Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Firly Marjunita
Jurnal Firly Marjunita
Tahun
http://www.jep.uho@uho.ac.i
d
Abstract
This study aims to identify and analyze urban and rural poverty in Southeast
Sulawesi, as well as to determine the factors that influence rural poverty and urban
poverty in Southeast Sulawesi. The data in this study were obtained from the Central
Bureau of Statistics of Southeast Sulawesi which were analyzed descriptively. The results
of this study: (1) The highest average number of poor people during the last five years
was in South Konawe Regency as many as 34.28 thousand people, and the lowest was
found in Konawe Islands Regency as many as 5.88 thousand people. The highest
percentage of poor people is in Konawe Islands Regency at 17.55% and the lowest is in
Kendari City at 4.87%, (2) The most urban poor population in Southeast Sulawesi
Province during the period 2016 to 2021 is in Kendari City with an average of 17.11
thousand people/year and at least in the Konawe Islands Regency with an average of
0.69 thousand people/year, (3) During the last five years in the period 2016 to 2021 the
number of rural poor people in Southeast Sulawesi Province is mostly found in Konawe
Regency South with an average number of 22.89 thousand people and the smallest
number is in Bau-Bau City with an average number of 1.19 thousand people, (4) Factors
that affect the level of urban and rural poverty in Southeast Sulawesi are: high population
growth, lack of jobs, low levels of education, and low per capita income.
PENDAHULUAN
Kemiskinan dapat muncul dalam berbagai dimensi, karena dampak dari
bencana alam, keterpencilan suatu wilayah, ketergantungan, keterbatasan
kemampuan untuk mengakses berbagai pelayanan sosial dasar. Kemiskinan
dibedakan dua yaitu: (1) kemiskinan sebagai suatu gejala ekonomi yang terjadi
Tinjauan Literatur
Kemiskinan merupakan masalah multidimensi kehidupan yang sangat
kompleks. Kemiskinan juga berhubungan dengan ketimpangan. Ketimpangan
fokus pada distribusi seperti pendapatan atau konsumsi. Suparlan (2000)
mendefinisikan bahwa kemiskinan adalah keadaan serba kekurangan harta dan
benda berharga yang diderita oleh seseorang atau sekelompok orang yang
hidup dalam lingkungan serba miskin atau kekurangan modal, baik dalam
pengertian uang, pengetahuan, kekuatan sosial, politik, hukum, maupun akses
terhadap fasilitas pelayanan umum, kesempatan berusaha dan bekerja. Lebih
jauh lagi, kemiskinan berarti suatu kondisi di mana orang atau kelompok orang
tidak mempunyai kemampuan, kebebasan, aset dan aksesibilitas untuk
kebutuhan mereka di waktu yang akan datang, serta sangat rentan (vulnerable)
terhadap resiko dan tekanan yang disebabkan oleh penyakit dan peningkatan
secara tiba-tiba atas harga-harga bahan makanan dan uang sekolah (Pandji &
Indra,2001).
Kemiskinan dibagi menjadi dua macam, yakni kemiskinan subjektif dan
kemiskinan objektif. Pertama, kemiskinan subjektif adalah kemiskinan yang
berlaku secara individual. Kemiskinan jenis ini sama sekali tidak ada
hubungannya dengan kepemilikan sejumlah harta maupun dengan kemampuan
mengeluarkan uang untuk mencukupi kebutuhan (Rosyidi, 2011).
Indikator penduduk miskin menurut BPS adalah:
1. Sangat Miskin, yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang
pendapatannya dibawah setara 250 kg beras ekuivalen setiap orang dalam
setahun penduduk yang tinggal di perkotaan.
2. Miskin, yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang
berpendapatan setara dengan 240 kg beras sampai 320 kg beras selama
setahun untuk penduduk yang tinggal di desa, sedangkan untuk penduduk
yang tinggal di perkotaan berkisar 360 sampai dengan 480 kg.
3. Hampir Cukup, yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang
pendapatannya setara dengan 320 kg beras sampai dengan 480 kg beras
dalam setahun untuk penduduk yang tinggal di pedesaan, serta di atas 720
kg untuk penduduk yang tinggal di perkotaan.
4. Cukup, yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang
pendapatannya lebih dari 480 kg beras setiap orang dalam setahun untuk
penduduk yang tinggal di pedesaan, dan di atas 720 kg beras setiap orang
per tahun untuk yang tinggal di perkotaan.
