Professional Documents
Culture Documents
Makalah PKN
Makalah PKN
Disusun oleh :
Ario Bimo Nalendra 20421208
Fajar Daniel Pandiangan 21421593
Muhammad Syaifulloh 21421088
Sahril Bin Lasudy 21421380 2IC01
Thufail Tawad Khairullah 21421477
Trisna Handika 21421488
Zulfikar Adrias Fachrian Santoso 21421567
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR .................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................... 3
BAB I INTOLERAN
1.1 Pengertian Intoleran ....................................................................... 4
1.2 Faktor Penyebab Intoleran ............................................................. 4
1.3 Dampak Negatif Intoleran .............................................................. 8
BAB II RADIKALISME
2.1 Pengertian Radikalisme ................................................................. 9
2.2 Sejarah Radikalisme ....................................................................... 10
2.3 Radikalisme Indonesia ................................................................... 11
2.4 Ciri-Ciri Radikalisme ..................................................................... 12
2.5 Faktor Penyebab Radikalisme ........................................................ 12
BAB III EKSTRIMISME
3.1 Pengertian Ekstrimisme ................................................................. 14
3.2 Ciri-Ciri Ekstrimisme ..................................................................... 14
3.3 Penyebab Ekstrimisme ................................................................... 15
3.4 Contoh Ekstrimisme ....................................................................... 15
BAB IV TERORISME
4.1 Pengertian Terorisme ..................................................................... 18
4.2 Jenis Terorisme .............................................................................. 19
4.3 Bentuk Terorisme .......................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 25
3
BAB I
INTOLERAN
4
a). Kinerja ekonomi Negara
Hasil studi yang telah dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa kinerja
ekonomi suatu negara sangat berpengaruh pada sikap intoleransi warganya.
Ketika ekonomi suatu negara mengalami kriris atau penurunan kinerja, orang
akan memandang negatif terhadap kaum minoritas dan kaum migran karena
dianggap dapat memberatkan keuangan negara. Namun hal ini tidak berlaku bagi
semua negara.
2. Demografi
Selain faktor ekonomi, faktor lain yang memengaruhi intoleransi adalah
faktor-faktor demografi seperti usia, pendidikan, dan kelas sosial ekonomi.
a). Usia
Hasil studi menunjukkan bahwa mereka yang berusia lanjut umumnya bersikap
lebih intoleran dibandingkan dengan mereka yang masih muda.
b). Pendidikan
Hasil studi juga menunjukkan bahwa mereka yang berpendidikan yang tinggi
umumnya lebih toleran dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan
5
rendah. Namun, hal ini tidak berlaku untuk setiap negara karena ada beberapa
faktor yang memengaruhi seperti faktor budaya, demokratis tidaknya suatu
negara, dan heterogenitas agama.
3. Sosial politik
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli juga menunjukkan
bahwa faktor-faktor sosial politik seperti peraturan yang berlaku di tengah
masyarakat dan orientasi politik sangat berkaitan erat atau memengaruhi sikap
intoleran.
6
daerah yang bernuansa keagamaan sebagai dalih menjaga keraifan lokal yang
justru menyuburkan sikap dan perilaku intoleransi.
4. Budaya
Hasil studi juga menunjukkan bahwa beberapa faktor budaya seperti
tingkat kepercayaan sosial dan kontak dengan kaum minoritas yang intens dapat
mengurangi tingkat intoleransi.
5. Hukum
Faktor hukum juga menjadi salah satu faktor yang menjadi penyebab
merebaknya intoleransi. Maksudnya adalah berbagai macam kebijakan atau
regulasi yang dibuat justru melegitimasi terjadinya intoleransi dan diskriminasi.
Misalnya di Indonesia, adanya UU Penodaan Agama menjadi jalan bagi siapapun
untuk melakukan ancaman, tuduhan, bahkan menyeret seseorang ke meja hijau
hingga penjara jika dianggap telah melakukan penodaan agama. Selain itu, aturan
7
SKB 3 Menteri yang mengatur pendirian rumah ibadah juga menjadi payung
hukum bagi siapapun untuk melakukan pelarangan berdirinya rumah ibadah.
