Professional Documents
Culture Documents
LP&SP Isolasi Sosial
LP&SP Isolasi Sosial
ISOLASI SOSIAL
2. Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif
B. Faktor Presipitasi
a. Stressor sosial budaya
Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor keluarga
seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti
dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
b. Stressor psikologis
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan
orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan
dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi. (Prabowo, 2014: 111)
D. Rentang Respons
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan bahwa
manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka
harus membina hubungan interpersonal yang positif. Individu juga harus membina
saling tergantung yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan
kemandirian dalam suatu hubungan
Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang masih
dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya lingkungannya yang umum
berlaku dan lazim dilakukan oleh semua orang. respon ini meliputi:
a. Solitude (menyendiri)
Adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah
dilakukan di lingkungan sosialnya juga suatu cara mengevaluasi diri untuk
menentukan langkah-langkah selanjutnya.
b. Otonomi
Adalah kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam berhubungan sosial.
c. Mutualisme (bekerja sama)
Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu mampu
untuk saling memberi dan menerima.
d. Interdependen (saling ketergantungan)
Adalah suatu hubungan saling tergantung antara individu dengan orang lain
dalam rangka membina hubungan interpersonal.
E. Mekanisme Koping
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan
suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang sering digunakan pada
isolasi sosial adalah regresi, represi, isolasi. (Damaiyanti, 2012: 84)
a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak dapat
diterima secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.
c. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan motivasi
atau
bertentangan antara sikap dan perilaku.
Mekanisme koping yang muncul yaitu:
Effect
Core Problem
Causa
2. Klien mampu Setelah … x interaksi klien dapat 1. Tanyakan pada klien tentang: Bila klien sudah mau mengungkapkan
menyebutkan menyebutkan minimal satu satu penyebab Orang yang tinggal semua perasaannya akan
penyebab menarik menarik diri dari: serumah/sekamar dengan klien mempermudahkan perawat
diri Diri sendiri Orang yang paling dekat dengan klien melaksanakan asuhan
Orang lain di rumah/ di ruang perawatan keperawatannya.
lingkungan Apa yang membuat klien dekat dengan
orang tersebut
3. Klien mampu Setelah … x interaksi klien dapat 1. Tanyakan pada klien tentang manfaat Tingkat pengetahuan membantu
menyebutkan menyebutkan keuntungan berhubungan hubungan sosial dan kerugian menarik perawat mengarahkan klien untuk
keuntungan sosial, misalnya: diri berhubungan dengan orang lain.
berhubungan sosial Banyak teman Mengidentifikasi kemampuan yang
dan kerugian Tidak kesepian 2. Diskusikan bersama klien tentang manfaat dimiliki klien dan untuk
menarik diri Bisa diskusi berhubungan sosial dan kerugian menarik diri meningkatkan harga diri dan percaya
Saling menolong diri klien
Dan kerugian menarik diri, Reinforcement positif akan
misalnya: Sendiri, kesepian, tidak 3. Beri pujian terhadap kemampuan klien menambah rasa percaya diri klien.
bisa diskusi mengungkapkan perasaannya
4. Klien dapat Setelah … x interaksi klien dapat 1. Beri motivasi dan Bantu klien untuk Dengan berhubungan secara bertahap,
melaksanakan melaksanakan hubungan sosial secara berkenalan dengan : perawat lain, klien lain, diharapkan klien mampu mengadopsi
hubungan sosial bertahap dengan : perawat, perawat dan kelompok. perilaku tersebut dan memudahkan
secara bertahap lain, klien lain, dan kelompok klien mengingat hubungan yang telah
dilakukan.
2. Tingkatkan interaksi klien secara bertahap Melakukan hubungan secara
dengan perawat lain, klien lain, dan bertahap mengurangi kecemasan
kelompok klien dalam berhubungan dengan
orang lain dan meminimalkan
kekecewaan dan meningkatkan
percaya diri dalam berhubungan
dengan orang lain
Melibatkan klien dalam aktivitas
3. Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok kelompok akan membuat klien
sosialisasi
4. Diskusikan jadwal harian yang dapat merasa diperlukan dan merasa harga
dilakukan klien untuk meningkatkan dirinya bertambah
kemampuan klien bersosialisasi
5. Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan
sesuai dengan jadwal yang telah dibuat
6. Beri pujian terhadap kemampuan klien
memperluas pergaulannya melalui Meningkatkan rasa percaya diri
aktivitas yang telah dilaksanaka klien, sehingga klien akan
mengulangi perbuatan yang serupa
5. Klien mampu Setelah … x interaksi klien dapat 1 Diskusikan dengan klien tentang perasaannya Dengan mengetahui perasaan klien
menjelaskan menjelaskan perasaannya setelah setelah berhubungan sosial dengan orang lain akan mempermudah perawat untuk
perasaannya setelah berhubungan sosial dengan : orang lain, dan kelompok melakukan intervensi selanjutnya dan
berhubungan sosial dan kelompok. untuk menilai kepuasan klien dan
hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain.
