Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

Perbedaan Pengaruh Citra Merek dan Reputasi Perusahaan Terhadap Kualitas Produk, Nilai Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan di

Pasar Bisnis

PERBEDAAN PENGARUH CITRA MEREK DAN REPUTASI


PERUSAHAAN TERHADAP KUALITAS PRODUK, NILAI PELANGGAN
DAN LOYALITAS PELANGGAN DI PASAR BISNIS

Tantri Yanuar Rahmat Syah


Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul Jakarta
Jl. Arjuna Utara Tol Tomang-Kebon Jeruk Jakarta
tantri.yanuar@esaunggul.ac.id

Abstract
Since Indonesian government deregulate lubricants monopoly through Keppres No 21 in
2001, there has been a rise in lubricant industry climate. Lubricant producers need to benefit
owners and managers of automotive repair station as the decision makers and personal
reference to recommends their products to clients. Lubricant producers also needs to finds
out what caused repair station managers became loyal and willing to recommend their
products to his clients. In business market, company reputation has a strong influence on
buying decision which may differ from the influence of brand’s image. This paper investigate
these differences by testing hypotheses about the influence of brand’s image and company
reputation on customer’s perceptions of product and service quality, customer value and
customer loyalty in lubricant business market. The object’s of this study are 105 of
automotive repair station managers. The result indicate that company reputation have
influence on the customer’s perception of product and service quality and customer loyalty
since brand image doesn’t have influence on the customer’s perception of product and
service quality and customer loyalty. Based on the result, the appropriate marketing
strategic for lubricant’s producer is to be focus on the establishment of company reputation .

Keywords: brand of merk, reputation, quality of product

Abstrak
Sejak adanya penghapusan monopoli minyak pelumas oleh pemerintah lewat Keppres No.21
Tahun 2001, iklim persaingan pasar bisnis pelumas kian sengit.Para produsen minyak
pelumas perlu memanfaatkan manajer atau pemilik bengkel yang merupakan pembuat
keputusan sekaligus pengaruh untuk merekomendasikan produknya kepada pelanggan
bengkel.Oleh sebab itu perlu juga diketahui oleh produsen pelumas apakah yang
menyebabkan manajer bengkel menjadi loyal sehingga mau merekomendasikan produknya
pada pelanggan bengkel.Pada pasar bisnis, reputasi perusahaan mempunyai pengaruh yang
kuat terhadap keputusan membeli dimana pengaruh tersebut berbeda dengan pengaruh
citra merek.Penelitian ini membahas perbedaan tersebut dengan menguji hipotesis-hipotesis
tentang pengaruh citra merek dan reputasi perusahaan pada persepsi pelanggan (manajer
bengkel) terhadap kualitas produk dan jasa, nilai pelanggan dan loyalitas pelanggan pada
pasar bisnis pelumas kendaraan.Objek penelitian ini adalah manajer bengkel sebanyak 105
responden.Penelitian mengindikasikan reputasi perusahaan mempunyai pengaruh terhadap
kualitas produk dan jasa serta pada loyalitas pelanggan sedangkan citra merek tidak
mempunyai pengaruh baik terhadap kualitas produk dan jasa maupun terhadap loyalitas
pelanggan.Berdasarkan hal tersebut maka strategi pemasaran yang paling tepat bagi
produsen pelumas adalah fokus terhadap upaya untuk membangun reputasi perusahaan.

Kata kunci: citra merek, reputasi, kualitas produk

Pendahuluan konsumen terhadap atribut dari merek tersebut


Penelitian tentang merek yang pernah dan pengaruhnya terhadap loyalitas pelanggan.
dilakukan sebelumnya kebanyakan terfokus Namun karena permintaan pelanggan semakin
pada pasar konsumen yaitu bagaimana asosiasi meningkat dimana kompetisi lebih ketat

Jurnal Ekonomi, Volume 4 Nomor 2, November 2013 209


Perbedaan Pengaruh Citra Merek dan Reputasi Perusahaan Terhadap Kualitas Produk, Nilai Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan di
Pasar Bisnis

(Day,1999) dan inovasi sangat cepat (Datar et tersebut akan tinggi dan memperkuat
al., 1997), maka yang paling penting dari hubungannya dengan perusahaan (loyalitas
sebuah merek produk adalah bagaimana pelanggan).
merek dapat menghantarkan value dan layanan Selain itu, kualitas produk dan jasa yang
yang sesuai bahkan melebihi harapan diberikan oleh perusahaan akan berpengaruh
pelanggan. Dalam kondisi ini, reputasi terhadap reputasi perusahaan di mata
perusahaan mempunyai pengaruh utama konsumen dan pada akhirnya akan
terhadap proses pembelian dan pengalaman mempengaruhi loyalitas konsumen terhadap
konsumsi. Berry mengartikan bahwa perusahaan tersebut.
perusahaan menjadi merek dagang utama Namun di pasar bisnis citra merek dapat
dibanding produk itu sendiri. Oleh sebab itu, mempunyai peranan penting khususnya ketika
reputasi perusahaan juga mempunyai pengaruh menemui kesulitan untuk membedakan produk
penting terhadap proses pembelian yang atau jasa berdasarkan fitur –fitur kualitas yang
berbeda dengan pengaruh citra merek terhadap tangible sedangkan seringkali nama perusahaan
produk tertentu.. dipakai menjadi nama merek kategori produk
Di pasar bisnis, nama perusahaan biasa tertentu sehingga perlu untuk membedakan
dipakai oleh salah satu produknya. Hal ini pengaruh citra merek dan reputasi perusahaan
mengkondisikan perusahaan sebagai payung pada persepsi pelanggan bisnis terhadap
merek untuk beberapa kategori produk padahal kualitas, nilai dan loyalitas.
citra merek akan tergantung pada produk Secara umum tujuan penelitian ini
tertentu. Itulah sebabnya mengapa perlu untuk adalah untuk membedakan pengaruh citra
membedakan antara pengaruh citra merek merek dan reputasi perusahaan pada persepsi
yang diasosiasikan dengan kategori produk pelanggan bisnis terhadap kualitas, nilai dan
tertentu dengan pengaruh yang lebih besar lagi loyalitas. Secara spesifik penelitian ini
dari reputasi perusahaan. difokuskan untuk : (1)Apakah citra merek
Cara membedakan antara merek dagang dagang mempunyai pengaruh yang sangat
dengan reputasi perusahaan adalah dengan spesifik pada persepsi pelanggan terhadap
menguji perbedaan pengaruh yang mereka kualitas produk, (2)Apakah citra merek dagang
punya terhadap proses yang menciptakan nilai mempunyai pengaruh yang sangat spesifik
pelanggan dan kesetiaan pelanggan terhadap pada persepsi pelanggan terhadap nilai
produk suatu perusahaan. pelanggan, (3)Apakah citra merek dagang
Tulisan ini fokus pada proses mempunyai pengaruh yang sangat spesifik
pembentukan loyalitas. Pada proses ini, trade- pada persepsi pelanggan terhadap loyalitas,
off antara kualitas yang diterima dan biaya (4)Apakah reputasi perusahaan mempunyai
menentukan nilai pelanggan yang diterima pengaruh yang sangat luas terhadap nilai
(perceived value) kemudian akan menentukan pelanggan yang diterima, (5)Apakah reputasi
loyalitas pelanggan. Dengan demikian, dapatlah perusahaan mempunyai pengaruh yang sangat
diuji apakah citra merek mempunyai pengaruh luas terhadap nilai pelanggan yang diterima,
yang sangat spesifik pada persepsi terhadap (6)Apakah reputasi perusahaan mempunyai
kualitas produk dan apakah reputasi pengaruh yang sangat luas terhadap kesetiaan
perusahaan mempunyai pengaruh yang lebih pelanggan, (7)Apakah adad hubungan antara
luas lagi terhadap nilai pelanggan yang diterima kualitas yang diterima dan nilai pelanggan,
dan loyalitas pelanggan. (8)Apakah ada hubungan antara harga dan
Kualitas produk dan layanan merupakan biaya dan nilai pelanggan, (8)Apakah nilai
salah satu kunci sukses dalam persaingan. pelanggan mempunyai dampak terhadap
Beberapa penelitian melihat adanya hubungan kesetiaan pelanggan.
antara merek kualitas produk, harga, nilai
pelanggan dan loyalitas pelanggan. Jika kualitas Merek Dagang Pada Pasar Bisnis
versus harga yang diberikan produser Pemasar tradisional menggunakan 4Ps
memberikan benefit bagi konsumen maka nilai (Product, Price, Place and Promotion) untuk
pelanggan yang diterima oleh konsumen akan memposisikan dan menciptakan nilai sebuah
favorable (positif/baik) sehingga minat merek. Namun untuk dapat bertahan di
menggunakan kembali produk atau jasa

