Professional Documents
Culture Documents
Tamplate Proposal
Tamplate Proposal
1. Judul, judul RIIM sesuai Lampiran A dengan target produk bagi tercapainya
produk RIIM yang ditarget, baik produk riset dan inovasi RIIM.
2. Abstrak, Ringkasan metodologi pencapaian produk target RIIM yang diaju,
maksimal 1 halaman.
3. Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, rumusan masalah dan hipotesis
solusi, state of the arts dan kebaruan (jika ada, dituliskan track record tim
periset dalam pelaksanaan RIIM yang telah dilakukan sesuai judul), tujuan dan
sasaran riset untuk mendukung produk RIIM yang ditargetkan.
4. Peta Jalan dan Nilai Strategis, berisi peta jalan keseluruhan dalam jangka
waktu tertentu untuk menghasilkan output besar dalam peta jalan integrasi
terdeskripsi dengan jelas, output setiap tahun dan produk akhir/output besar
tergambar dalam peta jalan. Nilai Strategis dari riset integrasi ini
dideskripsikan dengan singkat, padat dan jelas dalam format infografis, tabel,
dan/atau format peta jalan.
5. Metodologi, metodologi keseluruhan meliputi semua WBS dan WP (jika ada),
tahapan Pekerjaan keseluruhan yang tercakup di dalamnya dalam kerangka
untuk mencapai produk akhir/output besar di akhir peta jalan. Ditambahkan
deskripsi secara detail metodologi tahun pertama.
6. Jangka Waktu Pelaksanaan Riset, jangka waktu pelaksanaan riset dapat
diusulkan sesuai dengan perencanaan program. Maksimal 3 tahun.
7. Luaran, output minimal berupa 1 (satu) karya tulis ilmiah (KTI) dan/atau
kepemilikan hak kekayaan intelektual (HKI) yang dapat disertai luaran lainnya
seperti prototype/model. Perincian output juga dituliskan dengan jelas jumlah
dan mutunya untuk setiap tahun kegiatan. Selain itu ditambahkan dengan
Indikator Kinerja Riset sesuai format.
8. Jadwal Kegiatan, jadwal kegiatan selama satu tahun (tahun berjalan)
dituliskan dengan jelas sesuai pekerjaan di tahun pertama, jadwal kegiatan
jelas kaitannya dengan tahapan pekerjaan di metodologi, jadwal tahun jamak
secara keseluruhan ditambahkan terpisah.
9. Anggaran, Struktur anggaran harus sejalan dengan pekerjaan yang timbul
dari metodologi serta jadwal kegiatan dalam mendukung tercapainya luaran di
tahun pertama. Jika mengajukan tahun jamak, anggarannya ditambahkan
terpisah setelah tabel anggaran tahun pertama untuk tahun selanjutnya.
10. Daftar pustaka, Daftar pustaka yang relevan dan mutakhir, hanya daftar
pustaka yang disitasi dalam proposal yang dicantumkan. Daftar Pustaka
disusun berdasarkan sistematika penulisan American Psychological
Association (APA)
11. Daftar Riwayat Hidup (DRH), Daftar Riwayat Hidup harus memuat rekam
jejak sesuai dengan riset yang diajukan. Daftar Riwayat Hidup ini sedikitnya
dapat memuat identitas periset, latar belakang pendidikan, serta publikasi/KTI
dan HKI yang pernah dihasilkan.
Lampiran A
Format Proposal
PROPOSAL
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia - Universitas Muhammadiyah Surabaya
TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL KEGIATAN PENDANAAN
RISET DAN INOVASI UNTUK INDONESIA MAJU
4. Pendanaan :
N Uraian BRIN Sharing Total
o
1 Tahun 2022 100.000.000 50.000.000 150.000.000
2 Tahun 2023 200.000.000 50.000.000 250.000.000
3 Tahun 2024 100.000.000 100.000.000 200.000.000
Total Keseluruhan 600.000.000
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Tembang dolanan menurut Darul (Ilmiah et al., 2012) adalah lagu yang
diperuntukkan kepada anak – anak sebagai pengiring dalam suatu permainan. Lirik
tembang dolanan menggunakan bahasa Jawa yang seringkali digunakan sebagai salah satu
sarana komunikasi anak – anak Jawa yang mengandung pesan mendidik. Syair tembang
dolanan tersebut memuat makna tersirat dan tersurat secara simbolik berupa pesan moral.
