Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 25

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

Disusun oleh :
Ario Bimo Nalendra 20421208
Fajar Daniel Pandiangan 21421593
Muhammad Syaifulloh 21421088
Sahril Bin Lasudy 21421380 2IC01
Thufail Tawad Khairullah 21421477
Trisna Handika 21421488
Zulfikar Adrias Fachrian Santoso 21421567

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 15 November 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR .................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................... 3

BAB I INTOLERAN
1.1 Pengertian Intoleran ....................................................................... 4
1.2 Faktor Penyebab Intoleran ............................................................. 4
1.3 Dampak Negatif Intoleran .............................................................. 8
BAB II RADIKALISME
2.1 Pengertian Radikalisme ................................................................. 9
2.2 Sejarah Radikalisme ....................................................................... 10
2.3 Radikalisme Indonesia ................................................................... 11
2.4 Ciri-Ciri Radikalisme ..................................................................... 12
2.5 Faktor Penyebab Radikalisme ........................................................ 12
BAB III EKSTRIMISME
3.1 Pengertian Ekstrimisme ................................................................. 14
3.2 Ciri-Ciri Ekstrimisme ..................................................................... 14
3.3 Penyebab Ekstrimisme ................................................................... 15
3.4 Contoh Ekstrimisme ....................................................................... 15
BAB IV TERORISME
4.1 Pengertian Terorisme ..................................................................... 18
4.2 Jenis Terorisme .............................................................................. 19
4.3 Bentuk Terorisme .......................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 25

3
BAB I
INTOLERAN

1.1 Pengertian Intoleran


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring, intoleransi adalah
ketiadaan tenggang rasa. Adapun Jennifer Rubin dkk mendefinisikan intoleransi
sebagai tidak adanya rasa penerimaan terhadap status minoritas yang disandang
orang lain.

Gambar 1.1 Data Intoleransi Indonesia

1.2 Faktor Penyebab Intoleran


Intoleransi tidak muncul begitu saja melainkan ada beberapa faktor yang
memegaruhi atau faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya intoleransi
yaitu faktor ekonomi, demografi, sosial politik, budaya, dan hukum.
1. Ekonomi
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa
ekonomi adalah salah satu faktor yang memengaruhi intoleransi. Faktor-faktor
ekonomi yang dimaksud antara lain kinerja ekonomi negara dan status pekerjaan.

4
a). Kinerja ekonomi Negara
Hasil studi yang telah dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa kinerja
ekonomi suatu negara sangat berpengaruh pada sikap intoleransi warganya.
Ketika ekonomi suatu negara mengalami kriris atau penurunan kinerja, orang
akan memandang negatif terhadap kaum minoritas dan kaum migran karena
dianggap dapat memberatkan keuangan negara. Namun hal ini tidak berlaku bagi
semua negara.

b). Status pekerjaan


Beberapa hal yang terkait dengan status pekerjaan seperti orang-orang yang tidak
memiliki pekerjaan, latar belakang pendidikan yang rendah, keterampilan kerja
yang minim, serta tenaga kerja yang murah dapat meningkatkan terjadinya
intoleransi di dunia kerja. Jika terjadi krisis ekonomi, merekalah yang pertama
kali akan terdepak dari pekerjaan.

2. Demografi
Selain faktor ekonomi, faktor lain yang memengaruhi intoleransi adalah
faktor-faktor demografi seperti usia, pendidikan, dan kelas sosial ekonomi.

a). Usia
Hasil studi menunjukkan bahwa mereka yang berusia lanjut umumnya bersikap
lebih intoleran dibandingkan dengan mereka yang masih muda.

b). Pendidikan
Hasil studi juga menunjukkan bahwa mereka yang berpendidikan yang tinggi
umumnya lebih toleran dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan

5
rendah. Namun, hal ini tidak berlaku untuk setiap negara karena ada beberapa
faktor yang memengaruhi seperti faktor budaya, demokratis tidaknya suatu
negara, dan heterogenitas agama.

c). Status sosial ekonomi


Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa status sosial ekonomi yang rendah
menyebabkan orang menjadi kurang toleran terhadap orang lain. Selain itu, status
sosial ekonomi yang rendah juga dapat meningkatkan persepsi seseorang akan
adanya ancaman dari etnis tertentu.