Jurnal Ekonomi, Volume 4 Nomor 2, November 2013 210


Perbedaan Pengaruh Citra Merek dan Reputasi Perusahaan Terhadap Kualitas Produk, Nilai Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan di
Pasar Bisnis

kompetisi pasar bisnis yang semakin ketat dan Reputasi Perusahaan


inovasi yang sedemikian cepat, 4Ps tidak dapat Reputasi perusahaan model psikologi
digunakan lagi. Pada kondisi seperti ini pemasar yang mempengaruhi persepsi kualitas produk
dituntut untuk melibatkan pelanggan dalam atau jasa yang disediakan oleh perusahaan.
sistem bisnis dan proses organisasi sehingga Paul A. Argenti dan Bob Druckenmiller (2004)
sebuah merek dapat mengantarkan nilai mendefinisikan reputasi perusahaan sebagai
pelanggan secara konsisten. Ulaga (2001) gabungan dari berbagai macam image yang
mengatakan bahwa seorang manejer perlu mewakili suatu perusahaan. Yang mana
untuk mengetahui dimana nilai pelanggan reputasi ini dibangun sejak lama yang
seharusnya diberikan berdasarkan sudut berdasarkan identitas perusahaan, kinerja
pandang pelanggan, karena semakin tinggi perusahaan serta bagaimana masyarakat
kepuasan pelanggan akan mengakibatkan mempersepsikan perilaku perusahaan tersebut.
loyalitas pelanggan yang tinggi dan retensi Reputasi tentang suatu perusahaan ditangkap
pelanggan, word-of- mouth yang positif, posisi oleh publik (masyarakat) secara langsung
kompettitif yang lebih kuat, dan pada akhirnya maupun tidak langsung berdasarkan
market share yang lebih tinggi juga. pengalaman dan informasi yang diterima.
Proses pembelian pada pasar bisnis Reputasi perusahaan adalah persepsi
melibatkan interaksi langsung yang lebih orang luar secara keseluruhan terhadap
dengan organisasi penjual. Oleh sebab itu, karakteristik suatu perusahaan. Banyak peneliti
untuk pasar bisnis sangat perlu untuk dan pengamat strategi organisasi berpendapat
mempunyai konsep kerangka kerja yang lebih bahwa reputasi perusahaan memainkan
luas daripada yang tradisional untuk meneliti peranan dalam hubungan perusahaan dengan
merek dagang dalam pasar konsumen. lingkungannya. Usaha yang signifikan diberikan
Kerangkakerja ini akan dibutuhkan untuk untuk memantapkan reputasi perusahaan
membedakan antara produk spesifik yang adalah dengan meningkatkan image organisasi
berkaitan dengan citra merek dagang dan yang positif (Charles J, Formburn,1996).
pengalaman pelanggan terhadap perusahaan. Corporate reputation kadang-kadang
Meskipun penelitian yang focus terhadap dilihat sama dengan corporate image, sebagai
pemahaman tentang pengaruh citra merek perwakilan persepsi pihak luar terhadap
dagang masih sangat penting namun perlu juga corporate image (Albert Caruana, 1997). Gary
untuk mengintegrasikan penelitian yang L.Clark, at.Al (1992), menyatakan image
menguji pengaruh reputasi perusahaan. perusahaan yang bagus bisa berpengaruh
Mudambi (2002) mengatakan sedikit terhadap perilaku individual di luar perusahaan.
perhatian eksplisit telah diberikan untuk Menurut Kevin Lane Keller, 1998, Corporate
membedakan antara pengaruh citra merek Image bisa dilihat sebagai asosiasi dalam
dagang dan reputasi perusahaan. Model memory konsumen terhadap perusahaan dalam
Mudambi memasukkan atribut produk (bentuk pembuatan produk atau penyediaan jasa secara
fisik produk, harga), atribut jasa (jasa teknikal, keseluruhan.
jasa pesan-antar, kualitas hubungan kerja) dan Corporate imageakan tergantung dari
atribut merek dagang ( seberapa terkenalnya beberapa faktor seperti: (1) produk yang dibuat
supplier, reputasi umum dari supplier). oleh perusahaan tersebut, (2)
Sementara penelitian Mudambi (2002) tindakan/aktivitas yang dilakukan perusahaan,
menyediakan langkah awal yang bagus dengan (3) cara bagaimana perusahaan tersebut
membedakan antara pengaruh nama merek mengkomunikasikan kepada konsumen. Keller
dagang dan reputasi perusahaan, namun perlu menyebutkan beberapa asosiasi yang penting
perbaikan lebih lanjut. Hal ini dapat dimulai dalam melihat corporate image, yaitu: Atribut
dengan focus terhadap pengaruh imej merek produk (common product attribut, benefit or
dagang dan reputasi perusahaan terhadap attitude), Hubungan dengan pelanggan
proses nilai pelanggan dan kesetiaan (people and relationship), Values and Program,
pelanggan. Kredibilitas perusahaan (Corporate Credibility).
Sama seperti merek-merek individual,
sebuah merek perusahaan akan diasosiasikan

Jurnal Ekonomi, Volume 4 Nomor 2, November 2013 211


Perbedaan Pengaruh Citra Merek dan Reputasi Perusahaan Terhadap Kualitas Produk, Nilai Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan di
Pasar Bisnis

pada atribut-atribut/manfaat yang berhubungan seperti termotivasi menjadi terbuka, tergantung


dengan produk ataupun non-produk. Jadi, dan sensitive terhadap kebutuhan konsumen,
nama perusahaan akan memberi asosiasi yang Corporate Likability yaitu tingkatan dimana
kuat kepada pengguna (seperti Marlboro perusahaan terlihat seperti menyenangkan,
dengan maskulin yang bebas), terhadap situasi menarik, prestisius, dinamis dsb.
pemakaian, atau terhadap evaluasi keseluruhan Tidak jauh berbeda dari pendapat di
(seperti Soni dengan ”quality”). Dua hal utama atas, Gary L.Clark, at al, 1992, membagi
tentang corporate image yang berhubungan corporate image dalam enam faktor yaitu
dengan atribut produk adalah kualitas bagus :Bertindak adil dengan
(high quality) dan innovative (Keller,1992). konsumen,Memperhatikan kepuasan
Kunci sukses brand equity suatu pelanggan,Perusahaan yang memiliki reputasi
perusahaan adalah usaha dari tenaga penjualan (kredibel),Perusahaan yang tertarik pada opini
dan hubungan mereka dengan konsumen. Jadi, pelanggan,Sopan terhadap
asosiasi corporate image yang berfokus pada pelanggan,Memperhatikan kualitas poduk
konsumen harusnya meliputi penciptaan
persepsi konsumen bahwa suatu perusahaan Citra Merek
responsive dan memperhatikan konsumennya Merek merupakan suatu persepsi dari
(Keller,1992). sekumpulan informasi dan pengalaman yang
Asosiasi terhadap image perusahaan terintegrasi yangmebedakan suatu perusahaan
mungkin merefleksikan value dan programs dari dan/atau produk yang ditawarkannya dari suatu
perusahaan yang dilakukan. Value dan kompetisi (Duncan, 2002). Sedangkan
programs tersebut tidak selalu berhubungan American Marketing Association (cit
dengan produk atau hal yang dijual. Dalam Gronroos,2000) mendefinisikan merek sebagai
banyak kasus, usaha-usaha ini dikomunikasikan nama, istilah, tanda, simbol, rancangan atau
melalui kampanye pemasaran. Perusahaan beberapa ciri-ciri lainnya yang mengidentifikasi
mengkampanyekan image tersebut untuk barnag atau jasa seorang atau sekelompok
menggambarkan kepada konsumen., karyawan penjual sebagai pembeda dari para penjual
atau lainnya bahwa perusahaan sangat respek lainnya. Pernyataan diatas memberikan
terhadap isu organisasi, sosial, politik, ekonomi pengertian, bahwa merek merupakan identitas
atau lingkungan. bagi suatu perusahaan atau produk dari suatu
Satu hal yang penting dari asosiasi perusahaan. Identitas dimaksud dapat
suatu corporate image adalah corporate diwujudkan dalam berbagai bentuk yang akan
credibility (Keller and Aaker 1992).Corporate memberikan sekumpulan informasi bagi
Credibility mengacu pada hal dimana konsumen pelanggan dalam mengenali suatu perusahaan
percaya bahwa suatu perusahaan bisa atau produknya. Informasi Perusahaan atau
mendisain dan memberikan produk atau produk yang memiliki identitas yang kuat dan
layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan jelas akan membuat pelanggan dapat
keinginan konsumen.Untuk itu, corporate membedakan perusahaan atau produk
credibility mengacu pada hal dimana konsumen dibanding para pesaingnya.
percaya bahwa suatu perusahaan bisa Imej merek dagang diartikan sebagai
mendisain dan memberikan produk atau gambaran mental pelanggan terhadap
layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan penawaran (Dobni & Zinkhan, 1990) dan
keinginan konsumen.Untuk itu, corporate memasukkan arti-arti simbolis yang pelanggan
credibility menjadi berhubungan dengan asosiasikan dengan atribut spesifik terhadap
reputasi yang dicapai perusahaan pasar. produk atau jasa (Padget&Allen,1997). Hal itu
Menurut Keller,1992,Corporate dapat dilihat sebagai perwakilan dari sebuah
credibility tergantung pada tiga hal merek dalam benak pelanggan yang
yaitu:Corporate expertise (pengalaman dihubungkan kepada penawaran
perusahaan) yaitu tingkatan dimana (Dobni&Zinkhan,1990), atau seperangkat
perusahaan terlihat mampu membuat dan persepsi tentang sebuah merek yang pelanggan
menjual produk atau memberikan layanan bentuk seperti yang direfleksikan oleh asosiasi
secara kompeten, Corporate trustworthiness merek (Keller,1993). Di dalam pasar bisnis,
yaitu tingkatan dimana perusahaan terlihat

