Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

Umar bin Khattab

'Umar bin al-Khattab

Kekuasaan khalifah Umar pada masa


Pemimpin Orang-Orang Beriman puncaknya, 644
(Amir al-Mu'minin)
'Umar bin Khattab berasal dari Bani
Adi, salah satu rumpun suku Quraisy,
suku terbesar di kota Mekkah saat itu.
Masa 23 Agustus 634 – November 7
Ayahnya bernama Khattab bin Nufail
kekuasaan 644 Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya
Nama lengkap 'Umar bin al-Khattab
Hantamah binti Hasyim, dari Bani
Makhzum.[2] 'Umar memiliki julukan
Gelar al-Faruq ("Pemisah antara yang benar dan batil") yang diberikan oleh Nabi
Amir al-Mu`miniin ("Pemimpin Orang-Orang Muhammadyaitu Al-Faruq yang berarti
orang yang bisa memisahkan antara
Beriman")
kebenaran dan kebatilan. Pada zaman
Lahir c.583 jahiliyah keluarga 'Umar tergolong
dalam keluarga kelas menengah, ia
Mekkah, Jazirah Arab
bisa membaca dan menulis, yang pada
Meninggal 3 November 644 masa itu merupakan sesuatu yang
langka.
Madinah, Jazirah Arab

Dimakamkan Sebelah kiri makam Nabi Muhammad, Al-Masjid al-

Nabawi, Madinah[1]
Biografi
Sebelum memeluk Islam, Umar adalah
Pendahulu Abu Bakar Ash-Shiddiq orang yang sangat disegani dan
dihormati oleh penduduk Mekkah.
Pengganti Utsman bin Affan
Umar juga dikenal sebagai seorang
peminum berat, beberapa catatan mengatakan bahwa pada masa pra-Islam (Jahiliyyah), Umar
suka meminum anggur. Setelah menjadi seorang Muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama
sekali, meskipun belum diturunkan larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara
tegas.

Memeluk Islam
Ketika Nabi Muhammad menyebarkan Islam secara terbuka di Mekkah, Umar bereaksi sangat
antipati terhadapnya, beberapa catatan mengatakan bahwa kaum Muslim saat itu mengakui
bahwa Umar adalah lawan yang paling mereka perhitungkan, hal ini dikarenakan Umar yang
memang sudah mempunyai reputasi yang sangat baik sebagai ahli strategi perang dan
seorang prajurit yang sangat tangguh pada setiap peperangan yang ia lalui. Umar juga dicatat
sebagai orang yang paling banyak dan paling sering menggunakan kekuatannya untuk menyiksa
pengikut Nabi Muhammad  .
Pada puncak kebenciannya terhadap ajaran Nabi Muhammad, Umar memutuskan untuk
mencoba membunuh Nabi Muhammad, namun saat dalam perjalanannya ia bertemu dengan
salah seorang pengikut Nabi Muhammad bernama Nu'aim bin Abdullah yang kemudian
memberinya kabar bahwa saudara perempuan Umar telah memeluk Islam, ajaran yang dibawa
oleh Nabi Muhammad yang ingin dibunuhnya saat itu. Karena berita itu, Umar terkejut dan
pulang ke rumahnya dengan dengan maksud untuk menghukum adiknya, diriwayatkan bahwa
Umar menjumpai saudarinya itu sedang membaca Al Qur'an surat Thoha ayat 1-8, ia semakin
marah akan hal tersebut dan memukul saudarinya. Ketika melihat saudarinya berdarah oleh
pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat,
diriwayatkan Umar menjadi terguncang oleh apa yang ia baca tersebut, beberapa waktu setelah
kejadian itu Umar menyatakan memeluk Islam, tentu saja hal yang selama ini selalu
membelanyani membuat hampir seisi Mekkah terkejut karena seseorang yang terkenal paling
keras menentang dan paling kejam dalam menyiksa para pengikut Nabi Muhammad   
kemudian memeluk ajaran yang sangat dibencinya tersebut, akibatnya Umar dikucilkan dari
pergaulan Mekkah dan ia menjadi kurang atau tidak dihormati lagi oleh para petinggi Quraisy
yang selama ini diketahui selalu membelanya.