3. Sosial politik
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli juga menunjukkan
bahwa faktor-faktor sosial politik seperti peraturan yang berlaku di tengah
masyarakat dan orientasi politik sangat berkaitan erat atau memengaruhi sikap
intoleran.

a). Orientasi politik


Hasil studi menunjukkan bahwa di beberapa negara orientasi politik berkaitan
erat dengan sikap intoleran. Mereka yang memiliki preferensi politik konservatif
dan sayap kanan biasanya lebih intoleran terhadap perbedaan, keberagaman, dan
orang lain yang berbeda orientasi politik.

b). Peraturan yang berlaku di masyarakat


Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa berbagai peraturan yang berlaku di
masyarakat di beberapa negara berkaitan erat dengan tingkat intoleransi.
Misalnya, beberapa pemerintah daerah di Indonesia mengeluarkan peraturan

6
daerah yang bernuansa keagamaan sebagai dalih menjaga keraifan lokal yang
justru menyuburkan sikap dan perilaku intoleransi.

4. Budaya
Hasil studi juga menunjukkan bahwa beberapa faktor budaya seperti
tingkat kepercayaan sosial dan kontak dengan kaum minoritas yang intens dapat
mengurangi tingkat intoleransi.

a). Tingkat kepercayaan sosial


Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kepercayaan
interpersonal maka tingkat intoleransi dan prasangka akan semakin rendah.
Namun para ahli berpendapat bahwa hasil studi ini tidaklah berlaku setiap waktu.
Hal ini didukung oleh beberapa hasil studi lain yang menunjukkan sebaliknya.

b). Interaksi sosial


Beberapa hasil menunjukkan bahwa interaksi sosial dengan kaum minoritas yang
dilakukan secara intens dapat menurunkan tingkat intoleransi. Hal ini berlaku
juga pada interaksi sosial yang dilakukan terhadap mereka yang berbeda secara
etnis.

5. Hukum
Faktor hukum juga menjadi salah satu faktor yang menjadi penyebab
merebaknya intoleransi. Maksudnya adalah berbagai macam kebijakan atau
regulasi yang dibuat justru melegitimasi terjadinya intoleransi dan diskriminasi.
Misalnya di Indonesia, adanya UU Penodaan Agama menjadi jalan bagi siapapun
untuk melakukan ancaman, tuduhan, bahkan menyeret seseorang ke meja hijau
hingga penjara jika dianggap telah melakukan penodaan agama. Selain itu, aturan

7
SKB 3 Menteri yang mengatur pendirian rumah ibadah juga menjadi payung
hukum bagi siapapun untuk melakukan pelarangan berdirinya rumah ibadah.

1.3 Dampak Negatif Intoleran


Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, dampak negatif kurangnya pemahaman atas keberagaman,
yaitu:

a. Adanya perpecahan bangsa yang terjadi karena konflik sosial dalam


kehidupan bermasyarakat. Bisa karena ekonomi, status sosial, ras, suku,
agama, dan kebudayaan.
b. Memandang masyarakat dan kebudyaan sendiri lebih baik, sehingga
menimbulkan sikap merendahkan kebudayaan lain. Sikap ini mendorong
konflik antarkelompok
c. Terjadinya konflik ras, antarsuku, atau agama
d. Terjadinya kemunduran suatu bangsa dan negara, karena pemerintah sulit
membangun kebijakan
e. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan
f. Menghambat usaha pembangunan dan pemerataan sarana dan prasarana

8
BAB II
RADIKALISME

2.1 Pengertian Radikalisme


Kata Radikalisme berasal dari bahasa Latin, yaitu Radix yang artinya
akar. Istilah ini ditujukan untuk hal-hal yang mendasar, prinsip-prinsip
fundamental, pokok masalah, dan esensi dari berbagai gejala. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ada tiga arti radikalisme. Pertama, radikalisme
adalah aliran atau paham yang radikal dalam politik, kedua, radikalisme adalah
aliran atau paham yang menghendaki adanya perubahan sosial dan politik secara
drastis, dan yang ketiga, radikalisme adalah aliran politik yang bersikap ekstrim.
Sementara menurut kamus online Merriam Webster, radikalisme adalah perilaku
atau opini orang yang menginginkan atau menyukai perubahan ekstrim dalam
sistem pemerintahan atau politik. Dalam konsep sosial politik, radikalisme
adalah suatu ideologi yang menginginkan adanya perubahan, pergantian, dan
penjebolan terhadap suatu sistem masyarakat hingga ke akarnya.
Menurut situs Indonesia.go.id, istilah radikal tidak selalu bermakna
negatif tetapi bisa juga bermakna positif, tergantung konteks ruang dan waktu
yang melatarbelakangi penggunaan istilah tersebut. Jadi, pada dasarnya
radikalisme itu mengacu pada doktrin politik yang dianut oleh pihak-pihak
tertentu yang mendukung kebebasan individu dan kolektif.
Menurut para ahli, pengertian radikalisme adalah suatu ideologi (ide atau
gagasan) dan paham yang ingin melakukan perubahan pada sistem sosial dan
politik dengan menggunakan cara-cara kekerasan/ ekstrim. Inti dari tindakan
radikalisme adalah sikap dan tindakan seseorang atau kelompok tertentu yang