Jurnal Ekonomi, Volume 4 Nomor 2, November 2013 212


Perbedaan Pengaruh Citra Merek dan Reputasi Perusahaan Terhadap Kualitas Produk, Nilai Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan di
Pasar Bisnis

imej merek dagang dapat juga diharapkan pelanggannya . Dilihat dari perspektif
memainkan peran penting khususnya disuatu pelanggan, nilai pelanggan (customer value)
kondisi dimana sulit untuk membedakan produk mempunyai arti apa yang diinginkan pelanggan
atau jasa berdasarkan fitur kualitas tangible. dan keyakinan atas apa yang mereka peroleh
dengan membeli dan menggunakan produk
Loyalitas Pelanggan tertentu yang disediakan penyedia produk.
Terdapat beberapa definisi loyalitas Berdasarkan perspektif di atas,
konsumen. Loyalitas mengacu pada hal-hal Woodruff (1997) mengumpulkan beberapa
yang baik terhadap suatu merek yang definisi beragam tentang nilai pelanggan
selanjutnya akan membuat konsumen tersebut, antara lain: (1)Nilai adalah penilaian
melakukan pembelian berulang (Day, 1969, secara keseluruhan atas utilitas sebuah produk
dalam, Amy Wong & Amrik Sohal, 2003) atau berdasarkan persepsi tentang apa yang
situasi dimana konsumen mengulangi perilaku siterimanya dan apa yang diberikan
pembelian yang dibarengi dengan minat untuk (Zeithaml,1988), (2)Nilai dalam pasar bisnis
membeli lagi. Mengacu pada definisi di atas, adalah nilai yang dipersepsikan dalam unit
loyalitas secara umum digambarkan berbagai moneter dari himpunan manfaat ekonomik,
kejadian dimana konsumen (Amy Wong & teknikal, jasa dan sosial untuk harga produk
Amrik Sohal, 2003):Membeli/ menggunakan yang sudah dibayar dengan
secara berulang suatu produk atau jasa suatu mempertimbangkan penawaran dan harga yang
waktu, dan Mendapatkan sikap yang terhadap disediakan pemasok (Andersen, Jain dan
suatu produk atau jasa atau terhadap suatu Chintagunta,1993), (3)persepsi pembeli atas
perusahaan yang menyediakan produk atau nilai menyatakan sebuah pertukaran seimbang
jasa tersebut.Secara sederhana, customer antara persepsi kualitas atau manfaat dalam
loyalty adalah suatu perilaku dalam sebuah produk relatif terhadap persepsi
pembelian.Konsumen yang loyal relative kurang pengorbanan dengan membayar sebuah harga
berminat pindah ke competitor walaupun ada (Monroe,1990), (4)Nilai pelanggan adalah
kenaikan harga dan konsumen ini akan persepsi kualitas pasar yang disesuaikan
menggunakan lebih dibandingkan dengan yang terhadap harga dari produk anda (Gale, 1994),
tidak loyal. (5)Nilai Pelanggan adalah ikatan emosional
Feldwick (1998) membagi loyalitas yang dibangun bersama oleh pelanggan dan
konsumen menjadi empat tingkat yaitu : produsen setelah pelanggan sudah
(1)Konsumen Entrenched yaitu konsumen yang menggunakan produk tersebut menyediakan
tidak akan pindah ke produk/jasa/perusahaan sebuah nilai tambah (Butz dan Goodstein,
lain, (2)Konsumen average yaitu konsumen 1996)
yang mempunyai loyalitas cukup tinggi tetapi Secara sepintas terlihat bahwa berbagai
masih ada kemungkinan untuk pindah ke definisi di atas mempunyai sebuah kesamaan,
produk/jasa/perusahaan lain apabila kompetitor misalnya nilai pelanggan yang berbeda dengan
menawarkan sesuatu yang lebih bagus, nilai personal atau organisasional yang berbunyi
(3)Konsumen shallow yaitu konsumen memiliki atau dihubungkan melalui penggunaan
loyalitas kurang tinggi dan mulai berfikir untuk beberapa jenis produk (Burns dan Woodruff,
pindah, (4)Konsumen convertible yaitu 1992).Selain itu, nilai pelanggan adalah sesuatu
konsumen tidak loyal yang selalu berpindah yang dipersepsikan pelanggan dan bukan
produk/jasa/perusahaan lain secara obyektif oleh penjual. Akhirnya Woodruff
(1997) menyimpulkan bahwa berbagai persepsi
Nilai Pelanggan ini secara khusus melibatkan ”trade-off” antara
Memberikan value kepada pelanggan apa yang diterima pelanggan (misalnya
merupakan issue yang mendasar di pasar bisnis kualitas, manfaat, nilai dan utilitas) dan apa
sekarang ini. Apalagi sejak berubahnya yang ia berikan untuk memperoleh dan
paradigma pemasaran transaksional menjadi mempergunakan sebuah produk (misalnya
pemasaran relasional, analisis nilai pelanggan harga, pengorbanan).
menjadi alat strategi pemasaran untuk Lebih jauh Woodruff (1997)
mengetahui proposisi perusahaan pada menyimpulkan bahwa terdapat sebuah
perbedaan substantif yaitu pada bagaimana

Jurnal Ekonomi, Volume 4 Nomor 2, November 2013 213


Perbedaan Pengaruh Citra Merek dan Reputasi Perusahaan Terhadap Kualitas Produk, Nilai Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan di
Pasar Bisnis

definisi tesebut dibentuk. Secara lebih spesifik, berpikir kongkrit tentang nilai dalam bentuk
berbagai definisi ini bersandar pada beberapa atribut yang lebih disukai, kinerja atribut dan
istilah dan konsep seperti utilitas, nilai, manfaat konsekuensi dari penggunaan sebuah produk
sehingga konsep nilai pelanggan sendirimenjadi pada suatu situasi penggunaan tertentu. Selain
tidak terdefinisi dengan baik dan membuat itu, pelanggan membentuk opini yang evaluatif
perbandingan atara berbagai konsep berbeda atau perasaan tentang nilai aktual yang dialami
tersebut menjadi sulit. Misalnya, apakah saat menggunakan produk, mereka sebenarnya
sebagai nilai pelanggan, konsep kualitas sama mengalami nilai yang diterima tersebut.
dengan manfaat? Atau apakah manfaat Secara operasional, nilai pelanggan
menyatu ataukah merupakan bagian dari seringkali diukur sebagai preferensi atau
produk atau merupakan sesuatu yang dialami keinginan berbasis atribut yang mempengaruhi
pelanggan sebagai akibat penggunaan sebuah pembelian. Tampaknya kita akan kehilangan
produk pada suatu situasi penggunaan nuansa penting dari nilai pelanggan jika kita
tertentu? Jawaban atas berbagai pertanyaan hanya membatasi pembelajaran pelanggan
tersebut tidak dapat diberikan tanpa memeriksa pada tingkat preferensi atribut saja. Mungkin
secara tepat makna dari berbagai konsep akan lebih baik bila kita menggunakan konsep
sekunder yang mendasari definisi nilai konsekuensi disamping preferensi atribut dalam
pelanggan. membentuk konsep nilai pelanggan (Woodruff
Naumann (1995) mengatakan bahwa dan Gardial, 1996;Holbrook,1994)
komponen-komponen dari nilai pelanggan
seolah-olah terkesan sederhana yaitu hanya Kualitas Produk dan Jasa
terdiri dari kualitas produk, kualitas pelayanan, Pelanggan pada dasarnya berusaha
harga dan citra yang akan membentuk persepsi untuk memilih salah satu produk dan layanan
pelanggan tentang nilai. Strategi dan kinerja yang menurut mereka dapat memberikan nilai
dari perusahaan dalam hal ini akan dipadukan tambah dengan berdasarkan referensi yang
oleh pelanggan dalam sebuah persepsi tentang sudah ada. Dan kualitas prosuk merupakan
nilai. Hal ini menjadi bagian yang sangat elemen yang sangat penting serta menjadi
penting bagi pelanggan yang pertama kali pertimbangan utama bagi konsumen ketika
mengkonsumsi produk sehingga kesan pertama akan memeli suatu produk atau jasa. Untuk
akan sangat memberikan arti bagi kesan-kesan produk dalam jenis barang dapat dilihat dan
selanjutnya. diukur secara kuantitatif daya tahan,
Nilai pelanggan juga ditentukan oleh kemampuan, bentuk fisik dan sebagainya.
dimensi waktu dimana pelanggan mengevaluasi Sedangkan jasa kualitas lebih abstrak sehingga
dan memilih alternartif atau saat mengalami sulit diukur.
dan merasakan kinerja produk selama atau Dalam bentuk yang paling sederhana
sesudah penggunaannya (Gardial, kualitas jasa adalah hasil segala daya upaya
Clemons,Woodruff,Schumann dan Burns, setiap anggota organisasi yang ditujukan untuk
1994). Sebagai contoh, pemikiran tentang memuaskan pelanggannya. Sedangkan dalam
atribut tampaknya mempunyai peran lebih bentuk yang lebih luas Peters dan Austin
dibandingkan pemikiran lainnya dalam (Schacherer 2002) mendefinisikan kualitas jasa
pembelian sementara pemikiran tentang sebagai unggulan dan kesempurnaan yang
berbagai konsekuensi akibat penggunaan dipersepsikan oleh konsumen. Dan Zeithaml
produk tampak lebih jelas pada saat pelanggan (1996) mendefinisikan bahwa kualitas jasa
melakukan evaluasi atas penggunaan produk sebagai pemberian excellent, superior atau jasa
tersebut. Selain itu pelanggan bisa saja unggul pada pelanggan secara relatif terhadap
mempertimbangkan atribut dan konsekuensi apa yang diharapkan pelanggan.
yang berbeda pada saat pembelian dan pada
saat penggunaan sebuah prosuk (Gardial Model Penelitian
et.al.,1994; Oliver,1997) Penelitian ini mengembangkan model
Apakah saat sesudah membeli atau Gale (1994) dan Rust et al (!995) dengan
dibangun kemudian saat penggunaan memfokuskan kepada pengaruh imej merek
pelanggan bisa saja membayangkan nilai yang dagang dan reputasi perusahaan. Dimana
diinginkan (Oliver,1997). Pelanggan belajar

Jurnal Ekonomi, Volume 4 Nomor 2, November 2013 214


Perbedaan Pengaruh Citra Merek dan Reputasi Perusahaan Terhadap Kualitas Produk, Nilai Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan di
Pasar Bisnis

model tersebut dibuat intinya proses nilai merek dagang dan reputasi perusahaan adalah
pelanggan dan kesetiaan dimana ada harga konstruk yang berbeda maka hal itu
yang harus dibayar antara keuntungan yang diasosiasikan dan mempunyai pengaruh yang
diperoleh dari kualitas dan pengorbanan dari menjembatani satu sama lain. Khususnya bagi
harga dan biaya yang diterima menentukan pasar bisnis dimana nama perusahaan
persepsi terhadap nilai pelanggan yang digunakan sebagai merek dagang.
menentukan kesetiaan pelanggan. Jika citra

Citra
Merek Reputasi
H2a(+) Perusahan
H1c(+) nnn
H1a (+) H2b(+)
H1b(+) H2c(+)

Kualitas Nilai H5(+) Loyalitas


H3(+) Pelanggan Pelanggan
Produk
dan Jasa
H4(+)

Harga dan
Biaya

Gambar 1
konsep kerangkakerja merek dagang dan reputasi perusahaan diasumsikan
mempunyai pengaruh yang saling menjembatani satu sama lain.

