Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 23

Volume:…..Issue….

Tahun
http://www.jep.uho@uho.ac.i
d

ANALISIS KEMISKINAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN


DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Firly Marjunita1, Zainuddin Saenong2, Ilyas3


1
Universitas Halu Oleo Sulawesi Tenggara
Email: firlymj@gmail.com
2
Universitas Halu Oleo Sulawesi Tenggara
Email: saenongzainuddin@gmail.com
3
Universitas Halu Oleo Sulawesi Tenggara
Email: ilyasalimuddin@uho.ac.id

Abstract

This study aims to identify and analyze urban and rural poverty in Southeast
Sulawesi, as well as to determine the factors that influence rural poverty and urban
poverty in Southeast Sulawesi. The data in this study were obtained from the Central
Bureau of Statistics of Southeast Sulawesi which were analyzed descriptively. The results
of this study: (1) The highest average number of poor people during the last five years
was in South Konawe Regency as many as 34.28 thousand people, and the lowest was
found in Konawe Islands Regency as many as 5.88 thousand people. The highest
percentage of poor people is in Konawe Islands Regency at 17.55% and the lowest is in
Kendari City at 4.87%, (2) The most urban poor population in Southeast Sulawesi
Province during the period 2016 to 2021 is in Kendari City with an average of 17.11
thousand people/year and at least in the Konawe Islands Regency with an average of
0.69 thousand people/year, (3) During the last five years in the period 2016 to 2021 the
number of rural poor people in Southeast Sulawesi Province is mostly found in Konawe
Regency South with an average number of 22.89 thousand people and the smallest
number is in Bau-Bau City with an average number of 1.19 thousand people, (4) Factors
that affect the level of urban and rural poverty in Southeast Sulawesi are: high population
growth, lack of jobs, low levels of education, and low per capita income.

Keywords: Urban Poverty, Rural Poverty, Population Growth, Education Level,


Employment, Income

PENDAHULUAN
Kemiskinan dapat muncul dalam berbagai dimensi, karena dampak dari
bencana alam, keterpencilan suatu wilayah, ketergantungan, keterbatasan
kemampuan untuk mengakses berbagai pelayanan sosial dasar. Kemiskinan
dibedakan dua yaitu: (1) kemiskinan sebagai suatu gejala ekonomi yang terjadi

Firly Marjunita (Analisis Kemiskinan Perkotaan dan Perdesaan) 1


Volume:…..Issue….Tahun
http://www.jep.uho@uho.ac.i
d

di lingkungan sekitar penduduk miskin yang berhubungan dengan kekurangan


pendapatan, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar secara layak,
(2) kemiskinan budaya lebih banyak terletak dalam diri manusia itu sendiri
seperti cara hidup, tingkahlaku dan gejala sosial lainnya. Masalah kemiskinan
bersifat multi dimensional sehingga kemiskinan bukan hanya diukur dari
pendapatan tetapi juga mencakup kerentanan dan kerawanan, keterbatasan
akses masyarakat miskin dalam penentuan kebijakan publik yang berdampak
pada kehidupan mereka (Ikawati & Wahyuni, 2016).
Kemiskinan di perkotaan merupakan akibat migrasi masyarakat desa ke
kota yang tinggi, dan terutama kondisi kehidupan yang miskin (rumah
diperkampungan miskin dan kotor, serta perkampungan dengan sedikit
pelayanan sosial) upah rendah dan tidak mencukupinya peraturan dalam sektor
tenaga kerja formal, serta sulinya keuangan di sektor tenaga kerja informal.
Meskipun, riset menunjukan bahwa tingkat pendapatan masyarakat kota
biasanya lebih besar dibandingkan penduduk desa, dan adanya perpindahan
penduduk desa ke kota, disamping kondisi kehidupan yang lemah, kondisi
tersebut memiliki manfaat dimana masyarakat kota berusaha meningkatkan
kondisi kehidupannya, melalui pendidikan anak-anaknya serta penggunaan
pendapatan dengan hati-hati/hemat.
Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu provinsi yang berada di
negara Indonesia yang sedang meningkatkan pembangunan ekonomi
daerahnya. Dan pembangunan ekonomi dikatakan berhasil bila dapat
menekan/menurunkan kemiskinan. Dimana saat ini pertumbuhan ekonomi,
jumlah penduduk, inflasi dan kemiskinan di Provinsi Sulawesi Tenggara
merupakan masalah yang masih terus dihadapi oleh Pemerintah setempat. Data
selema enam tahun terakhir menunjukkan bahwa persentase kemiskinan di
Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami kenaikan dikarenakan adanya
masyarakat desa yang bermigrasi ke kota sedangkan tingkat kemiskinan
pedesaan tiap tahunnya mengalami penurunan dikarenakan banyaknya
lapangan pekerjaan yang tersedia melalui program pemerintah untuk
memberantas kemiskinan di pedesaan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa
kemiskinan perkotaan dan perdesaan di Sulawesi Tenggara. Selain itu penelitian
ini juga bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
kemiskinan di pedesaan dan perkotaan di Sulawesi Tenggara.

Firly Marjunita (Analisis Kemiskinan Perkotaan dan Perdesaan) 2


Volume:…..Issue….Tahun
http://www.jep.uho@uho.ac.i
d

Tinjauan Literatur
Kemiskinan merupakan masalah multidimensi kehidupan yang sangat
kompleks. Kemiskinan juga berhubungan dengan ketimpangan. Ketimpangan
fokus pada distribusi seperti pendapatan atau konsumsi. Suparlan (2000)
mendefinisikan bahwa kemiskinan adalah keadaan serba kekurangan harta dan
benda berharga yang diderita oleh seseorang atau sekelompok orang yang
hidup dalam lingkungan serba miskin atau kekurangan modal, baik dalam
pengertian uang, pengetahuan, kekuatan sosial, politik, hukum, maupun akses
terhadap fasilitas pelayanan umum, kesempatan berusaha dan bekerja. Lebih
jauh lagi, kemiskinan berarti suatu kondisi di mana orang atau kelompok orang
tidak mempunyai kemampuan, kebebasan, aset dan aksesibilitas untuk
kebutuhan mereka di waktu yang akan datang, serta sangat rentan (vulnerable)
terhadap resiko dan tekanan yang disebabkan oleh penyakit dan peningkatan
secara tiba-tiba atas harga-harga bahan makanan dan uang sekolah (Pandji &
Indra,2001).
Kemiskinan dibagi menjadi dua macam, yakni kemiskinan subjektif dan
kemiskinan objektif. Pertama, kemiskinan subjektif adalah kemiskinan yang
berlaku secara individual. Kemiskinan jenis ini sama sekali tidak ada
hubungannya dengan kepemilikan sejumlah harta maupun dengan kemampuan
mengeluarkan uang untuk mencukupi kebutuhan (Rosyidi, 2011).
Indikator penduduk miskin menurut BPS adalah:
1. Sangat Miskin, yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang
pendapatannya dibawah setara 250 kg beras ekuivalen setiap orang dalam
setahun penduduk yang tinggal di perkotaan.
2. Miskin, yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang
berpendapatan setara dengan 240 kg beras sampai 320 kg beras selama
setahun untuk penduduk yang tinggal di desa, sedangkan untuk penduduk
yang tinggal di perkotaan berkisar 360 sampai dengan 480 kg.
3. Hampir Cukup, yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang
pendapatannya setara dengan 320 kg beras sampai dengan 480 kg beras
dalam setahun untuk penduduk yang tinggal di pedesaan, serta di atas 720
kg untuk penduduk yang tinggal di perkotaan.
4. Cukup, yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang
pendapatannya lebih dari 480 kg beras setiap orang dalam setahun untuk
penduduk yang tinggal di pedesaan, dan di atas 720 kg beras setiap orang
per tahun untuk yang tinggal di perkotaan.