9
menggunakan cara-cara ekstrim bahkan kekerasan dalam mengusung perubahan
yang diinginkan. Kelompok radikal umumnya menginginkan perubahan tersebut
dalam tempo singkat dan secara drastis yang seringkali bertentangan dengan
sistem sosial yang berlaku.

2.2 Sejarah Radikalisme

Gambar 2.1 Ilustrasi Radikalisme

Radikalisme sudah ada sejak jaman dahulu karena “bibitnya” sudah ada
di dalam diri manusia. Menurut Ensiklopedia Britanica, istilah radikalisme
dikenal pertamakali setelah Charles James Fox memaparkan tentang paham
tersebut pada tahun 1797. Saat itu, Charles James Fox menyerukan “Reformasi
Radikal” dalam sistem pemerintahan di Britania Raya (Inggris). Reformasi
tersebut dipakai untuk menjelaskan pergerakan yang mendukung revolusi
parlemen di negara tersebut. Pada akhirnya ideologi radikalisme tersebut mulai
berkembang dan kemudian berbaur dengan ideologi liberalisme.
Di Prancis sebelum tahun 1848, penggunaan istilah radikal merujuk pada
orang-orang yang mendukung hak pilih universal atau republik. Memasuki abad
ke-19, istilah radikalisme berubah makna menjadi manusia yang dapat
mengendalikan lingkungan sosial dengan tindakan kolektif.

10
Sedangkan di Amerika, pengertian radikalisme adalah ekstrimisme politik dalam
bentuk apapun. Paham komunisme dianggap sebagai radikal kiri, dan fasisme
dianggap sebagai radikal kanan. Gerakan-gerakan pemuda Amerika Serika yang
mengecam nilai-nilai sosial dan politik tradisional pada saat itu disebut radikal.
Radikalisme seringkali berkaitan dengan agama tertentu, khususnya
Islam. Salah satu contohnya dapat kita lihat dari adanya kelompok ISIS (Islamic
State of Iraq and Syria) yang menginginkan perubahan tatanan dunia dengan cara
kekerasan dan teror dengan membawa/ menyebutkan simbol-simbol agama
Islam dalam setiap aksi mereka.
Tindakan ISIS dan dukungan dari sebagian kecil umat Islam terhadap
ISIS kemudian kita anggap sebagai bentuk radikalisme yang sesungguhnya. Hal
ini pada akhirnya membuat sebagian masyarakat dunia menganggap ISIS
merupakan gambaran dari ajaran Islam. Namun, tentu saja hal tersebut tidak
benar adanya karena sebagian besar umat Islam justru mengutuk tindakan keji
yang terjadi pada kelompok ISIS.

2.3 Radikalisme Indonesia


Radikalisme tidak selalu bermakna negatif. Namun, istilah ini seringkali
ditujukan pada pihak-pihak yang menginginkan perubahan sosial politik dengan
cara kekerasan sehingga istilah radikalisme yang bermakna negatif.
Paham radikalisme dapat mengancam keberlangsungan suatu negara. Menurut
situs Indonesia.go.id, penggunaan istilah radikalisme adalah:
1. Radikalisme bertujuan pada kelompok-kelompok yang ingin mengubah
ideologi negara, yaitu Pancasila dan UUD 1945.
2. Radikalisme juga berguna untuk tindakan politik tertentu yang ekstrim
dengan menggunakan cara-cara kekerasam, memaksakan kehendak,
bahkan melakukan teror.