Metode Penelitian Metode yang digunakan untuk penelitian


Penelitian ini bersifat penjelasan ini merupakan metode kuantitatif, dimana
(explanatory atau confirmatory). Menurut metode kuantitatif akan meneliti secara umum
pendapat Malhotra (2004), penelitian tentang pengaruh Kualitas relasional pada
explanatory bertujuan untuk memahami suatu perilaku loyalitas melalui variabel mediasi nilai
masalah atau situasi dan menjelaskan suatu relasional. Data yang digunakan dalam
keadaan.Desain penelitian yang digunakan penelitian iniadalah: (1)Data Primer, yaitu data
adalah penelitian Cross Sectional, yaitu jenis yang diperoleh langsung melalui penyebaran
desain penelitian yang berupa pengumpulan kuisioner dan pertanyaan kepada pelanggan
data dari sampel tertentu yang hanya dilakukan bengkel di wilayah Jakarta, Bogor, Depok,
satu kali (Malhotra, 2004), atau tepatnya Single Tangerang dan Bekasi, (2)Data Sekunder, yaitu
Cross Sectional, dimana kegiatan pengumpulan data yang diperoleh dari pencatatan data yang
data dilakukan dari satu responden untuk satu sudah ada terkait masalah yang sama, tinjauan
waktu saja. Malhotra (2004) juga menyatakan kepustakaan melalui literatur dan jurnal-jurnal
bahwa penelitian yang bersifat deskriptif adalah terkemuka yang dapat memberikan informasi
yang bertujuan untuk menggambarkan atau yang sesuai dengan masalah penelitian.
mendeskripsikan sesuatu, baik itu karakteristik Dalam penelitian ini, populasi yang
atau fungsi. Berdasarkan manfaatnya, digunakan adalah manajer bengkel atau pemilik
penelitian ini termasuk penelitian terapan yang bengkel yang mana ditempatnya bekerja
dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut ada menjual Oli Shell Helix, Castrol
yang berhubungan dengan kepuasan dan atau Pertamina Enduro. Alasan manajer
kepercayaan pelanggan. bengkel atau pemilik yang dipilih untuk menjadi
sampel adalah karena manajer atau pemilik

Jurnal Ekonomi, Volume 4 Nomor 2, November 2013 215


Perbedaan Pengaruh Citra Merek dan Reputasi Perusahaan Terhadap Kualitas Produk, Nilai Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan di
Pasar Bisnis

merupakan decision maker atau pembuat 50 lembar. Kuisioner yang dibagikan tersebut
keputusan. berisi 50 item pertanyaan.
Metode sampel yang digunakan dalam Kemudian dilakukan pretest terhadap
penelitian ini adalah NonProbability Sampling, kuisioner pendahuluan yang berisi indikator-
yaitu tiap manajer yang memenuhi kriteria indikator penelitian. Hasil dari pretest ini
populasi tidak memiliki kesempatan atau kemudian dianalisis dengan analisa faktor
peluang yang sama untuk dipilih menjadi menggunakan SPSS 13.0 guna mengetahui
sampel (Malhotra, 2004). Menurut Aaker et.al. indikator-indikator apa saja yang relevan untuk
(1998), non probability sampling diharapkan mengukur faktor tersebut sehingga dapat
mampu menghilangkan persoalan biaya dan membentuk kuisioner yang baik.
pengembangan suatu rerangka sampling. Metode cross sectional, dimana metode
Keterbatasan metode ini adalah adanya bias pengumpulan data yang digunakan untuk
tersembunyi dan ketidakpastian pada hasil memperoleh data primer dilakukan dengan cara
penelitian. Meskipun begitu, metode ini sering Personally Administered Questionaire, dimana
digunakan secara legitimate dan efektif (Aaker responden diminta untuk mengisi kuisioner
et.al., 1998). yang dibagikan ditempat dan tidak dibawa pergi
Pemilihan unit sampel didasarkan pada (Zikmund, 1999). Untuk data sekunder,
pertimbangan atau penilaian subyektif dan pengumpulan data dilakukan dengan studi
tidak pada penggunaan teori probabilitas. literatur dan pencarian data di jurnal-jurnal
Metode Non probability sampling yang terkemuka yang meneliti topik sejenis. Skala
digunakan adalah convenience sampling pengukuran variabel yang digunakan adalah
dimana pengambilan sample dilakukan dari skala likert dengan 10 point.
manajer bengkel yang termudah diakses dan
bersedia menjadi responden (Supramono, Definisi Operasional Variabel
2005), misalnya dengan mendatangi bengkel- Pada penelitian ini terdapat enam
bengkel yang ada di daerah Jakarta, Bogor, variabel yang diteliti, dimana untuk menguji
Depok, Tangerang dan Bekasi kemudian hipotesis penelitian ini, maka setiap variabel
memberikan kusioner kepada menejer atau diukur dengan menggunakan instrumen
pemiliknya. variabel tersebut. Skala likert 10 point
Pengambilan sampel sesuai dengan apa digunakan untuk mengukur indikator, dimana
yang dikatakan oleh Hair et al. (1998) bahwa 1= buruk dan 10= sangat baik.
penentuan banyaknya jumlah sampel sebagai
responden harus disesuaikan dengan Metode Analisa
Data (Analisa
banyaknya jumlah item pertanyaan yang Structural Equation Model)
digunakan dalam kuisioner tersebut, dimana Pengujian terhadap model penelitian
dengan mengasumsikan n x 5 observasi. Dalam dilakukan dengan menggunakan Structural
penelitian ini, jumlah item pertanyaan dalam Equation Modeling (SEM) selain itu dikenal
kuisioner adalah 28 item pertanyaan yang akan sebagai Analysis of Moment Structures. Analisis
digunakan untuk mengukur 6 buah variabel, statistik ini digunakan untuk mengestimasi
sehingga jumlah kuisioner yang digunakan beberapa regresi yang terpisah tapi saling
adalah sebanyak 140 responden dibulatkan berhubungan secara bersamaan
menjadi 150 responden. Pembulatan dilakukan (simultaneously). Berbeda dengan analisis
untuk mengantisipasi adanya kuisioner yang regresi, dalam SEM bisa terdapat beberapa
tidak kembali atau tidak memenuhi syarat variabel dependen, dan variabel dependen ini
untuk diolah lebih lanjut. bisa menjadi variabel independen bagi variabel
Penelitian pendahuluan dilakukan dependen yang lain. Menurut Hair et al. (1998),
dengan melakukan penyebaran kuisioner SEM adalah sebuah teknik statistik multivariat
pendahuluan yang berisikan pertanyaan close yang menggabungkan aspek-aspek dalam
ended kepada para responden. Teknik regresi berganda (yang bertujuan untuk
penyebaran kuisioner ini dengan menggunakan menguji hubungan dependen) dan analisis
sistem convenience sampling. Jumlah kuisioner faktor (yang menyajikan unmeasured concepts
yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak factors with multiple variables) yang dapat

Jurnal Ekonomi, Volume 4 Nomor 2, November 2013 216


Perbedaan Pengaruh Citra Merek dan Reputasi Perusahaan Terhadap Kualitas Produk, Nilai Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan di
Pasar Bisnis

digunakan untuk memperkirakan serangkaian Uji kecocokan model structural


hubungan dependen yang saling digunakan untuk menguji model hubungan
mempengaruhi secara bersama-sama. antar dimensi atau variabel. Kriteria-kriteria
Teknik pengolahan data structural yang dapat digunakan untuk menguji
equation modeling (SEM) dengan metode kecocokan model structural anatara lain :
confirmatory factor analysis (CFA) digunakan (1)Rasio nilai chi-square dengan derajat
dalam penelitian ini. Variable-variabel teramati kebebasan dari model (normed chi-square).
(indikator-indikator) menggambarkan satu Nilai rasio antara 1 – 3 dianggap nilai yang
variabel laten tertentu (latent dimension). sesuai dan nilai lebih dari 5 dianggap poor fit of
Sebagai suatu metode pengujian yang the model, (2)Compare fit index (CFI). Nilai CFI
menggabungkan faktor analisis, analisis lintasan yang lebih dari 0,9 dianggap model yang
dan regresi. SEM lebih merupakan metode sesuai, (3)Root mean square error of
confirmatory daripada explanatory, yang appoaximation (RMSEA). Nilai RMSEA 0,05 atau
bertujuan mengevaluasi proposed dimensionally kurang adalah nilai yang kecocokan yang paling
yang diajukan dan yang berasal penelitian baik, nilai 0,08 atau kurang adalah nilai yang
sebelumnya. Dengan pemahaman ini, SEM bisa diterima, sedangkan nilai lebih dari 0.1
dapat digunakan sebagai alat untuk dianggap tidak ada kecocokan model,
mengkonfirmasi pre-knowledge yang telah (3)Goodness of fit index (GFI). Model bisa
diperoleh sebelumnya. dikataegorikan good fit apabila memiliki nilai
GFI mendekati 1.

Tabel 1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Indikator
Trend
Mempunyai reputasi yang berkualitas
Produknya elegan
Citra Merek Memberikan feature yang sesuai dengan kebutuhan pemakai
Terkenal dan bergengsi
Berguna
Ramah lingkungan
Dapat dikelola dengan baik
Fokus terhadap pelanggan
Selalu memberikan informasi tentang perusahaan kepada pelanggan
Reputasi Perusahaan Menjadi warga wirausaha yang baik
Menjadi product driven
Sukses
Penuh inovasi
Produknya
Pelatihan-pelatihan yang ditawarkan
Dukungan pemasaran yang diberikan
Kualitas Produk dan Jasa Cara perusahaan bekerja utnuk membantu meningkatkan bisnis customer
Penanganan pesan- antarnya
Sales representatifnya
Insentif dan program loyalitas yang lain
Harga
Rabat
Harga dan biaya
Potongan harga
Return, dan biaya lainnya
Nilai Pelanggan penilaian tentang kelayakan harga secara keseluruhan
Kebersediaan pelanggan untuk merekomendasikan
LoyalitasPelanggan
Kebersediaan pelanggan untuk meningkatkan jumlah pembeliannya

Hasil Penelitian dengan mengikuti rule of thumb dan


Jumlah data yang diperlukan dalam pertimbangan diterapkannya metode Maximum
penelitian ini adalah 105 responden sebagai Likelihood (ML) dalam pengolahan data karena
perkalian antara jumlah total variabel teramati proses pengolahan data dalam penelitian ini
yaitu 21 dengan 5. Jumlah ini ditetapkan akan menggunakan perangkat lunak Lisrel 8.7.

