1 SM

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

DESKRIPSI KESULITAN MEMBACA PERMULAAN SISWA KELAS I

SEKOLAH DASAR NEGERI 35 PONTIANAK SELATAN

Dominika Farida, Siti Halidjah, Dyoty Auliya Vilda Ghasya


Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan Pontianak
Email:dominikafarida27@gmail.com

Abstract
This study aims to describe the initial reading ability of the first graders of State
Elementary School 35 South Pontianak and to describe what are the factors that
cause difficulty in reading the beginning of grade I students of State Elementary
School 35 South Pontianak. Qualitative data were obtained from the results of the
students' initial reading ability test and the results of interviews by researchers
with the homeroom teacher. Research instruments in the form of interviews,
observations and documentation. Based on the results of the study, from 32
students it can be concluded that students' difficulties from the overall content
aspect in the initial reading test were from the percentage results there were 10
people or 0.32% for the very capable category, 11 people or 0.34% of the able
category, 6 people or 0.18% for the moderately able category, and 5 people or
0.15% for the poor category. Factors that affect early reading ability are physical
health factors, neurological factors, gender factors, intellectual factors,
environmental factors such as social and economic factors for students' families,
psychological factors including motivation and interest as well as psychological
factors. It turns out that not all factors occur in the field, as for the factors that do
not affect the reading ability of students at 35 South Pontianak Elementary School,
namely the gender factor.

Keywords: Beginning, Difficulty, Read

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah proses mengubah spritual keagamaan, pengendalian diri,
sikap dan perilaku seseorang atau kelompok kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
untuk mendewasakan manusia melalui serta keterampilan yang diperlukan dalam
upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
bertujuan melatih manusia untuk berpikir Dalam dunia pendidikan, belajar
sistematis, benar secara moral, serta mampu merupakan kegiatan yang paling penting,
menempatkan sisi baik dan buruknya dan berhasil tidaknya pencapaian tujuan
kehidupan. Tujuan diselenggarakannya pendidikan sangat bergantung pada proses
pendidikan di Indonesia adalah untuk belajar yang dialami oleh siswa sebagai
menumbuhkan kemampuan generasi peserta didik. “Belajar adalah suatu proses
penerus bangsa dan membentuk watak serta usaha yang dilakukan untuk memperoleh
peradaban yang bermanfaat. suatu perubahan tingkah laku yang baru
Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 secara keseluruhan, sebagai hasil
(2012, p.61) tentang Sistem Pendidikan pengalamannya sendiri dalam interaksi
Nasional pasal 1 Ayat (1) tertulis bahwa dengan lingkungannya” (Slameto, 2013,
“pendidikan adalah usaha sadar dan p.2). Namun dalam setiap proses belajar
terencana dalam mewujudkan suasana memiliki kesulitan tersendiri bagi siswa,
belajar dan proses pembelajaran agar setiap siswa memiliki kesulitan belajar yang
peserta didik secara aktif mengembangkan berbeda-beda.
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

