dalam Sunaryo 2013).
dan 50% eragi antal. 75% responden memiliki Penelitian ini sependapat dengan penelitian
pengetahuan yang kurang tentang konjungtivitis yang dilakukan oleh Nurhayati S (2013) dalam
dan 61% responden memiliki sikap negatif terhadap penelitiannya mengenai sikap negatif responden
konjungtivitis. menggunakan handuk secara ersama-sama yaitu
Notoatmodjo (2013) menyatakan bahwa 36% dan sampai dengan 12% responden
pengetahuan adalah hasil mengetahui sesuatu yang menggunakan sapu tangan secara bergantian dan
terjadi setelah seseorang mempersepsikan objek paling banyak 51% . responden menggunakan
tertentu. Sebagian esar ilmu adalah untuk bantal sarung.
perbuatannya yang sangat lengkap (lebih dari Petugas kesehatan harus memberikan
perbuatan). Hal senada juga disampaikan oleh perhatian khusus untuk mencegah penyebaran
Sukanto (2003) ahwa pengetahuan merupakan konjungtivitis antar pasien Usahakan untuk tidak
kesan dalam pikiran manusia yang dihasilkan dari menyentuh mata yang sehat setelah menyentuh
penggunaan panca indera. Berbeda dengan mata yang sakit Sering-seringlah mencuci tangan
kepercayaan (elief) takhayul (takhayul) dan terutama setelah kontak (mengguncang menangani
misinformation (Mubarak 2007). dan lain-lain). Hal ini berguna untuk menjaga
Pengetahuan merupakan salah satu kebersihan mata dengan konjungtivitis Hindari
komponen yang mempengaruhi perilaku manusia tempat dengan angin kencang Disarankan memakai
karena pengetahuan merupakan hasil dari objek kacamata Terapkan dingin untuk meredakan gatal
tertentu dan sebagian besar pengetahuan diperoleh mata Lensa kontak dilarang. Penatalaksanaan non
melalui indera mata dan telinga. Pendidikan farmakologis pasien konjungtivitis adalah sebagai
kesehatan merupakan proses peningkatan berikut: Jika konjungtivitis disebabkan oleh
pengetahuan seseorang pengetahuan dapat mikroorganisme pasien harus diajari untuk
ditingkatkan melalui informasi dari orang lain menghindari kontaminasi mata yang sehat dengan
media massa dan elektronik seperti surat kabar mata orang lain. Perawat dapat menginstruksikan
leaflet majalah televisi radio (Notoatmodjo 2013). pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di kemudian tidak menyentuh mata yang sakit.
antara 97 responden sebagian besar dari 75 Mencuci tangan setelah setiap kali
responden (77%) memiliki sikap negatif terhadap memegang mata yang sakit, Hindari penggunaan
konjungtivitis non-oat. kain lap, handuk, dan sapu tangan secara bersama-
Orang yang disurvei memiliki sikap negatif sama dengan orang lain, dan juga menggunakan
lebih dari separuh (52%) berpikir bahwa mereka handuk, kain lap dan sapu tangan yang baru yang
28
terpisah untuk membersihkan mata yang sakit. 1. Setengah responden memiliki tingkat
Dari hasil penelitian terdapat perbedaan pengetahuan yang rendah tentang
dengan hasil penelitian sebelumnya dimana hasil Penatalaksanaan konjungtivitis.
penelitian sebelumnya mendapatkan pencegahan 2. Sebagian besar responden memiliki sikap yang
melalui self infection sedangkan peneliti dapatkan negatif dalam penatalaksanaan non
penyebaran infeksi konjungtivitis ke orang lain farmakologis Konjungtivitis.
secara keseluruhan yaitu dengan menggunakan
sarung bantal bersama, membuang tisu bekas pakai Daftar pustaka
pasien konjungtivitis, dan kontak mata.
[1] Azwar, Saifuddin. (2015). Sikap Manusia:
Penatalaksanaan yang harus dianjurkan pada
Teori & Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
pasien konjungtivitis adalah Bila konjungtivitis
Pelajar.
disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus
[2] Alloyna D. (2011). Prevalensi konjungtivitis di