Jurnal Ekonomi, Volume 4 Nomor 2, November 2013 217


Perbedaan Pengaruh Citra Merek dan Reputasi Perusahaan Terhadap Kualitas Produk, Nilai Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan di
Pasar Bisnis

Dalam penerapan Lisrel, apabila pengolahan Pendekatan analisis dan pengujian


data menerapkan metode ML maka data yang model melalui 2 tahap (Anderson dan
dibutuhkan minimum lima kali dari jumlah Gerbing,1988) yaitu analisis dan pengujian
variabel teramati. Setelah diuji dengan metode terhadap model pengukuran dan analisis
ML, tampak bahwa data penelitian pengujian terhadap model struktural dan
menunjukkan kesesuaiannya sehingga data analisis kesesuaian seluruh model
penelitian selanjutnya diolah dengan (Wijanto,2006)
menggunakan metode tersebut.
Sesuai rencana, data responden Analisis Model Pengukuran
sejumlah 105 akan diperoleh dari bengkel- Yang pertama kali dilakukan dalam
bengkel yang tersebar di Jakarta. Distribusi analisis model adalah mengevaluasi apakah
kuesioner dilakukan dengan menyerahkan satu variabel pengamatan mengukur apa yang
kuesioner kepada manajer atau pemilik bengkel seharusnya diukur (layak). Menurut Rigdon dan
pada setiap bengkel.Penyebaran kuesioner Ferguson (1991) dan Doll, Xia, Torzkadeh
dilakukan dengan mendatangi bengkel-bengkel (1994) dalam Wijanto (2006), suatu variabel
kemudian menyerahkan kuesioner kepada dikatakan mempunyai validitas yang baik
manajer atau pemilik bengkel tersebut, masing- terhadap konstruk atau variabel latennya, jika :
masing responden membutuhkan waktu sekitar (1) Nilai t muatan faktornya (factor loadings)
15 menit untuk melakukan pengisian jawaban lebih besar dari nilai kritis (>1,96 atau untuk
secara lengkap. Sebelum memberikan praktisnya >=2). (2) Muatan faktor standarnya
kuesioner, penulis menyerahkan surat izin dari (standardized factor loadings) lebih besar atau
fakultas terlebih dahulu. sama dengan 0.70 meskipun demikian,
Seluruh kuesioner yang kembali sesuai menurut Hair et al. (1995) nilai faktor loading
dengan jumlah yang diserahkan di seluruh >0.5 adalah sangat signifikan.
bengkel di Jakarta. Namun data yang berhasil Pada hasil analisis validitas konstruk
dikumpulkan hanya sebanyak 100 data penelitian, indikator rep4 yang merupakan
dikarenakan beberapa data yang error. Data variabel observasi dari reputasi perusahaan
tersebut akan digunakan dalam proses mempunyai nilai standard loading = 0,15
pengolahan data dalam penelitian ini. dengan t-values = 1,37 ; indikator kual1 yang
Data yang diperoleh dari kuesioner merupakan variabel observasi dari kualitas
yang sahih, belum dapat digunakan dalam produk dan jasa mempunyai nilai standard
pengolahan data. Untuk menjadi data yang loading -0.03 dengan t-values -0.78 ; indikator
siap diolah maka data harus dipersiapkan kual4 yang juga merupakan variabel observasi
terlebih dahulu. Bentuk persiapan yang dari kualitas dan harga mempunyai standar
dilakukan adalah : (1) pemberian nomor urut loading 0.06 dengan t-value 1.47 ; indikator
pada setiap kuesioner yang berhasil terkumpul, harga1 yang merupakan variabel observasi
(2) pembuatan kode pada setiap bentuk harga dan biaya mempuyai standard loading
jawaban kuesioner, (3) memasukkan data ke 0.52 dengan t-value 2.52. Indikator-indikator
dalam komputer dan (4) menyusun data siap tersebut tidak memenuhi syarat untuk dijadikan
olah. variabel observasi (pengamatan) karena
Pemberian nomor urut pada setiap standar loadingnya lebih kecil dari 0.5 sehingga
kuesioner yang terkumpul, dimaksudkan untuk harus dikeluarkan dari model.
memudahkan peneliti dalam mengidentifikasi Langkah selanjutnya yaitu melihat
setiap kuesioner yang sahih. Dengan konsistensi suatu pengukuran yaitu dengan uji
berdasarkan urutan nomor tersebut, satu per realibilitas. Jika realibilitas tinggi menunjukkan
satu data dimasukkan ke dalam komputer. bahwa indikator-indikator (variabel- teramati)
Sedangkan pembuatan kode jawaban dilakukan mempunyai konsistensi tinggi dalam mengukur
dengan memberikan jawaban nomor satu pada konstruk atau variabel latennya (Wijanto,
jawaban perrtama, nomor dua pada jawaban 2006). Untuk SEM, pengukuran realibilitas
kedua dan seterusnya. Kode-kode inilah yang dapat dilakukan dengan menggunakan (Hair et
akan dimasukkan ke dalam komputer dan al. 1995) konstruk dan ukuran ekstrak varian.
diolah kemudian. Realibilitas konstruk yang baik, jika nilai

Jurnal Ekonomi, Volume 4 Nomor 2, November 2013 218


Perbedaan Pengaruh Citra Merek dan Reputasi Perusahaan Terhadap Kualitas Produk, Nilai Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan di
Pasar Bisnis

contruct realibilitynya ≥ 0.70 dan nilai variance dependent-nya. Berikut adalah hasil analisa
extractednya ≥ 0.5. persamaan model struktural:
Dari hasil perhitungan pada tabel di 1. Hubungan citra merek dan reputasi
atas diketahui bahwa sebagian besar konstruk perusahaan terhadap kualitas produk dan
memiliki realibitas baik kecuali konstruk jasa mempunyai R2 = 1.00. Hal ini berarti
reputasi perusahaan dan nilai citra merek dan reputasi perusahaan
pelanggan.Dengan mengeluarkan variabel yang secara bersama - sama dapat menjelaskan
tidak valid dan tidak reliabel maka hasil analisa kualitas produk dan jasa sebesar 100% .
model pengukuran ini telah memenuhi syarat 2. Hubungan kualitas produk dan jasa serta
validitas dan reliabilitas konstruk. harga secara bersama-sama terhadap nilai
pelanggan mempunyai R2 = 0.28 atau
Analisis Model Struktural varian nilai pelanggan dapat dijelaskan
Analisis model struktural dilakukan oleh faktor kualitas produk dan jasa serta
dengan tujuan untuk mengkaji hubungan antar harga sebesar 28% sedangkan 72 %
variabel laten yang ada dalam model lainnya dijelaskan oleh faktor lain.
penelitian. Hasil analisis ini sekaligus digunakan 3. Hubungan nilai pelanggan, citra merek dan
untuk pengujian hipotesa penelitian. Uji reputasi perusahaan secara bersama-sama
kecocokan ini dilakukan terhadap koefisien- terhadap loyalitas pelanggan mempunyai
koefisien persamaan struktural dengan tingkat R2= 0.55. Hal ini berarti varian loyalitas
signifikansi 0.05, maka nilai t dari persamaan pelanggan dapat dijelaskan oleh varian
struktural harus >1,96. Hasil estimasi dapat nilai pelanggan, citra merek dan reputasi
dilihat pada tabel berikut ini perusahaan sebesar 55% sedangkan
Nilai R2 berfungsi untuk menunjukkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain sebesar
seberapa jauh masing-masing variabel 45%.
independent mampu menjelaskan variabel

Gambar 2
(Path Diagram T Values)

Pengujian Hipotesis dinyatakan diterima dan 3 hipotesis lainnya


Keseluruhan hipotesis yang diuji pada tidak diterima. Hasil selengkapnya dari
penelitian ini adalah sebanyak tujuh hipotesis. pengujian masing-masing hipotesis dapat
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh dilihat pada Tabel 5.5 berikut
kesimpulan bahwa ada 4 hipotesis yang dapat

Jurnal Ekonomi, Volume 4 Nomor 2, November 2013 219


Perbedaan Pengaruh Citra Merek dan Reputasi Perusahaan Terhadap Kualitas Produk, Nilai Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan di
Pasar Bisnis

Tabel 2
(Pengujian Hubungan Model Struktural)
Hipotesis Pernyataan hipotesis Nilai-t Keterangan
H1 Citra Merek mempunyai dampak positif terhadap Tidak didukung data
0,35
kualitas produk dan jasa
H2 Citra Merek mempunyai dampak positif terhadap 1,53 Tidak didukung data
loyalitas pelanggan.
H3 Reputasi perusahaan secara positif mempengaruhi 4,16 Didukung data
kualitas produk dan jasa.

H4 Reputasi perusahaan secara positif mempengaruhi 4,07 Ditdukung data


loyalitas pelanggan
H5 Ada hubungan positif antara kualitas produk dan nilai -0,54 Tidak didukung data
pelanggan
H6 Ada hubungan positif antara harga dan biaya dan nilai 4,05 Didukung data
pelanggan.
H7 Nilai pelanggan mempunyai dampak positif terhadap 1,97 Didukung data
loyalitas pelanggan.