11
3. Radikalisme juga merujuk pada tindakan kelompok-kelompok tertentu
yang anti terhadap nilai-nilai demokrasi.

2.4 Ciri - Ciri Radikalisme


Radikalisme sangat mudah kita kenali. Hal tersebut karena memang pada
umumnya penganut ideologi ini ingin terkenal dan ingin mendapat dukungan
lebih banyak orang. Itulah sebabnya radikalisme selalu menggunakan cara-cara
yang ekstrim.
Berikut ini adalah ciri-ciri radikalisme:
1. Radikalisme adalah tanggapan pada kondisi yang sedang terjadi,
tanggapan tersebut kemudian terwujud dalam bentuk evaluasi,
penolakan, bahkan perlawanan dengan keras.
2. Melakukan upaya penolakan secara terus-menerus dan menuntut
perubahan drastis yang harus terjadi.
3. Orang-orang yang menganut paham radikalisme biasanya memiliki
keyakinan yang kuat terhadap program yang ingin mereka jalankan.
4. Penganut radikalisme tidak segan-segan menggunakan cara-cara
kekerasan dalam mewujudkan keinginan mereka.
5. Penganut radikalisme memiliki anggapan bahwa semua pihak yang
berbeda pandangan dengannya adalah bersalah.

2.5 Faktor Penyebab Radikalisme


Mengacu pada pengertian radikalisme di atas, paham ini dapat terjadi
karena adanya beberapa faktor penyebab, di antaranya:
1. Faktor Pemikiran. Radikalisme dapat berkembang karena adanya
pemikiran bahwa segala sesuatunya harus dikembalikan ke agama
walaupun dengan cara yang kaku dan menggunakan kekerasan.

12
2. Faktor Ekonomi. Masalah ekonomi juga berperan membuat paham
radikalisme muncul di berbagai negara. Sudah menjadi kodrat manusia
untuk bertahan hidup, dan ketika terdesak karena masalah ekonomi maka
manusia dapat melakukan apa saja, termasuk meneror manusia lainnya.
3. Faktor Politik. Adanya pemikiran sebagian masyarakat bahwa seorang
pemimpin negara hanya berpihak pada pihak tertentu, mengakibatkan
munculnya kelompok-kelompok masyarakat yang terlihat ingin
menegakkan keadilan.Kelompok-kelompok tersebut bisa dari kelompok
sosial, agama, maupun politik. Alih-alih menegakkan keadilan,
kelompok-kelompok ini seringkali justru memperparah keadaan.
4. Faktor Sosial. Masih erat hubungannya dengan faktor ekonomi. Sebagian
masyarakat kelas ekonomi lemah umumnya berpikiran sempit sehingga
mudah percaya kepada tokoh-tokoh yang radikal karena dianggap dapat
membawa perubahan drastis pada hidup mereka.
5. Faktor Psikologis.Peristiwa pahit dalam hidup seseorang juga dapat
menjadi faktor penyebab radikalisme. Masalah ekonomi, masalah
keluarga, masalah percintaan, rasa benci dan dendam, semua ini
berpotensi membuat seseorang menjadi radikalis.
6. Faktor Pendidikan. Pendidikan yang salah merupakan faktor penyebab
munculnya radikalis di berbagai tempat, khususnya pendidikan agama.
Tenaga pendidik yang memberikan ajaran dengan cara yang salah dapat
menimbulkan radikalisme di dalam diri seseorang.

13
BAB III
EKSTRIMISME

3.1 Pengertian Ekstrimisme


Ekstremisme adalah keyakinan yang sangat kuat terhadap suatu paham
tidak dalam batas kewajaran dan sangat bertentangan dengan hokum atau aturan
yang berlaku. Pengertian Ekstremisme merupakan gerakan yang di gunakan oleh
suatu kelompok gerakan yang bersifat fanatic untuk mencapai jutuan yang tidak
baik. Akibat dari ekstremisme bisa membuat seseorang salah paham, perpecahan
sodara, saling mencurigai, dan masih banyak lain.
Berbicara mengenai ekstemisme tidak terlepas dari suku dan agama.
Sangat banyak orang yang tidak paham mengenai toleransi dan cenderung
famatik. Semua agama itu mengajarkan baik, saling menghormati sangat perlu
untuk masalah agama dan suku. Semua kelompok ada adat nya masing-masing
dan tidak perlu pihak lain berkomentar menganai tradisi mereka. Karena itu
sangat senditif sekali, jika sudah tersinggung karena diolok-olok akan menjadi
masalah besar.