8
BAB II
RADIKALISME
9
menggunakan cara-cara ekstrim bahkan kekerasan dalam mengusung perubahan
yang diinginkan. Kelompok radikal umumnya menginginkan perubahan tersebut
dalam tempo singkat dan secara drastis yang seringkali bertentangan dengan
sistem sosial yang berlaku.
Radikalisme sudah ada sejak jaman dahulu karena “bibitnya” sudah ada
di dalam diri manusia. Menurut Ensiklopedia Britanica, istilah radikalisme
dikenal pertamakali setelah Charles James Fox memaparkan tentang paham
tersebut pada tahun 1797. Saat itu, Charles James Fox menyerukan “Reformasi
Radikal” dalam sistem pemerintahan di Britania Raya (Inggris). Reformasi
tersebut dipakai untuk menjelaskan pergerakan yang mendukung revolusi
parlemen di negara tersebut. Pada akhirnya ideologi radikalisme tersebut mulai
berkembang dan kemudian berbaur dengan ideologi liberalisme.
Di Prancis sebelum tahun 1848, penggunaan istilah radikal merujuk pada
orang-orang yang mendukung hak pilih universal atau republik. Memasuki abad
ke-19, istilah radikalisme berubah makna menjadi manusia yang dapat
mengendalikan lingkungan sosial dengan tindakan kolektif.
10
Sedangkan di Amerika, pengertian radikalisme adalah ekstrimisme politik dalam
bentuk apapun. Paham komunisme dianggap sebagai radikal kiri, dan fasisme
dianggap sebagai radikal kanan. Gerakan-gerakan pemuda Amerika Serika yang
mengecam nilai-nilai sosial dan politik tradisional pada saat itu disebut radikal.
Radikalisme seringkali berkaitan dengan agama tertentu, khususnya
Islam. Salah satu contohnya dapat kita lihat dari adanya kelompok ISIS (Islamic
State of Iraq and Syria) yang menginginkan perubahan tatanan dunia dengan cara
kekerasan dan teror dengan membawa/ menyebutkan simbol-simbol agama
Islam dalam setiap aksi mereka.
Tindakan ISIS dan dukungan dari sebagian kecil umat Islam terhadap
ISIS kemudian kita anggap sebagai bentuk radikalisme yang sesungguhnya. Hal
ini pada akhirnya membuat sebagian masyarakat dunia menganggap ISIS
merupakan gambaran dari ajaran Islam. Namun, tentu saja hal tersebut tidak
benar adanya karena sebagian besar umat Islam justru mengutuk tindakan keji
yang terjadi pada kelompok ISIS.
11
3. Radikalisme juga merujuk pada tindakan kelompok-kelompok tertentu
yang anti terhadap nilai-nilai demokrasi.
12
2. Faktor Ekonomi. Masalah ekonomi juga berperan membuat paham
radikalisme muncul di berbagai negara. Sudah menjadi kodrat manusia
untuk bertahan hidup, dan ketika terdesak karena masalah ekonomi maka
manusia dapat melakukan apa saja, termasuk meneror manusia lainnya.
3. Faktor Politik. Adanya pemikiran sebagian masyarakat bahwa seorang
pemimpin negara hanya berpihak pada pihak tertentu, mengakibatkan
munculnya kelompok-kelompok masyarakat yang terlihat ingin
menegakkan keadilan.Kelompok-kelompok tersebut bisa dari kelompok
sosial, agama, maupun politik. Alih-alih menegakkan keadilan,
kelompok-kelompok ini seringkali justru memperparah keadaan.
4. Faktor Sosial. Masih erat hubungannya dengan faktor ekonomi. Sebagian
masyarakat kelas ekonomi lemah umumnya berpikiran sempit sehingga
mudah percaya kepada tokoh-tokoh yang radikal karena dianggap dapat
membawa perubahan drastis pada hidup mereka.