Firly Marjunita (Analisis Kemiskinan Perkotaan dan Perdesaan) 3


Volume:…..Issue….Tahun
http://www.jep.uho@uho.ac.i
d

Kemiskinan Perkotaan
Kemiskinan diperkotaan disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya
yaitu urbanisasi penduduk dari daerah pedesaan ke perkotaan tanpa keahlian
yang memadai untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, hal ini tentu akan
membuat mereka menjadi kurang mendapatkan penghasilan yang layak,
persaingan dalam mencari lapangan pekerjaan, tidak memiliki ketrampilan yang
dibutuhkan oleh institusi atau lembaga yang membutuhkan tenaga kerja,
pendidikan yang relative rendah, tidak memiliki aset, tidak mampu mengakses
system sumber informasi dan tidak memiliki koneksi.
Kemiskinan di perkotaan merupakan akibat migrasi masyarakat desa ke
kota yang tinggi, dan terutama kondisi kehidupan yang miskin (rumah
diperkampungan miskin dan kotor, serta perkampungan dengan sedikit
pelayanan sosial) upah rendah dan tidak mencukupinya peraturan dalam sektor
tenaga kerja formal, serta sulinya keuangan di sektor tenaga kerja informal.
Meskipun, riset menunjukan bahwa tingkat pendapatan masyarakat kota
biasanya lebih besar dibandingkan penduduk desa, dan adanya perpindahan
penduduk desa ke kota, disamping kondisi kehidupan yang lemah, kondisi
tersebut memiliki manfaat dimana masyarakat kota berusaha meningkatkan
kondisi kehidupannya, melalui pendidikan anak-anaknya serta penggunaan
pendapatan dengan hati-hati/hemat.

Kemiskinan Perdesaan
Kemiskinan Pedesaan memiliki dua karakteristik umum kemiskinan di
pedesaan yaitu tingkat buta huruf yang masih tinggi dan pendapatan yang
rendah. Selanjutnya penyebab paling umum kemiskinan pedesaan antara lain :
Ketidakseimbangan pembangunan sektor pedesaan oleh pemerintah.
Ketidakcukupan tenaga kerja di desa dimana kebijakan seperti industrialisasi
pedesaan kurang berpihak. Ketidakcukupan dalam mengakses pinjaman modal
dengan suku bunga yang wajar karena adanya permainan oleh peminjam uang/
rentenir. Ketidakseimbangan pelayanan sosial di daerah pedesaan Ketidak
suaian dalam sistem pemilikan tanah.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif. Data yang digunakan adalah data kemiskinan perkotaan dan
perdesaan di Sulawesi tenggara dari tahun 2016-2021 yang diperoleh dari BPS
Provinsi Sulawesi Tenggara. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini

Firly Marjunita (Analisis Kemiskinan Perkotaan dan Perdesaan) 4


Volume:…..Issue….Tahun
http://www.jep.uho@uho.ac.i
d

adalah metode kuantitatif deskriptif, diantaranya yaitu presentase, rata- rata dan
perbandingan. Tingkat kemiskinan perkotaan dan perdesaan di Sulawesi
Tenggara dilihat dari data BPS pada tahun 2016-2021, selanjutnya dibandingkan
dengan persentase tingkat kemiskinan secara nasional. Data tingkat kemiskinan
perkotaan dan perdesaan tiap Kabupaten dan Kota Kota di Sulawesi Tenggara
akan dibandingkan satu sama lain sehingga akan diketahui Kabupaten/Kota
mana yang tingkat kemiskinannya tinggi dan rendah. Hasil perbandingan
tersebut akan dipaparkan secara deskriptif kuantitatif. Sedangkan faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat kemiskinan perkotaan dan perdesaan akan dilihat
berdasarkan data laju pertumbuhan penduduk, kesempatan kerja/lapangan
kerja, tingkat pendidikan, dan distribusi pendapatan pada tiap-tiap
Kabupaten/Kota di Sulawesi Tenggara dibandingkan data kemiskinan tiap
Kabupaten dan Kota di Sulawesi Tenggara.

HASIL PENELITIAN

Data Kemiskinan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016-2021


Rata-rata jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tenggara rentang waktu
tahun 2016-2021 adalah 314.80 ribu jiwa. Rata-rata jumlah penduduk miskin
terbanyak selama enam tahun terakhir terdapat di Kabupaten Konawe Selatan
sebanyak 34.28 ribu jiwa, dan paling rendah terdapat di Kabupaten Konawe
Kepulauan sebanyak 5.88 ribu jiwa. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Sulawesi Tenggara Menurut


Kabupaten/Kota (Ribu Jiwa)
Tahun Rata-
No Kabupaten/Kota
2016 2017 2018 2019 2020 2021 Rata
1 Buton 13.03 13.41 13.78 13.97 13.68 14.25 13.69
2 Muna 32.65 32.35 29.12 28.47 28.73 30.54 30.31
3 Konawe 38.14 37.99 33.40 31.25 31.63 32.46 34.15
4 Kolaka 28.56 26.64 24.74 24.00 23.76 33.45 26.86
5 Konawe Selatan 33.94 33.73 33.73 33.89 34.22 36.17 34.28
6 Bombana 22.04 21.52 19.77 19.37 18.84 19.73 20.21
7 Wakatobi 15.73 15.48 14.20 14.14 13.75 15.30 14.77
8 Kolaka Utara 24.32 23.42 21.30 19.80 19.83 21.36 21.67
9 Buton Utara 9.60 9.63 9.38 9.18 9.13 9.45 9.40
10 Konawe Utara 5.79 8.44 8.82 8.67 8.78 9.26 8.29

Firly Marjunita (Analisis Kemiskinan Perkotaan dan Perdesaan) 5


Volume:…..Issue….Tahun
http://www.jep.uho@uho.ac.i
d

Tahun Rata-
No Kabupaten/Kota
2016 2017 2018 2019 2020 2021 Rata
11 Kolaka Timur 28.52 28.86 25.97 26.29 26.38 20.03 26.01
Konawe
5.70 5.97 5.87 5.86 5.88 5.98
12 Kepulauan 5.88
13 Muna Barat 12.32 12.89 11.39 11.52 11.32 11.55 11.83
14 Buton Tengah 12.33 16.73 13.72 14.64 14.40 14.73 14.43
15 Buton Selatan 10.75 12.66 11.86 11.81 11.50 11.71 11.72
16 Kota Kendari 19.58 18.44 17.76 17.30 17.46 19.46 18.33
17 Kota Baubau 13.87 13.55 12.59 12.42 12.53 13.30 13.04
326.8 331.7 302.5 301.8 318.7 314.8
307.10
Jumlah 6 1 8 2 0 0
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, 2022

Rata-rata presentase penduduk miskin selama enam tahun terakhir di


Provinsi Sulawesi Tenggara adalah 11,87%. Persentase penduduk miskin
tertinggi terdapat di Kabupaten Konawe Kepulauan sebesar 17,55% dan
terendah di Kota Kendari sebesar 4,87%. Khusus tahun 2021 persentase
kemiskinan di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah 11,66%, persentase tertinggi
terdapat di Kabupaten Konawe Kepulauan sebesar 17,81%.