Dari tabel 2 yang menggambarkan uji 2. Citra Merek tidak mempunyai dampak
signifikansi, maka dapat disimpulkan sebagai positif yang signifikan terhadap loyalitas
berikut : pelanggan.Padahal menurut Davis (2001)
1. Citra Merek tidak mempunyai dampak citra merek yang kuat berdampak pada
positif yang signifikan terhadap kualitas loyalitas pelanggan, meningkatkan margin,
produk dan jasa. Citra merek dalam memberi kredibilitas pada produk baru,
konsep pemasaran merupakan hal yang mengembalikan modal shareholder dan
penting untuk menarik pelanggan. Dengan stakeholder dan menjadi pengarah dalam
sebuah merek, pelanggan dapat memutuskan pembelian. Namun yang
mengasosiasikan karakteristik tertentu yang dikatakan Davis adalah ada pada konteks
dimiliki oleh produk tersebut sehingga pasar konsumen sehingga pada pasar bisnis
pelanggan akan tertarik untuk membeli. pelumas hal-hal yang membangun citra
Namun di pasar bisnis pelumas kendaraan, merek seperti : fitur-fitur, kegunaan,
citra merek tidak mempengaruhi persepsi terkenal dan bergengsi tidak efektif untuk
pelanggan terhadap kualitas produk atau meningkatkan loyalitas. Hal ini karena
jasa sebab telah banyak produsen yang manejer bengkel sebagai pembuat
bermain di pasar bisnis pelumas. Agar keputusan untuk memilih produk tersebut
produknya diterima di pasar mereka harus bukan karena asosiasi mereka terhadap
melalui proses standarisasi kualitas produk merek produk sebab manajer adalah
sehingga produk yang beredar memiliki mediator dan influencer bagi konsumennya
kualitas dan spesifikasi yang sama antara melainkan karena service perusahaan
satu dengan yang lainnya. Akhirnya sebagai supplier. Seiring dengan
pelanggan tidak terlalu memusingkan meningkatnya persaingan dan pelanggan
kualitas yang terbaik dari merek-merek menjadi lebih berpengalaman. Ketika
pelumas tersebut selama produk pelumas pelanggan dihadapkan pada banyaknya
itu sesuai dengan spesifikasi kendaraan pilihan merek maka mereka akan sangat
yang mereka gunakan. Brown (1998) gembira memilih banyaknya aneka merek
mengatakan bahwa pengaruh merek akan dan akan berpindah jika merek yang dipilih
menjadi kuat ketika pelanggan belum tidak tersedia (Christoper et al, 2002).
cukup puas untuk mengukur atribut merek Dalam pasar B2B, rasionalitas menempati
produk sebelum memutuskan untuk bagian teratas dalam sebuah pengambilan
membeli sehingga mereka membuat keputusan. Sehingga loyalitas yang
keputusan setelah mengetahui perusahaan terbentuk biasanya digerakan oleh
yang berdiri di belakang merek produk rasionalitas mereka, dan karena tiadanya
tersebut. faktor emosional inilah maka citra merek

Jurnal Ekonomi, Volume 4 Nomor 2, November 2013 220


Perbedaan Pengaruh Citra Merek dan Reputasi Perusahaan Terhadap Kualitas Produk, Nilai Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan di
Pasar Bisnis

tidak dapat menggerakkan loyalitas 4. Reputasi Perusahaan mempunyai pengaruh


pelanggan pada pasar B2B. Menurut yang signifikan terhadap loyalitas
Solomon (2002), loyalitas konsumen pelanggan. Artinya adalah reputasi
terhadap citra merek sebuah produk perusahaan yang bagus akan
disebabkan oleh adanya ikatan emosional mempengaruhi sikap loyalitas pelanggan
antara konsumen dan citra merek tersebut. yang positif terhadap produk yang
Sedangkan pada pasar B2B, dimana sisi dihasilkan perusahaan itu. Sikap loyalitas
rasionalitas lebih mendominasi sisi itu merupakan pencerminan dari sikap trust
emosional, maka loyalitas tidak bisa yang ditunjukan oleh konsumen terhadap
digerakkan oleh citra merek. reputasi produsen tersebut. Oleh sebab itu
3. Hasil penelitian menunjukan reputasi sangat penting bagi produsen pelumas
perusahaan mempunyai pengaruh yang untuk selalu menjaga sense of trust,
signifikan terhadap kualitas produk dan belonging dan commitment konsumen,
jasa. Semakin bagus reputasi suatu salah satunya dengan tetap menghasilkan
perusahaan maka semakin bagus persepsi pelumas dengan kualitas terbaik dan
pelanggan terhadap kualitas produk layanan yang beda dari produsen lainnya.
perusahaan tersebut. Perusahaan yang Selain itu, penjualan oli pelumas dari
reputasinya bagus biasanya akan menjaga produsen ke bengkel-bengkel biasanya
citra kualitas dan kehandalan produknya. tidak dilakukan secara massal melainkan
Tidaklah mengherankan produsen-produsen dengan personal selling, dimana salesman
pelumas dunia mengeluarkan biaya yang dari produsen oli akan langsung
besar untuk membangun reputasi. Salah mendatangi bengkel-bengkel untuk menjual
satu hal yang dilakukan adalah menjadi oli. Reputasi perusahaan juga dapat
pemasok perlumas untuk kendaraan terwakili oleh personaliti dari salesman
balapanpada perhelatan balapan tersebut. Dengan personality salesman
Internasional seperti F1 (formula satu) yang baik, maka akan tercipta sebuah
maupun balapan motor (Moto GP) hal ini interaksi hubungan relasional antara pemilik
secara tidak langsung memberi kesan bengkel dan salesman dan dari hubungan
bahwa kualitas yang ada pada produk relasional inilah maka loyalitas pelanggan
minyak pelumasnya adalah yang terbaik, akan terbentuk. Sikap pelanggan yang loyal
karena sudah menjadi informasi bagi publik mengakibatkan pembelian berulang,
bahwa kendaraan dengan teknologi tinggi positiveword-of-mouthdan kemauan untuk
tersebut pasti memerlukan pelumas dengan membayar tinggi. Jika reputasi bagus
kualitas terbaik pula. Pelumas yang berarti layanan purna jual juga bagus
diproduksi oleh perusahaan yang memiliki antara lain kondisi fisik barang, avalability
reputasi baik mempunyai nilai jual yang dan service. Dengan reputasi yang bagus
tinggi karena itu para pelanggan manajer berharap agar nilai penjualan
(manajer/pemilik bengkel) yang juga meningkat. Adapun pasar bisnis pelumas
merupakan pembuat keputusan di kendaraan mempunyai pangsa pasar
bengkelnya akan mempunyai keyakinan tersendiri. Ada sekelompok orang yang
yang kuat terhadap kualitas produk yang menganggap bahwa oli yang berasal dari
dipilih untuk direkomendasikan dan dijual perusahaan yang bereputasi baik semua
kepada pelanggannya. Goldberg et al. produknya adalah bagus padahal kualitas
(1990) mengatakan bahwa reputasi produk dari perushaan lain juga bagus
perusahaan yang tinggi akan membuat namun tidak dipilih karena perusahaan
perusahaan tersebut mempunyai yang lain itu diketahui mempunyai reputasi
kredibilitas tinggi di mata pelanggan ketika yang buruk. Misalnya kualitas Shell Helix
perusahaan mengklaim produk-produk dan Mesran Super adalah sama karena
mereka pada setiap kampanye promosi. keduanya melewati uji standarisasi pelumas
Sebuah reputasi yang bagus akan yang sama namun sikap orang terhadap
meningkatkan kredibilitas perusahaannya Shell Helix akan lebih positif dibanding
dan memberikan efek yang positif untuk Mesran Super. Perusahaan yang bagus
produknya. akan memberi jaminan yang lebih baik.

Jurnal Ekonomi, Volume 4 Nomor 2, November 2013 221


Perbedaan Pengaruh Citra Merek dan Reputasi Perusahaan Terhadap Kualitas Produk, Nilai Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan di
Pasar Bisnis

Weitz dan Jap (1995) mengatakan bahwa Monroe (1991) yang mengatakan bahwa
khususnya untuk pasar B2B, hal yang perlu kualitas produk bukan hanya manfaat dan
dipertimbangkan dalam memilih partner kegunaan produk saja melainkan merek
agar dengan kerjasama tersebut dapat (nama perusahaan) yang membuat produk
menghasilkan profit maka calon partner itu dan toko tempat menjual.
harus memiliki trust dan trust tersebut 6. Ada hubungan yang signifikan antara harga
berdasarkan pada reputasinya dan interaksi dan biaya dengan nilai pelanggan. Hal ini
masa lalu. sesuai dengan kenyataan di pasar bisnis
5. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pelumas kendaraan. Ulaga (2001)
kualitas produk dan nilai pelanggan. Nilai mengatakan bahwa kebanyakan definisi
pelanggan merupakan trade off antara mengenai nilai pelanggan di literatur
kualitas dan harga. Maka seharusnya yang pemasaran menekankan bahwa nilai
terjadi adalah semakin tinggi kualitas tercipta karena adanya trade-off antara
produk maka semakin tinggi nilai pelanggan benefits dan sacrifices. Harga merupakan
yang diterima. Namun, dalam penelitian ini komponen nilai pelanggan. Nilai pelanggan
menunjukkan kebalikannya. Adapun hal ini yang dimaksud disini adalah nilai yang
terjadi karena responden adalah manajer diperoleh manajer atau pemilik bengkel
atau pemilik bengkel yang tidak memakai yang berupa profit bagi mereka. Profit bagi
langsung produk tersebut sehingga tidak pedagang adalah margin sedangkan
merasakan manfaat langsung dari kualitas pengorbanan disini adalah harga pokok
produk. Ketiadaan hubungan antara penjualan (hpp), rabat dan insentif yang
kualitas dan nilai pelanggan juga diterima oleh pelanggan (manajer).
disebabkan karena keputusan pembelian Semakin kecil harga (semakin banyak
tidak berada pada pelanggan ini, mereka potongan harga) yang diterima maka
hanya berperan sebagai intermediasi antara semakin tinggi nilai yang diterima oleh
produsen oli dan pengguna akhir. Pemilik pelanggan.
dan manajer bengkel tidak merasa 7. Nilai pelanggan mempunyai dampak positif
dirugikan atau diuntungkan akibat dari yang signifikan terhadap loyalitas
kualitas oli yang dijualnya. Menurut Monroe pelanggan.Artinya semakin tinggi nilai yang
(1991), nilai digunakan oleh calon pembeli diperoleh pelanggan maka semakin tinggi
untuk mengevaluasi apakah sebuah produk loyalitas pelanggan terhadap produk
layak dibeli. Sedangkan dalam melakukan tersebut. Tujuan mendasar seorang
evaluasi tersebut, manajer dan pemilik manajer atau pemilik bengkel untuk loyal
bengkel lebih melihat aspek ekonomis terhadap supplier adalah untuk
sebagai faktor yang dominan. Kondisi ini mendapatkan profit. Profit yang diperoleh
mungkin juga disebabkan oleh positioning pelanggan (manajer atau pemilik bengkel)
dari bengkel-bengkel tersebut, apabila tentunya berasal dari nilai yang diterima
bengkel-bengkel tersebut memiliki oleh pelanggan tersebut. Jika manajer
positioning sebagai bengkel premium, maka diperlakukan atau diberi nilai yang lebih
dimungkinkan dalam proses evaluasi juga dari supplier misalnya dengan potongan
melibatkan kualitas produk sebagai faktor harga atau discount, kemudahan promosi
yang dominan. Pada kebanyakan bengkel- bengkel, dukungan pemasaran, dan
bengkel otomotif di Jakarta, aspek menjalin hubungan yang setara dan
ekonomis dan availability lebih dominan sebagainya (menambah nilai dan
dalam evaluasi sebuah produk. mengurangi biaya) yang hasil akhirnya
Dibandingkan dengan kualitas, manajer adalah menguntungkan pelanggan
lebih melihat kepada reputasi perusahaan (manajer atau pemilik bengkel) secara
yang berada di belakang produk tersebut, konsisten maka pelanggan tersebut akan
karena reputasi perusahaan terkait dengan mengevaluasi atau menilai qualitative
aspek ekonomis, misalnya: program diskon, judgement:apakah perusahaan mereka
fleksibilitas pembayaran, dan hubungan (bengkel) akan lebih baik jika menjalin
relasional dengan produsen yang diwakili hubungan yang lebih jauh lagi (episode
oleh salesman. Hal ini sesuai dengan berikutnya) dengan supplier tersebut (