diajari bagaimana cara menghindari kontaminasi
rumah sakit umum pusat haji adam malik
mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat
tahun 2009 dan 2010. Medan: Universitas
memberikan instruksi pada pasien untuk tidak
Sumatera Utara.
menggosok mata yang sakit dan kemudian tidak
[3] Baron, R. A. & Byrne, Donn. (2004). Psikologi
menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah
sosial. Penerbit Erlangga: Jakarta. Brunner &
setiap kali memegang mata yang sakit, hindari
Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal Bedah
penggunaan kain lap, handuk, dan sapu tangan
Volume III. Jakarta: EGC.
secara bersama-sama dengan orang lain. Dan juga
[4] Dayakisni, Tri & Hudaniah. (2003). Psikologi
menggunakan handuk,kain lap dan sapu tangan
Sosial. Malang: UMM Press.
yang baru yang terpisah untuk membersihkan mata
[5] Dinas kesehatan tanjungpinang (2015) laporan
yang sakit. Asuhan khusus harus dilakukan oleh
terkait penyakit mata
personal asuhan kesehatan guna menghindari
[6] Hutagalung, P.Y. (2011). Karakteristik
penyebaran konjungtivitis antar pasien, usahakan
penderita konjungtivitis rawat jalan di RSUD
untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah
dr. Pirngadi Medan tahun 2011. Medan.
menyentuh mata yang sakit, Mencuci tangan
Universitas Sumatera Utara.
sesering mungkin terutama setelah kontak
[7] Ilyas, Sidarta. (2015). Ilmu Penyakit Mata.
bersalaman, berpegangan dan lain-lain) dengan
Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
penderita konjungtiva. penderita konjungtivitis,
[8] James, Brus, dkk. (2009). Lecture Notes
hendaknya membuang tissue atau sejenisnya setelah
Oftalmologi. Jakarta : Erlangga.
membersihkan kotoran mata, mengganti sarung
[9] Kementerian Kesehatan RI, (2013). Jumlah
bantal dan handuk setiap hari. Ini berguna untuk
pasien rawat inap dengan jumlah penderita
menjaga kebersihan mata yang sedang menderita
konjungtivitis.
konjungtivitis, hindari daerah berangin kencang,
[10] Lolowang M, dkk. (2014). Pola bakteri aerob
dianjurkan untuk memakai kaca mata, lakukan
penyebab konjungtivitis pada penderita rawat
kompres dingin guna untuk mengurangi rasa gatal
jalan di balai kesehatan mata masyarakat kota
pada mata dilarang untuk memakai lensa kontak.
Manado. Jurnal e Biomedik EBM 2 (1): 279-
Kesimpulan 86. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
[11] Mubarak, Wahit, dkk. (2007). Promosi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar
mengenai Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
tentang Penatalaksanaan Non Farmakologi [12] Notoatmodjo. (2013). Metodologi Penelitian
konjungtivitis . Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

29
[13] Nurhayati. (2013). Hubungan antara perilaku
pasien dengan kejadian konjungtivitis di
rumah sakit mata cicendo bandung. Bandung:
Suara Forikes.
[14] Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
[15] Ramadhanisa. (2014). Conjunctivitis bacterial
treatment in kota karang village. Jurnal J
Medula Unila. volume 3 nomor 2. Lampung:
Universitas Negeri Lampung.
[16] Riyanto, Agus. (2013). Selekta Kapita
Kuesioner. Jakarta: Salemba Medika.
[17] Riyanto, (2013). Pengetahuan & Sikap dalam
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika.
[18] Salim, Idrus. (2011). Modul Manajemen &
Analisa Data Kesehatan. Padang: Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Padang
Kementerian Kesehatan RI
[19] Soekanto, S. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta: Raja Gravindo Persada.
[20] Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
[21] Tamsuri, Anas. (2010). Buku Ajar Klien
Gangguan Mata & Penglihatan. Jakarta: EGC

30

You might also like