1
Dalyono (2012, p.229) menyatakan pemahaman yang terkandung di balik
bahwa “keadaan dimana anak didik tidak lambang-lambang yang dimaksud. Jenis-
dapat belajar sebagaimana mestinya itu jenis ini terutama diberikan di kelas rendah
disebut dengan kesulitan belajar”. Kesulitan (kelas 1-2 SD)”. Untuk memudahkan siswa
belajar salah satu penghambat dalam proses dalam menguasai bacaan khususnya dalam
pembelajaran, karena kesulitan belajar membaca permulaan maka dilakukan
adalah ketidakmampuan siswa untuk dengan menggunakan kata-kata yang
mengikuti pembelajaran dengan baik, mudah diingat dan dipahami oleh siswa,
secara garis besar siswa kesulitan belajar terutama berkaitan dengan hal-hal yang
mempunyai latar belakang yang berbeda- pernah dilihat dan dialami siswa dalam
beda antara lain kesulitan dalam membaca, kehidupan sehari-hari.
mengeja dan pembelajaran tematik. Pada Berdasarkan hasil wawancara pada
siswa kelas rendah mengalami kesulitan Guru kelas 1A Sekolah Dasar Negeri 35
belajar seperti kesulitan membaca, menulis, Pontianak Selatan pada tanggal 19 Maret
dan berhitung. 2021 di ruang guru, kemampuan membaca
Tarigan (2015, p.7) menyatakan bahwa permulaan sebagian besar siswa masih
“membaca adalah suatu proses yang belum tercapai, jika diukur dari parameter
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca kemampuan membaca, misalnya membaca
untuk memperoleh pesan, yang hendak lancar dan membaca nyaring. Masih
disampaikan oleh penulis melalui media terdapat beberapa siswa yang mengalami
kata-kata atau bahasa tulis”. Membaca kesulitan dalam membaca permulaan, dari
salah satu kemampuan untuk memperoleh 30 siswa dikelompokkan menjadi tiga
informasi, mencakup isi, dan memahami kategori yaitu, siswa yang sudah bisa
makna bacaan. Oleh karena itu, siswa harus membaca lancar, siswa yang sudah
mengaktifkan berbagai proses mental dalam lumayan bisa membaca, dan siswa yang
sistem kognisinya. Dengan demikian, belum bisa membaca sama sekali.
kegiatan membaca bukanlah kegiatan yang Masalah tersebut disebabkan oleh
sederhana, kegiatan membaca harus rendahnya motivasi belajar siswa terlebih
menggunakan kemampuan menjawab pada saat proses pembelajaran di masa
pertanyaan yang disusun mengikuti teks pandemi sehingga mempengaruhi
tersebut sebagai alat evaluasi. Hal ini juga kemampuan siswa dalam membaca
sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan permulaan. Dengan pemberlakuan
eksternal siswa. Kemampuan membaca kelompok belajar di sekolah membuat
pada umumnya diperoleh melalui belajar di waktu belajar siswa kurang efektif dengan
sekolah. Membaca dapat dikatakan unik, durasi yang singkat, sehingga dalam
karena tidak semua orang memiliki penerapannya tidak semua orang tua dapat
kemampuan membaca. Padahal, membaca menggantikan peran guru dalam mengajar
itu sendiri dapat mengembangkan budaya di rumah oleh sebab itu pendampingan
pada dirinya sendiri. siswa saat belajar membaca permulaan
Membaca permulaan merupakan harus di perhatikan. Berdasarkan
tahapan belajar membaca awal bagi siswa permasalahan yang telah dipaparkan di atas
Sekolah Dasar kelas awal, yaitu kelas I dan maka peneliti mengangkat judul penelitian
II. Mulyati (2018, p.4.3) menyatakan bahwa yaitu “Deskripsi Kesulitan Membaca
membaca permulaan dapat diartikan Permulaan Siswa Kelas I Sekolah Dasar
“sebagai kegiatan pengenalan lambang Negeri 35 Pontianak Selatan”.
bunyi bahasa serta pelafalannya menjadi Masalah umum dalam penelitian ini
bunyi-bunyi yang bermakna. Pada kegiatan adalah apa kesulitan membaca permulaan
membaca permulaan, penekanan membaca pada siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri 35
lebih diarahkan pada pengenalan lambang Pontianak Selatan? Adapun masalah khusus
bunyi dan pembunyiannya, belum dijabarkan sebagai berikut : (1) Bagaimana