Pitutur dalam bahasa Jawa, disebut pesan moral, yang terkandung dalam tembang dolanan
tersebut dapat diberikan kepada anak – anak sejak kecil. Hal menarik tembang dolanan
memiliki karakteristik berupa syair yang menunggakan kata – kata yang lugas atau lebih
sederhana dalam penggunaan bahasa yang sesuai dengan perkembangan jiwa anak – anak
yang masih senang bermain dan belum mampu berpikir secara kompleks, namun tetap
mengandung ajaran dan nilai moral.
Menurut Danandjaja (2002:46) Tembang dolanan adalah salah satu dari sekian
banyak bentuk folklor lisan yang memiliki karakteristik khas dari karya sastra yang
lain. Bentuk kalimat dari folklor lisan tidak bebas, tetapi berbentuk terikat. Pada
umumnya terbentuk dari beberapa jajar kalimat, berdasarkan matra, suku kata yang
panjang pendek, tekanan suara yang lemah, atau hanya berdasar irama yang ada.
Berbeda dengan menurut Nurgiyantoro (2005:106) menjelaskan bahwa dalam budaya
masyarakat Jawa memiliki banyak tembang –tembang atau juga bisa disebut puisi
yang dilagukan. Salah satunya adalah puisi lagu dolanan atau disebut tembang
dolanan. Sesuai dengan sebutannya, tembang dolanan masyarakat Jawa banyak
dinyanyikan oleh anak – anak sambil bermain. Namun, pada zaman generasi saat ini
keberadaan tembang dolanan mendapat perhatian khusus, yakni banyak yang telah
dibukukan yang tidak lain adalah untuk menghindari punahnya karya sastra lisan yang
diwariskan dalam media berupa tulisan. Contoh tembang dolanan karya Sunan Giri
adalah Cublek-Cublek Suweng, Padhang Bulan, Gambang Suling, dan masih ada
banyak lagi. Lirik dalam tembang dolanan secara tersirat dominan mengandung nilai
religius, kebersamaan, dan nilai estetik. Rasa suka ria yang menghegemoni lirik tembang
dolanan dalam permainan ini membuat anak – anak larut dalam permainan yang sedang
mereka mainkan. Selain itu, bermain dengan diiringi tembang dolanan juga akan
menumbuhkan rasa semangat, keceriaan, serta kebersamaan (Dwijawijata, 2006).
Awal dari konsep Gramsci dalam Lestari (Rofifah, 2020) mengenai hegemoni,
bahwa suatu kelas serta anggotanya yang menjalankan kekuasaan terhadap kelas
dibawahnya dengan cara kekerasan dan persuasi. Hegemoni bukan suatu hubungan
dominasi dengan menggunakan kekuasaan, melainkan persetujuan dengan
menggunakan kepemimpinan politik dan ideologi. Selain itu, pengertian hegemoni
oleh Gramsci adalah suatu organisasi konsensus yang mana ketertundukan didapat
melalui penguasaan ideologi dari kelas yang menghegemoni. Menurut Gramsci,
konsensus adalah yang tercipta karena adanya dasar sebuah persetujuan. Konsensus
yang diterima kelas pekerja pada umumnya bersifat tidak aktif, yaitu konsensus terjadi
bukan karena kelas pekerja yang menganggap struktur sosial yang ada sebagai sebuah
keinginannya, melainkan dikarenakan mereka kekurangan basis konseptual yang
memungkinkan mereka memahami realitas sosial secara efektif. Kesimpulan yang
ditarik oleh Gramsci adalah bahwa watak sebuah konsensus didalam masyarakat
kapitalis yang sesungguhnya merupakan kesadaran yang bertentangan. Sehingga,
hegemoni adalah hasil konsensus yang belum pasti atau masih dalam keraguan.
