Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

I. Kasus (masalah utama)


Isolasi Sosial: Menarik Diri
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama
sekali tidak mampu berinteaksi dengan orang lain disekitarnya (Damaiyanti, 2012). Klien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2011). Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang
dialami individu dan dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain sebagai pernyataan
negatif atau mengancam (NANDA-I dalam Damaiyanti, 2012).
Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya
kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi
seseorang dalam hubungan sosial (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Isolasi sosial
merupakan upaya Klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari
hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan orang lain (Trimelia, 2011).

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Faktor PredisposisI
1. Faktor perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus
dilalui individu dengan sukses agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Apabila tugas ini tidak terpenuhi, akan mencetuskan seseorang sehingga
mempunyai masalah respon sosial maladaptif. (Damaiyanti, 2012)

2. Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif

3. Faktor sosial budaya


Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini
diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain,
atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif seperti lansia,
orang cacat, dan penderita penyakit kronis.

4. Faktor komunikasi dalam keluarga


Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang dalam gangguan
berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal yang negative dan
mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Seseorang anggota keluarga
menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan, ekspresi emosi
yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan
lingkungan diluar keluarga.

B. Faktor Presipitasi
a. Stressor sosial budaya
Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor keluarga
seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti
dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.

b. Stressor psikologis
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan
orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan
dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi. (Prabowo, 2014: 111)
D. Rentang Respons
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan bahwa
manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka
harus membina hubungan interpersonal yang positif. Individu juga harus membina
saling tergantung yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan
kemandirian dalam suatu hubungan

Respon adaptif Respon maladaptif


Menyendiri kesepian Manipulasi
Otonomi menarik diri Impulsive
Bekerja sama ketergantungan Narcisme
Interdependen

Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang masih
dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya lingkungannya yang umum
berlaku dan lazim dilakukan oleh semua orang. respon ini meliputi:
a. Solitude (menyendiri)
Adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah
dilakukan di lingkungan sosialnya juga suatu cara mengevaluasi diri untuk
menentukan langkah-langkah selanjutnya.
b. Otonomi
Adalah kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam berhubungan sosial.
c. Mutualisme (bekerja sama)
Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu mampu
untuk saling memberi dan menerima.
d. Interdependen (saling ketergantungan)
Adalah suatu hubungan saling tergantung antara individu dengan orang lain
dalam rangka membina hubungan interpersonal.

Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang


menyimpang dari norma-norma sosial budaya lingkungannya yang umum berlaku
dan tidak lazim dilakukan oleh semua orang. Respon ini meliputi:
a. Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya, merasa takut dan cemas.
b. Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina hubungan
dengan orang lain. Ketergantungan (dependen) akan terjadi apabila individu gagal
mengembangkan rasa percaya diri akan kemampuannya. Pada gangguan hubungan
sosial jenis ini orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat pada
masalah pengendalian orang lain, dan individu cenderung berorientasi pada diri
sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain.
c. Manipulasi adalah individu memperlakuakan orang lain sebagai objek,
hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu cenderung
berorientasi pada diri sendiri.
d. Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu
belajar dari pengalaman dan tidak dapat diandalkan.
e. Narcisisme adalah individu mempunyai harga diri yang rapuh, selalu berusaha
untuk mendapatkan penghargaan dan pujian yang terus menerus, sikapnya
egosentris, pencemburu, dan marah jika orang lain tidak mendukungnya.
(Trimelia, 2011: 9)

E. Mekanisme Koping
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan
suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang sering digunakan pada
isolasi sosial adalah regresi, represi, isolasi. (Damaiyanti, 2012: 84)
a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak dapat
diterima secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.
c. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan motivasi
atau
bertentangan antara sikap dan perilaku.
Mekanisme koping yang muncul yaitu:

1) Perilaku curiga : regresi, represi


2) Perilaku dependen: regresi
3) Perilaku manipulatif: regresi, represi
4) Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi
(Prabowo, 2014:113)
III. A. Pohon Masalah