2 Beri pujian terhadap kemampuan klien Meningkatkan harga diri klien dan
mengungkapkan perasannya memotovasi klien untuk
berhubungan dengan orang lain
6. Klien mendapat 1. Setelah … x pertemuan keluarga 1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga Dukungan keluarga, mendukung
dukungan dari dapat menjelaskan tentang : sebagai pendukung untuk mengatasi proses perubahan perilaku menarik
keluarga dalam Pengertian menarik diri prilaku menarik diri diri yang dialami klien.
memperluas Tanda dan gejala menarik diri 2. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu Untuk meningkatkan motivasi klien
hubungan sosial Penyebab dan akibat menarik diri klien mengatasi prilaku menarik diri dalam berhubungan dengan orang lain
Cara merawat klien menarik diri 3. Jelaskan pada keluarga tentang : Untuk memberikan pengetahuan
2. Setelah … x pertemuan keluarga dapat Pengertian menarik diri kepada keluarga sehingga keluarga
mempraktekkan cara merawat klien Tanda dan gejala menarik diri dapat memahami cara yang tepat
menarik diri Penyebab dan akibat menarik diri dalam menangani klien dan
4. Latih keluarga cara merawat klien menarik diri pentingnya perhatian keluarga.
5. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba Agar keluarga dapat merawat klien di
cara yang telah dilatih rumah secara mandiri.
6. Beri motivasi keluarga agar membantu klien
untuk bersosialisasi Untuk meningkatkan motivasi klien
7. Beri pujian terhadap keluarga atas dalam berhubungan dengan orang lain
keterlibatannya merawat klien di rumah Untuk memotivasi keluarga agar
sakit terus membantu klien
STRATEGI PELAKSANAAN
SP II p SP II k
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Melatih keluarga
harian klien mempraktekkan cara
2. memberikan kesempatan kepada klien merawat klien dengan
mempraktekkan cara berkenalan isolasi sosial
dengan satu orang 2. Melatih keluarga melakukan
3. Membantu klien memasukkan kegiatan cara merawat langsung
berbincang-bincang dengan orang lain kepada klien isolasi sosial
sebagai salah satu kegiatan harian
SP III p SP III k
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Membantu keluarga
harian klien membuat jadwal aktivitas di
2. Memberikan kesempatan kepada rumah termasuk minum
klien berkenalan dengabn dua orang obat (discharge planning)
atau lebih 2. Menjelaskan follow up klien
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam setelah pulang
jadwal kegiatan harian
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP 1 P Isolasi Sosial
Pertemuan Ke 1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menghindar dari orang lain (menyendiri),
Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien
lain/perawat, Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk, Berdiam diri di kamar/klien
kurang mobilitas., Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap, Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
2. Diagnosa keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tujuan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi Pak/Ibu, kenalkan nama saya ... . biasa dipanggil… Saya
mahasiswa dari Ilmu Keperawatan ... ., selama 1 minggu akan praktik di sini.”
“Bapak/Ibu namanya siapa? Kalau boleh saya tahu Bapak/Ibu senang dipanggil
siapa? Asalnya darimana?”
b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini? Sudah mandi apa belum Pak/Bu? Tadi
malam apakah tidurnya nyenyak?”
c. Kontrak
2. Fase kerja
“Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan bapak/ ibu?
Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan bapak/ ibu? Apa yang membuat
bapak/ ibu jarang bercakap-cakap dengannya?”
“Apa yang bapak/ ibu rasakan selama bapak/ ibu dirawat disini? O.. bapak/ ibu
merasa sendirian? Siapa saja yang bapak/ ibu kenal di ruangan ini”
“Apa saja kegiatan yang biasa bapak/ ibu lakukan dengan teman yang bapak/ ibu
kenal?”
“Apa yang menghambat bapak/ ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan
”Menurut bapak/ ibu apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ?
Wah benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat
menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya
bapak/ ibu ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa). Jadi
banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah bapak/ ibu
belajar bergaul dengan orang lain ?
“Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”
“Begini lho bapak/ ibu, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan
dulu nama kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh:
Nama Saya S, senang dipanggil Si. Asal saya dari , hobi memasak”
“Ayo bapak/ ibu dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan bapak/ ibu. Coba
berkenalan dengan saya!”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subyektif
b. Evaluasi obyektif
“Bapak/ ibu mau praktekkan ke pasien lain. Mau jam berapa mencobanya.
Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.”
d. Kontrak
“Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak bapak/ ibu
berkenalan dengan teman saya, perawat N. Bagaimana, bapak/ ibu mau kan?”
”Baiklah, sampai jumpa.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP 2 P Isolasi Sosial
Pertemuan Ke 2
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menghindar dari orang lain (menyendiri),
Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien
lain/perawat, Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk, Berdiam diri di kamar/klien
kurang mobilitas., Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap, Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
2. Diagnosa keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tujuan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi Pak/Ibu, kenalkan nama saya ... . biasa dipanggil Saya
mahasiswa dari Ilmu Keperawatan ... ., selama 1 minggu akan praktik disini.”
b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini? Sudah mandi apa belum Pak/Bu? Tadi
malam apakah tidurnya nyenyak? Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang
berkenalan »Coba sebutkan lagi sambil bersalaman dengan Suster.
c. Kontrak
2. Fase kerja
“Baiklah bapak/ ibu, bapak/ ibu bisa berkenalan dengan perawat N seperti yang kita
praktekkan kemarin”
“Ada lagi yang bapak/ ibu ingin tanyakan kepada perawat N . coba tanyakan tentang
keluarga perawat N”
“ Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, bapak/ ibu bisa sudahi perkenalan ini.
Lalu bapak/ ibu bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat N, misalnya jam 1
siang nanti”
“Baiklah perawat N, karena bapak/ ibu sudah selesai berkenalan, saya dan bapak/
ibu akan kembali ke ruangan bapak/ ibu. Selamat pagi”
(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat N untuk melakukan terminasi
dengan bapak/ ibu di tempat lain)
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subyektif
b. Evaluasi obyektif
“bapak/ ibu tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan perawat N baik sekali”
”Selanjutnya bapak/ ibu dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya
tidak ada. Sehingga bapak/ ibu lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain”
“Pertahankan terus apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan topik
lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi, dan
sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan perawat lain. Mari kita masukkan pada
jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti S coba
sendiri”
d. Kontrak
“Besok kita latihan lagi. mau jam berapa? Jam 10? Bagaimana, bapak/ ibu mau kan?”
“Baiklah, sampai jumpa.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP 3 P Isolasi Sosial
Pertemuan Ke 3
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menghindar dari orang lain (menyendiri), Komunikasi
kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat, Tidak
ada kontak mata, klien sering menunduk, Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.,
Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika
diajak bercakap-cakap, Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
2. Diagnosa keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tujuan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi Pak/Ibu, kenalkan nama saya ... . biasa dipanggil Saya
mahasiswa dari Ilmu Keperawatan ... ., selama 1 minggu akan praktik disini.”
b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini? Sudah mandi apa belum Pak/Bu? Tadi
malam apakah tidurnya nyenyak? ”Apakah Pak/Ibu bercakap-cakap dengan
perawat N kemarin siang”
(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain)
c. Kontrak
”Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien
O, seperti biasa kira-kira 10 menit. Mari kita temui dia di ruang makan”
2. Fase Kerja
“Selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan. Baiklah S, S sekarang
bisa berkenalan dengannya seperti yang telah pak/ ibu lakukan sebelumnya”
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan
nama, nama panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama).
“Ada lagi yang pak/ ibu ingin tanyakan kepada O. Kalau tidak ada lagi yang ingin
dibicarakan, pak/ ibu bisa sudahi perkenalan ini. Lalu S bisa buat janji bertemu
lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti”
“Baiklah O, karena pak/ ibu sudah selesai berkenalan, saya dan pak/ ibu akan
kembali ke ruangan pak/ ibu . Selamat pagi”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif
b. Evaluasi obyektif
”Dibandingkan kemarin pagi, N tampak lebih baik saat berkenalan dengan O”
”pertahankan apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu
kembali dengan O jam 4 sore nanti”c. Rencana tindak lanjut
c. Kontrak
”Besok kita latihan lagi. mau jam berapa? Jam 10, jam 1 dan jam 8? Bagaimana,
bapak/ ibu mau kan? Baiklah, sampai jumpa.”
DAFTAR PUSTAKA