Berdasarkan hal tersebut (Harjito, 2014) menjelaskan bahwa Gramsci menyatakan ada
tiga tingkatan hegemoni, diantaranya, hegemoni integral (integral), hegemoni yang
merosot (decadent), dan hegemoni yang minimum. Berikutnya, Gramsci juga
menyatakan bahwa dimana ada kekuasaan maka akan muncul sebuah perlawanan.
Masyarakat kapitalis yang sudah maju dan masyarakat sipilnya sudah berkembang,
diperlukan sebuah strategi yang berbeda untuk melawan kekuasaan yang dominan.
Suatu kelompok kelas dinyatakan hegemoni, ketika kelompok kelas tersebut telah
mendapatkan persetujuan dari kekuatan dan kelas sosial yang lain dengan cara
menciptakan serta mempertahankan sistem aliansi dari perjuangan politik dan juga
ideologis. Tujuan dari menciptakan hegemoni hanya dapat di raih dengan cara
mengubah kesadaran, pemahaman, pola pikir serta konsepsi masyarakat tentang dunia,
dan mengubah norma perilaku moral. Gerakan ini disebut Gramsci sebagai salah satu
revolusi intelek dan moral yang mengemban tugas untuk melaksanakannya adalah
kaum intelektual. Sehingga Gramsci meyakini bahwa setiap kelas harus menciptakan
kaum intelektual yang sadar akan perannya, bukan hanya dalam bidang ekonomi tetapi
juga dalam ranah politik dan sosial. Singkatnya, dalam hegemoni Gramsci, kelas
bawah harus mampu menciptakan kaum intelektual agar menjadi kelas yang
hegemoni.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut.
1) Bagaimanakah sejarah tembang dolanan menurut beberapa sumber/pakar di Pondok
Pesantren wilayah Pantura Jawa Timur?
2) Bagaimana bentuk, makna dan fungsi ideologi yang terdapat dalam lirik tembang dolanan
yang terdapat di wilayah Pantura Jawa Timur?
3) Bagaimana bentuk pengembangan alihwahana tembang dolanan yang terdapat di wilayah
Pantura Jawa Timur?
HIPOTESIS SOLUSI
Terdapat tiga jenis permasalahan yang akan diberikan solusi, yaitu banyak anak-anak yang
melupakan sejarah tembang dolanan, banyak anak-anak yang menyanyikan lagu-lagu tidak
sesuai dengan umurnya, dan karya anak-anak banyak yang tidak terdokumentasikan.
Permasalahan pertama mengenai pengetahuan sejarah tembang dolanan yang dibawakan oleh
sunan-sunan wali songo yang dahulu digunakan sebagai media dakwah menyebarkan agama
Islam. Berkenaan dengan ini, memang sangat banyak peristiwa sejarah yang secara otomatis
terkubur khususnya dikalangan anak zaman sekarang. Mereka hampir tidak mengenal sama
sekali, sedangkan pengetahuan itu sangat diperlukan dalam proses perkembangan kognitif
anak. Solusi yang diberikan kepada mitra adalah dengan memberikan bentuk pendampingan
pendidikan kepada mitra dalam pelatihan pemberian wawasan sejarah tembang dolanan.
Proyek ini berupa pemberian materi mengenai tembang dolanan yang dinilai sangat perlu
sebagai salah satu penunjang awal dalam pelestariannya melalui media digital sebagai bentuk
literasi budaya. Adapun beberapa materi yang akan diberikan, diantaranya:
a. Sejarah tembang dolanan yang diciptakan oleh sunan-sunan Wali Songo
b. Macam-macam lagu tembang dolanan
c. Media digital
d. Literasi budaya
Selain mengenalkan sejarah kepada anak-anak, diharapkan anak-anak telah mengenal
apa saja judul tembang-tambang dolanan. Dengan demikian anak akan mulai berlatih untuk
belajar menyanyikan tembang dolanan.