5. Faktor Psikologis.Peristiwa pahit dalam hidup seseorang juga dapat
menjadi faktor penyebab radikalisme. Masalah ekonomi, masalah
keluarga, masalah percintaan, rasa benci dan dendam, semua ini
berpotensi membuat seseorang menjadi radikalis.
6. Faktor Pendidikan. Pendidikan yang salah merupakan faktor penyebab
munculnya radikalis di berbagai tempat, khususnya pendidikan agama.
Tenaga pendidik yang memberikan ajaran dengan cara yang salah dapat
menimbulkan radikalisme di dalam diri seseorang.
13
BAB III
EKSTRIMISME
14
3. Tidak tertarik pada pihak lain yang baik, tidak bersifat manusiawi kepada
korbannya.
3. Tajfel dan Turner (1979) menyatakan banyak perilaku sosial kita yang
bisa dijelaskan dari kecenderungan kita untuk mengidentifikasikan diri
kita sebagai bagian dari sebuah kelompok dan menilai orang lain
sebagai bagian dari kelompok itu atau bukan.
15
1. Munculnya Organisasi Berkedok Islam (ISIS)
Isis sendiri merupakan sebuah organisasi yang mengatasnamakan agama islam
dalam perkembangannya. Yang mana organisasi ini berpegang teguh pada paham
ektremisme agama. Mereka menyakini bahwa jihad yang dimaksud dalam agama
mereka ialah menegakkan agama dengan menghalalkan segala cara. Salah
satunya adalah dengan kekerasan. Isis sendiri menutup pola pemikiran mereka
dengan segala perbedaan dan perkembangan yang ada.yang mana mereka hanya
meyakini bahwa keyakinan mereka lah yang paling benar daripada yang lain.
Dalam proses perkembanganya sendiri, ISIS merekrut calon anggotanya melalui
jejaring media sosial dan internet. Hal tersebut pun telah disampaikan oleh Badan
Pembangunan Internasional AS. Untuk berupaya menegakkan pemahamannya,
ISIS pernah melakukan serangan berupa bom pada negara dan daerah tertentu
yang mereka anggap menentang eksistensinya.
3. Al Shahab
Al Shahab merupakan jaringan terorisme yang berasal dari kawasan Timur
Afrika dan Tanduk Afrika.Gerakan aksi teror ini dipicu dari paham ektremisme
16
yang berasal dari pedesaan. Yang mana dalam segala aksi terornya ia
melancarkan serangannya terhadao daerah perkotaan.
17
BAB IV
TERORISME
18
Berikut definisi dan pengertian terorisme dari beberapa sumber buku:
1. Menurut Black’s Law Dictionary, terorisme adalah kegiatan yang
melibatkan unsur kekerasan atau yang menimbulkan efek bahaya bagi
kehidupan manusia yang melanggar hukum pidana, yang jelas
dimaksudkan untuk mengintimidasi penduduk sipil, memengaruhi
kebijakan pemerintah dan memengaruhi penyelenggaraan negara dengan
cara penculikan atau pembunuhan (Ali, 2012).
2. Menurut Federal Bureau of Investigation (FBI), terorisme adalah
pemakaian kekuatan atau kekerasan tidak sah melawan orang atau
properti untuk mengintimidasi atau menekan suatu pemerintahan,
masyarakat sipil atau bagian-bagiannya, untuk memaksakan tujuan sosial
politik (Sulistyo dkk, 2002).
3. Menurut Manulang (2006), terorisme adalah suatu cara untuk merebut
kekuasaan dari kelompok lain, dipicu oleh banyak hal seperti
pertentangan agama, ideologi dan etnis, kesenjangan ekonomi, serta
terhambatnya komunikasi masyarakat dengan pemerintah, atau karena
adanya paham separatisme dan ideologi fanatisme.
19
Criminal Terrorism. Criminal Terrorism adalah teror yang
dilatarbelakangi motif atau tujuan berdasarkan kepentingan kelompok agama
atau kepercayaan tertentu dapat dikategorikan ke dalam jenis ini. Termasuk
kegiatan kelompok dengan motif balas dendam (revenge).
