Progres Dan Buku Pegangan - Pembentukan Citra Kota - Arnol Purwanto - 60100121058

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 20

PEMBENTUKAN

CITRA KOTA

KOTA DAN PEMUKIMAN

ARNOL PURWANT O
60100121058
Dalam membentuk wajah kota yang baik, pemerintah daerah dan
pemerintah kota harus membuat peraturan-peraturan dan arahan
desain yang di gunakan untuk mengatur berbagai hal terkait
pembangunan kota. Misalnya mengatur peruntukan lahan,
ketinggian bangunan, garis sepadan, koefisien dasar bangunan, dan
sebagainya. Aturan-aturan ini digunakan sebagai pengarah dalam
mengatur pembangunan fisik di kota yang pada gilirannya dapat
membawa keteraturan sebagaimana yang diharapkan. (buku Kota
untuk Semua karya Parmonangan Manurung hal;137).

Salah satu aspek kuat yang dapat menjadi branding suatu kota
adalah citra kota yang merupakan suatu gambaran khas yang
melekat pada kota yang dapat menciptakan representasi kota bagi
penduduk maupun pengunjung. Citra kota umumnya dipengaruhi
oleh aspek fisik kota tersebut. Dalam bukunya Image Of The City,
Kevin Linch mengungkapkan ada 5 elemen pembentuk image kota
secara fisik, yaitu:

1. Elemen path (jalan)


Path adalah jalur-jalur dimana pengamat biasanya bergerak dan
melaluinya. Path dapat berupa jalan raya, trotoar, jalur transit,canal,
jalur kereta api. Path adalah elemen yang paling penting dalam citra
kota. Kevin Lynch menemukan dalam risetnya bahwa jika identitas
elemen ini tidak jelas, maka kebanyakan orang meragukan citra
kota secara keseluruhan. Path secara mudah dapat dikenali karena
merupakan koridor linear yang dapat dirasakan oleh manusia pada
saat berjalan mengamati kota.
Gambar tersebut berada di Jembatan Kembar Jl. Poros Pallangga,
Kec. Pallangga, Kab. Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Pada kasus ini
terjadinya kemacetan parah di jembatan kembar ini pada pagi dan sore
hari. Faktor utama terjadinya kemacetan adalah memang kondisi
jembatan yang tidak dapat menampung masyarakat yang melintas di
jam tersebut. Ditambah lagi adanya orong pas setelah jembatan
sehingga menyebabkan penumpukan kendaraan di tempat tersebut.
Lebih parahnya lagi ada penjual ikan yang berjualan di pinggir jembatan
sehingga banyak pengendara yang berhenti di tempat tersebut untuk
membeli ikan.
Perkembangan penduduk yang pesat memaksa penggunaan lahan
untuk tempat tinggal harus terpenuhi. Pertumbuhan penduduk
membuat rumah yang layak serta keharusan untuk bertahan hidup
memaksa masyarakat untuk membuka usaha. Dari keterbatasan lahan
untuk membangun usaha ini yang menyebabkan pembangunan
pemukiman yang tidak pada aturan.
Pembangunan pemukiman di sepanjang jalan yang mengambil
trotoar jalan membuat kemacetan saat jam-jam tertentu. Masyarakat
membangun tempat jualan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari
dengan keterbatasan lahan sehingga mengambil bagian jalan yang
seharusnya itu menjadi tempat pejalan kaki.

Kemacetan setiap hari terjadi di daerah jembatan kembar ini. Salah


satu penyebabnya adalah para pedagang yang berjualan di sekitar
jembatan dan membuat jalan menjadi lebih sempit. Karena lokasi
penjualan yang memakan trotoar jalan dan juga pembeli yang berhenti
di sepanjang jalan sehingga menambah kemacetan.
Di sepanjang jalan di bangun juga drainase. Drainase di buat untuk
pengendali air di permukaan. Baik itu menguras, megaliri air di
permukaan agar tidak tergenang dan juga becek. Drainase di buat untuk
menciptakan lingkungan yang aman dan sehat. Meminimalisir terjadnya
pencemaran lingkungan, baik itu banjir dan sampah yang menumpuk.

Penyalahgunaan drainase yang dijadikan tempat pembuangan


sampah oleh masyarakat dikawasan ini membuat tercemarnya
lingkungan.
Pencemaran lingkungan yang terjadi di masyrakat bukan karena
kesalahan pemerintah semata, namun karena kurangnya kepedulian
masyarakat terhadap lingkungan. Bencana alam didasari oleh ulah
masyarakat itu sendiri yang tidak memperhatikan lingkungannya
sehingga terjadilah bencana yang menyulitkan masyarakat itu sendiri.

Adapun letak dalam peta yaitu:

You might also like