Permasalahan kedua juga merupakan tidak lanjut dari permasalahan pertama. Minimya
pengetahuan mengenai sejarah membuat anak-anak acuh dan suka mengikuti apa yang
sedang trend saat ini tanpa bimbingan. Sebagaimana sikap anak-anak ialah suka meniru,
sehingga apa yang mereka lihat dan dengar selalu diikuti. Salah satunya ialah maraknya lagu-
lagu pop yang menurunkan eksistesi lagu anak-anak salah satunya tembang dolanan. Lagu
yang saat ini dikenal oleh anak-anak tidak sesuai dengan usia anak. Makna dan pesan yang
ada dalam lagu tersebut sangat sukar dimaknai di usia anak. Sedangkan dalam tembang
dolanan yang notabenenya untuk anak-anak memiliki makna yang sesuai dan mudah dicerna.
Setelah memberikan wawasan mengenai sejarah, mengenalkan judul-judul tembang dolanan
kepada anak-anak menjadi solusi dari permasalahan kedua, yang mana saat ini anak-anak
hanya mengenal lagu terbaru populer yang tidak asing lagi ditelinga siapapun. Akibatnya
anak-anak sulit memahami pesan apa yang terkandung dalam lagu yang dinyanyikannya
karena lagu-lagu tersebut tidak sesuai dengan kapasitas pemikiran anak-anak. Selanjutnya
dengan melakanakan proyek monitoring dari dua solusi tersebut. Monitoring sangat
diperlukan selama proses kegiatan agar program dapat berjalan dengan efektif dan sesuai
dengan tujuan yang telah dirumuskan. Monitoring merupakan bentuk keberlanjutan program
ini dan harus dilakukan untuk keefektifan pelakanaan kegiatan.
Persoalan ketiga adalah banyaknya karya anak yang tidak terdokumentasikan. Hal ini
sangat disayangkan karena karya akan terbengkalai begitu saja tanpa ada tindak lanjut. Solusi
yang ditawarkan ialah dokumetasi karya berupa bentuk kepemilikan karya yang sah (paten),
yakni karya-karya yang sudah ditindaklanjuti dengan dibukukan ber-ISBN. Karya yang telah
ada akan sangat baik jika dijadikan sebuah buku yang telah memiliki hak paten atau
kepemilikan yang sah. Namun, kondisi karya yang banyak dan kurangnya wadah menjadi
salah satu hal yang sangat perlu mendapat perhatian khusus. Kemampuan mitra dalam
membuat karya sudah cukup baik dan bisa dikatakan layak jika karyanya dibukukan. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya hasil karya dari mitra yang telah memenuhi kriteria. Kesulitan
mendapat hak paten berupa ISBN menjadi permasalahan krusial yang perlu melakukan
beberapa proses, salah satunya dengan mempertimbangkan administrasi ISBN. Dengan
demikian, dibutuhkan layanan ISBN dalam pembuatan buku yang berisi karya-karya tulisan
mitra.
BAB 2. SOLUSI DAN TARGET LUARAN
Berdasarkan apa yang telah disampaikan pada bab analisis situasi, diketahui bahwa
permasalahan ketiga ini erat kaitannya dengan pendanaan. Solusi-solusi tersebut secara
singkat dapat dilihat pada tabel berikut.
Berdasarkan target yang ditetapkan, luaran yang diharapkan adalah sebagai berikut.