2
kemampuan membaca permulaan peserta yang dilakukan bersama wali kelas IA,
siswa I Sekolah Dasar Negeri 35 Pontianak observasi yang diperlukan berupa tes
Selatan? (2) Apa saja faktor penyebab kemampuan membaca siswa kelas IA.
kesulitan membaca permulaan siswa kelas I Selain teknik wawancara dan observasi,
Sekolah Dasar Negeri 35 Pontianak peneliti juga menggunakan teknik
Selatan? Berangkat dari rumusan masalah dokumentasi berupa dokumen hasil tes dari
umum, maka tujuan dalam penelitian ini kemampuan membaca siswa kelas IA data
adalah (1) Untuk mendeskripsikan yang didapat kemudian dianalisis.
kemampuan membaca permulaan siswa Instrumen pengumpulan data yang
kelas I Sekolah Dasar Negeri 35 Pontianak digunakan berupa lembar observasi, lembar
Selatan. (2) Untuk mendeskripsikan apa wawancara dan alat dokumentasi. Analisis
saja faktor penyebab kesulitan membaca data dalam penelitian ini menggunakan
permulaan siswa kelas I Sekolah Dasar teknik analisis model Miles and Huberman
Negeri 35 Pontianak Selatan. (Sugiyono, 2016) dapat melalui empat
tahapan langkah kegiatan, yaitu:
METODE PENELITIAN pengumpulan data, reduksi data dan
Penelitian ini menggunakan metode penyajian data. Teknik pemeriksaan
penelitian kualitatif deskriptif. Nawawi keabsahan data yang peneliti gunakan
(2015) menyatakan bahwa metode didalam penelitian ini adalah triangulasi
deskriptif adalah “Prosedur pemecahan teknik yaitu : wawancara, observasi, dan
masalah yang diselidiki dengan dokumentasi.
menggambarkan atau melukiskan keadaan
subjek atau objek penelitian (seseorang, HASIL PENELITIAN DAN
lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada PEMBAHASAN
saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang Hasil
tampak sebagaimana adanya” (p.67). Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 35
sebagai instrumen utama yang merancang Pontianak Selatan yang dimulai sejak 18-25
penelitian, melaksanakan penelitian, November 2021, peneliti dapat
mengumpulkan data, menganalisis data dan mengumpulkan data melalui instrumen
melaporkan hasil penelitian. Peneliti hadir observasi dalam bentuk tes. Data dalam
untuk mengumpulkan data berupa tes penelitian ini adalah tes kemampuan
kemampuan membaca permulaan siswa membaca permulaan siswa kelas I Sekolah
kelas IA. Penelitian ini dilakukan di Dasar Negeri 35 Pontianak Selatan dengan
Sekolah Dasar Negeri 35 Pontianak Selatan proses penyebaran tes dengan bentuk soal
yang beralamat di Jalan Nirbaya, esai dan lisan yang dilakukan secara
Kecamatan Pontianak Selatan. langsung. Penilaian terhadap data penelitian
Partisipan dan sumber data dalam ini meliputi 11 aspek di antaranya,
penelitian ini adalah siswa kelas IA dan pelafalan huruf, mengidentifikasi huruf
wali kelas IA Sekolah Dasar Negeri 35 vokal, mengidentifikasi huruf konsonan,
Pontianak Selatan. Penelitian ini dilakukan melengkapi huruf, melengkapi suku kata,
pada semester pertama tahun ajaran melengkapi kalimat, pelafalan kata,
2021/2022. Data diambil dari tes membaca mengidentifikasi kata, mengidentifikasi
permulaan pada siswa kelas IA Sekolah huruf, kelancaran membaca, pelafalan
Dasar Negeri 35 Pontianak Selatan dan kalimat. Adapun nilai-nilai yang diperoleh
wawancara pada wali kelas IA. Adapun siswa dari hasil membaca permulaan
teknik yang digunakan yaitu wawancara sebagai berikut :

3
Tabel 1. Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siswa

Inisial Nama Kelas Skor Keterangan


AKA IA 4,0 Mampu
AR IA 3,9 Mampu
AA IA 4,7 Sangat Mampu
ANS IA 4,3 Sangat Mampu
AZR IA 3,6 Mampu
BMF IA 4,8 Sangat Mampu
DDP IA 2,3 Tidak Mampu
DYM IA 4,7 Sangat Mampu
DK IA 4,7 Sangat Mampu
FAZ IA 2,9 Cukup Mampu
FTMP IA 3,9 Mampu
FBR IA 2,5 Tidak Mampu
FR IA 2,9 Cukup Mampu
JF IA 4,0 Mampu
JP IA 3,4 Cukup Mampu
L IA 3,8 Mampu
MAQ IA 3,0 Cukup Mampu
MA IA 2,8 Cukup Mampu
MB IA 4,6 Sangat Mampu
MAI IA 2,3 Tidak Mampu
MH IA 2,6 Tidak Mampu
MR IA 4,7 Sangat Mampu
MS IA 4,5 Sangat Mampu
MZAF IA 3,5 Mampu
NS IA 3,9 Mampu
NR IA 3,6 Mampu
RDJ IA 4,7 Sangat Mampu
RAB IA 4,7 Sangat Mampu
SA IA 2,5 Tidak Mampu
SQ IA 3,9 Mampu
UK IA 3,6 Mampu
YS IA 3,0 Cukup Mampu
Berdasarkan tabel hasil kemampuan Membaca permulaan merupakan
membaca permulaan siswa diatas, dari 32 tahapan proses belajar membaca bagi siswa
orang siswa dikelas IA masih ada 5 siswa sekolah dasar di kelas awal. Secara
yang tidak mampu dalam membaca sederhana, membaca permulaan dapat
permulaan, 6 siswa cukup mampu diartikan sebagai kegiatan pengenalan
membaca permulaan, 11 siswa mampu lambang bunyi bahasa serta pelafalannya
membaca permulaan, dan 10 siswa sangat menjadi bunyi-bunyi yang bermakna.
mampu membaca permulaan. Menurut Nuraini (dalam Aprilia, 2021,
p.228), temuan penelitian terdahulu
Pembahasan menyatakan bahwa ada beberapa
Kesulitan Membaca Permulaan Siswa karakteristik kesulitan siswa dalam
membaca di kelas I yaitu kesulitan