Political Terrorism. Political Terrorism adalah teror bermotifkan
politik.Batasan mengenai political terrorism sampai saat ini belum ada
kesepakatan internasional yang dapat dibakukan. Contoh; seorang figur Yasser
Arrafat bagi masyarakat israel adalah seorang tokoh teroris yang harus
dieksekusi, tetap bagi bangsa Palestina dia adalah seorang Freedom fighter,
begitu pula sebaliknya dengan founding father negara Israel yang pada waktu itu
dicap sebagai teroris, setelah israel merdeka mereka dianggap sebagai pahlawan
bangsa dan dihormati.
State Terrorism. Istilah state teorrism ini semula dipergunakan PBB
ketika melihat kondisi sosial dan politik di Afrika Selatan, Israel dan negara-
negara Eropa Timur. Kekerasan negara terhadap warga negara penuh dengan
intimidasi dan berbagai penganiayaan serta ancaman lainnya banyak dilakukan
oleh oknum negara termasuk penegak hukum. Teror oleh penguasa negara,
misalnya penculikan aktivis. Teror oleh negara bisa terjadi dengan kebijakan
ekonomi yang dibuatnya. Terorisme yang dilakukan oleh negara atau aparatnya
dilakukan dan atas nama kekuasaan, stabilitas politik dan kepentingan ekonomi
elite.
Menurut USA Army Training and Doctrine Command (2007), berdasarkan
motivasi yang digunakan, tindakan terorisme dibagi menjadi beberapa jenis,
yaitu:
1. Separatisme. Motivasi gerakan untuk mendapatkan eksistensi kelompok
melalui pengakuan kemerdekaan, otonomi politik, kedaulatan, atau
20
kebebasan beragama. Kategori ini dapat timbul dari nasionalisme dan
etnosentrisme pelaku.
2. Etnosentrisme. Motivasi gerakan berlandaskan kepercayaan, keyakinan,
serta karakteristik sosial khusus yang mempererat kelompok tersebut
sehingga terdapat penggolongan derajat suatu ras. Penggolongan ini
membuat orang atau kelompok yang memiliki ras atas semena-mena
dengan kelompok ras yang lebih rendah. Tujuannya ialah
mempertunjukan kekuasaan dan kekuatan (show of power) demi
pengakuan bahwa pelaku masuk dalam ras yang unggul (supreme race).
3. Nasionalisme. Motivasi ini merupakan kesetiaan dan loyalitas terhadap
suatu negara atau paham nasional tertentu. Paham tersebut tidak dapat
dipisahkan dengan kesatuan budaya kelompok, sehingga bermaksud
untuk membentuk suatu pemerintahan baru atau lepas dari suatu
kedaulatan untuk bergabung dengan pemerintahan yang memiliki
pandangan atau paham nasional yang sama.
4. Revolusioner. Motivasi ini merupakan dedikasi untuk melakukan
perubahan atau menggulingkan pemerintahan dengan politik dan struktur
sosial yang baru. Gerakan ini identik dengan idealisme dan politik
komunisme.
21
respon karena korbannya relatif lebih banyak. Selain itu pengeboman juga
sebagai salah satu yang paling sering digunakan dan paling disukai karena
biayanya murah, bahannya mudah didapat, mudah dirakit dan mudah digunakan
serta akibatnya bisa dirasakan langsung dan dapat menarik perhatian publik dan
media massa.
2. Pembunuhan
Pembunuhan adalah bentuk aksi teroris yang tertua dan masih digunakan hingga
saat ini. Dengan model pembunuhan yang sering digunakan yaitu pembunuhan
terpilih/selektif, yaitu tindakan serangan terhadap target atau sasaran yang dipilih
atau pembunuhan terhadap figur yang dikenal masyarakat (public figure) dengan
sasaran pejabat pemerintah, pengusaha, politisi dan aparat keamanan. Semakin
tinggi tingkatan target dan semakin memperoleh pengamanan yang baik, akan
membawa efek yang cukup besar dalam kehidupan masyarakat.