(1) Publikasi ilmiah pada jurnal
(2) Mitra memiliki buku cerpen anak yang bertema tembang dolanan, dan karpet
(3) Mitra memiliki kumpulan karya anak-anak dongeng dan cerpen bertema tembang dolanan
yang ber-ISBN
(4) Mitra memiliki media digital tembang dolanan yang modern dengan media digital
(Youtobe, Reels IG, Tik-Tok, dll
STATE OF ARTS
Tabel 1.1 Lirik dan Terjemahan Tembang Dolanan Cublek – Cublek
Suweng
Fungsi
ALIHWAHANA
video HKI bookchapter
Bentuk
Makna
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kualitatif menurut Faruk
dalam (Rofifah, 2020), yakni dengan mengidentifikasi lirik tembang dolanan Sunan Giri
kemudian mendeskripsikannya. Fokus penelitian ini tentu saja mengacu pada kajian teori
hegemoni Gramsci sebagai indikator penelitian yang mencakup hegemoni ideologi dalam
lirik tembang dolanan serta struktur kepemimpinan tokoh Sunan Giri. Data primer yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data tulis berupa lirik tembang dolanan, data lisan
berupa sejarah Sunan Giri dari narasumber yang dikaji dengan mengguakan teori metafora
dalam (Rachmawati, 2017) Pendekatan deskriptif kualitatif dari data primer yang ada,
yakni menguraikan dan mejelaskan konsep hegemoni ideologi yang terdapat dalam lirik.
Data primer di sini adalah lirik tembang dolanan Sunan Giri yang merupakan hasil dari
literatur studi kepustakaan. Objek material dalam penelitian ini adalah lirik tembang
dolanan dan objek formalnya adalah hegemoni ideologi. Selanjutnya dilakukan proses
interpretasi data terhadap hasil pemaknaan dan wawancara mendalam yang disajikan secara
narasi. Setelah data berhasil dikumpulkan, data dianalisi, diinterpretasikan dengan
hegemoni Grmasci. Hasil dari analisis kemudian disajikan dalam bentuk narasi deskriptif
kualitatif mengenai hegemoni dalam bentuk ideologi yang terdapat dalam lirik tembang
dolanan Sunan Giri.
METODE PELAKSANAAN
1. Identifikasi Kebutuhan Mitra
Kebutuhan mitra saat ini adalah menanamkan pengetahuan sejarah tembang-tembang
dolanan yang menjadi tombak awal pelestarian tembang dolanan. Setelah mengenal
sejarah, anak-anak juga butuh dikenalkan judul-judul tembang dolanan yang
diciptakan oleh wali songo kemudian berlatih menyanyikan sebagai bentuk
pelestarian. Dengan menyanyikan tembang dolanan dikalangan anak-anak SD
Muhammadiyah di Surabaya maka eksistensi tembang dolanan menjadi lebih terang.
Selain itu, banyaknya karya-karya yang sudah dihasilkan anak-anak tidak memiliki
wadah atau kepemilikan secara sah (paten).
2. Uji Operasi
Uji operasi dalam kegiatan ini adalah dengan melakukan evaluasi di setiap kegiatan
yang dilakukan, lebih khusus saat monitoring. Dari monitoring, akan diketahui
permasalahan yang masih dihadapi mitra dalam melaksanakan program penulisan.
Dari mentoring, akan diketahui permasalahan yang akan dihadapi mitra dalam
melaksanakan teknologi yang diterapkan. Dari sanalah akan dievaluasi dan dilakukan
perbaikan-perbaikan kegiatan. Harapannya, kegiatan dapat berjalan lebih baik agar
tujuan yang diinginkan lebih mudah tercapai.
3. Pendampingan Operasional
Dalam pelaksanannya tentu dibutuhkan mentoring. Di sini, mitra tidak lepas begitu
saja, namun tetap didampingi selama proses pelatihan dan proses oleh tim Gendhis
Sewu yang akan mendampingi dalam bidang pelestarian tembang dolanan.
Pendampingan ini tentu sekaligus terdapat beberapa kegiatan monitoring dan evaluasi.
Monitoring diperlukan selama kegiatan agar program dapat berjalan dengan efektif
dan sesuai tujuan. Monitoring merupakan bentuk keberlanjutan ini dan harus
dilakukan untukkeefektifan pelestarian tembang dolanan melalui media digital.