Kemiskinan Perkotaan
Kemiskinan diperkotaan disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya
yaitu urbanisasi penduduk dari daerah pedesaan ke perkotaan tanpa keahlian
yang memadai untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, hal ini tentu akan
membuat mereka menjadi kurang mendapatkan penghasilan yang layak,
persaingan dalam mencari lapangan pekerjaan, tidak memiliki ketrampilan yang
dibutuhkan oleh institusi atau lembaga yang membutuhkan tenaga kerja,
pendidikan yang relative rendah, tidak memiliki aset, tidak mampu mengakses
system sumber informasi dan tidak memiliki koneksi.
Kemiskinan di perkotaan merupakan akibat migrasi masyarakat desa ke
kota yang tinggi, dan terutama kondisi kehidupan yang miskin (rumah
diperkampungan miskin dan kotor, serta perkampungan dengan sedikit
pelayanan sosial) upah rendah dan tidak mencukupinya peraturan dalam sektor
tenaga kerja formal, serta sulinya keuangan di sektor tenaga kerja informal.
Meskipun, riset menunjukan bahwa tingkat pendapatan masyarakat kota
biasanya lebih besar dibandingkan penduduk desa, dan adanya perpindahan
penduduk desa ke kota, disamping kondisi kehidupan yang lemah, kondisi
tersebut memiliki manfaat dimana masyarakat kota berusaha meningkatkan
kondisi kehidupannya, melalui pendidikan anak-anaknya serta penggunaan
pendapatan dengan hati-hati/hemat.
Kemiskinan Perdesaan
Kemiskinan Pedesaan memiliki dua karakteristik umum kemiskinan di
pedesaan yaitu tingkat buta huruf yang masih tinggi dan pendapatan yang
rendah. Selanjutnya penyebab paling umum kemiskinan pedesaan antara lain :
Ketidakseimbangan pembangunan sektor pedesaan oleh pemerintah.
Ketidakcukupan tenaga kerja di desa dimana kebijakan seperti industrialisasi
pedesaan kurang berpihak. Ketidakcukupan dalam mengakses pinjaman modal
dengan suku bunga yang wajar karena adanya permainan oleh peminjam uang/
rentenir. Ketidakseimbangan pelayanan sosial di daerah pedesaan Ketidak
suaian dalam sistem pemilikan tanah.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif. Data yang digunakan adalah data kemiskinan perkotaan dan
perdesaan di Sulawesi tenggara dari tahun 2016-2021 yang diperoleh dari BPS
Provinsi Sulawesi Tenggara. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini
adalah metode kuantitatif deskriptif, diantaranya yaitu presentase, rata- rata dan
perbandingan. Tingkat kemiskinan perkotaan dan perdesaan di Sulawesi
Tenggara dilihat dari data BPS pada tahun 2016-2021, selanjutnya dibandingkan
dengan persentase tingkat kemiskinan secara nasional. Data tingkat kemiskinan
perkotaan dan perdesaan tiap Kabupaten dan Kota Kota di Sulawesi Tenggara
akan dibandingkan satu sama lain sehingga akan diketahui Kabupaten/Kota
mana yang tingkat kemiskinannya tinggi dan rendah. Hasil perbandingan
tersebut akan dipaparkan secara deskriptif kuantitatif. Sedangkan faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat kemiskinan perkotaan dan perdesaan akan dilihat
berdasarkan data laju pertumbuhan penduduk, kesempatan kerja/lapangan
kerja, tingkat pendidikan, dan distribusi pendapatan pada tiap-tiap
Kabupaten/Kota di Sulawesi Tenggara dibandingkan data kemiskinan tiap
Kabupaten dan Kota di Sulawesi Tenggara.
HASIL PENELITIAN
Tahun Rata-
No Kabupaten/Kota
2016 2017 2018 2019 2020 2021 Rata
11 Kolaka Timur 28.52 28.86 25.97 26.29 26.38 20.03 26.01
Konawe
5.70 5.97 5.87 5.86 5.88 5.98
12 Kepulauan 5.88
13 Muna Barat 12.32 12.89 11.39 11.52 11.32 11.55 11.83
14 Buton Tengah 12.33 16.73 13.72 14.64 14.40 14.73 14.43
15 Buton Selatan 10.75 12.66 11.86 11.81 11.50 11.71 11.72
16 Kota Kendari 19.58 18.44 17.76 17.30 17.46 19.46 18.33
17 Kota Baubau 13.87 13.55 12.59 12.42 12.53 13.30 13.04
326.8 331.7 302.5 301.8 318.7 314.8
307.10
Jumlah 6 1 8 2 0 0
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, 2022
Tahun Rata-
No Kabupaten/Kota
2016 2017 2018 2019 2020 2021 Rata
15 Buton Selatan 13,74 15,99 14,82 14,66 14,11 14,62 14,66
16 Kota Kendari 5,51 5,01 4,69 4,44 4,34 4,87 4,81
17 Kota Baubau 8,81 8,39 7,57 7,27 7,15 7,78 7,83
Rata-Rata 12,88 12,81 11,63 11,24 11,00 11,66 11,87
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, 2022
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2016 persentase
penduduk miskin daerah perkotaan di Sulawesi Tenggara sebesar 6,74%
kemudian meningkat menjadi 7,56% pada tahun 2017. Selanjutnya menurun
menjadi 6,56% pada tahun 2018, dan meningkat kembali menjadi 6,81% pada
tahun 2019. Pada tahun 2020 terjadi peningkatan lagi menjadi 7,14% dan
meningkat kembali menjadi 7,66% pada tahun 2021.