Kehidupan di Madinah
Pada tahun 622 M, Umar ikut bersama Nabi Muhammad  dan pemeluk Islam
lain berhijrah (migrasi) (ke Yatsrib(sekarang Madinah) . Ia juga terlibat pada perang Badar, Uhud,
Khaybar serta penyerangan ke Syria. Ia dianggap sebagai seorang yang paling disegani oleh
kaum Muslim pada masa itu karena selain reputasinya yang memang terkenal sejak masa pra-
Islam, juga karena ia dikenal sebagai orang terdepan yang selalu membela Nabi
Muhammad  dan ajaran Islam pada setiap kesempatan yang ada bahkan ia tanpa ragu
menentang kawan-kawan lamanya yang dulu bersama mereka ia ikut menyiksa para
pengikutnya Nabi Muhammad.

Wafatnya Nabi Muhammad


Pada saat kabar wafatnya Nabi Muhammad pada 8 Juni 632 M (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah)
suasana sedih dan haru menyelimuti kota Madinah,sambil berdiri termenung Umar dikabarkan
sebagai salah seorang yang paling terguncang atas peristiwa itu, ia menghambat siapapun
memandikan atau menyiapkan jasadnya untuk pemakaman. Akibat syok yang ia terima, Umar
berkata "Sesungguhnya beberapa orang munafik menganggap bahwa Nabi Muhammad. telah
wafat. Sesungguhnya dia tidak wafat, tetapi pergi ke hadapan Tuhannya, seperti dilakukan Musa
bin Imran yang pergi dari kaumnya. Demi Allah dia benar-benar akan kembali. Barang siapa
yang beranggapan bahwa dia wafat, kaki dan tangannya akan kupotong."

Abu Bakar yang mendengar kabar bergegas kembali dari Madinah, ia menjumpai Umar sedang
menahan Muslim yang lain dan lantas mengatakan,
"Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Nabi Muhammad, Nabi Muhammad  sudah
meninggal dunia. Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati!"
—Abu Bakar ash-Shiddiq

Abu Bakar mengingatkan kepada para pemeluk Islam yang sedang terguncang, termasuk Umar


saat itu, bahwa Nabi Muhammad, seperti halnya mereka, adalah seorang manusia biasa, Abu
Bakar kemudian membacakan ayat dari Al Qur'an [3] dan mencoba untuk mengingatkan mereka
kembali kepada ajaran yang diajarkan Nabi Muhammad yaitu kefanaan makhluk yang diciptakan.
Setelah peristiwa itu, Umar sadar kesalahannya dan membiarkan persiapan penguburan
dilaksanakan.

Masa kekhalifahan Abu Bakar


Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasihat
kepalanya. Setelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk untuk
menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah kedua dalam sejarah Islam.

Menjadi khalifah
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil
alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri
masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika
Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu
Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah
pimpinan Umar.

Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini.
Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan
Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi
di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan
kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran
Qadisiyyah (th 636), di dekatsungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam
yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal
Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.

Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya
mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta
Sophronius dan diundang untuk salat di dalam gereja(Church of the Holy Sepulchre). Umar
memilih untuk salat di tempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian,
Masjid Umar didirikan di tempat ia salat.

Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan
publik, termasuk membangun sistem administrasi untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga
memerintahkan diselenggarakannyasensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia
memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid
Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.
Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan
penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan
keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.