Setelah kegiatan ini selesai, harapannya mitra telah mampu menerapkan aplikasi
media digital secara mandiri sehingga pelestarian tembang dolanan bisa meningkat
dan kembali menunjukkan eksistensinya.
4. Penerapan Media Digital kepada Mitra
Metode pelaksanaan kegiatan ini dengan dimulainya program pengabdian...........
beberapa tujuan program terebut sebagai berikut:
a. Sebagai sarana memenuhi tri darma perguruan tinggi tenapa pendidik khususnya
dosen (pengusul), salah satunya yaitu pengabdian masyarakat.
b. Untuk membina mitra khususnya mitra SD yang minim pengetahuan tembang
dolanan.
c. Menyongsong generasi millenial masyarakat 4.0 dan mencapai sasaran visi
Indonesia 2025 MP3EI eperti yang tertuang dalam Restra Perguruan Tinggi yakni
melalui pelatihan media digital.
d. Mewadahi mitra dalam mendokumentasikan karya.
Hegemoni berlangsung dalam berbagai aspek kehidupan seperti, politik, ekonomi, sosial, dan
keyakinan. Salah satu contoh nyata praktik hegemoni ditemukan dalam kehidupan politik.
Hegemoni dalam ranah karya sastra lisan salah satunya dapat ditemukan dalam lirik tembang
dolanan. Tembang dolanan menurut Darul 1 adalah lagu yang diperuntukkan kepada anak – anak
sebagai pengiring dalam suatu permainan. Lirik tembang dolanan menggunakan bahasa Jawa
yang seringkali digunakan sebagai sarana komunikasi anak – anak Jawa yang mengandung pesan
mendidik. Syair tembang dolanan tersebut memuat makna tersirat dan tersurat secara simbolik
berupa pesan moral yang diberikan anak – anak sejak kecil. Hal menarik lainnya, tembang
dolanan memiliki karakteristik berupa syair dengan bahasa yang lugas sesuai dengan
perkembangan jiwa anak – anak yang masih senang bermain dan belum mampu berpikir secara
kompleks, namun tetap mengandung ajaran dan nilai moral.
Menurut Danandjaja (2002:46) Tembang dolanan adalah salah satu folklor lisan yang
memiliki karakteristik khas dari karya sastra yang lain. Bentuk kalimat dari folklor lisan
tidak bebas, tetapi berbentuk terikat. Pada umumnya terbentuk dari beberapa jajar kalimat,
berdasarkan matra, suku kata yang panjang pendek, tekanan suara yang lemah, atau hanya
1
Jurnal Ilmiah, Universitas Gresik, and Cahaya Kampus, “Its Identity and Meaning: Part (1) Tembang Dolanan
of Gresik, East Java From Local to International Behavior Mas Darul Ihsan” 11, no. 1 (2012): 1–13.
berdasar irama yang ada. Berbeda dengan menurut Nurgiyantoro (2005:106) menjelaskan
bahwa budaya masyarakat Jawa memiliki banyak tembang atau disebut juga puisi yang
dilagukan yaitu puisi lagu dolanan atau tembang dolanan. Sesuai dengan sebutannya,
tembang dolanan masyarakat Jawa banyak dinyanyikan oleh anak – anak sambil bermain.
Namun, pada zaman generasi saat ini keberadaan tembang dolanan mendapat perhatian
khusus, yakni banyak yang telah dibukukan yang tidak lain adalah untuk menghindari
punahnya karya sastra lisan yang diwariskan dalam media berupa tulisan.
Contoh tembang dolanan karya Sunan Giri adalah Cublek-Cublek Suweng, Padhang
Bulan, Gambang Suling, dan masih ada banyak lagi. Lirik dalam tembang dolanan secara
tersirat dominan mengandung nilai religius, kebersamaan, dan nilai estetik. Rasa suka ria yang
menghegemoni lirik tembang dolanan dalam permainan ini membuat anak – anak larut dalam
permainan yang sedang mereka mainkan. Selain itu, bermain dengan diiringi tembang dolanan
juga akan menumbuhkan rasa semangat, keceriaan, serta kebersamaan (Dwijawijata, 2006).