Risiko Gangguan Persepsi Sensori


Halusinasi

Effect

Isolasi Sosial: menarik diri

Core Problem

Gangguan Konsep Diri

Harga Diri Rendah

Causa

B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


1. Isolasi Sosial
a. Data yang perlu dikaji
1) Data subjektif
Pasien mengatakan : malas bergaul dengan orang lain, tidak mau berbicara
dengan orang lain, tidak ingin ditemani siapapun.
2) Data objektif
Pasien kurang spontan, apatis, ekspresi wajah kurang berseri, tidak atau
kurang dalam komunikasi verbal, mengisolasi diri, kurang sadar terhadap
lingkungan sekitarnya, aktivitas menurun (Direja, 2011).
2. Resiko gangguan Persesi Sensori : Halusinasi
a. Data yang perlu dikaji
1) Data subjektif
Pasien mengatakan mendengar suara yang menyuruhnya melakukan sesuatu
yang berbahaya, melihat bayangan, mencium bau-bauan.
2) Data objektif
Pasien berbicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa ssebab yang jelas,
menutup telinga, menunjuk kearah tertentu, ketakutan dengan sesuatu yang
tidak jelas, menghidu seperti mencium sesuatu, menutup hidung (Direja,
2011).

IV. Diagnosa Keperawatan


Menurut Sutejo (2017) diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala
isolasi sosial yang ditemukan. Jika hasil pengkajian menunjukkan tanda dan gejala isolasi
sosial, maka diagnosis keperawatan yang ditegakkan adalah:
a. Isolasi sosial
b. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
c. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
Diagnosa
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi Rasional
Keperawatan
Isolasi sosial
TUK : 1. Setelah satu kali interaksi klien Bina hubungan saling percaya dengan Hubungan saling percaya merupakan
1. Klien dapat membina menunjukkan tanda-tanda percaya menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dasar dari terjadinya komunikasi
TUM : hubungan saling kepada perawat :  Sapa klien dengan ramah baik verbal dan teraupetik sehingga akan
Klien dapat percaya.  Ekspresi wajah bersahabat. non verbal. memfasilitasi dalam pengungkapan
meningkatkan  Menunjukkan rasa senang.  Perkenalkan nama, nama panggilan dan perasaan, emosi, dan harapan klien
hubungan sosial  Ada kontak mata. tujuan perawat berkenalan.
 Mau berjabat tangan.  Tanyakan nama lengkap dan nama
 Mau menyebutkan nama. panggilan yang disukai klien.
 Mau menjawab salam.  Buat kontrak yang jelas.
 Mau duduk berdampingan dengan  Tunjukkan sikap jujur. dan menepati janji
perawat. setiap kali interaksi.
 Bersedia mengungkapkan  Tunjukkan sikap empati dan menerima
masalah yang dihadapi. apa adanya.
 Beri perhatian pada klien dan
perhatikan kebutuhan dasar klien.
 Tanyakan perasaan klien dan masalah
yang dihadapi klien.
 Dengarkan dengan penuh perhatian
ekspresi perasaan klien.

2. Klien mampu Setelah … x interaksi klien dapat 1. Tanyakan pada klien tentang: Bila klien sudah mau mengungkapkan
menyebutkan menyebutkan minimal satu satu penyebab  Orang yang tinggal semua perasaannya akan
penyebab menarik menarik diri dari: serumah/sekamar dengan klien mempermudahkan perawat
diri  Diri sendiri  Orang yang paling dekat dengan klien melaksanakan asuhan
 Orang lain di rumah/ di ruang perawatan keperawatannya.
 lingkungan  Apa yang membuat klien dekat dengan
orang tersebut

V. Rencana Tindakan Keperawatan


 Orang yang tidak dengan klien di rumah/
diruang perawatan
 Apa yang membuat klien tidak dekat
dengan orang tersebut
 Upaya yang sudah dilakukan agar dekat
dngan orang lain Untuk mengidentifikasi apa yang
2. Diskusikan dengan klien penyebab dan akibat menyebabkan klien menarik diri dan
menarik diri untuk menilai perasaan klien bila
tidak berinteraksi
Untuk meningkatkan harga diri dan
3. Beri pujian terhadap kemampuan klien percaya diri klien
mengungkapkan perasaannya