Wafatnya
Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak yang fanatik pada saat ia
akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah orang Persia yang
masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam
pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang
saat itu merupakan negara adidaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah
23 H/644 M. Setelah wafat, jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan.
Semasa Umar masih hidup Umar meninggalkan wasiat yaitu:
1. Bila engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka
cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
2. Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena
tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
3. Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah Allah. Karena tiada seorang manusia pun
lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain Allah.
4. Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab
apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
5. Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiaplah untuk mati. Karena jika engkau
tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi, dan penuh penyesalan.
6. Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan
memperolehnya kecuali dengan mencarinya.
ilustrasi kisah Abu Bakar (foto: google image)
Kota Islam - Sejarah dan Biografi Singkat Abu Bakar As-Siddiq Khalifa Khulafaur Rasyidin Pertama.
Abu Bakar ash-Shiddiq adalah merupakan sahabat Nabi yang paling awal memeluk Islam. Ia dikenal
sebagai khalifa pertama yang meneruskan perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam memimpin
ummat islam. Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW beliau menjadi khalifah Islam yang pertama
pada tahun 632 hingga tahun 634 M. Dan merupakan satu di antara empat khalifah yang diberi gelar
Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang diberi petunjuk.

Khalifah Islam Ke-1


Abu Bakar
Khulafaur Rasyidin

Lahir Oktober 573
Mekkah, Jazirah Arab
Meninggal 23 Agustus 634
Madinah

Ibu Salma Ummul Khair

Tempat Sebelah kanan makam Nabi


peristirahatan Muhammad, Al-Masjid al-
Nabawi, Madinah

Nama lain Ash-Shiddiq, Sahabat gua, Sahabat


makam, Syekh Akbar, Al-`Atiq

Dikenal karena Sahabat Nabi

Agama Islam

Pasangan Qutaylah binti Abdul Uzza (cerai)


Um Ruman
Asma binti Umays
Habibah binti Kharijah

Silsilah kekeluargaan
Nama lengkap Abu Bakar adalah 'Abdullah bin 'Utsman bin Amir bi Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin
Tayyim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Quraisy. Bertemu nasabnya dengan nabi pada
kakeknya Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai, dan ibu dari abu Bakar adalah Ummu al-Khair salma binti
Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim yang berarti ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah
Bani Taim

Abu Bakar merupakan ayah dari Aisyah yang merupakan istri Nabi Muhammad SAW. Nama sebelum
masuk islam adalah Abdul Ka'bah yang artinya 'hamba Ka'bah'. Setelah masuk islam namanya diubah
oleh Muhammad menjadi Abdullah yang artinya 'hamba Allah. Selain itu Nabi Muhammad SAW juga
memberinya gelar Ash-Shiddiq yang artinya 'yang berkata benar' setelah beliau membenarkan dan
mempercayai peristiwa Isra Mi'raj yang diceritakan oleh Nabi Muhammad SAW kepada para
pengikutnya. Dan dari situlah ial lebih dikenal dengan nama "Abu Bakar ash-Shiddiq".

Abu Bakar ash-Shiddiq merupakan keturunan Bani Taim, sub-suku bangsa Quraisy. Dan menururt
beberapa catatan sejarawan Islam ia adalah seorang pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi,
seorang yang terpelajar, serta dipercaya sebagai orang yang bisa menafsirkan mimpi.

Masa mengenal Nabi dan memeluk islam

Saat Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, ia pindah dan hidup bertetangga bersama
Abu Bakar. Sejak saat itulah mereka saling berkenalan. Usia mereka berdua sama dan sama-sama
seorang pedagang dan ahli berdagang.

Dalam kitab Hayatussahabah, bab Dakwah Muhammad kepada perorangan, dituliskan bahwa Abu
bakar memeluk Islam oleh ajakan nabi. Dan setelah itu ia meneruskan dakwah islaminya kepada
Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa'ad bin Abi Waqas dan beberapa
tokoh penting dalam Islam lainnya.

Namun istri beliau Qutaylah binti Abdul Uzza dan anaknya Abd Rahman bin Abu Bakar tidak mau
memeluk Islam sehingga Abu Bakar menceraikannya dan berpisah dengan anaknya. Tetapi istrinya
yang lain, Ummu Ruman, menjadi Muslimah.