2
Dianah Rofifah, “済無 No Title No Title No Title,” Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents
13, no. 3 (2020): 12–26.
3
Harjito, Hegemoni Gramsci Dalam Sastra Indonesia: Student Hijo , Nasionalisme, Dan Wacana Kolonial,
2014.
dari kekuatan dan kelas sosial yang lain dengan cara menciptakan serta mempertahankan
sistem aliansi dari perjuangan politik dan juga ideologis. Tujuan dari menciptakan
hegemoni hanya dapat di raih dengan cara mengubah kesadaran, pemahaman, pola pikir
serta konsepsi masyarakat tentang dunia, dan mengubah norma perilaku moral. Gerakan ini
disebut Gramsci sebagai salah satu revolusi intelek dan moral yang mengemban tugas
untuk melaksanakannya adalah kaum intelektual. Sehingga Gramsci meyakini bahwa setiap
kelas harus menciptakan kaum intelektual yang sadar akan perannya dalam bidang
ekonomi, politik dan sosial. Singkatnya, dalam hegemoni Gramsci, kelas bawah harus
mampu menciptakan kaum intelektual agar menjadi kelas yang hegemoni.
Menurut 4
dalam memahami teori hegemoni, tidak terlepas dari konsep tentang
ideologi. Gramsci mengatakan bahwa, hegemoni adalah suatu keadaan terhadap blok
historis yaitu kelas yang berkuasa untuk menjalankan otoritas sosial serta kepemimpinan
kepada kelas subordinat melalui campuran kekuatan, khususnya dengan konsensus.
Hegemoni tidak hanya bekerja pada tataran dari tingkat kesadaran masyarakat, namun lebih
detail lagi pada tataran ideologi yang telah dipahami dan dijalankan oleh masyarakat.
Berkaitan hal tersebut, sangat penting untuk menguraikan ideologi yang menghegemoni hal
tersebut. Dalam suatu kelompok akan ada yang menghegemoni kelas sosial yang lain
dengan cara menyebarluaskan ideologi. Ideologi yang disebarluaskan ini nampak pada
histori silsilah dari Sunan Giri. Hal ini tidak ada ahli sejarah yang mempertentangkan,
tetapi masih ada kesamaran atasnya, dikarenakan sumber yang dinilai kurang otentik.
Silsilah dari ayah adalah sebagai berikut: Fatimah, Putri Nabi Muhammad Saw, berputra
Syeikh Abdul Rahkman, berputra Syeikh Maulana Mahmudin al Kubra, berputra Syeikh
Jamaludin Jumadil Kubra, berputra Syeikh Maulana Ishak, dan terakhir berputra Sunan
Giri (Hasyim, Sunan Giri). Sunan Giri memiliki dua saudara seayah, yaitu Dewi Syarah
dan Sayid Abdulkadir yang dikenal dengan Sunan Gunung Jati Cirebon. Menurut silsilah
Sunan Giri diurutkan dari jalur ibunya, maka sebagai berikut: Raden Wijaya (Pendiri
Majapahit), berputri Tribhuwana Tunggaldewi, berputra Hayam Wuruk, berputra
Wirabhumi (Menak Jingga), berputra Menak Sembuyu, berputri Dewi Sekardadu, dan
berputra Sunan Giri (Umar, Sunan Giri, 15-16).
4
Harjito.
perlahan. Penyebaran ideologi tidak instan menyebar dengan sendirinya, melainkan melalui
proses yang panjang. Namun dengan sabar Sunan Giri menciptakan karya tembang atau
lagu mampu membuat sebagian masyarakat Gresik menerima, meski belum sepenuhnya.
Dengan demikian, ideologi dalam hegemoni tentu memiliki peranan yang sangat penting,
bukan hanya sekadar sekilas konsep, ide, gagasan, pengetahuan yang harus disepakati
bersama, tetapi lebih khusus menyuguhkan kesadaran dan kepatuhan kepada pihak
subordinat atau dikuasai pihak lain.