Tabel 2. Persentase Penduduk Miskin Provinsi Sulawesi Tenggara


Menurut Kabupaten/Kota (Persen)
Tahun Rata-
No Kabupaten/Kota
2016 2017 2018 2019 2020 2021 Rata
1 Buton 13,22 13,46 13,67 13,65 13,21 13,92 13,52
2 Muna 15,22 14,85 13,19 12,85 12,83 13,54 13,75
3 Konawe 16,09 15,65 13,48 12,34 12,20 13,03 13,80
4 Kolaka 15,05 13,78 12,51 11,92 11,63 12,43 12,89
5 Konawe Selatan 11,36 11,14 10,95 10,81 10,74 11,34 11,06
6 Bombana 13,06 12,36 11,05 10,56 10,01 10,76 11,30
7 Wakatobi 16,46 16,19 14,85 14,75 14,31 14,91 15,25
8 Kolaka Utara 17,11 16,24 14,30 13,19 12,96 13,79 14,60
9 Buton Utara 15,78 15,58 14,93 14,38 14,10 14,89 14,94
10 Konawe Utara 9,75 13,93 14,22 13,66 13,53 14,32 13,24
11 Kolaka Timur 15,71 15,64 13,82 13,71 13,47 14,35 14,45
12 Konawe Kepulauan 17,72 18,10 17,48 17,18 17,01 17,81 17,55
13 Muna Barat 15,77 16,24 14,17 13,84 13,30 13,96 14,55
14 Buton Tengah 13,69 18,35 14,88 15,77 15,32 15,80 15,64

Firly Marjunita (Analisis Kemiskinan Perkotaan dan Perdesaan) 6


Volume:…..Issue….Tahun
http://www.jep.uho@uho.ac.i
d

Tahun Rata-
No Kabupaten/Kota
2016 2017 2018 2019 2020 2021 Rata
15 Buton Selatan 13,74 15,99 14,82 14,66 14,11 14,62 14,66
16 Kota Kendari 5,51 5,01 4,69 4,44 4,34 4,87 4,81
17 Kota Baubau 8,81 8,39 7,57 7,27 7,15 7,78 7,83
Rata-Rata 12,88 12,81 11,63 11,24 11,00 11,66 11,87
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, 2022

Secara terpisah dilihat dari daerah perkotaan dan perdesaan jumlah


penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Tenggara secara umum lebih banyak di
daerah perdesaan dari pada perkotaan. Selama enam tahun terakhir jumlah
penduduk miskin di daerah perdesaan mengalami peningkatan dan penurunan.
Jumlah penduduk miskin daerah perdesaan di Provinsi Sulawesi Tenggara pada
tahun 2016 berjumlah 204.65 ribu jiwa, pada tahun 2017 mengalami penurunan
menjadi 268.96 ribu jiwa, selanjutnya menurun lagi pada tahun 2018 menjadi
240.69 ribu jiwa, dan menurun lagi pada tahun 2019 menjadi 230.76 ribu jiwa.
Penurunan kembali terjadi pada tahun 2020 menjadi 224.89 ribu jiwa, kemudian
terjadi peningkatan pada tahun 2021 menjadi 243.65 ribu jiwa.
Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan wilayah Provinsi Sulawesi
Tenggara selama rentang waktu 2016-2020 menunjukkan peningkatan yang
signifikan. Pada tahun 2016 jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan
sebanyak 51.01 ribu jiwa, meningkat menjadi 62.75 ribu jiwa pada tahun 2017,
dan meningkat lagi menjadi 66.41 ribu jiwa pada tahun 2018. Hal yang sama
terjadi pada tahun 2019 dimana jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan
meningkat menjadi 71.81 ribu jiwa, dan meningkat kembali menjadi 76.93 ribu
jiwa pada tahun 2020. Pada tahun 2021 penduduk miskin daerah perkotaan di
Provisnsi Sulawesi Tenggara mengalami penurunan di banding tahun
sebelumnya yakni menjadi 75.05 ribu jiwa.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Miskin di Sulawesi Tenggara Menurut


Desa/Kota (Ribu Jiwa)
Daerah Tempat Tahun
Tinggal 2021 2020 2019 2018 2017 2016
Kota 75.05 76.93 71.82 66.41 62.75 51.01
Desa 243.65 224.89 230.76 240.69 268.96 275.86
Kota+Desa 318.7 301.82 302.58 307.1 331.71 326.86

Firly Marjunita (Analisis Kemiskinan Perkotaan dan Perdesaan) 7


Volume:…..Issue….Tahun
http://www.jep.uho@uho.ac.i
d

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, 2022

Selama enam tahun terakhir persentase penduduk miskin daerah


perdesaan Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami fluktuasi. Persentase
penduduk miskin daerah perdesaan tahun 2016 sebesar 15,49%, pada tahun
2017 mengalami penurunan menjadi 15,29%, selanjutnya menurun lagi pada
tahun 2018 menjadi 14,77%, dan menurun lagi pada tahun 2019 menjadi
14,09%. Penurunan kembali terjadi pada tahun 2020 menjadi 13,50%,
sedangkan pada tahun 2021 meningkat dibanding tahun sebelumnya menjadi
13,89%.
Persentase penduduk miskin daerah perkotaan di Provinsi Sulawesi
Tenggara selama lima tahun terakhir mengalami peningkatan dan penurunan.
Persentase penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Tenggara menurut desa/kota
selama rentang waktu tahun 2016 sampai tahun 2021 selengkapnya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. Persentase Penduduk Miskin di Sulawesi Tenggara Menurut


Desa/Kota (Persen)
Daerah Tempat Tahun
Tinggal 2021 2020 2019 2018 2017 2016
Kota 7,66 7,14 6,81 6,56 7,56 6,74
Desa 13,89 13,5 14,09 14,77 15,29 15,49
Kota+Desa 11,66 11,00 11,24 11,63 12,81 12,88
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, 2022

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2016 persentase
penduduk miskin daerah perkotaan di Sulawesi Tenggara sebesar 6,74%
kemudian meningkat menjadi 7,56% pada tahun 2017. Selanjutnya menurun
menjadi 6,56% pada tahun 2018, dan meningkat kembali menjadi 6,81% pada
tahun 2019. Pada tahun 2020 terjadi peningkatan lagi menjadi 7,14% dan
meningkat kembali menjadi 7,66% pada tahun 2021.

Kemiskinan Perkotaan di Sulawesi Tenggara Tahun 2016-2021


Penduduk miskin perkotaan paling banyak dalam lima besar di Provinsi
Sulawesi Tenggara selama kurun waktu tahun 2016 sampai tahun 2021 terdapat
di Kota Kendari dengan rata-rata 17.11 ribu jiwa/tahun, kemudian menyusul
Kabupaten Konawe dengan rata-rata 12.10 ribu jiwa/pertahun, selanjutnya

Firly Marjunita (Analisis Kemiskinan Perkotaan dan Perdesaan) 8


Volume:…..Issue….Tahun
http://www.jep.uho@uho.ac.i
d

Kabupaten Muna dengan rata-rata 11.91 ribu jiwa pertahun, Kota Bau-Bau
dengan rata-rata 11.85 ribu jiwa/tahun, dan Kabupaten Kolaka dengan rata-rata
10.30 ribu jiwa pertahun. Sedangkan penduduk miskin perkotaan paling sedikit
di Provinsi Sulawesi Tenggara selama kurun waktu tahun 2016 sampai tahun
2021 adalah Kabupaten Konawe Kepulauan dengan rata- rata 0.69 ribu
jiwa/tahun.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Miskin Perkotaan Provinsi Sulawesi


Tenggara Menurut Kabupaten/Kota (Ribu Jiwa)
Tahun Rata-
No Kabupaten/Kota
2016 2017 2018 2019 2020 2021 Rata
1 Buton 4.19 4.31 4.43 4.49 4.39 4.58 4.40
2 Muna 12.82 12.71 11.44 11.18 11.29 12.00 11.91
3 Konawe 13.51 13.46 11.83 11.07 11.21 11.50 12.10
4 Kolaka 10.95 10.21 9.49 9.20 9.11 12.82 10.30
5 Konawe Selatan 8.70 8.64 8.64 8.69 8.77 9.27 8.79
6 Bombana 6.35 6.20 5.70 5.58 5.43 5.69 5.83
7 Wakatobi 4.45 4.38 4.02 4.00 3.89 4.33 4.18
8 Kolaka Utara 6.68 6.43 5.85 5.44 5.44 5.86 5.95
9 Buton Utara 2.23 2.24 2.18 2.13 2.12 2.20 2.18
10 Konawe Utara 1.13 1.65 1.73 1.70 1.72 1.81 1.62
11 Kolaka Timur 6.37 6.45 5.80 5.88 5.90 4.48 5.81
12 Konawe Kepulauan 0.67 0.70 0.69 0.68 0.69 0.70 0.69
13 Muna Barat 3.08 3.22 2.85 2.88 2.83 2.89 2.96
14 Buton Tengah 3.13 4.24 3.48 3.71 3.65 3.74 3.66
15 Buton Selatan 2.64 3.11 2.91 2.90 2.82 2.87 2.87
16 Kota Kendari 18.27 17.21 16.57 16.14 16.29 18.16 17.11
17 Kota Baubau 12.60 12.31 11.44 11.28 11.38 12.08 11.85
Rata-Rata 6.93 6.91 6.41 6.29 6.29 6.76 6.60
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, 2022