Saat Nabi Muhammad hijrah ke Madinah (622 M), Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang
menemaninya. Setelah beberapa saat Hijra, Nabi Muhammad SAW menikah dengan anak Abu Bakar,
sehingga ikatan kekeluargaannya makin erat.

Masa wafat Nabi dan diangkatnya Abu Bakar menjadi Khalifa pertama

Selama masa sakit Rasulullah saat menjelang wafat, dikatakan bahwa Abu Bakar ditunjuk untuk
menjadi imam salat menggantikannya, banyak yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu
Bakar akan menggantikan posisinya. Bahkan setelah Nabi SAW telah meninggal dunia, Abu Bakar
Ash-Shiddiq dianggap sebagai sahabat Nabi yang paling tabah menghadapi meninggalnya Nabi SAW
ini. Setelah kematian Nabi, dilakukanlah musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan
Muhajirin di Madinah, yang akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru
umat Islam atau khalifah Islam pada tahun 632 M.

Namun hasil musyawarah tersebut menjadi perdebatan dan menjadi sumber perpecahan pertama
dalam Islam. Saat itu umat Islam terpecah menjadi kaum Sunni dan Syi'ah. Kaum Syi'ah percaya
bahwa seharusnya Ali bin Abi Thalib (menantu nabi Muhammad) yang menjadi pemimpin dan
dipercayai ini adalah keputusan Rasulullah sendiri, sementara kaum sunni berpendapat bahwa
Rasulullah menolak untuk menunjuk penggantinya. Kaum sunni berargumen bahwa Muhammad
mengedepankan musyawarah untuk penunjukan pemimpin. Sementara muslim syi'ah berpendapat
bahwa nabi dalam hal-hal terkecil seperti sebelum dan sesudah makan, minum, tidur, dan lain-lain,
tidak pernah meninggal umatnya tanpa hidayah dan bimbingan apalagi masalah kepemimpinan umat
terahir.

Banyak hadits yang menjadi rujukan dari kaum Sunni maupun Syi'ah tentang siapa khalifah
sepeninggal rasulullah, serta jumlah pemimpin Islam yang dua belas. Terlepas dari kontroversi dan
kebenaran pendapat masing-masing kaum tersebut, Ali sendiri secara formal menyatakan
kesetiaannya (berbai'at) kepada Abu Bakar dan dua khalifah setelahnya (Umar bin Khattab dan
Usman bin Affan). Kaum sunni menggambarkan pernyataan ini sebagai pernyataan yang antusias dan
Ali menjadi pendukung setia Abu Bakar dan Umar. Sementara kaum syi'ah menggambarkan bahwa
Ali melakukan baiat tersebut secara pro forma, mengingat ia berbaiat setelah sepeninggal Fatimah
istrinya yang berbulan bulan lamanya dan setelah itu ia menunjukkan protes dengan menutup diri dari
kehidupan publik.

Perang Ridda

Masa kepemimpinan Abu Bakar terjadi beberapa masalah yang mengancam persatuan diantara umat
Islam saat itu. Beberapa suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed membangkang kepada khalifah
baru dan sistem yang ada. Beberapa di antaranya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak
agama Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yakni
penyembahan berhala. Suku-suku tersebut mengklaim bahwa hanya memiliki komitmen dengan Nabi
Muhammad dan dengan kematiannya komitmennya tidak berlaku lagi. Berdasarkan hal ini Abu Bakar
menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama perang Riddah. Dalam perang
Ridda peperangan terbesar adalah memerangi "Ibnu Habib al-Hanafi" yang lebih dikenal dengan
nama Musailamah al-Kazab (Musailamah si pembohong), yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru
menggantikan Nabi Muhammad. Pasukan Musailamah kemudian dikalahkan pada pertempuran
Akraba oleh Khalid bin Walid. Sedangkan Musailamah sendiri terbunuh di tangan Al Wahsyi, seorang
mantan budak yang dibebaskan oleh Hindun istri Abu Sufyan karena telah berhasil
membunuhHamzah Singa Allah dalam Perang Uhud. Al Wahsyi kemudian bertaubat dan memeluk
Islam serta mengakui kesalahannya atas pembunuhan terhadap Hamzah. Al Wahsyi pernah berkata,
"Dahulu aku membunuh seorang yang sangat dicintai Rasulullah (Hamzah) dan kini aku telah
membunuh orang yang sangat dibenci rasulullah (yaitu nabi palsu Musailamah al-Kazab)."