Kabupaten Muna dengan rata-rata 11.91 ribu jiwa pertahun, Kota Bau-Bau
dengan rata-rata 11.85 ribu jiwa/tahun, dan Kabupaten Kolaka dengan rata-rata
10.30 ribu jiwa pertahun. Sedangkan penduduk miskin perkotaan paling sedikit
di Provinsi Sulawesi Tenggara selama kurun waktu tahun 2016 sampai tahun
2021 adalah Kabupaten Konawe Kepulauan dengan rata- rata 0.69 ribu
jiwa/tahun.
Tenggara selama kurun waktu tahun 2016 sampai tahun 2021 selengkapnya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tahun Rata-
No Kabupaten/Kota
2016 2017 2018 2019 2020 2021 Rata
1 Buton 8.84 9.10 9.35 9.48 9.29 9.67 9.29
2 Muna 19.83 19.64 17.68 17.29 17.44 18.54 18.40
3 Konawe 24.63 24.53 21.57 20.18 20.42 20.96 22.05
4 Kolaka 17.61 16.43 15.25 14.80 14.65 20.63 16.56
5 Konawe Selatan 22.67 22.52 22.52 22.63 22.85 24.15 22.89
6 Bombana 15.69 15.32 14.07 13.79 13.41 14.04 14.38
7 Wakatobi 11.28 11.10 10.18 10.14 9.86 10.97 10.58
8 Kolaka Utara 16.75 16.13 14.67 13.64 13.66 14.71 14.93
9 Buton Utara 6.73 6.75 6.58 6.44 6.40 6.63 6.59
10 Konawe Utara 4.19 6.11 6.39 6.28 6.36 6.71 6.01
11 Kolaka Timur 20.57 20.81 18.73 18.96 19.03 14.45 18.76
12 Konawe Kepulauan 4.19 4.39 4.31 4.30 4.32 4.39 4.32
13 Muna Barat 8.97 9.38 8.29 8.39 8.24 8.41 8.61
14 Buton Tengah 9.08 12.32 10.10 10.78 10.60 10.85 10.62
15 Buton Selatan 7.90 9.31 8.72 8.68 8.45 8.61 8.61
16 Kota Kendari 1.31 1.23 1.19 1.16 1.17 1.30 1.23
17 Kota Baubau 1.27 1.24 1.15 1.14 1.15 1.22 1.19
Jumlah 201.50 206.32 190.76 188.06 187.30 196.23 195.03
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, 2022
20
18 17.55
16 15.25 15.64
14.6 14.94 14.55 14.66
14 13.5213.7513.8
12.89 13.24
14.45
12 11.0611.3
10
8 7.83
6 4.81
4 Pertumbuhan Penduduk
2.52 2.63 2.22
2 1.77
0.83
1.71 1.17 1.4 1.64 1.14 1.79 1.14
2.25
1.51 1.58 1.37
0.72
0 Kemiskinan
Bombana
Buton Selatan
Buton
Kolaka Timur
Kota Baubau
Wakatobi
Kota Kendari
Konawe Selatan
Kolaka Utara
Konawe Utara
Konawe Kepulauan
Muna Barat
Kolaka
Buton Utara
Konawe
Buton Tengah
Muna
Kolaka Timur
Bombana
Konawe Utara
Kota Kendari
Konawe Selatan
Wakatobi
Kolaka Utara
Konawe
Muna Barat
Konawe Kepulauan
Kolaka
Buton Utara
Buton Selatan
Buton Tengah
Muna
Kota Baubau
Kolaka Timur
Wakatobi
Kolaka Utara
Konawe Utara
Konawe Selatan
Kota Kendari
Konawe Kepulauan
Muna Barat
Konawe
Kolaka
Buton Selatan
Buton Tengah
Muna
Kota Baubau
120 115.18
110
100
90
80
70
60 55.19 57.49 54.92
50 46.07
50.32
40 37.5735.22 36.0334.61
41.27
34.28
30 32.79 Pendapatan Perkapita
24.5 22.58 23.09
20 19.37
15.2514.6 14.9413.2414.4517.5514.5515.6414.66
10 13.5213.7513.8 12.8911.0611.3 Kemiskinan
7.83
4.81
0
Bombana
Buton
Kolaka Timur
Konawe Utara
Konawe Selatan
Wakatobi
Kolaka Utara
Kota Kendari
Muna Barat
Buton Utara
Konawe Kepulauan
Konawe
Kolaka
Buton Selatan
Buton Tengah
Muna
Kota Baubau
Data pada tabel dan kurva di atas menunjukkan bahwa daerah dengan
penduduk yang memiliki PDRB perkapita besar memiliki persentase penduduk
miskin yang lebih kecil dibandingkan dengan daerah yang memiliki PDRB
perkapita kecil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rendahnya PDRB per kapita
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tingginya persentase
penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Tenggara.