Jurnal Ekonomi, Volume 4 Nomor 2, November 2013 222


Perbedaan Pengaruh Citra Merek dan Reputasi Perusahaan Terhadap Kualitas Produk, Nilai Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan di
Pasar Bisnis

Anderson, 1994) . Churchill&Surprenant produk yang baru dikeluarkan oleh perusahaan,


(1982) mengatakan bahwa nilai yang (5)Mempunyai sinyal kekuatan di hadapan
diterima pelanggan akan mengarah pada pesaing, (6)Memberikan kesempatan kedua
perasaan puas atau kepuasan pelanggan ketika mengalami krisis, (7)Meningkatkan
dimana kepuasan pelanggan merupakan modal pada pasar ekuitas, (8)Menguatkan
salah satu kriteria yang paling penting bagi barganing power di channel perdagangan,
loyalitas pelanggan (Hasket et al, 1997). (9)Berperan sebagai ikatan performa ketika
perusahaan menjalin kontrak dengan
Implikasi Manajerial perusahaan lain sebagai pemasok.
Penelitian ini memberikan pemahaman Disamping itu yang paling penting bagi
yang lebih luas lagi mengenai hal yang paling dampak dari reputasi perusahaan adalah
berpengaruh antara citra merek produk dengan efeknya bagi performa finansial perusahaan.
reputasi perusahaan. Penelitian ini juga Reputasi dapat memperoleh keuntungan
berdasar pada penelitian Cretu dan Brodie superior dan ketika perusahaan dapat
(2005) untuk memasukkan pengaruh merek memperoleh profit tersebut maka reputasi
sehingga manajer dapat membedakan dapat mempertahankan superior profit. Oleh
perbedaan pengaruh antara citra merek dan sebab itu, yang harus dilakukan juga oleh para
reputasi perusahaan. Temuan penelitian ini manajer perusahaan pelumas kendaraan
menunjukkan bahwa pendekatan proses (produsen) adalah melakukan investasi untuk
penciptaan loyalitas pelanggan merupakan cara membangun reputasi yang lebih baik lagi.
yang paling berguna untuk mengukur dan Membangun reputasi perusahaan antara lain:
membedakan pengaruh antara citra merek dan (1)Selalu melakukan komunikasi melalui
reputasi perusahaan. Hasil temuan dari banyak media baik media massa maupun
penelitian ini dapat membantu produsen media lainnya yang berhubungan dengan
pelumas kendaraan dalam memilih strategi bidang otomotif agar konsumen mengetahui
yang paling sesuai untuk menggerakkan dan menyadari eksistensi perusahaan.
loyalitas pelanggan pada pasar B2B. Misalnya: menjadi sponsor utama dalam event-
Hasil temuan sekaligus eventotomotif (F1 dan Moto GP),
mengkonfirmasikan bahwa reputasi perusahaan (2)Mempunyai keunikan tersendiri yang dapat
mempunyai pengaruh pada persepsi pelanggan memperoleh perhatian pelanggan misalnya
terhadap kualitas produk dan jasa serta pada berkomitmen pada teknologi yang ramah
loyalitas pelanggan sedangkan citra merek lingkungan dan mengkomunikasikannnya
tidak mempunyai pengaruh baik pada persepsi melalui tagline yang menyuarakan komitmen
pelanggan terhadap kualitas produk dan jasa tersebut serta menepati komitmennya,
maupun pada loyalitas pelanggan. Oleh sebab (3)Selalu konsisten dengan apa yang
itu strategi pemasaran akan lebih baik jika dikomunikasikan dengan apa yang dilakukan
fokus pada upaya untuk membangun reputasi dan segera menyelesaikan krisis atau musibah
perusahaan agar dapat menghemat biaya. yang disebabkan oleh kelalaian perusahaan,
Reputasi perusahaan yang baik akan (4)Menjalin kerjasama dengan produsen
membantu perusahaan meningkatkan profit kendaraan yang mempunyai reputasi yang
karena mengakibatkan retensi pelanggan sebab bagus. Misalnya menjadi pelumas resmi merek
reputasi yang bagus akan membantu suatu kendaraan.
perusahaan dalam (Dowling, 2002): Disamping itu, membangun reputasi
(1)Menambah ekstra nilai psikologis bagi perusahaan melalui kualitas produk dan jasa
produk (misalnya: trust) dan jasa (misalnya juga perlu mempertimbangkan pelanggan
ketika pelanggan kesulitan dalam mengevaluasi sebagai stakeholders, Palupi (2006)
kualitas maka mereka cenderung meranking mengatakan bahwa pelanggan masa kini tidak
perusahaan yang mempunyai reputasi mudah dikendalikan dengan komunikasi satu
tertinggi). (2)Membantu mengurangi resiko arah yakni melalui media seperti TV, radio,
persepsi pelanggan ketika membeli produk, koran dan lain-lain. Kini pelanggan ingin ikut
(3)Meningkatkan kepuasan karyawan dalam diperhitungkan suaranya (dilibatkan). Mereka
bekerja, (4)Mendukung penjualan setiap mempunyai medianya sendiri seperti milis,
blog, komunitas maya dan komunitas real. Jika

Jurnal Ekonomi, Volume 4 Nomor 2, November 2013 223


Perbedaan Pengaruh Citra Merek dan Reputasi Perusahaan Terhadap Kualitas Produk, Nilai Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan di
Pasar Bisnis

perusahaan tidak hati-hati maka feedback yang peran manejer bengkel sebagai influencer dan
muncul di media tersebut akan menjadi orang yang memiliki kapasitas trust bagi
kontrovesial terhadap proses penciptaan citra pelanggan bengkel sangat penting. Maka agar
merek yang digariskan perusahaan. Apalagi jika manajer bersedia dan giat untuk
ingin menggunakan manajer sebagai influencer merekomendasikan produk tersebut,
pelanggan bengkel (end user) yang biasanya perusahaan perlu memberikan value yang lebih
jarang sekali mau mengganti merek tinggi dibandingkan yang ditawarkan
pelumasnya. Oleh sebab itu, cara pemasaran perusahaan lain. Misalnya memberikan
yang tepat untuk masa sekarang adalah berbagai insentif yang menarik kepada
dengan melibatkan pelanggan (manajer) pelangan (manajer atau pemilik bengkel).
sebagai stakeholders penting, komunikasi dua Value adalah bagaimana pelanggan
arah harus dibentuk sejak penciptaan produk mengevaluasi sebuah produk kemudian apakah
hingga perbaikan kualitas setelah dipasarkan. pelanggan akan tetap atau pergi. Agar
Disamping itu, era pemasaran saat ini pelanggan dapat tetap menjalin relasi dengan
bukan lagi battle of productdan perang harga produsen maka value yang diberikan tentunya
melainkan battle of mind.Sekarang ini dapat memberikan keuntungan bagi pelanggan
produsen-produsen pelumas kendaraan banyak (manajer atau pemilik bengkel). Dari hasil
memasuki pasar pelumas sejak adanya wawancara yang dilakukan terhadap manajer
penghapusan monopoli minyak pelumas lewat bengkel diketahui bahwa kebijakan untuk
Keppres No. 21 Tahun 2001, otomatis memberikan insentif tersebut ternyata dapat
persaingan di pasar bisnis pelumas kendaraan mendorong manajer bengkel untuk selalu loyal
menjadi sangat ketat.Oleh sebab itu produsen terhadap produk tersebut. Insentif disini dapat
yang mampu membentuk persepsilah yang bisa berupa hadiah barang ataupun uang,
menang, sementara untuk membentuk persepsi pelatihan-pelatihan perbengkelan ataupun
sendiri terhadap pelanggan merupakan hal bahkan hadiah travelling jika target penjulan
yang berat karena membutuhkan investasi dapat di penuhi oleh para manajer bengkel.
yang lebih besar.Maka, produsen yang paling
bisa membentuk komunitaslah yang bisa Diskusi
menang. Misalnya membentuk Komunitas Motivasi melakukan penelitian ini adalah
Bengkel Shell yang kegiatannya antara lain untuk mengetahui perbedaan pengaruh citra
saling berbagi pengalaman bisnis bengkel antar merek dan reputasi perusahaan terhadap
sesama pemain bisnis kemudian pakar dari loyalitas pelanggan di pasar bisnis. Untuk
Shell memberikan solusi serta pada mengetahui perbedaan pengaruh tersebut
kesempatan tersebut digunakan untuk ajang maka perlu untuk menguji perbedaan pengaruh
promosi produk. Kegiatan tersebut rutin citra merek dan reputasi perusahaan terhadap
diadakan setiap sebulan sekali proses yang menciptakan loyalitas pelanggan.
Selain itu, hasil penelitian menemukan Dari hasil penelitian diperoleh keterangan
bahwa kualitas produk tidak mempengaruhi bahwa citra merek tidak mempengaruhi
nilai pelanggan. Produk-produk pelumas yang persepsi pelanggan terhadap kualitas produk
beredar di pasaran pasti menginformasikan dan juga tidak mempengaruhi loyalitas
bahwa produknya telah memiliki sertifikat API pelanggan. Hal ini membuktikan bahwa di
(American Petroleum Institute) yang berarti pasar bisnis pelumas, manajer tidak melihat
produknya telah melewati uji laboratorium produk dari citra mereknya. Merek bukanlah
standarisasi pelumas sehingga produk mereka sesuatu yang dicari oleh manajer untuk
memiliki kualitas yang standar. Don menunjukkan eksistensi dan kredibilitas
Fullerpenulis otomotif di situs bengkelnya.
www.valvoline.com menyatakan, sebetulnya Pada pengujian selanjutnya diperoleh
tak dikenal pelumas yang lebih baik dari bahwa reputasi perusahaan mempunyai
lainnya bila memiliki spesifikasi setara. Yang pengaruh yang signifikan terhadap kualitas
perlu diperhatikan justru sesuai atau tidak produk dan loyalitas pelanggan. Hal ini
pelumas itu dengan spesifikasi kendaraan menunjukkan bahwa di pasar bisnis pelumas
bersangkutan (www.republikaon-line.com, 27 ternyata reputasi perusahaan lebih
Mei 2004). Dikarenakan keadaan tersebut,