Persentase penduduk miskin perkotaan paling banyak dalam lima besar


di Provinsi Sulawesi Tenggara selama kurun waktu tahun 2016 sampai tahun
2021 terdapat di Kota Bau-Bau dengan rata-rata 7,11%/tahun, kemudian
menyusul Kabupaten Muna dengan rata-rata 5,40%/tahun, selanjutnya
Kabupaten Kolaka dengan rata-rata 4,94%/pertahun, Kabupaten Konawe
dengan rata-rata 4,89%/tahun, dan Kota Kendari dengan rata-rata
4,49%/pertahun. Persentase penduduk miskin perkotaan di Provinsi Sulawesi

Firly Marjunita (Analisis Kemiskinan Perkotaan dan Perdesaan) 9


Volume:…..Issue….Tahun
http://www.jep.uho@uho.ac.i
d

Tenggara selama kurun waktu tahun 2016 sampai tahun 2021 selengkapnya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Persentase Penduduk Miskin Perkotaan Provinsi Sulawesi


Tenggara Menurut Kabupaten/Kota (Persen)
Tahun Rata-
No Kabupaten/Kota
2016 2017 2018 2019 2020 2021 Rata
1 Buton 4,25 4,32 4,39 4,38 4,24 4,47 4,34
2 Muna 5,98 5,83 5,18 5,05 5,04 5,32 5,40
3 Konawe 5,70 5,54 4,78 4,37 4,32 4,62 4,89
4 Kolaka 5,77 5,28 4,80 4,57 4,46 4,77 4,94
5 Konawe Selatan 2,91 2,86 2,81 2,77 2,75 2,91 2,83
6 Bombana 3,77 3,56 3,19 3,04 2,89 3,10 3,26
7 Wakatobi 4,66 4,59 4,21 4,18 4,05 4,22 4,32
8 Kolaka Utara 4,70 4,46 3,93 3,62 3,56 3,79 4,01
9 Buton Utara 3,67 3,62 3,47 3,34 3,28 3,46 3,47
10 Konawe Utara 1,91 2,72 2,78 2,67 2,65 2,80 2,59
11 Kolaka Timur 3,51 3,50 3,09 3,06 3,01 3,21 3,23
12 Konawe Kepulauan 2,07 2,11 2,04 2,00 1,99 2,08 2,05
13 Muna Barat 3,94 4,06 3,54 3,46 3,32 3,49 3,63
14 Buton Tengah 3,47 4,65 3,77 4,00 3,89 4,01 3,97
15 Buton Selatan 3,37 3,92 3,64 3,60 3,46 3,59 3,60
16 Kota Kendari 5,14 4,67 4,38 4,14 4,05 4,54 4,49
17 Kota Baubau 8,00 7,62 6,88 6,60 6,50 7,07 7,11
Rata-Rata 7,66 7,14 6,81 6,56 7,56 6,74 7,66
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, 2022

Kemisikinan Perdesaan di Sulawesi Tenggara Rentang Waktu 2011-2021


Penduduk miskin perdesaan di Provinsi Sulawesi Tenggara paling banyak
terdapat di Kabupaten Konawe Selatan dengan jumlah rata-rata 22.89 ribu jiwa,
menyusul Kabupaten Konawe dengan jumlah rata-rata 22.05 ribu jiwa. Posisi
ketiga ditempati oleh Kabupaten Kolaka Timur dengan rata-rata 18.76 ribu jiwa,
selanjutnya Kabupaten Muna dengan jumlah rata-rata 18.40 ribu jiwa, dan
kabupaten Kolaka dengan jumlah rata-rata 16.56 ribu jiwa. Sedangkan jumlah
terkecil terdapat di Kota Bau-Bau dengan jumlah rata-rata 1.19 ribu jiwa.

Tabel 7. Jumlah Penduduk Miskin Perdesaan Provinsi Sulawesi


Tenggara Menurut Kabupaten/Kota (Ribu Jiwa)

Firly Marjunita (Analisis Kemiskinan Perkotaan dan Perdesaan) 10


Volume:…..Issue….Tahun
http://www.jep.uho@uho.ac.i
d

Tahun Rata-
No Kabupaten/Kota
2016 2017 2018 2019 2020 2021 Rata
1 Buton 8.84 9.10 9.35 9.48 9.29 9.67 9.29
2 Muna 19.83 19.64 17.68 17.29 17.44 18.54 18.40
3 Konawe 24.63 24.53 21.57 20.18 20.42 20.96 22.05
4 Kolaka 17.61 16.43 15.25 14.80 14.65 20.63 16.56
5 Konawe Selatan 22.67 22.52 22.52 22.63 22.85 24.15 22.89
6 Bombana 15.69 15.32 14.07 13.79 13.41 14.04 14.38
7 Wakatobi 11.28 11.10 10.18 10.14 9.86 10.97 10.58
8 Kolaka Utara 16.75 16.13 14.67 13.64 13.66 14.71 14.93
9 Buton Utara 6.73 6.75 6.58 6.44 6.40 6.63 6.59
10 Konawe Utara 4.19 6.11 6.39 6.28 6.36 6.71 6.01
11 Kolaka Timur 20.57 20.81 18.73 18.96 19.03 14.45 18.76
12 Konawe Kepulauan 4.19 4.39 4.31 4.30 4.32 4.39 4.32
13 Muna Barat 8.97 9.38 8.29 8.39 8.24 8.41 8.61
14 Buton Tengah 9.08 12.32 10.10 10.78 10.60 10.85 10.62
15 Buton Selatan 7.90 9.31 8.72 8.68 8.45 8.61 8.61
16 Kota Kendari 1.31 1.23 1.19 1.16 1.17 1.30 1.23
17 Kota Baubau 1.27 1.24 1.15 1.14 1.15 1.22 1.19
Jumlah 201.50 206.32 190.76 188.06 187.30 196.23 195.03
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, 2022

Dilihat dari segi persentase, data masyarat miskin perdesaan di Sulawesi


Tenggara selama lima tahun terakhir dalam kurun waktu tahun 2016 sampai
tahun 2021 paling besar terdapat di Kabupaten Konawe Kepulauan dengan
persentase rata-rata 12,89%, menyusul Kabupaten Buton Tengah dengan
persentase rata-rata sebesar 11,51%. Posisi ketiga ditempati oleh Kabupaten
Wakatobi dengan persentase rata-rata sebesar 10,93%, selanjutnya Kabupaten
Buton Selatan dengan persentase rata-rata sebesar 10,78%, dan kabupaten
Muna Barat dengan persentase rata-rata sebesar 10,59%.