3. Klien mampu Setelah … x interaksi klien dapat 1. Tanyakan pada klien tentang manfaat Tingkat pengetahuan membantu
menyebutkan menyebutkan keuntungan berhubungan hubungan sosial dan kerugian menarik perawat mengarahkan klien untuk
keuntungan sosial, misalnya: diri berhubungan dengan orang lain.
berhubungan sosial  Banyak teman Mengidentifikasi kemampuan yang
dan kerugian  Tidak kesepian 2. Diskusikan bersama klien tentang manfaat dimiliki klien dan untuk
menarik diri  Bisa diskusi berhubungan sosial dan kerugian menarik diri meningkatkan harga diri dan percaya
 Saling menolong diri klien
Dan kerugian menarik diri, Reinforcement positif akan
misalnya: Sendiri, kesepian, tidak 3. Beri pujian terhadap kemampuan klien menambah rasa percaya diri klien.
bisa diskusi mengungkapkan perasaannya
4. Klien dapat Setelah … x interaksi klien dapat 1. Beri motivasi dan Bantu klien untuk Dengan berhubungan secara bertahap,
melaksanakan melaksanakan hubungan sosial secara berkenalan dengan : perawat lain, klien lain, diharapkan klien mampu mengadopsi
hubungan sosial bertahap dengan : perawat, perawat dan kelompok. perilaku tersebut dan memudahkan
secara bertahap lain, klien lain, dan kelompok klien mengingat hubungan yang telah
dilakukan.
2. Tingkatkan interaksi klien secara bertahap Melakukan hubungan secara
dengan perawat lain, klien lain, dan bertahap mengurangi kecemasan
kelompok klien dalam berhubungan dengan
orang lain dan meminimalkan
kekecewaan dan meningkatkan
percaya diri dalam berhubungan
dengan orang lain
Melibatkan klien dalam aktivitas
3. Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok kelompok akan membuat klien
sosialisasi
4. Diskusikan jadwal harian yang dapat merasa diperlukan dan merasa harga
dilakukan klien untuk meningkatkan dirinya bertambah
kemampuan klien bersosialisasi
5. Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan
sesuai dengan jadwal yang telah dibuat
6. Beri pujian terhadap kemampuan klien
memperluas pergaulannya melalui Meningkatkan rasa percaya diri
aktivitas yang telah dilaksanaka klien, sehingga klien akan
mengulangi perbuatan yang serupa
5. Klien mampu Setelah … x interaksi klien dapat 1 Diskusikan dengan klien tentang perasaannya Dengan mengetahui perasaan klien
menjelaskan menjelaskan perasaannya setelah setelah berhubungan sosial dengan orang lain akan mempermudah perawat untuk
perasaannya setelah berhubungan sosial dengan : orang lain, dan kelompok melakukan intervensi selanjutnya dan
berhubungan sosial dan kelompok. untuk menilai kepuasan klien dan
hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain.
2 Beri pujian terhadap kemampuan klien Meningkatkan harga diri klien dan
mengungkapkan perasannya memotovasi klien untuk
berhubungan dengan orang lain