4
mengidentifikasi huruf, merangkai susunan suku kata kategori sangat tidak mampu
huruf, membalik huruf, mengubah kata, tidak ada. Dari penjabaran tersebut dapat
menghilangkan huruf dalam susunan kata, disimpulkan rata-rata siswa sudah sangat
mengucapkan kata salah, mengeja terbata- mampu dalam melengkapi suku kata, tetapi
bata, kurang memperhatikan tanda baca, masih ada siswa yang belum mampu.
tidak memahami isi bacaan, dan sulit untuk Siswa melengkapi kata dalam kalimat
siswa konsentrasi. Berdasarkan hasil kategori sangat mampu 10 orang, mampu
penelitian dapat dijelaskan bahwa 10 orang, cukup mampu 8 orang, tidak
kemampuan membaca permulaan siswa mampu 4 orang, dan untuk siswa yang
kelas IA Sekolah Dasar Negeri 35 melengkapi kata dalam kalimat kategori
Pontianak Selatan yang diperoleh dari hasil sangat tidak mampu tidak ada. Dari
penyebaran soal esai dan lisan yang telah penjabaran tersebut dapat disimpulkan rata-
dikerjakan oleh siswa sebagai berikut : rata siswa sudah mampu dalam melengkapi
Siswa dengan pelafalan huruf kategori kata dalam kalimat. Siswa dengan pelafalan
sangat mampu 8 orang, mampu 13 orang, kata kategori sangat mampu 7 orang,
cukup mampu 10 orang, tidak mampu 1 mampu 11 orang, cukup mampu 9 orang,
orang, dan untuk siswa yang pelafalan tidak mampu 5 orang, dan untuk siswa yang
huruf kategori sangat tidak mampu tidak pelafalan kata kategori sangat tidak mampu
ada. Dari penjabaran tersebut dapat tidak ada. Dari penjabaran tersebut dapat
disimpulkan untuk pelafalan huruf rata-rata disimpulkan rata-rata siswa sudah mampu
siswa sudah mampu dalam melafalkan dalam melafalkan kata tetapi masih ada
huruf vokal dan huruf konsonan. siswa yang belum mampu.
Siswa mengidentifikasi huruf vokal Siswa mengidentifikasi kata kategori
kategori sangat mampu 9 orang, mampu 19 sangat mampu 11 orang, mampu 7 orang,
orang, cukup mampu 4 orang, untuk siswa cukup mampu 9 orang, tidak mampu 5
yang pelafalan huruf kategori tidak mampu orang, dan untuk siswa yang
dan sangat tidak mampu tidak ada. Dari mengidentifikasi kata kategori sangat tidak
penjabaran tersebut dapat disimpulkan mampu tidak ada. Dari penjabaran tersebut
hampir semua siswa sudah mampu dalam dapat disimpulkan rata-rata siswa sudah
mengidentifikasi huruf vokal. Siswa sangat mampu dalam mengidentifikasi kata
mengidentifikasi huruf konsonan kategori tetapi masih ada yang belum mampu. Siswa
sangat mampu 5 orang, mampu 16 orang, mengidentifikasi huruf kategori sangat
cukup mampu 9 orang, tidak mampu 1 mampu 12 orang, mampu 11 orang, cukup
orang, sangat tidak mampu 1 orang. Dari mampu 6 orang, tidak mampu 3 orang, dan
penjabaran tersebut dapat disimpulkan rata- untuk siswa yang mengidentifikasi huruf
rata siswa sudah mampu dalam kategori sangat tidak mampu tidak ada.
mengidentifikasi huruf konsonan. Dari penjabaran tersebut dapat disimpulkan
Siswa melengkapi huruf kategori rata-rata siswa sudah sangat mampu dalam
sangat mampu 9 orang, mampu 15 orang, mengidentifikasi huruf.
cukup mampu 3 orang, tidak mampu 5 Siswa dengan kelancaran membaca
orang, dan untuk siswa yang kategori sangat mampu 5 orang, mampu 7
mengidentifikasi huruf kategori sangat orang, cukup mampu 8 orang, tidak mampu
tidak mampu tidak ada. Dari penjabaran 12 orang, dan untuk siswa yang kelancaran
tersebut dapat disimpulkan hampir semua membaca kategori sangat tidak mampu
siswa sudah mampu dalam melengkapi tidak ada. Dari penjabaran tersebut dapat
huruf tetapi masih ada beberapa yang disimpulkan masih banyak siswa yang
belum mampu. Siswa melengkapi suku kata belum lancar dalam membaca, tetapi ada
kategori sangat mampu 10 orang, mampu 8 beberapa orang siswa yang sudah lancar
orang, cukup mampu 9 orang, tidak mampu membaca.
5 orang, dan untuk siswa yang melengkapi