Tabel 8. Persentase Penduduk Miskin Perdesaan Provinsi Sulawesi


Tenggara Menurut Kabupaten/Kota (Persen)
Tahun Rata-
No Kabupaten/Kota
2016 2017 2018 2019 2020 2021 Rata
1 Buton 8,97 9,14 9,28 9,27 8,97 9,45 9,18
2 Muna 9,24 9,02 8,01 7,80 7,79 8,22 8,35
3 Konawe 10,39 10,11 8,70 7,97 7,88 8,41 8,91
4 Kolaka 9,28 8,50 7,71 7,35 7,17 7,66 7,95

Firly Marjunita (Analisis Kemiskinan Perkotaan dan Perdesaan) 11


Volume:…..Issue….Tahun
http://www.jep.uho@uho.ac.i
d

5 Konawe Selatan 7,59 7,44 7,31 7,22 7,17 7,57 7,38


6 Bombana 9,29 8,80 7,86 7,52 7,12 7,66 8,04
7 Wakatobi 11,80 11,60 10,64 10,57 10,26 10,69 10,93
8 Kolaka Utara 11,79 11,19 9,85 9,09 8,93 9,50 10,06
9 Buton Utara 11,07 10,93 10,47 10,08 9,89 10,44 10,48
10 Konawe Utara 7,06 10,09 10,30 9,90 9,80 10,37 9,59
11 Kolaka Timur 11,33 11,28 9,97 9,89 9,71 10,35 10,42
12 Konawe Kepulauan 13,02 13,30 12,84 12,62 12,50 13,08 12,89
13 Muna Barat 11,48 11,82 10,31 10,07 9,68 10,16 10,59
14 Buton Tengah 10,08 13,51 10,96 11,61 11,28 11,63 11,51
15 Buton Selatan 10,10 11,76 10,90 10,78 10,37 10,75 10,78
16 Kota Kendari 0,37 0,34 0,31 0,30 0,29 0,33 0,32
17 Kota Baubau 0,81 0,77 0,69 0,67 0,65 0,71 0,72
Rata-Rata 13,89 13,5 14,09 14,77 15,29 15,49 13,89
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, 2022

Data di atas menggambarkan bahwa persentase penduduk miskin


perdesaan terkecil terdapat di Kota Kendari dengan persentase rata-rata sebesar
0.32% dan Kota Baubau dengan persentase rata-rata 0.72%. Kedua wilayah itu
memiliki persentase kecil karena jumlah penduduk yang tinggal di pinggiran
kota dan masuk kategori penduduk miskin perdesaan berjumlah kecil.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Perkotaan dan Perdesaan


Pertumbuhan penduduk di Sulawesi tenggara dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan. Selama sepuluh tahun terakhir pertumbuhan
penduduk paling tinggi terdapat di Kabupaten Buton Tengah sebesar 2,62%,
menyusul Kabupaten Konawe Utara sebesar 2,52%. Ketiga terbesar adalah
Kabupaten Konawe Kepulauan sebesar 2,25%, selanjutnya Kabupaten Buton
Selatan sebesar 2,22%, dan selanjutnya adalah Buton Utara sebesar 1,79%.
Sedangkan pertumbuhan penduduk paling kecil terdapat di Kabupaten
Bombana sebesar 0,72%.

Firly Marjunita (Analisis Kemiskinan Perkotaan dan Perdesaan) 12


Volume:…..Issue….Tahun
http://www.jep.uho@uho.ac.i
d

20
18 17.55
16 15.25 15.64
14.6 14.94 14.55 14.66
14 13.5213.7513.8
12.89 13.24
14.45

12 11.0611.3
10
8 7.83
6 4.81
4 Pertumbuhan Penduduk
2.52 2.63 2.22
2 1.77
0.83
1.71 1.17 1.4 1.64 1.14 1.79 1.14
2.25
1.51 1.58 1.37
0.72
0 Kemiskinan
Bombana

Buton Selatan
Buton

Kolaka Timur

Kota Baubau
Wakatobi

Kota Kendari
Konawe Selatan

Kolaka Utara

Konawe Utara

Konawe Kepulauan
Muna Barat
Kolaka

Buton Utara
Konawe

Buton Tengah
Muna

Gambar 1. Kurva Laju Pertumbuhan Penduduk dan Rata-Rata Persentase


Kemiskinan Provinsi Sulawesi Tenggara

Jika data pertumbuhan penduduk tersebut dibandingkan dengan


persentase penduduk miskin tiap kabupaten/kota diperoleh gambaran bahwa
setiap daerah dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi memiliki persentase
penduduk miskin yang besar pula. Kurva di atas menunjukkan bahwa pada
kabupaten Konawe dengan pertumbuhan penduduk sebesar 2,14% memiliki
persentase penduduk miskin sebesar 13,80%, selanjutnya Kabupaten Konawe
Kepulauan dengan persentase pertumbuhan penduduk sebesar 2,25% memiliki
persentase penduduk miskin sebesar 17,55%. Sementara daerah kabupaten
Bombana dengan pertumbuhan penduduk sebesar 0,72% memiliki persentase
penduduk miskin sebesar 11,30%.
Keterbatasan lapangan pekerjaan menjadi salah satu penyebab
kemiskinan. Dengan terbatasnya lapangan kerja, masyarakat tidak dapat
memenuhi kebutuhannya, karena dengan bekerjalah seseorang mendapatkan
upah yang nantinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.
Penduduk yang telah mencapai usia kerja tetapi tidak bekerja atau tidak
mendapat pekerjaan menjadi pengangguran. Perbandingan data lapangan
pekerjaan dengan tingkat kemiskinan penduduk di Sulawesi Tenggara
menunjukkan bahwa daerah dengan tingkat pertumbuhan tenaga kerja yang
tinggi merupakan daerah dengan persentase penduduk miskin yang tinggi. Hal
itu dapat dilihat pada kabupaten Wakatobi dengan pertumbuhan 3,03%
memiliki persentase penduduk miskin sebesar 15,25%, kabupaten Konawe

Firly Marjunita (Analisis Kemiskinan Perkotaan dan Perdesaan) 13


Volume:…..Issue….Tahun
http://www.jep.uho@uho.ac.i
d

Kepulauan dengan persentase 3,25% memiliki persentase penduduk miskin


sebesar 17,55%, selanjutnya Kabupaten Buton Tengah dengan persentase 3,03
memiliki penduduk miskin sebesar 15,25%. Sebaliknya daerah dengan
pertumbuhan tenaga kerja yang rendah memiliki persentase penduduk miskin
yang rendah pula. Kabupaten Bombana dengan persentase pertumbuhan
tenaga kerja 1,68% memiliki penduduk miskin sebesar 11,30%, Kota Kendari
dengan persentase pertumbuhan tenaga kerja sebesar 1,58% memiliki
penduduk miskin sebesar 4,81%, dan Kota Baubau dengan pertumbuhan tenaga
kerja sebesar 1,37% memiliki rata-rata penduduk miskin sebesar 7,83%.
Perbandingan pertumbuhan tenaga kerja dan persentase penduduk miskin di
Sulawesi tenggara, ditampilkan dalam bentuk kurva sebagai berikut.
22
17.55
20
15.25 15.64
18 14.94
14.6 14.45 14.55 14.66
16 13.52 13.75 13.8 13.24
12.89
14
11.0611.3
12
10 7.83
8
6 4.81 Kemiskinan
4 3.25 Tenaga Kerja
3.03 2.79 2.52 2.51 2.85 2.22
2 1.98 1.78 1.83 1.94 1.88 1.68 2.14 2.14
1.58 1.37
0
Buton

Kolaka Timur
Bombana

Konawe Utara

Kota Kendari
Konawe Selatan

Wakatobi
Kolaka Utara
Konawe

Muna Barat
Konawe Kepulauan
Kolaka

Buton Utara

Buton Selatan
Buton Tengah
Muna

Kota Baubau

Gambar 2. Kurva Laju Pertumbuhan Tenaga Kerja dan Rata-Rata Persentase


Kemiskinan Provinsi Sulawesi Tenggara

Data BPS Sulawesi Tenggara menunjukkan bahwa tingkat pendidikan


masyarakat Sulawesi Tenggara pada kategori pendidikan tinggi atau diploma ke
atas paling banyak adalah masyarakat Kota Kendari sebesar 23,71% dari
keseluruhan penduduk yang berumur 15 tahun ke atas, sementara tingkat
pendidikan SMA/Sederajat sebesar 43,90%. Selanjutnya masyarakat Kota Bau-
Bau sebesar 19,89% berpendidikan diploma ke atas dan masyarakat dengan
tingkat pendidikan SMA/Sederajat sebesar 36,09%. Pada urutan ketiga, yakni