3.2 Ciri – Ciri Ekstimisme


Ada beberapa ciri-ciri seseorang dikatakan ekstrimisme antara lain:
1. Sangat antusias dan bersemangat yang berlebihan pada tindakan yang
tidak baik. Karena terlalu focus pada diri sendiri yang interpretasi yang
berlebihan pada dunia.
2. Tidak memikirkan orang lain, yang ia pikirkan hanya perilakunya sendiri
dan di anggap benar. Hanya memperhatikan logika dan close mind.

14
3. Tidak tertarik pada pihak lain yang baik, tidak bersifat manusiawi kepada
korbannya.

3.3 Penyebab Ekstrimisme


Berikut ini adalah penyebab ekstrimisme pada kelompok menurut para
ahli antara lain:

1. Cataldo Neuberger and Valentini (1996), Pearlstein (1991) dan Post


(1990) mengatakan bahwa penyebab ekstremis adalah penyimpangan
kepribadian / mental disorder.

2. Tetapi Braungart & Braungart (1992), Crenshaw (2000), Rabbie (1991),


Ross (1994), dan Silke (1998) menolak pandangan tersebut, mereka
berargumentasi bahwa kepribadian bukanlah penyebab ekstremisme.

3. Tajfel dan Turner (1979) menyatakan banyak perilaku sosial kita yang
bisa dijelaskan dari kecenderungan kita untuk mengidentifikasikan diri
kita sebagai bagian dari sebuah kelompok dan menilai orang lain
sebagai bagian dari kelompok itu atau bukan.

4. Baumeister (1997:190) mengatakan bahwa perilaku kekerasan oleh


ekstrimis hampir selalu didorong oleh semangat kelompok.

3.4 Contoh Ekstrimisme


Adapun beberapa organisasi yang mewujudkan berkembangnya paham
ektremisme.

15
1. Munculnya Organisasi Berkedok Islam (ISIS)
Isis sendiri merupakan sebuah organisasi yang mengatasnamakan agama islam
dalam perkembangannya. Yang mana organisasi ini berpegang teguh pada paham
ektremisme agama. Mereka menyakini bahwa jihad yang dimaksud dalam agama
mereka ialah menegakkan agama dengan menghalalkan segala cara. Salah
satunya adalah dengan kekerasan. Isis sendiri menutup pola pemikiran mereka
dengan segala perbedaan dan perkembangan yang ada.yang mana mereka hanya
meyakini bahwa keyakinan mereka lah yang paling benar daripada yang lain.
Dalam proses perkembanganya sendiri, ISIS merekrut calon anggotanya melalui
jejaring media sosial dan internet. Hal tersebut pun telah disampaikan oleh Badan
Pembangunan Internasional AS. Untuk berupaya menegakkan pemahamannya,
ISIS pernah melakukan serangan berupa bom pada negara dan daerah tertentu
yang mereka anggap menentang eksistensinya.

2. Adanya Taliban Pakistan


Taliban Pakistan sendiri merupakan wujud pelaksanaan paham ektremisme yang
melakukan penentangan terhadap semua kebijakan pemerintah. Baik dari segi
politiknya maupun dari segi militenya. Gerakan taliban Pakistan ini juga dikenal
dengan gerakan anti terhadap ideologi barat. Dalam melancarkan aksinya,
organisasi ini tidak segan segan untuk melakukan pembunuhan terhadap pihak
pihak tertentu yang mengancam eksistensinya.

3. Al Shahab
Al Shahab merupakan jaringan terorisme yang berasal dari kawasan Timur
Afrika dan Tanduk Afrika.Gerakan aksi teror ini dipicu dari paham ektremisme

16
yang berasal dari pedesaan. Yang mana dalam segala aksi terornya ia
melancarkan serangannya terhadao daerah perkotaan.

4. Paham Ekstremisme di India


Paham ekstremisme yang berkembang di India merupakan paham ekstremisme
yang menekankan pada unsur agama. Penganut paham ini sangat anti terhadap
masyarakat india yang berkeyakinan islam. Dalam upaya diskriminasinya
sendiri, organisasi tersebut pernah melakukan pelemparan batu ke tempat tempat
peribadatan dan sekolah yang beraliran muslim.