Selama dua tahun masa kepemimpinan Abu Bakar, masyarakat Arab di bawah Islam mengalami
kemajuan pesat dalam bidang sosial, budaya dan penegakan hukum. Selama masa
kepemimpinannya pula, Abu bakar berhasil memperluas daerah kekuasaan islam ke Persia, sebagian
Jazirah Arab hingga menaklukkan sebagian daerah kekaisaran Bizantium.
Ekspedisi ke utara

Setelah masalah dalam negeri, barulah Abu Bakar mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid bin Walid
dikirim ke Iraq dan dapat menguasai wilayah al-Hirah pada tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di
bawah pimpinan empat panglima yaitu Abu Ubaidah ibnul Jarrah, Amr ibnul 'Ash, Yazid bin Abi
Sufyan dan Syurahbil.

Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah bin Zaid yang masih berusia 18 tahun. Untuk
memperkuat tentara ini, Khalid bin Walid diperintahkan meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir
yang jarang dijalani, ia sampai ke Syria.

Abu Bakar memerintahkan para jenderal Islam melawan kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran
Sassanid. Khalid bin Walid menaklukkan Irak dengan mudah sementara ekspedisi ke Suriah juga
meraih sukses.

Penyusunan kitab suci Al Qur'an

Abu Bakar juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Qur'an. Setelah kemenangan yang
sangat sulit saat melawan Musailamah al-kadzab dalam perang Riddah, banyak para penghafal Al
Qur'an yang ikut tewas dalam pertempuran. Umar kemudian meminta Abu Bakar untuk
mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. Dibentuklah sebuah tim yang diketuai oleh sahabat Zaid bin
Tsabit, mulailah dikumpulkan lembaran-lembaran al-Qur'an dari para penghafal al-Qur'an dan tulisan-
tulisan yang terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya, setelah lengkap
penulisan ini maka kemudian disimpan oleh Abu Bakar. setelah Abu Bakar meninggal maka disimpan
oleh Umar bin Khaththab dan kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar dan juga istri dari Nabi
Muhammad. Kemudian pada masa pemerintahan Usman bin Affan teks teks Al Qur’an tersebut
menjadi dasar penulisan teks al-Qur'an yang dikenal saat ini.

Wafat

Abu Bakar wafat pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah karena sakit yang dideritanya pada usia 61
tahun. Abu Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah di dekat Masjid Nabawi, di samping makam
Nabi Muhammad SAW

Umar bin Khattab


Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amru bin Ka`ab bin Sa`ad bin
Taim bin Murrah bin Ka`ab bin Lu`ai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasy at-Taimi - radhiyallahu`anhu.
Bertemu nasabnya dengan Nabi pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai. Abu Bakar adalah
shahabat Rasulullah - shalallahu`alaihi was salam - yang telah menemani Rasulullah sejak awal
diutusnya beliau sebagai Rasul, beliau termasuk orang yang awal masuk Islam. Abu Bakar
memiliki julukan "ash-Shiddiq" dan "Atiq".

Ada yang berkata bahwa Abu Bakar dijuluki "ash-Shiddiq" karena ketika terjadi peristiwa isra`
mi`raj, orang-orang mendustakan kejadian tersebut, sedangkan Abu Bakar langsung
membenarkan.