6. Klien mendapat 1. Setelah … x pertemuan keluarga 1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga Dukungan keluarga, mendukung
dukungan dari dapat menjelaskan tentang : sebagai pendukung untuk mengatasi proses perubahan perilaku menarik
keluarga dalam  Pengertian menarik diri prilaku menarik diri diri yang dialami klien.
memperluas  Tanda dan gejala menarik diri 2. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu Untuk meningkatkan motivasi klien
hubungan sosial  Penyebab dan akibat menarik diri klien mengatasi prilaku menarik diri dalam berhubungan dengan orang lain
 Cara merawat klien menarik diri 3. Jelaskan pada keluarga tentang : Untuk memberikan pengetahuan
2. Setelah … x pertemuan keluarga dapat  Pengertian menarik diri kepada keluarga sehingga keluarga
mempraktekkan cara merawat klien  Tanda dan gejala menarik diri dapat memahami cara yang tepat
menarik diri  Penyebab dan akibat menarik diri dalam menangani klien dan
4. Latih keluarga cara merawat klien menarik diri pentingnya perhatian keluarga.
5. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba Agar keluarga dapat merawat klien di
cara yang telah dilatih rumah secara mandiri.
6. Beri motivasi keluarga agar membantu klien
untuk bersosialisasi Untuk meningkatkan motivasi klien
7. Beri pujian terhadap keluarga atas dalam berhubungan dengan orang lain
keterlibatannya merawat klien di rumah Untuk memotivasi keluarga agar
sakit terus membantu klien
STRATEGI PELAKSANAAN

KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

Isolasi Klien Keluarga


Sosial SP I p SP I k
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial 1. Mendiskusikan masalah
klien yang dirasakan keluarga
2. Berdiskusi dengan klien tentang dalam merawat klien
keuntungan berinteraksi dengan 2. Menjelaskan pengertian,
orang lain tanda dan gejala isolasi
3. Berdiskusi dengan klien tentang sosial yang dialami klien
kerugian tidak berinteraksi dengan beserta proses terjadinya
orang lain 3. Menjelaskan cara-cara
4. mengajarkan klien cara berkenalan merawat klien isolasi sosial
dengan satu orang
5. menganjurkan klien mamasukkan
kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian

SP II p SP II k
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Melatih keluarga
harian klien mempraktekkan cara
2. memberikan kesempatan kepada klien merawat klien dengan
mempraktekkan cara berkenalan isolasi sosial
dengan satu orang 2. Melatih keluarga melakukan
3. Membantu klien memasukkan kegiatan cara merawat langsung
berbincang-bincang dengan orang lain kepada klien isolasi sosial
sebagai salah satu kegiatan harian

SP III p SP III k
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Membantu keluarga
harian klien membuat jadwal aktivitas di
2. Memberikan kesempatan kepada rumah termasuk minum
klien berkenalan dengabn dua orang obat (discharge planning)
atau lebih 2. Menjelaskan follow up klien
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam setelah pulang
jadwal kegiatan harian
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

SP 1 P Isolasi Sosial

Pertemuan Ke 1

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menghindar dari orang lain (menyendiri),
Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien
lain/perawat, Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk, Berdiam diri di kamar/klien
kurang mobilitas., Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap, Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
2. Diagnosa keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tujuan

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

b. Klien dapat mengenal penyebab isolasi sosial

c. Klien dapat pasien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak


berhubungan dengan orang lain
d. Klien dapat berkenalan dengan orang lain
4. Intervensi Keperawatan

a. Membina hubungan saling percaya

b. Membantu pasien mengenal penyebab isolasi social

c. Membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak


berhubungan dengan orang lain

d. Mengajarkan pasien berkenalan


B. Strategi pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP)

1. Fase orientasi

a. Salam terapeutik

“Selamat pagi Pak/Ibu, kenalkan nama saya ... . biasa dipanggil… Saya
mahasiswa dari Ilmu Keperawatan ... ., selama 1 minggu akan praktik di sini.”
“Bapak/Ibu namanya siapa? Kalau boleh saya tahu Bapak/Ibu senang dipanggil
siapa? Asalnya darimana?”

b. Evaluasi/ validasi

“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini? Sudah mandi apa belum Pak/Bu? Tadi
malam apakah tidurnya nyenyak?”

c. Kontrak

“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang keluarga dan teman-teman?


“Bapak/Ibu mau bincang-bincang dimana? Berapa lama? Bagaimana kalau 7
menit?”