17
BAB IV
TERORISME

4.1 Pengertian Terorisme


Terorisme adalah suatu tindakan yang melibatkan unsur kekerasan
sehingga menimbulkan efek bahaya bagi kehidupan manusia dan melanggar
hukum pidana dengan bentuk mengintimidasi atau menekan suatu pemerintahan,
masyarakat sipil atau bagian-bagiannya untuk memaksakan tujuan sosial politik
seperti pertentangan agama, ideologi dan etnis, kesenjangan ekonomi dan
perbedaan pandangan politik.
Istilah teroris dan terorisme berasal dari kata latin, yaitu terrere yang
artinya membuat gemetar atau menggetarkan. Secara etimologi terorisme berarti
menakut-nakuti (to terrify). Kata terorisme dalam bahasa Indonesia berasal dari
kata teror, yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti
usaha untuk menciptakan ketakutan, kengerian, dan kekejaman oleh seseorang
atau golongan tertentu (KBBI, 2008).
Menurut Undang-undang No. 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme, pengertian tindak pidana terorisme adalah setiap
tindakan dari seseorang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau
ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap
publik secara luas. Tindakan dengan cara merampas kemerdekaan atau
menghilangkan nyawa dan harta benda orang lain atau menghancurkan obyek-
obyek vital yang strategis atau fasilitas publik/internasional tersebut, bahkan
dapat menimbulkan korban yang bersifat massal.

18
Berikut definisi dan pengertian terorisme dari beberapa sumber buku:
1. Menurut Black’s Law Dictionary, terorisme adalah kegiatan yang
melibatkan unsur kekerasan atau yang menimbulkan efek bahaya bagi
kehidupan manusia yang melanggar hukum pidana, yang jelas
dimaksudkan untuk mengintimidasi penduduk sipil, memengaruhi
kebijakan pemerintah dan memengaruhi penyelenggaraan negara dengan
cara penculikan atau pembunuhan (Ali, 2012).
2. Menurut Federal Bureau of Investigation (FBI), terorisme adalah
pemakaian kekuatan atau kekerasan tidak sah melawan orang atau
properti untuk mengintimidasi atau menekan suatu pemerintahan,
masyarakat sipil atau bagian-bagiannya, untuk memaksakan tujuan sosial
politik (Sulistyo dkk, 2002).
3. Menurut Manulang (2006), terorisme adalah suatu cara untuk merebut
kekuasaan dari kelompok lain, dipicu oleh banyak hal seperti
pertentangan agama, ideologi dan etnis, kesenjangan ekonomi, serta
terhambatnya komunikasi masyarakat dengan pemerintah, atau karena
adanya paham separatisme dan ideologi fanatisme.

4.2 Jenis Terorisme


Menurut Firmansyah (2011), beberapa tindak kejahatan yang termasuk
dalam kategori tindak pidana terorisme adalah sebagai berikut:
Irrational Terrorism. Irrational terrorism adalah teror yang motif atau tujuannya
bisa dikatakan tak masuk akal sehat, yang bisa dikategorikan dalam kategori ini
misalnya saja salvation (pengorbanan diri) dan madness (kegilaan). Pengorbanan
diri ini kerap menjadikan para pelaku teror melakukan aksi ekstrem berupa bom
bunuh diri.

19
Criminal Terrorism. Criminal Terrorism adalah teror yang
dilatarbelakangi motif atau tujuan berdasarkan kepentingan kelompok agama
atau kepercayaan tertentu dapat dikategorikan ke dalam jenis ini. Termasuk
kegiatan kelompok dengan motif balas dendam (revenge).
Political Terrorism. Political Terrorism adalah teror bermotifkan
politik.Batasan mengenai political terrorism sampai saat ini belum ada
kesepakatan internasional yang dapat dibakukan. Contoh; seorang figur Yasser
Arrafat bagi masyarakat israel adalah seorang tokoh teroris yang harus
dieksekusi, tetap bagi bangsa Palestina dia adalah seorang Freedom fighter,
begitu pula sebaliknya dengan founding father negara Israel yang pada waktu itu
dicap sebagai teroris, setelah israel merdeka mereka dianggap sebagai pahlawan
bangsa dan dihormati.
State Terrorism. Istilah state teorrism ini semula dipergunakan PBB
ketika melihat kondisi sosial dan politik di Afrika Selatan, Israel dan negara-
negara Eropa Timur. Kekerasan negara terhadap warga negara penuh dengan
intimidasi dan berbagai penganiayaan serta ancaman lainnya banyak dilakukan
oleh oknum negara termasuk penegak hukum. Teror oleh penguasa negara,
misalnya penculikan aktivis. Teror oleh negara bisa terjadi dengan kebijakan
ekonomi yang dibuatnya. Terorisme yang dilakukan oleh negara atau aparatnya
dilakukan dan atas nama kekuasaan, stabilitas politik dan kepentingan ekonomi
elite.
Menurut USA Army Training and Doctrine Command (2007), berdasarkan
motivasi yang digunakan, tindakan terorisme dibagi menjadi beberapa jenis,
yaitu:
1. Separatisme. Motivasi gerakan untuk mendapatkan eksistensi kelompok
melalui pengakuan kemerdekaan, otonomi politik, kedaulatan, atau