Firly Marjunita (Analisis Kemiskinan Perkotaan dan Perdesaan) 14


Volume:…..Issue….Tahun
http://www.jep.uho@uho.ac.i
d

Kabupaten Buton Utara sebesar 15,81% dan masyarakat dengan tingkat


pendidikan 25,82%, setelah itu disusul oleh Kabupaten Muna sebesar 14,91%
dan masyarakat dengan pendidikan SMA/Sederajat sebesar 20,08%. Pada
ururtan kelima adalah Kabupaten Kolaka Timur sebesar 14,81% dan masyarakat
dengan pendidikan SMA/Sederajat sebesar 22,63%. Sementara masyarakat
dengan tingkat pendidikan diploma ke atas paling sedikit adalah Kabupaten
Buton Tengah sebesar 7,80 dan pendidikan SMA/Sederajat sebesar 23,76%.
Untuk melihat korelasi antara tingkat pendidikan dan kemiskinan suatu
daerah, maka dibandingkan rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke
atas dengan rata-rata persentase penduduk miskin di setiap kabupaten kota
selama tahun 2016 sampat tahun 2021. Hasil perbandingan menunjukkan
daerah yang memiliki penduduk dengan masa sekolah paling lama (tingkat
pendidikan tinggi) adalah Kota Kendari dengan rata-rata lama sekolah adalah
17,65 tahun, kemudian Kota Baubau dengan rata-rata 15,16 tahun, Kabupaten
Muna dengan rata-rata 14,61, Kabupaten Kolaka Timur dengan rata-rata 13,52
tahun, dan Kabupaten Buton Utara dengan rata-rata 13,44 tahun. Semua
daerah-daerah terasebut di atas memiliki persentase penduduk yang miskin
lebih sedikit dibanding daerah yang lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
kurva berikut ini.
30
28 13.75 14.94 14.45
17.55
26 15.25 14.6
13.8 12.89 13.24
24 13.52
14.55 15.6414.66 4.81 7.83
22 11.3
20 11.06
18 17.65
16 15.16
14.61
14 13.44 13.52
12.74
12 10.98 11.42 10.98 10.99
12.14 11.8
10 9.71
Kemiskinan
8.69 8.43
8 7.12
8.04
6 Lama Sekolah
4
2
0
Buton Utara
Bombana
Buton

Kolaka Timur
Wakatobi
Kolaka Utara

Konawe Utara
Konawe Selatan

Kota Kendari
Konawe Kepulauan
Muna Barat
Konawe
Kolaka

Buton Selatan
Buton Tengah
Muna

Kota Baubau

Gambar 3. Kurva Perbandingan Perbandingan Lama Sekolah Penduduk dan

Firly Marjunita (Analisis Kemiskinan Perkotaan dan Perdesaan) 15


Volume:…..Issue….Tahun
http://www.jep.uho@uho.ac.i
d

Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Sulawesi Tenggara

Kurva di atas menunjukkan bahwa daerah dengan penduduk rata-rata


tingkat pendidikan tinggi memiliki persentase penduduk miskin rendah,
sedangkan daerah yang tingkat pendidikan penduduknya rendah memiliki
persentase penduduk miskin tinggi. Hal ini memberikan gambaran bahwa
tingkat pendidikan perpengaruh terhadap tingkat kemiskinan.
Perbedaan pendapatan timbul karena adanya perbedaan kepemilikan
sumber daya dan faktor produksi, terutama kepemilikan barang modal (capital
stock). Kelompok masyarakat yang memiliki faktor produksi yang lebih banyak
juga akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak. Data dari BPS ditemukan
bahwa rata-rata PDRB Per-Kapita Kabupaten/Kota di Sulawesi Tenggara dalam
enam tahun terakhir paling tinggi ditemukan di Kabupaten Kolaka dengan rata-
rata Rp. 115.18 juta/tahun kemudian menyusul Kabupaten Konawe Utara
dengan rata-rata 57.49 juta/tahun. Urutan ketiga ditempati oleh Kolaka Utara
dengan jumlah rata-rata Rp. 55.19 juta/tahun, selanjutnya Kota Kendari dengan
jumlah rata-rata Rp. 54.92 juta/tahun, setelah itu Kota Baubau dengan jumlah
rata-rata Rp. 50.32 juta/tahun. Sedangkan rata-rata PDRB Per-Kapita terkecil
terdapat di Kabupaten Muna Barat dengan jumlah rata-rata Rp. 19.37 juta/tahun
dan Kabupaten Konawe Kepulauan dengan rata-rata Rp. 22.58 juta/tahun.
Hasil perbanding antara tingkat pendapatan dan persentase kemiskinan
di Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan bahwa Kabupaten Kolaka memiliki
rata-rata PDRD per kapita tertinggi selama tahun 2016-2021 sebesar 115.18 juta
rupiah dengan rata-rata persentase penduduk miskin sebesar 12,89%.
Selanjutnya Kabupaten Konawe Utara sebesar 57.49 juta rupiah dengan
persentase penduduk miskin 13,24%, menyusul Kota Kendari sebesar 54.92 juta
rupiah dengan persentase penduduk miskin sebesar 4,81%, dan Kota Baubau
sebesar 50.32 juta rupiah dengan persentase penduduk miskin sebesar 7,83%.
Perbandingan antara pendapatan dengan persentase kemiskinan selengkapnya
dapat dilihat pada kurva berikut ini.

Firly Marjunita (Analisis Kemiskinan Perkotaan dan Perdesaan) 16


Volume:…..Issue….Tahun
http://www.jep.uho@uho.ac.i
d

120 115.18
110
100
90
80
70
60 55.19 57.49 54.92
50 46.07
50.32
40 37.5735.22 36.0334.61
41.27
34.28
30 32.79 Pendapatan Perkapita
24.5 22.58 23.09
20 19.37
15.2514.6 14.9413.2414.4517.5514.5515.6414.66
10 13.5213.7513.8 12.8911.0611.3 Kemiskinan
7.83
4.81
0
Bombana
Buton

Kolaka Timur
Konawe Utara
Konawe Selatan

Wakatobi
Kolaka Utara

Kota Kendari
Muna Barat
Buton Utara

Konawe Kepulauan
Konawe
Kolaka

Buton Selatan
Buton Tengah
Muna

Kota Baubau

Gambar 4. Kurva Perbandingan Perbandingan PDRB Per Kapita dan


Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Sulawesi Tenggara

Data pada tabel dan kurva di atas menunjukkan bahwa daerah dengan
penduduk yang memiliki PDRB perkapita besar memiliki persentase penduduk
miskin yang lebih kecil dibandingkan dengan daerah yang memiliki PDRB
perkapita kecil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rendahnya PDRB per kapita
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tingginya persentase
penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Pembahasan
Rata-rata jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tenggara selama rentang
waktu tahun 2016-2021 adalah 314.80 ribu jiwa, terbanyak terdapat di
Kabupaten Konawe Selatan sebanyak 34.28 ribu jiwa, dan paling rendah
terdapat di Kabupaten Konawe Kepulauan sebanyak 5.88 ribu jiwa. Khusus
tahun 2021 jumlah penduduk miskin paling banyak terdapat di Kabupaten
Konawe Selatan sebanyak 36.17 ribu jiwa dan paling sedikit terdapat di
Kabupaten Konawe Kepulauan dengan jumlah 5.98 ribu jiwa. Namun jika dilihat
dari segi persentase, penduduk miskin tertinggi di Sulawesi Tenggara terdapat
di Kabupaten Konawe Kepulauan sebesar 17.55% dan terendah di Kota Kendari
sebesar 4.87%. Khusus tahun 2021 persentase kemiskinan di Provinsi Sulawesi