5
Siswa dengan pelafalan kalimat tidak ada. Dari penjabaran tersebut dapat
kategori sangat mampu 5 orang, mampu 10 disimpulkan rata-rata siswa sudah mampu
orang, cukup mampu 8 orang, tidak mampu dalam melafalkan kalimat, tetapi masih ada
9 orang, dan untuk siswa yang kelancaran beberapa siswa yang belum mampu.
membaca kategori sangat tidak mampu

Tabel 2. Persentase Hasil Observasi Membaca Permulaan

Kriteria Frekuensi Persentase


Sangat Tidak Mampu 91 26%
Tidak Mampu 127 36%
Cukup Mampu 83 24%
Mampu 50 14%
Sangat Mampu 1 0%
Total 352 100%
Berdasarkan tabel indikator di atas mempengaruhi kemampuan membaca
dapat disimpulkan bahwa rata-rata siswa permulaan, contohnya siswa yang
sudah mampu mengindentifikasi huruf cenderung energik responnya untuk bisa
vokal dan konsonan, sudah mampu belajar bersama untuk membaca permulaan
melengkapi huruf, suku kata, kalimat, cenderung lebih bagus dibandingkan siswa
sudah mampu mengidentifikasi kata dan yang secara fisik kurang sehat. Faktor
huruf, tetapi dalam kelancaran membaca neurologis juga mempengaruhi kemampuan
serta melafalkan kalimat masih banyak membaca permulaan sebagai contoh siswa
siswa yang belum mampu. yang sedari kecil sudah terlatih membaca
Sesuai dengan hakikat membaca akan lebih cepat merespon saat latihan
permulaan, maka kesulitan belajar yang membaca. Kemudian jenis kelamin,
muncul terkait erat dengan kemampuan sebenarnya tidak terlalu berpengaruh,
yang dipersyaratkan dalam membaca perempuan maupun laki-laki memiliki
permulaan, serta aspek-aspek yang kesempatan yang sama untuk bisa membaca
merupakan ciri membaca permulaan hal ini lebih cepat hanya tergantung dengan faktor
sejalan dengan pendapat I.G.A.K. Wardani lainnya, jadi untuk faktor jenis kelamin
(dalam Mayangsari, 2014, p.63) tidak terlalu berpengaruh. Dapat dilihat di
menyatakan bahwa anak dituntut agar kelas IA yang sudah memiliki kemampuan
mampu: (1) membedakan bentuk huruf, (2) membaca permulaan dari perempuan
mengucapkan bunyi huruf dan kata dengan maupun laki-laki, cenderung seimbang jika
benar, (3) menggerakkan mata dengan cepat dilihat dari data. Hal ini sejalan dengan
dari kiri ke kanan sesuai dengan urutan pendapat Lamb & Arnold (dalam Rahim,
tulisan yang dibaca, (4) menyuarakan 2011) Faktor yang mempengaruhi
tulisan yang sedang dibaca dengan benar, kemampuan membaca permulaan ialah
(5) mengenal arti-arti tanda baca, dan (6) faktor fisiologis, intelektual, lingkungan,
mengatur tinggi rendah suara sesuai dengan dan psikologis. (1) Faktor fisiologis
bunyi, makna kata yang diucapkan, serta mencangkup kesehatan fisik, pertimbangan
tanda baca. neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan
juga merupakan kondisi yang tidak
Faktor-faktor yang Mempengaruhi menguntungkan bagi anak untuk belajar,
Kesulitan Membaca Permulaan khususnya belajar membaca. Beberapa ahli
Berdasarkan hasil penelitian di mengemukakan bahwa keterbatasan
lapangan melalui wawancara yang telah neurologis (misalnya berbagai cacat otak)
peneliti lakukan bersama wali kelas IA dan kekurang matangan secara fisik
mendapatkan hasil faktor kesehatan fisik merupakan salah satu faktor yang dapat