Allah telah mempersaksikan persahabatan Rasulullah dengan Abu Bakar dalam Al-Qur`an, yaitu
dalam firman-Nya : "...sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam
gua, di waktu dia berkata kepada sahabatnya: `Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya
Allah beserta kita." (QS at-Taubah : 40)

`Aisyah, Abu Sa’id dan Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat ini mengatakan : "Abu Bakar-lah
yang mengiringi Nabi dalam gua tersebut."

Allah juga berfirman : "Dan orang yang membawa kebenaran dan membenarkannya, mereka
itulah orang-orang yang bertakwa." (az-Zumar : 33)

Al-Imam adz-Dzahabi setelah membawakan ayat ini dalam kitabnya al-Kabaa`ir, beliau
meriwayatkan bahwa Ja`far Shadiq berujar :"Tidak ada perselisihan lagi bahwa orang yang
datang dengan membawa kebenaran adalah Rasulullah, sedangkan yang membenarkannya
adalah Abu Bakar. Masih adakah keistimeaan yang melebihi keistimeaannya di tengah-tengah
para Shahabat?"

Dari Amru bin al-Ash radhiyallahu`anhu, bahwa Rasulullah mengutusnya atas pasukan Dzatus
Salasil : "Aku lalu mendatangi beliau dan bertanya "Siapa manusia yang paling engkau cintai?"
beliau bersabda :"Aisyah" aku berkata : "kalau dari lelaki?" beliau menjawab : "ayahnya (Abu
Bakar)" aku berkata : "lalu siapa?" beliau menjawab: "Umar" lalu menyebutkan beberapa orang
lelaki." (HR.Bukhari dan Muslim)

"Sesungguhnya Allah telah menjadikanku sebagai kekasih-Nya, sebagaimana Dia menjadikan


Ibrahim sebagai kekasih-Nya. Dan kalau saja aku mengambil dari umatku sebagai kekasih, akan
aku jadikan Abu Bakar sebagai kekasih." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Sa`id radhiyallahu`anhu, bahwa Rasulullah duduk di mimbar, lalu


bersabda :"Sesungguhnya ada seorang hamba yang diberi pilihan oleh Allah, antara diberi
kemewahan dunia dengan apa yang di sisi-Nya. Maka hamba itu memilih apa yang di sisi-Nya"
lalu Abu bakar menangis dan menangis, lalu berkata :"ayah dan ibu kami sebagai tebusanmu"
Abu Sa`id berkata : "yang dimaksud hamba tersebut adalah Rasulullah, dan Abu Bakar adalah
orang yang paling tahu diantara kami" Rasulullah bersabda : "Sesungguhnya orang yang paling
banyak memberikan perlindungan kepadaku dengan harta dan persahabatannya adalah Abu
Bakar. Andaikan aku boleh mengambil seorang kekasih (dalam riwayat lain ada tambahan :
"selain rabb-ku"), niscaya aku akan mengambil Abu Bakar sebagai kekasihku. Tetapi ini adalah
persaudaraan dalam Islam. Tidak ada di dalam masjid sebuah pintu kecuali telah ditutup,
melainkan hanya pintu Abu Bakar saja (yang masih terbuka)." (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah bersabda : "Sesungguhnya Allah telah mengutusku kepada kalian semua. Namun
kalian malah berkata `kamu adalah pendusta’. Sedangkan Abu Bakar membenarkan (ajaranku).
Dia telah membantuku dengan jiwa dan hartanya. Apakah kalian akan meninggalkan aku
(dengan meninggalkan) shahabatku?" Rasulullah mengucapkan kalimat itu 2 kali. Sejak itu Abu
bakar tidak pernah disakiti (oleh seorangpun dari kaum muslimin). (HR. Bukhari)