3. Pembajakan
Pembajakan adalah perebutan kekuasaan dengan paksaan terhadap kendaraan
dipermukaan, penumpang-penumpangnya, dan/atau barang-barangnya. Dengan
kata lain, pembajakan adalah kegiatan merampas barang atau hak orang lain.
Pembajakan yang sering dilakukan oleh para teroris adalah pembajakan terhadap
sebuah pesawat udara, karena dapat menciptakan situasi yang menghalangi
sandera bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain, yang melibatkan sandera-
sandera dari berbagai bangsa dengan tujuan agar menimbulkan perhatian media
atau publik.
4. Penghadangan
Aksi terorisme juga sering menggunakan taktik penghadangan. Dimana
penghadangan tersebut biasanya telah dipersiapkan terlebih dahulu secara
matang oleh para teroris dengan melakukan berbagai latihan-latihan terlebih
22
dahulu, serta perencanaan medan dan waktu. Oleh karena itu taktik ini disinyalir
jarang sekali mengalami kegagalan.
5. Penculikan dan penyanderaan
Penculikan adalah salah satu tindakan terorisme yang paling sulit dilaksanakan,
tetapi bila penculikan tersebut berhasil, maka mereka akan mendapatkan uang
untuk pendanaan teroris atau melepaskan teman-teman seperjuangan yang di
penjara serta mendapatkan publisitas untuk jangka panjang. Sementara itu,
perbedaan antara penculikan dan penyanderaan dalam dunia terorisme sangatlah
tipis. Berbeda dengan penculikan, penyanderaan menyebabkan konfrontasi atau
perlawanan dengan penguasa setempat. Misi penyanderaan sifatnya kompleks
dari segi penyediaan logistik dan berisiko tinggi, termasuk aksi penculikan,
membuat barikade dan penyanderaan (mengambil alih sebuah gedung dan aksi
mengamankan sandera).
6. Perampokan
Taktik perampokan biasa dilakukan para teroris untuk mencari dana dalam
membiayai operasional-nya, teroris melakukan perampokan bank, toko perhiasan
atau tempat lainnya. Karena kegiatan terorisme sesungguhnya memiliki biaya
yang sangat mahal. Perampokan juga dapat digunakan sebagai bahan ujian bagi
program latihan personil baru.
7. Pembakaran dan Penyerangan dengan Peluru Kendali (Firebombing)
Pembakaran dan penyerangan dengan peluru kendali lebih mudah dilakukan oleh
kelompok teroris yang biasanya tidak terorganisir. Pembakaran dan penembakan
dengan peluru kendali diarahkan kepada hotel, bangunan pemerintah, atau pusat
industri untuk menunjukkan citra bahwa pemerintahan yang sedang berkuasa
tidak mampu menjaga keamanan objek vital tersebut.
23
8. Serangan bersenjata
Serangan bersenjata oleh teroris telah meningkat menjadi sesuatu aksi yang
mematikan dalam beberapa tahun belakangan ini. Teroris Sikh di India dalam
sejumlah kejadian melakukan penghentian bus yang berisi penumpang,
kemudian menembak sekaligus membunuh seluruh penumpang yang beragama
hindu yang berada di bus tersebut dengan menggunakan senapan mesin yang
menewaskan sejumlah korban, yaitu anak-anak, wanita dan orang tua seluruhnya.
9. Penggunaan Senjata Pemusnah Massal
Perkembangan teknologi tidak hanya berkembang dari dampak positifnya untuk
membantu kehidupan umat manusia, akan tetapi juga membunuh umat manusia
itu sendiri dengan kejam. Melalui penggunaan senjata-senjata pembunuh massal
yang sekarang mulai digunakan oleh para terorisme dalam menjalankan tujuan
dan sebagai salah satu bentuk teror yang baru dikalangan masyarakat.
24
DAFTAR PUSTAKA
25