20
kebebasan beragama. Kategori ini dapat timbul dari nasionalisme dan
etnosentrisme pelaku.
2. Etnosentrisme. Motivasi gerakan berlandaskan kepercayaan, keyakinan,
serta karakteristik sosial khusus yang mempererat kelompok tersebut
sehingga terdapat penggolongan derajat suatu ras. Penggolongan ini
membuat orang atau kelompok yang memiliki ras atas semena-mena
dengan kelompok ras yang lebih rendah. Tujuannya ialah
mempertunjukan kekuasaan dan kekuatan (show of power) demi
pengakuan bahwa pelaku masuk dalam ras yang unggul (supreme race).
3. Nasionalisme. Motivasi ini merupakan kesetiaan dan loyalitas terhadap
suatu negara atau paham nasional tertentu. Paham tersebut tidak dapat
dipisahkan dengan kesatuan budaya kelompok, sehingga bermaksud
untuk membentuk suatu pemerintahan baru atau lepas dari suatu
kedaulatan untuk bergabung dengan pemerintahan yang memiliki
pandangan atau paham nasional yang sama.
4. Revolusioner. Motivasi ini merupakan dedikasi untuk melakukan
perubahan atau menggulingkan pemerintahan dengan politik dan struktur
sosial yang baru. Gerakan ini identik dengan idealisme dan politik
komunisme.

4.3 Bentuk Terorisme


Menurut Nasution (2012), bentuk-bentuk tindakan terorisme adalah
sebagai berikut:
1. Peledakan bom/pengeboman
Pengeboman adalah taktik yang paling umum digunakan oleh kelompok teroris
dan merupakan aksi teror yang paling populer dilakukan karena selain
mempunyai nilai mengagetkan (shock value), aksi ini lebih cepat mendapat

21
respon karena korbannya relatif lebih banyak. Selain itu pengeboman juga
sebagai salah satu yang paling sering digunakan dan paling disukai karena
biayanya murah, bahannya mudah didapat, mudah dirakit dan mudah digunakan
serta akibatnya bisa dirasakan langsung dan dapat menarik perhatian publik dan
media massa.
2. Pembunuhan
Pembunuhan adalah bentuk aksi teroris yang tertua dan masih digunakan hingga
saat ini. Dengan model pembunuhan yang sering digunakan yaitu pembunuhan
terpilih/selektif, yaitu tindakan serangan terhadap target atau sasaran yang dipilih
atau pembunuhan terhadap figur yang dikenal masyarakat (public figure) dengan
sasaran pejabat pemerintah, pengusaha, politisi dan aparat keamanan. Semakin
tinggi tingkatan target dan semakin memperoleh pengamanan yang baik, akan
membawa efek yang cukup besar dalam kehidupan masyarakat.
3. Pembajakan
Pembajakan adalah perebutan kekuasaan dengan paksaan terhadap kendaraan
dipermukaan, penumpang-penumpangnya, dan/atau barang-barangnya. Dengan
kata lain, pembajakan adalah kegiatan merampas barang atau hak orang lain.
Pembajakan yang sering dilakukan oleh para teroris adalah pembajakan terhadap
sebuah pesawat udara, karena dapat menciptakan situasi yang menghalangi
sandera bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain, yang melibatkan sandera-
sandera dari berbagai bangsa dengan tujuan agar menimbulkan perhatian media
atau publik.
4. Penghadangan
Aksi terorisme juga sering menggunakan taktik penghadangan. Dimana
penghadangan tersebut biasanya telah dipersiapkan terlebih dahulu secara
matang oleh para teroris dengan melakukan berbagai latihan-latihan terlebih