Masa Kekhalifahan
Dalam riwayat al-Bukhari diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu`anha, bahwa ketika Rasulullah
wafat, Abu Bakar datang dengan menunggang kuda dari rumah beliau yang berada di daerah
Sunh. Beliau turun dari hewan tunggangannya itu kemudian masuk ke masjid. Beliau tidak
mengajak seorang pun untuk berbicara sampai akhirnya masuk ke dalam rumah Aisyah. Abu
Bakar menyingkap wajah Rasulullah yang ditutupi dengan kain kemudian mengecup keningnya.
Abu Bakar pun menangis kemudian berkata : "demi ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, Allah
tidak akan menghimpun dua kematian pada dirimu. Adapun kematian yang telah ditetapkan pada
dirimu, berarti engkau memang sudah meninggal."Kemudian Abu Bakar keluar dan Umar sedang
berbicara dihadapan orang-orang. Maka Abu Bakar berkata : "duduklah wahai Umar!" Namun
Umar enggan untuk duduk. Maka orang-orang menghampiri Abu Bakar dan meninggalkan Umar.
Abu Bakar berkata : "Amma bad`du, barang siapa diantara kalian ada yang menyembah
Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah mati. Kalau kalian menyembah Allah, maka
sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tidak akan pernah mati. Allah telah berfirman :

"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa
orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?
barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada
Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (QS Ali
Imran : 144)

Ibnu Abbas radhiyallahu`anhuma berkata : "demi Allah, seakan-akan orang-orang tidak


mengetahui bahwa Allah telah menurunkan ayat ini sampai Abu Bakar membacakannya. Maka
semua orang menerima ayat Al-Qur`an itu, tak seorangpun diantara mereka yang mendengarnya
melainkan melantunkannya."

Sa`id bin Musayyab rahimahullah berkata : bahwa Umar ketika itu berkata : "Demi Allah,
sepertinya aku baru mendengar ayat itu ketika dibaca oleh Abu Bakar, sampai-sampai aku tak
kuasa mengangkat kedua kakiku, hingga aku tertunduk ke tanah ketika aku mendengar Abu
Bakar membacanya. Kini aku sudah tahu bahwa nabi memang sudah meninggal."

Dalam riwayat al-Bukhari lainnya, Umar berkata : "maka orang-orang menabahkan hati mereka
sambil tetap mengucurkan air mata. Lalu orang-orang Anshor berkumpul di sekitar Sa`ad bin
Ubadah yang berada di Saqifah Bani Sa`idah" mereka berkata : "Dari kalangan kami (Anshor)
ada pemimpin, demikian pula dari kalangan kalian!" maka Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah bin
al-Jarroh mendekati mereka. Umar mulai bicara, namun segera dihentikan Abu Bakar. Dalam hal
ini Umar berkata : "Demi Allah, yang kuinginkan sebenarnya hanyalah mengungkapkan hal yang
menurutku sangat bagus. Aku khawatir Abu Bakar tidak menyampaikannya" Kemudian Abu
Bakar bicara, ternyata dia orang yang terfasih dalam ucapannya, beliau berkata : "Kami adalah
pemimpin, sedangkan kalian adalah para menteri." Habbab bin al-Mundzir menanggapi : "Tidak,
demi Allah kami tidak akan melakukannya, dari kami ada pemimpin dan dari kalian juga ada
pemimpin." Abu Bakar menjawab : "Tidak, kami adalah pemimpin, sedangkan kalian adalah para
menteri. Mereka (kaum Muhajirin) adalah suku Arab yang paling adil, yang paling mulia dan
paling baik nasabnya. Maka baiatlah Umar atau Abu Ubaidah bin al-Jarroh."Maka Umar
menyela : "Bahkan kami akan membai`atmu. Engkau adalah sayyid kami, orang yang terbaik
diantara kami dan paling dicintai Rasulullah." Umar lalu memegang tangan Abu Bakar dan
membai`atnya yang kemudian diikuti oleh orang banyak. Lalu ada seorang yang berkata : "kalian
telah membunuh (hak khalifah) Sa`ad (bin Ubadah)." Maka Umar berkata : "Allah yang telah
membunuhnya." (Riwayat Bukhari)