Firly Marjunita (Analisis Kemiskinan Perkotaan dan Perdesaan) 17


Volume:…..Issue….Tahun
http://www.jep.uho@uho.ac.i
d

Tenggara adalah 11.66%, persentase tertinggi terdapat di Kabupaten Konawe


Kepulauan sebesar 17.81%.
Penduduk miskin perkotaan paling banyak dalam lima besar di Provinsi
Sulawesi Tenggara selama kurun waktu tahun 2016 sampai tahun 2021 terdapat
di Kota Kendari dengan rata-rata 17.11 ribu jiwa/tahun, kemudian menyusul
Kabupaten Konawe dengan rata-rata 12.10 ribu jiwa/pertahun, selanjutnya
Kabupaten Muna dengan rata-rata 11.91 ribu jiwa pertahun, Kota Bau-Bau
dengan rata-rata 11.85 ribu jiwa/tahun, dan Kabupaten Kolaka dengan rata-rata
10.30 ribu jiwa pertahun. Sedangkan penduduk miskin perkotaan paling sedikit
di Provinsi Sulawesi Tenggara selama kurun waktu tahun 2016 sampai tahun
2021 adalah Kabupaten Konawe Kepulauan dengan rata- rata 0.69 ribu
jiwa/tahun.
Persentase penduduk miskin perkotaan paling banyak dalam lima besar
di Provinsi Sulawesi Tenggara selama kurun waktu tahun 2016 sampai tahun
2021 terdapat di Kota Bau-Bau dengan rata-rata 7.11%/tahun, kemudian
menyusul Kabupaten Muna dengan rata-rata 5.40%/tahun, selanjutnya
Kabupaten Kolaka dengan rata-rata 4.94%/pertahun, Kabupaten Konawe
dengan rata-rata 4.89%/tahun, dan Kota Kendari dengan rata-rata
4.49%/pertahun. Sedangkan persentase penduduk miskin perkotaan paling
sedikit di Provinsi Sulawesi Tenggara selama kurun waktu tahun 2016 sampai
tahun 2021 terdapat di Kabupaten Konawe Kepulauan dengan rata- rata
2.05%/tahun.
Selama lima tahun terakhir dalam kurun waktu tahun 2016 sampai tahun
2021 jumlah penduduk miskin masyarakat perdesaan di Provinsi Sulawesi
Tenggara paling banyak terdapat di Kabupaten Konawe Selatan dengan jumlah
rata-rata 22.89 ribu jiwa, menyusul Kabupaten Konawe dengan jumlah rata-rata
22.05 ribu jiwa. Posisi ketiga ditempati oleh Kabupaten Kolaka Timur dengan
rata-rata 18.76 ribu jiwa, selanjutnya Kabupaten Muna dengan jumlah rata-rata
18.40 ribu jiwa, dan kabupaten Kolaka dengan jumlah rata-rata 16.56 ribu jiwa.
Sedangkan jumlah terkecil terdapat di Kota Bau-Bau dengan jumlah rata-rata
1.19 ribu jiwa.
Dilihat dari segi persentase, data masyarakat miskin perdesaan di
Sulawesi Tenggara selama lima tahun terakhir dalam kurun waktu tahun 2016
sampai tahun 2021 paling besar terdapat di Kabupaten Konawe Kepulauan
dengan persentase rata-rata 12.89%, menyusul Kabupaten Buton Tengah
dengan persentase rata-rata sebesar 11.51%. Posisi ketiga ditempati oleh
Kabupaten Wakatobi dengan persentase rata-rata sebesar 10.93%, selanjutnya

Firly Marjunita (Analisis Kemiskinan Perkotaan dan Perdesaan) 18


Volume:…..Issue….Tahun
http://www.jep.uho@uho.ac.i
d

Kabupaten Buton Selatan dengan persentase rata-rata sebesar 10.78%, dan


kabupaten Muna Barat dengan persentase rata-rata sebesar 10.59%. Sedangkan
persentase terkecil terdapat di Kota Kendari dengan persentase rata-rata
sebesar 0.32%.
Data penelitian ini menunjukkan bahwa selama sepuluh tahun terakhir
pertumbuhan penduduk di Sulawesi Tenggara yang paling tinggi terdapat di
Kabupaten Buton Tengah sebesar 2.62%, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten
Konawe Utara sebesar 2.52%. Urutan ketiga terbesar adalah Kabupaten Konawe
Kepulauan sebesar 2.25%, selanjutnya Kabupaten Buton Selatan sebesar 2.22%,
dan urutan kelima adalah Buton Utara sebesar 1.79%. Sedangkan pertumbuhan
penduduk paling kecil terdapat di Kabupaten Bombana sebesar 0.72%.
Hasil analisis data penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan
penduduk di Sulawesi Tenggara memiliki pengaruh terhadap kemiskinan karena
dari lima besar daerah Kabupaten yang memiliki pertumbuhan penduduk yang
tinggi, masuk pula dalam kategori lima besar daerah Kabupaten dengan
Persentase penduduk miskin. Banyaknya angkatan kerja tetapi tidak diimbangi
dengan jumlah lapangan pekerjaan mengakibatkan banyak angkatan kerja yang
menganggur sehingga menyebabkan pengangguran yang menimbulkan
kemiskinan. Oleh karena itu, semakin banyak jumlah penduduk maka
kemiskinan juga semakin tinggi angkanya terutama bagi negara berkembang.
Data yang diperoleh dari BPS menunjukkan bahwa jumlah pengangguran
di Provinsi Sulawei Tenggara yang terbanyak adalah terdapat di Kota Kendari
sebanyak 10.316 orang, menyusul Kota Bau-Bau 5.958 orang, Kabupaten
Konawe sebanyak 5.745, Kabupaten Muna 5.025 orang, dan Kabupaten Kolaka
sebanyak 4.992 orang. Sementara jumlah pengangguran yang paling sedikit
terdapat di Kabupaten Konawe Kepulauan sebanyak 304 orang. Hasil analisis
data penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun pengangguran di Kota
Kendari adalah yang tertinggi tetapi, Kota Kendari bukan merupakan salah satu
daerah dengan persentase penduduk miskin terbanyak di Sulawesi Tenggara.
Akan tetapi Kota Kendari merupakan salah satu daerah kota di Sulawesi
Tenggara dengan persentase penduduk miskin perkotaan terbanyak. Hal ini
menggambarkan bahwa pengangguran merupakan faktor kemiskinan yang ada
di masyarakat, karena kurangnya lapangan pekerjaan untuk mendapatkan
penghasilan agar bisa memenuhi kebutuhan hidup.
Data BPS menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat Sulawesi
Tenggara pada kategori pendidikan tinggi atau diploma ke atas paling banyak
adalah masyarakat Kota Kendari sebesar 23.71 persen dari keseluruhan