6
menyebabkan anak gagal dalam kalah dengan siswa yang ekonominya lebih
meningkatkan kemampuan membaca. (2) baik.
Faktor Intelektual, Wechster (dalam Rahim, Faktor psikologis mencangkup
2011) menyatakan bahwa “intelegensi ialah motivasi dan minat sangat mempengaruhi,
kemampuan global individu untuk siswa yang memiliki motivasi lebih tinggi
bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir akan cenderung lebih cepat bisa dalam
rasional, dan berbuat secara efektif terhadap membaca permulaan, dibandingkan dengan
lingkungan” (p.17). Dari hasil wawancara siswa yang secara intelektual bisa tetapi
juga di jelaskan bahwa faktor intelektual tidak memiliki motivasi juga berpengaruh.
jelas mempengaruhi kemampuan membaca Demikian juga faktor psikologis seperti
permulaan siswa. minat berpengaruh juga terhadap
Secara umum, inteligensi anak tidak kemampuan membaca permulaan siswa.
sepenuhnya memengaruhi berhasil atau Faktor psikologis seperti penyesuaian diri
tidaknya anak dalam membaca permulaan. sedikit banyak berpengaruh, contohnya
Faktor metode mengajar guru, prosedur, siswa yang belum mampu membaca
dan kemampuan guru juga mempengaruhi permulaan dikelompokkan dengan yang
kemampuan membaca permulaan siswa (1) sudah mampu, jadi secara tidak langsung
Faktor Lingkungan (2) Sosial dan ekonomi termotivasi, secara semangat
keluarga siswa (3) Faktor Psikologis kemampuannya tumbuh. Walaupun
mencangkup motivasi, minat, kematangan kemampuannya masih kurang dibandingkan
sosio dan emosi serta penyesuaian diri dengan yang lain, tetapi dapat meningkat
(Rahim,2011). Dari hasil wawancara faktor dari yang sebelumnya.
lingkungan sangat mempengaruhi, dilihat Berdasarkan hasil penelitian melalui
dari siswa yang terbiasa dilatih dan wawancara dari beberapa faktor yang
dibimbing oleh orang tuanya siswa tersebut dikemukan oleh Lamb & Arnold (dalam
akan lebih cepat memiliki kemampuan Rahim, 2011) ternyata tidak semua faktor
membaca dibandingkan dengan siswa yang terjadi di lapangan. Adapun faktor yang
setiap harinya tanpa bimbingan dari orang tidak mempengaruhi kemampuan membaca
tuanya, jadi peran serta orang tua sangat siswa di Sekolah Dasar Negeri 35
berpengaruh karena proses belajar tidak Pontianak Selatan yaitu : faktor jenis
hanya dari guru saja tetapi ada juga dari kelamin.
peran serta orang tua.
Faktor sosial dan ekonomi keluarga SIMPULAN DAN SARAN
siswa berdasarkan hasil wawancara bisa Simpulan
berpengaruh, walaupun tidak dapat Berdasarkan hasil penelitian dan
dipastikan, dari siswa yang latar belakang pembahasan dapat dikemukakan
orang tuanya memiliki kemampuan kesimpulan yaitu : (1) Kemampuan
ekonomi lebih baik kemungkinan ada usaha membaca permulaan siswa kelas I di
dari orang tuanya untuk memberikan les Sekolah Dasar Negeri 35 Pontianak Selatan
otomatis itu membantu siswa untuk secara keseluruhan masih perlu
memperoleh kemampuan membaca lebih ditingkatkan. Hal tersebut dilihat dari segi
cepat dibandingkan siswa yang secara hasil tes soal esai dan lisan siswa
ekonomi orang tuanya mungkin kurang. memperoleh skor pada kategori sangat
Tetapi juga tidak menjamin, ada juga yang mampu kemampuan membaca permulaan
latar belakang ekonominya rendah tetapi siswa kelas I di sekolah Dasar Negeri 35
orang tua mendukung, dalam proses Pontianak Selatan. Dari 32 siswa terdapat
pembelajaran anaknya hal ini berhubungan dari hasil persentase ada 10 orang atau
dengan keseharian di rumah, ternyata siswa 0,32% untuk kategori sangat mampu, 11
yang secara ekonominya kurang juga tidak orang atau 0,34% orang kategori mampu, 6
orang atau 0,18% untuk kategori cukup