Menurut `ulama ahli sejarah, Abu Bakar menerima jasa memerah susu kambing untuk penduduk
desa. Ketika beliau telah dibai`at menjadi khalifah, ada seorang wanita desa berkata : "sekarang
Abu Bakar tidak akan lagi memerahkan susu kambing kami." Perkataan itu didengar oleh Abu
Bakar sehingga dia berkata : "tidak, bahkan aku akan tetap menerima jasa memerah susu
kambing kalian. Sesungguhnya aku berharap dengan jabatan yang telah aku sandang sekarang
ini sama sekali tidak merubah kebiasaanku di masa silam." Terbukti, Abu Bakar tetap
memerahkan susu kambing-kambing mereka.

Ketika Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, beliau memerintahkan Umar untuk mengurusi
urusan haji kaum muslimin. Barulah pada tahun berikutnya Abu Bakar menunaikan haji.
Sedangkan untuk ibadah umroh, beliau lakukan pada bulan Rajab tahun 12 H. beliau memasuki
kota Makkah sekitar waktu dhuha dan langsung menuju rumahnya. Beliau ditemani oleh
beberapa orang pemuda yang sedang berbincang-bincang dengannya. Lalu dikatakan kepada
Abu Quhafah (Ayahnya Abu Bakar) : "ini putramu (telah datang)!"

Maka Abu Quhafah berdiri dari tempatnya. Abu Bakar bergegas menyuruh untanya untuk
bersimpuh. Beliau turun dari untanya ketika unta itu belum sempat bersimpuh dengan sempurna
sambil berkata : "wahai ayahku, janganlah anda berdiri!" Lalu Abu Bakar memeluk Abu Quhafah
dan mengecup keningnya. Tentu saja Abu Quhafah menangis sebagai luapan rasa bahagia
dengan kedatangan putranya tersebut.

Setelah itu datanglah beberapa tokoh kota Makkah seperti Attab bin Usaid, Suhail bin Amru,
Ikrimah bin Abi Jahal, dan al-Harits bin Hisyam. Mereka semua mengucapkan salam kepada Abu
Bakar : "Assalamu`alaika wahai khalifah Rasulullah!" mereka semua menjabat tangan Abu Bakar.
Lalu Abu Quhafah berkata : "wahai Atiq (julukan Abu Bakar), mereka itu adalah orang-orang
(yang baik). Oleh karena itu, jalinlah persahabatan yang baik dengan mereka!" Abu Bakar
berkata : "Wahai ayahku, tidak ada daya dan upaya kecuali hanya dengan pertolongan Allah.
Aku telah diberi beban yang sangat berat, tentu saja aku tidak akan memiliki kekuatan untuk
menanggungnya kecuali hanya dengan pertolongan Allah." Lalu Abu Bakar berkata : "Apakah
ada orang yang akan mengadukan sebuah perbuatan dzalim?" Ternyata tidak ada seorangpun
yang datang kepada Abu Bakar untuk melapor sebuah kedzaliman. Semua orang malah
menyanjung pemimpin mereka tersebut.

Wafatnya

Menurut para `ulama ahli sejarah Abu Bakar meninggal dunia pada malam selasa, tepatnya
antara waktu maghrib dan isya pada tanggal 8 Jumadil awal 13 H. Usia beliau ketika meninggal
dunia adalah 63 tahun. Beliau berwasiat agar jenazahnya dimandikan oleh Asma` binti Umais,
istri beliau. Kemudian beliau dimakamkan di samping makam Rasulullah. Umar mensholati
jenazahnya diantara makam Nabi dan mimbar (ar-Raudhah). Sedangkan yang turun langsung ke
dalam liang lahat adalah putranya yang bernama Abdurrahman (bin Abi Bakar), Umar, Utsman,
dan Thalhah bin Ubaidillah.

You might also like