2. Fase kerja

a) (Jika pasien baru)

“Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan bapak/ ibu?
Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan bapak/ ibu? Apa yang membuat
bapak/ ibu jarang bercakap-cakap dengannya?”

b) (Jika pasien sudah lama dirawat)

“Apa yang bapak/ ibu rasakan selama bapak/ ibu dirawat disini? O.. bapak/ ibu
merasa sendirian? Siapa saja yang bapak/ ibu kenal di ruangan ini”

“Apa saja kegiatan yang biasa bapak/ ibu lakukan dengan teman yang bapak/ ibu
kenal?”

“Apa yang menghambat bapak/ ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan

pasien yang lain?”

”Menurut bapak/ ibu apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ?
Wah benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat
menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya
bapak/ ibu ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa). Jadi
banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah bapak/ ibu
belajar bergaul dengan orang lain ?

“Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”
“Begini lho bapak/ ibu, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan
dulu nama kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh:
Nama Saya S, senang dipanggil Si. Asal saya dari , hobi memasak”

“Selanjutnya bapak/ ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.


Contohnya begini: Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari
mana/ Hobinya apa?”

“Ayo bapak/ ibu dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan bapak/ ibu. Coba
berkenalan dengan saya!”

“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”

“Setelah S berkenalan dengan orang tersebut S bisa melanjutkan percakapan


tentang hal-hal yang menyenangkan bapak/ ibu bicarakan. Misalnya tentang
cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”

3. Fase terminasi

a. Evaluasi subyektif

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan berkenalan?”

b. Evaluasi obyektif

“S tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”

“Selanjutnya S dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama


saya tidak ada. Sehingga S lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain”

c. Rencana tindak lanjut

“Bapak/ ibu mau praktekkan ke pasien lain. Mau jam berapa mencobanya.
Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.”

d. Kontrak
“Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak bapak/ ibu
berkenalan dengan teman saya, perawat N. Bagaimana, bapak/ ibu mau kan?”
”Baiklah, sampai jumpa.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

SP 2 P Isolasi Sosial

Pertemuan Ke 2

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menghindar dari orang lain (menyendiri),
Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien
lain/perawat, Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk, Berdiam diri di kamar/klien
kurang mobilitas., Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap, Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
2. Diagnosa keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tujuan

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

b. Klien dapat berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang pertama


- seorang perawat-)
4. Intervensi Keperawatan

a. Membina hubungan saling percaya


b. Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang
pertama -seorang perawat-)
B. Strategi pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP)

1. Fase orientasi

a. Salam terapeutik

“Selamat pagi Pak/Ibu, kenalkan nama saya ... . biasa dipanggil Saya

mahasiswa dari Ilmu Keperawatan ... ., selama 1 minggu akan praktik disini.”

b. Evaluasi/ validasi

“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini? Sudah mandi apa belum Pak/Bu? Tadi
malam apakah tidurnya nyenyak? Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang
berkenalan »Coba sebutkan lagi sambil bersalaman dengan Suster.

c. Kontrak

“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang keluarga dan teman-teman.


Bapak/Ibu mau bincang-bincang dimana? Berapa lama? Bagaimana kalau 7
menit?”

2. Fase kerja

( Bersama-sama bapak/ ibu saudara mendekati perawat N)

“Selamat pagi perawat N, ini ingin berkenalan dengan N”

“Baiklah bapak/ ibu, bapak/ ibu bisa berkenalan dengan perawat N seperti yang kita
praktekkan kemarin”

(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat N : memberi salam,


menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)

“Ada lagi yang bapak/ ibu ingin tanyakan kepada perawat N . coba tanyakan tentang
keluarga perawat N”

“ Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, bapak/ ibu bisa sudahi perkenalan ini.
Lalu bapak/ ibu bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat N, misalnya jam 1
siang nanti”

“Baiklah perawat N, karena bapak/ ibu sudah selesai berkenalan, saya dan bapak/
ibu akan kembali ke ruangan bapak/ ibu. Selamat pagi”
(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat N untuk melakukan terminasi
dengan bapak/ ibu di tempat lain)

3. Fase terminasi

a. Evaluasi subyektif

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan berkenalan?”

b. Evaluasi obyektif

“bapak/ ibu tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan perawat N baik sekali”