Pembahasan
Rata-rata jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tenggara selama rentang
waktu tahun 2016-2021 adalah 314.80 ribu jiwa, terbanyak terdapat di
Kabupaten Konawe Selatan sebanyak 34.28 ribu jiwa, dan paling rendah
terdapat di Kabupaten Konawe Kepulauan sebanyak 5.88 ribu jiwa. Khusus
tahun 2021 jumlah penduduk miskin paling banyak terdapat di Kabupaten
Konawe Selatan sebanyak 36.17 ribu jiwa dan paling sedikit terdapat di
Kabupaten Konawe Kepulauan dengan jumlah 5.98 ribu jiwa. Namun jika dilihat
dari segi persentase, penduduk miskin tertinggi di Sulawesi Tenggara terdapat
di Kabupaten Konawe Kepulauan sebesar 17.55% dan terendah di Kota Kendari
sebesar 4.87%. Khusus tahun 2021 persentase kemiskinan di Provinsi Sulawesi
KESIMPULAN
Penduduk miskin perkotaan paling banyak di Provinsi Sulawesi Tenggara
selama kurun waktu tahun 2016 sampai tahun 2021 terdapat di Kota Kendari
dengan rata-rata 17.11 ribu jiwa/tahun dan paling sedikit di Kabupaten Konawe
Kepulauan dengan rata-rata 0.69 ribu jiwa/tahun. Sedangkan jumlah penduduk
miskin perdesaan di Provinsi Sulawesi Tenggara paling banyak terdapat di
Kabupaten Konawe Selatan dengan jumlah rata-rata 22.89 ribu jiwa dan jumlah
terkecil terdapat di Kota Bau-Bau dengan jumlah rata-rata 1.19 ribu jiwa. Faktor-
faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan perkotaan dan perdesaan di
Sulawesi Tenggara adalah: pertumbuhan penduduk yang tinggi, kurangnya
lapangan pekerjaan, rendahnya tingkat pendidikan, dan tidak meratanya
distribusi pendapatan.
REFERENSI
Arndt, H.W. 2009. Pembangunan dan Pemerataan di Masa Orde Baru. Jakarta:
LP3ES.
Hadi Prayitno dan Budi Santoso. 1996. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Hasibuan, S. N., Juanda, B., & Mulatsih, S. 2019. Analisis Sebaran Dan Faktor
Penyebab Kemiskinan Di Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Agribisnis
Indonesia, 7(2), 79–91. https://doi.org/10.29244/jai.2019.7.2.79-91
Issn, L., Julaeni, R., Raja, J., & Sitorus, H. 2017. Metode Geographically Weighted
Regression Pada Karakteristik Penduduk Hampir Miskin Di
Kabupaten/Kota Pulau Jawa. Jurnal Ekonomi UMM 1(3), 26-29.
Kunci, K., Sosial, F., Utara, K. L., & Tengah, K. L. 2019. Identifikasi Karakteristik
Dan Profil Kemiskinan di Pulau Lombok: Basis Perumusan Intervensi
Kebijakan. Jurnal Pembangunan Ekonomi 5 (2), 40–41.
Sangadji, S., Abadi, T. W., & Fauziah, L. 2015. Karakteristik Kemiskinan dan
Penanggulangannya di Kabupaten Sidoarjo. MIMBAR, Jurnal Sosial
danPembangunan,31(2),495.https://doi.org/10.29313/mimbar.v31i2.156
3
Yang, A. F., 2014. Pembangunan & Kemiskinan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4(2), 210–223.
Zuhdiyaty, N., & Kaluge, D. 2018. Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi
Kemiskinan Di Indonesia Selama Lima Tahun Terakhir. Jurnal Ilmiah
Bisnis dan Ekonomi Asia, 11(2), 27–31. https://doi.org/10.32812
/jibeka.v11i2.42