Jurnal Ekonomi, Volume 4 Nomor 2, November 2013 224


Perbedaan Pengaruh Citra Merek dan Reputasi Perusahaan Terhadap Kualitas Produk, Nilai Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan di
Pasar Bisnis

berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. merek dan loyalitas, serta kualitas produk dan
Dowling (2001) mengatakan bahwa reputasi persepsi nilai pelanggan. Hubungan signifikan
perusahaan yang bagus akan menambah nilai antar konstruk hanya ditemukan pada
ekstra terhadap produk, dipercaya pelanggan hubungan antara reputasi perusahaan dan
dan pelanggan menjadi setia. loyalitas, Harga dan persepsi nilai konsumen,
Pengujian yang lain diperoleh serta hubungan antara persepsi nilai dan
keterangan bahwa kualitas tidak berpengaruh loyalitas pelanggan.
terhadap nilai pelanggan. Adapun hal ini terjadi Pada penelitian-penelitian sebelumnya,
karena responden adalah manajer atau pemilik citra merek dan reputasi perusahaan biasanya
bengkel yang tidak memakai langsung produk diasosiasikan sebagai konstruk yang tidak
tersebut sehingga tidak merasakan manfaat berbeda. Tetapi penelitian ini
langsung dari kualitas produk. Ketiadaan mengkonfirmasikan perbedaan antara citra
hubungan antara kualitas dan nilai pelanggan merek dan reputasi perusahaan. Hal ini terlihat
juga disebabkan karena keputusan pembelian pada perbedaan pengaruh yang ditimbulkan
tidak berada pada pelanggan ini, mereka hanya oleh keduanya terhadap loyalitas pelanggan.
berperan sebagai intermediasi antara produsen Penelitian ini memiliki beberapa
oli dan pengguna akhir kekurangan antara lain: (1)Penelitian ini
Harga dan biaya mempunyai hubungan berlaku pada pasar bisnis pelumas (satu pasar
positif dengan nilai pelanggan. Nilai pelanggan saja) padahal pemicu loyalitas pelangan
adalah trade-off antara keuntungan dan memainkan peran yang berbeda tergantung
pengorbanan. Keuntungan bagi pedagang industrinya dalam konteks keputusan
adalah margin sedangkan pengorbanannya pembelian (Rust et al. 2001). (2)Responden
adalah harga pokok penjualan (hpp), rabat dan penelitian ini hanya manajer atau pemilik
insentif yang diterima oleh pelanggan bengkel dan tidak melibatkan montir yang
(manajer). Semakin kecil harga (semakin bekerja di bengkel tersebut yang mungkin saja
banyak potongan harga) yang diterima maka dapat mempengaruhi proses pembelian.
semakin tinggi nilai yang diterima oleh (3)Penciptaan loyalitas pelanggan via nilai
pelanggan. pelanggan melupakan proses yang dinamis
Nilai pelanggan mempunyai dampak sehingga cenderung untuk berubah seiring
positif terhadap loyalitas pelanggan. Nilai waktu.(4)Penelitian ini menggunakan direct-
pelanggan yang positif yang diterima oleh method yaitu diasumsikan bahwa manajer
manajer akan mengakibatkan loyalitas sebagai influencer sehingga tidak melibatkan
pelanggan yang positif juga. Pelanggan akan end user dalam mendefinisikan perilaku mereka
loyal jika merasa puas dengan keuntungan dalam membeli pelumas dari bengkelnya.
yang diperoleh dibanding dengan pengorbanan (5)Penelitian ini tidak membedakan bengkel
yang dikeluarkan selain itu loyalitas pelanggan mobil dan bengkel motor yang memungkinkan
juga disebabkan oleh kepercayaan yang adanya perbedaan perilaku, skala bisnis dan
dibangun perusahaan melalui reputasinya. sistem. (6)Penelitian ini tidak meneliti jenis
Reputasi yang baik memberikan trust, sense of atau tipe hubungan antara produsen pelumas
belonging dan commitment sehingga dan manajer (buyer) apakah autoritatif atau
pelanggan rela memberikan positive word-of normatif.
mouth kepada para konsumen dan berarti
meningkatkan profit bagi perusahaan itu Daftar Pustaka
sendiri. Anderson,J.C., & Gerbing,D.W., ”Structural
equation modelling in practice : A
Kesimpulan review and recommend two-step
Penelitian ini memberikan perspektif approach”, Psychological Bulletin,
baru dalam ranah ilmu pemasaran pada pasar 103(3),411-423, 1998
B2B. Hasil temuan dalam penelitian ini semakin
menguatkan perbedaan karakteristik antara Andreassen,T.W., & Lindstead, B., “Customer
pasar B2B dan B2C. Penelitian ini tidak loyalty and complex services the impact
menemukan pengaruh signifikan antara citra of corporate image on quality, customer

Jurnal Ekonomi, Volume 4 Nomor 2, November 2013 225


Perbedaan Pengaruh Citra Merek dan Reputasi Perusahaan Terhadap Kualitas Produk, Nilai Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan di
Pasar Bisnis

satisfaction and loyalty for customer, of Product and Brand


with varying degrees of service Management,6(2),119-129, 1997
expertise”, International Journal of
Service Industry Management, 9 (1), 7- Mudambi,S., “Branding importance in business
23. 1998 – to – business markets: Three buyer
clusters”, Industrial Marketing
Bolton ,R.N., & Drew,J.H., “A multistage model Management, 31(6), 525-533, 2002
of customer’s assessment of service
quality and value”, Journal of Consumer Monroe ,K.B., “Pricing-Making profitable
Research,17(4),375-384, 1991 decision”, McGraw-Hill, New York, 1990

Berry,L.L., “Cultivating service brand equity”, Padget, D.,Allen, “Communicating experiences:


Journal of the Academy of Marketing A narrative approach to creating service
Science,28(1),128-137, 2000 brand image”, Journal of Advertising,26
(4), 49-62, 1997
Brown,J., Easingwood,C.,& Murphy,J., “Using
qualitative research to refine service Saunders,J.A., & Watt, F.A.W., “Do brand
quality model”, Qualitative Market names differentiate identical industrial
Research , 4(4), 217-223, 2001 products?”, Industrial Marketing
Management, 8(2), 114-123, 1979
Datar,S., Jordan, C.C.,Kekre,S., Rajiv,S. and
Srinivasan,K., ”Advantages of time- Ulaga,W.,Chacour,S., “Measuring customer
based new product development in a perceived value in business market”,
fast cycle industry”, Journal of Industrial Marketing
Marketing Research, Vol.34 No.1, pp. Management,30,525-540, 2001
36-49, 1997
Vargo,S., Lusch,R.F., ”Evolving to e new
Day,G.S., “The Market Driven Organization,The dominant logic for marketing”, Journal
Free Press”, New York, NY.p.22, 1999 of Marketing, 68 (1),1-17, 2004

Dobni,D., & Zinkhan,G.M., ”In search of brand Woodruff, R.B., “Customer value: The next
image : A foundation analysis, Goldberg, source of competitive advantage”,
ME,Gorn, G and Pollay, RW”, Advances Journal of the academy of marketing
for Consumer Research,17,110-118, science, 25 (2), 139-153, 1997
1990
Zeithaml, V.A., “Consumer perceptions of price,
Gale,B.T., “Managing customer value :Creating quality, and value : A means – end
quality and service that customers can model and synthesis of evidence”,
see”, The Free Press, New York, 1994 Journal of Marketing, 52(3),2-21, 1998

Hair,J.F., Anderson, R.E., Tatham, R.L.,& Black,


W.C., “Multivariate data analysis”,
Prentice- Hall International Inc, New
Jersey, 2000

Keller,K.L., “Conceptualizing, measuring, and


managing customer based brand
equity”, Journal of Maketing, 57(1),1-
22, 1993

Maklan , S., & Knoxx, S., “Reinventing the


brand : bridging the gap between
customer and brand value”, The Journal

Jurnal Ekonomi, Volume 4 Nomor 2, November 2013 226

You might also like