Firly Marjunita (Analisis Kemiskinan Perkotaan dan Perdesaan) 19


Volume:…..Issue….Tahun
http://www.jep.uho@uho.ac.i
d

penduduk yang berumur 15 tahun ke atas, sementara tingkat pendidikan


SMA/Sederajat sebesar 43.90%. Selanjutnya masyarakat Kota Bau-Bau sebesar
19.89% berpendidikan diploma ke atas dan masyarakat dengan tingkat
pendidikan SMA/Sederajat sebesar 36.09%. Pada urutan ketiga, yakni Kabupaten
Buton Utara sebesar 15.81% dan masyarakat dengan tingkat pendidikan 25.82%,
setelah itu disusul oleh Kabupaten Muna sebesar 14.91% dan masyarakat
dengan pendidikan SMA/Sederajat sebesar 20.08%. Pada ururtan kelima adalah
Kabupaten Kolaka Timur sebesar 14.81% dan masyarakat dengan pendidikan
SMA/Sederajat sebesar 22.63%. Sementara masyarakat dengan tingkat
pendidikan diploma ke atas paling sedikit adalah Kabupaten Buton Tengah
sebesar 7.80 dan masyarakat dengan tingkat pendidikan SMA/Sederajat sebesar
23.76%. Hasil analisis data penelitian ini menunjukkan bahwa semua daerah
dengan tingkat pendidikan penduduknya masuk dalam lima besar terbaik, tidak
termasuk dalam daerah lima besar daerah dengan persentase penduduk miskin
terbanyak di Sulawesi Tenggara. Hal ini menggambarkan bahwa suatu daerah
dengan penduduknya memiliki tingkat pendidikan tinggi maka persentase
penduduk miskinnya akan rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat
pendidikan berpengaruh terhadap kemiskinan di daerah Kabupaten/Kota di
Sulawesi Tenggara.
Data dari BPS ditemukan rata-rata PDRB Per Kapita kabupaten/kota di
Sulawesi Tenggara selama tahun 2016 sampai tahun 2021 yang tertinggi
terdapat di Kabupaten Kolaka dengan rata-rata Rp. 115.18 juta/tahun kemudian
menyusul Kabupaten Konawe Utara dengan rata-rata 57.49 juta/tahun. Urutan
ketiga ditempati oleh Kolaka Utara dengan jumlah rata-rata Rp. 55.19
juta/tahun, selanjutnya Kota Kendari dengan jumlah rata-rata Rp. 54.92
juta/tahun, setelah itu Kota Baubau dengan jumlah rata-rata Rp. 50.32
juta/tahun. Sedangkan rata-rata PDRB Per-Kapita terkecil terdapat di Kabupaten
Muna Barat dengan jumlah rata-rata Rp. 19.37 juta/tahun dan Kabupaten
Konawe Kepulauan dengan rata-rata Rp. 22.58 juta/tahun. Data itu
menggambarkan bahwa pendapatan masyarakat di daerah Kabupaten/Kota
berpengaruh terhadap persentase penduduk miskin. Kabupaten/kota dengan
pendapatan tinggi memiliki persentase rendah penduduk miskin, sebaliknya
kabupaten/kota dengan pendapatan penduduk rendah memiliki persentase
penduduk miskin tinggi.

Firly Marjunita (Analisis Kemiskinan Perkotaan dan Perdesaan) 20


Volume:…..Issue….Tahun
http://www.jep.uho@uho.ac.i
d

KESIMPULAN
Penduduk miskin perkotaan paling banyak di Provinsi Sulawesi Tenggara
selama kurun waktu tahun 2016 sampai tahun 2021 terdapat di Kota Kendari
dengan rata-rata 17.11 ribu jiwa/tahun dan paling sedikit di Kabupaten Konawe
Kepulauan dengan rata-rata 0.69 ribu jiwa/tahun. Sedangkan jumlah penduduk
miskin perdesaan di Provinsi Sulawesi Tenggara paling banyak terdapat di
Kabupaten Konawe Selatan dengan jumlah rata-rata 22.89 ribu jiwa dan jumlah
terkecil terdapat di Kota Bau-Bau dengan jumlah rata-rata 1.19 ribu jiwa. Faktor-
faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan perkotaan dan perdesaan di
Sulawesi Tenggara adalah: pertumbuhan penduduk yang tinggi, kurangnya
lapangan pekerjaan, rendahnya tingkat pendidikan, dan tidak meratanya
distribusi pendapatan.

REFERENSI

Anggraini, Nita. 2012. Hubungan Kausalitas Dari Tingkat Pendidikan,


Pendapatan, Dan Konsumsi Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di
Provinsi Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Dipenogoro.

Arndt, H.W. 2009. Pembangunan dan Pemerataan di Masa Orde Baru. Jakarta:
LP3ES.

Arsyad, L. 2010. Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada.

Darma Rika Swaramarinda. 2014. Analisis Dampak Pengangguran Terhadap


Kemiskinan Di Dki Jakarta. Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta (JPEB) Vol.2 No.2

Ferezagia, D.V. 2018. Analisis Tingkat Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Sosial


Humaniora Terapan, 1(1), 1–6. https://doi.org/10.7454/jsht.v1i1.6

Hadi Prayitno dan Budi Santoso. 1996. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Ghalia
Indonesia.

Hasibuan, S. N., Juanda, B., & Mulatsih, S. 2019. Analisis Sebaran Dan Faktor
Penyebab Kemiskinan Di Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Agribisnis
Indonesia, 7(2), 79–91. https://doi.org/10.29244/jai.2019.7.2.79-91

Ikawati, & Wahyuni, S. 2016. Kondisi Kemiskinan di Pedesaan dan Perkotaan.

Firly Marjunita (Analisis Kemiskinan Perkotaan dan Perdesaan) 21


Volume:…..Issue….Tahun
http://www.jep.uho@uho.ac.i
d

Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, 40(2), 191–202.

Issn, L., Julaeni, R., Raja, J., & Sitorus, H. 2017. Metode Geographically Weighted
Regression Pada Karakteristik Penduduk Hampir Miskin Di
Kabupaten/Kota Pulau Jawa. Jurnal Ekonomi UMM 1(3), 26-29.

Kunci, K., Sosial, F., Utara, K. L., & Tengah, K. L. 2019. Identifikasi Karakteristik
Dan Profil Kemiskinan di Pulau Lombok: Basis Perumusan Intervensi
Kebijakan. Jurnal Pembangunan Ekonomi 5 (2), 40–41.

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi Daerah dan Pembangunan Daerah:


Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Jakarta: Penerbit
Erlangga.

Lincolin Arsyad. 2016. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP STIM YKPM.

Produksi, P., & Pengentasan, D. A. N. 2012. Kebijakan Strategis Usaha Pertanian


Dalam Rangka Peningkatan Produksi Dan Pengentasan Kemiskinan.
Jurnal Ekonomi Pembangunan Unila. 11 (2), 54-56. http://jurnal.
feb.unila.ac.id/index.php/jep/article/view/467

Rapika Kesatriani Damanik. 2020. Pengaruh Jumlah Penduduk Dan Pdrb


Terhadap Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Darma
AgungUniversitas Negeri Medan Volume 28, (3), 358-368

Rejekiningsih, T. W. 2011. Identifikasi Faktor Penyebab Kemiskinan Di Kota


Semarang Dari Dimensi Kultural. Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian
Masalah Ekonomi dan Pembangunan, 12(1), 28. https://doi.org/10.
23917/jep.v12i1.203

Sangadji, S., Abadi, T. W., & Fauziah, L. 2015. Karakteristik Kemiskinan dan
Penanggulangannya di Kabupaten Sidoarjo. MIMBAR, Jurnal Sosial
danPembangunan,31(2),495.https://doi.org/10.29313/mimbar.v31i2.156
3

Suherman Rosyidi. 2011. Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Kepada Teori


Ekonomi Mikro & Makro. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sumanta Jaka. 2005. Fenomena Lingkaran Kemiskinan Di Indonesia : Analisis

Firly Marjunita (Analisis Kemiskinan Perkotaan dan Perdesaan) 22


Volume:…..Issue….Tahun
http://www.jep.uho@uho.ac.i
d

Ekonometri Regional, Jakarta: Galia

Susanto, R. & Pangesti, I. 2019. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap


Kemiskinan di DKI Jakarta. Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan
Sosial Universitas Indraprasta. Journal of Applied Business and Economic
Vol. 5 No. 4, 340-350.

Yang, A. F., 2014. Pembangunan & Kemiskinan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4(2), 210–223.

Yulianto Kadji. 2004. Kemiskinan Dan Konsep Teoritisnya. Jurnal Pendidikan


Ekonomi Universitas Negeri Gorontalo, 3 (2), 6-7. https://repository.
ung.ac.id/hasilriset/ show/1/318

Zuhdiyaty, N., & Kaluge, D. 2018. Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi
Kemiskinan Di Indonesia Selama Lima Tahun Terakhir. Jurnal Ilmiah
Bisnis dan Ekonomi Asia, 11(2), 27–31. https://doi.org/10.32812
/jibeka.v11i2.42

Firly Marjunita (Analisis Kemiskinan Perkotaan dan Perdesaan) 23

You might also like