22
dahulu, serta perencanaan medan dan waktu. Oleh karena itu taktik ini disinyalir
jarang sekali mengalami kegagalan.
5. Penculikan dan penyanderaan
Penculikan adalah salah satu tindakan terorisme yang paling sulit dilaksanakan,
tetapi bila penculikan tersebut berhasil, maka mereka akan mendapatkan uang
untuk pendanaan teroris atau melepaskan teman-teman seperjuangan yang di
penjara serta mendapatkan publisitas untuk jangka panjang. Sementara itu,
perbedaan antara penculikan dan penyanderaan dalam dunia terorisme sangatlah
tipis. Berbeda dengan penculikan, penyanderaan menyebabkan konfrontasi atau
perlawanan dengan penguasa setempat. Misi penyanderaan sifatnya kompleks
dari segi penyediaan logistik dan berisiko tinggi, termasuk aksi penculikan,
membuat barikade dan penyanderaan (mengambil alih sebuah gedung dan aksi
mengamankan sandera).
6. Perampokan
Taktik perampokan biasa dilakukan para teroris untuk mencari dana dalam
membiayai operasional-nya, teroris melakukan perampokan bank, toko perhiasan
atau tempat lainnya. Karena kegiatan terorisme sesungguhnya memiliki biaya
yang sangat mahal. Perampokan juga dapat digunakan sebagai bahan ujian bagi
program latihan personil baru.
7. Pembakaran dan Penyerangan dengan Peluru Kendali (Firebombing)
Pembakaran dan penyerangan dengan peluru kendali lebih mudah dilakukan oleh
kelompok teroris yang biasanya tidak terorganisir. Pembakaran dan penembakan
dengan peluru kendali diarahkan kepada hotel, bangunan pemerintah, atau pusat
industri untuk menunjukkan citra bahwa pemerintahan yang sedang berkuasa
tidak mampu menjaga keamanan objek vital tersebut.

23
8. Serangan bersenjata
Serangan bersenjata oleh teroris telah meningkat menjadi sesuatu aksi yang
mematikan dalam beberapa tahun belakangan ini. Teroris Sikh di India dalam
sejumlah kejadian melakukan penghentian bus yang berisi penumpang,
kemudian menembak sekaligus membunuh seluruh penumpang yang beragama
hindu yang berada di bus tersebut dengan menggunakan senapan mesin yang
menewaskan sejumlah korban, yaitu anak-anak, wanita dan orang tua seluruhnya.
9. Penggunaan Senjata Pemusnah Massal
Perkembangan teknologi tidak hanya berkembang dari dampak positifnya untuk
membantu kehidupan umat manusia, akan tetapi juga membunuh umat manusia
itu sendiri dengan kejam. Melalui penggunaan senjata-senjata pembunuh massal
yang sekarang mulai digunakan oleh para terorisme dalam menjalankan tujuan
dan sebagai salah satu bentuk teror yang baru dikalangan masyarakat.

24
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia


Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ali, Mahrus. 2012. Hukum Pidana Terorisme Teori dan Praktik. Jakarta:
Gramata Publishing.
Sulistyo, Hermawan, dkk. 2002. Beyond Terrorism; Dampak dan Strategi
pada Masa Depan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Manulang, A.C. 2006. Terorisme dan Perang Intelijen (Behauptung Ohne
Beweis-Dugaan Tanpa Bukti). Jakarta: Manna Zaitun.
Firmansyah, Hery. 2011. Upaya Penanggulanan Tindak Pidana
Terorisme di Indonesia. Jurnal Vol.23 , No.2.
US Army TRADOC. 2007. Military Guide to Terrorism. Kansas: US
TRADOC, fas.org/irp/threat/terrorism/guide.pdf.
Nasution, Aulia Rosa. 2012. Terorisme Sebagai Kejahatan Terhadap
Kemanusiaan: dalam Perspektif Hukum Internasional dan Hak Asasi Manusia.
Jakarta: Prenada Media Group.
Wahid, Abdul dan Sidiq, M. Imam. 2004. Kejahatan Terorisme –
Perspektif Agama, Ham dan Hukum. Bandung: Refika Aditama.

25

You might also like