”Selanjutnya bapak/ ibu dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya
tidak ada. Sehingga bapak/ ibu lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain”

c. Rencana tindak lanjut

“Pertahankan terus apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan topik
lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi, dan
sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan perawat lain. Mari kita masukkan pada
jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti S coba
sendiri”

d. Kontrak

“Besok kita latihan lagi. mau jam berapa? Jam 10? Bagaimana, bapak/ ibu mau kan?”
“Baiklah, sampai jumpa.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

SP 3 P Isolasi Sosial

Pertemuan Ke 3

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menghindar dari orang lain (menyendiri), Komunikasi
kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat, Tidak
ada kontak mata, klien sering menunduk, Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.,
Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika
diajak bercakap-cakap, Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
2. Diagnosa keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tujuan

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

b. Klien dapat berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang kedua-


seorang pasien)
4. Intervensi Keperawatan

a. Membina hubungan saling percaya

b. Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang


kedua-seorang pasien)

B. Strategi pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP)

1. Fase orientasi

a. Salam terapeutik

“Selamat pagi Pak/Ibu, kenalkan nama saya ... . biasa dipanggil Saya

mahasiswa dari Ilmu Keperawatan ... ., selama 1 minggu akan praktik disini.”

b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini? Sudah mandi apa belum Pak/Bu? Tadi
malam apakah tidurnya nyenyak? ”Apakah Pak/Ibu bercakap-cakap dengan
perawat N kemarin siang”

(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain)

”Bagaimana perasaan Pak/Ibu setelah bercakap-cakap dengan perawat N kemarin


siang. Bagus sekali Pak/Ibu menjadi senang karena punya teman lagi. Kalau
begitu Pak/Ibu ingin punya banyak teman lagi?”

c. Kontrak

”Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien
O, seperti biasa kira-kira 10 menit. Mari kita temui dia di ruang makan”

2. Fase Kerja

( Bersama-sama pak/ ibu saudara mendekati pasien )

“Selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan. Baiklah S, S sekarang
bisa berkenalan dengannya seperti yang telah pak/ ibu lakukan sebelumnya”
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan
nama, nama panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama).

“Ada lagi yang pak/ ibu ingin tanyakan kepada O. Kalau tidak ada lagi yang ingin
dibicarakan, pak/ ibu bisa sudahi perkenalan ini. Lalu S bisa buat janji bertemu
lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti”

(pak/ ibu membuat janji untuk bertemu kembali dengan O)

“Baiklah O, karena pak/ ibu sudah selesai berkenalan, saya dan pak/ ibu akan
kembali ke ruangan pak/ ibu . Selamat pagi”

(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat O untuk melakukan terminasi


dengan pak/ ibu di tempat lain)

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi subyektif

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan berkenalan dengan O?”

b. Evaluasi obyektif
”Dibandingkan kemarin pagi, N tampak lebih baik saat berkenalan dengan O”
”pertahankan apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu
kembali dengan O jam 4 sore nanti”c. Rencana tindak lanjut

”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan


orang lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari S dapat
berbincang-bincang dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1
siang dan jam 8 malam, S bisa bertemu dengan N, dan tambah dengan pasien
yang baru dikenal. Selanjutnya S bisa berkenalan dengan orang lain lagi secara
bertahap. Bagaimana S, setuju kan?”

c. Kontrak

”Besok kita latihan lagi. mau jam berapa? Jam 10, jam 1 dan jam 8? Bagaimana,
bapak/ ibu mau kan? Baiklah, sampai jumpa.”
DAFTAR PUSTAKA

Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta :


Nuha Medika
Pratiningtyas, Nadya Fitri. 2019. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Jiwa
Isolasi Sosial. Diakses pada tanggal 16 September 2022 dari
https://www.academia.edu/39103322/LP_ISOS
Sari, Febriana Sartika. (2018). Modul Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Surakarta. Prodi
D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Diakses pada tanggal 16
September 2022 dari https://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/614/1/MODUL%20PKK
%20JIWA.pdf

You might also like