7
mampu, dan 5 orang atau 0,15% untuk DAFTAR RUJUKAN
kategori tidak mampu. (2) Faktor yang Aprilia, I. U., Fathurohman, & Purbasari.
mempengaruhi kemampuan membaca (2021). Analisis kesulitan membaca
permulaan seperti faktor kesehatan fisik, permulaan siswa kelas I. Jurnal
faktor neurologis, kemudian jenis kelamin, Penelitian dan Pengembangan
menurut hasil wawancara faktor jenis Pendidikan, 5(2), 228. Diperoleh dari
kelamin tidak terlalu berpengaruh https://ejournal.undiksha.ac.id/index.p
perempuan maupun laki-laki memiliki hp/JJL/index.
kesempatan yang sama untuk bisa Dalyono. (2012). Psikologi Pendidikan,
membaca. Dari hasil wawancara juga di Bandung : Rineka Cipta
jelaskan bahwa faktor intelektual jelas Mayangsari, D. (2014). Peningkatan
mempengaruhi kemampuan membaca Kemampuan Membaca Permulaan
permulaan siswa. Faktor lingkungan sangat Kelas I SD Mardi Putra Surabaya
mempengaruhi, faktor sosial dan ekonomi dengan Menggunakan Pakem
keluarga siswa bisa berpengaruh, walaupun (Pembelajaran yang aktif, kreatif,
tidak dapat juga dipastikan. Faktor Efektif dan Menyenangkan. Journal of
psikologis mencangkup motivasi dan minat Social Issues, Vol 1(1), 63. Diperoleh
sangat mempengaruhi, siswa yang memiliki dari
motivasi lebih tinggi akan cenderung lebih https://jurnal.stitnualhikmah.ac.id/inde
cepat bisa dalam membaca permulaan, x.php/modeling/article/view/35
dibandingkan dengan siswa yang Mulyati, Y (2018). Keterampilan
intelektual bisa tetapi tidak memiliki Berbahasa Indonesia SD. Tangerang
motivasi juga berpengaruh. Demikian juga Selatan: Universitas Terbuka.
faktor psikologis seperti minat juga Nawawi, H. (2015). Metodik Penelitian
berpengaruh juga terhadap kemampuan Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah
membaca permulaan siswa. Faktor Mada Univeraitas Press.
psikologis seperti penyesuaian diri sedikit Rahim, F. (2011). Pengajaran Membaca di
banyak berpengaruh. Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Slameto. (2013). Belajar dan Faktor-
Saran Faktor yang Mempengaruhinya.
Berdasarkan hasil penelitian ini Saran Jakarta: PT Rineka Cipta.
yang dapat disampaikan peneliti Sugiyono. (2016). Metode Penelitian
berdasarkan hasil penelitian yang telah Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
dilakukan baik bagi guru maupun calon Bandung: Alfabeta.
guru adalah sebagai berikut: (1) Guru Tarigan, H. G. (2015). Membaca sebagai
sangat berperan penting dalam Suatu Keterampilan Berbahasa.
membimbing dan melatih siswa dalam Bandung: Angkasa
membaca permulaan. (2) Diharapkan siswa
bersungguh-sungguh dalam belajar, lebih
teliti dan serius dalam pembelajaran
membaca permulaan. (3) Untuk
memastikan terdapat kesulitan membaca
permulaan dapat dilakukan dengan
wawancara kepada siswa dan guru sehingga
informasi yang diperoleh dari dua sisi dan
memperoleh hasil yang lebih valid.

You might also like