Teori Metaforis dari Charles S. Pierce dalam Budiman dalam Dian 5 digunakan dalam
penelitian ini untuk menguraikan makna simbolis yang terdapat dalam lirik tembang
dolanan Sunan Giri. Pierce menjelakan secara singkat bahwa metafora adalah sebuah
tanda. Dalam arti luas, metafora merupakan sebuah tanda yang telah ada di atas tanda-
tanda yang lain. Proses semiosis ini pun secara tidak langsung dapat ditelusuri pada setiap
metafora secara visual. Objek penelitian ini sesuai dengan menggunakan metafora visual,
yaitu mengacu pada sebuah simbol yang digunakan dalam lirik tembang dolanan yang
sekaligus bersifat ikonis. Lirik tembang dolanan yang berjudul Cublek – Cublek Suweng
mengandung arti tempat anting, yang mana memiliki arti tempat anting dan bermakna
ketika mencari harta harus dengan hati yang bersih atau tidak didasari oleh hawa nafsu.
Pada lirik Padhang Bulan mengandung arti bahwa agama Islam adalah sebuah penerangan
dari jalan yang gelap,sedangkan dalam lirik tembang Gambang Suling menyimbolkan
kekaguman pada alat musik suling yang memiliki nada indah, dan membentuk
harmonisasi dengan instrumen gamelan lainnya. Maknanya di sini adalah dalam
kehidupan harus dijalani dengan seimbang agar dapat menikmati alunan kisah – kisah
dalam hidup.
Penelitian ini bertujuan untuk mengurai hegemoni ideologi yang terdapat dalam lirik
tembang dolanan Sunan Giri serta indikasi praktik struktur kepemimpian moral yang
dituangkan oleh Sunan Giri ketika berdakwah. Permasalahan dalam makna tersirat lirik
tembang dolanan sejalan dengan penguraian teori hegemoni yang mengungkap hegemoni
ideologi dan struktur kepemimpinan moral dalam lirik tembang dolanan serta makna
simbolik yang sejalan dengan teori metafora. Penelitan sejenis yang juga membahas
dengan hegemoni ideologi, yakni Fajrul Falah yang membahas mengenai hegemoni
ideologi dalam novel Ayat – Ayat Cinta Karya Habiburrahman el Shirazy yang juga
5
Dian Karina Rachmawati, “Kearifan Lokal Dalam Leksikon Ritual-Kesenian Ogoh-Ogoh Di Pura Kerthabumi
Dusun Bongso Wetan Desa Pengalangan Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik-Jawa Timur,” PAROLE:
Journal of Linguistics and Education 5, no. 2 (2017): 144, https://doi.org/10.14710/parole.v5i2.12055.
menggunakan kajian Hegemoni Gramsci. Dalam penelitian 6
tersebut tokoh utama dalam
novel menjadi objek penelitian yang dikontruksikan oleh penulis sebagai tokoh yang
banyak menyandang atribut positif. Perbedaanya, dalam penelitian Fajrul Falah hanya
menggunakan teori Hegemoni oleh Gramsci, sedangkan dalam penelitian ini selain
menggunakan teori Gramsci juga menggunakan teori metafora oleh Charles S. Pierce. Hal
ini dikarenakan dalam penelitian ini juga membahas mengenai makna simbolik yang
terkandung lirik tembang dolanan kreasi Sunan Giri.
Metode
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kualitatif menurut Faruk dalam 7,
yakni mengidentifikasi dan mendeskripsikan konsep hegemoni dalam lirik tembang dolanan
Sunan Giri. Fokus penelitian ini mengacu pada kajian teori hegemoni Gramsci sebagai
indikator penelitian yang mencakup hegemoni ideologi dalam lirik tembang dolanan serta
struktur kepemimpinan tokoh Sunan Giri. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data tulis berupa lirik tembang dolanan, data lisan berupa sejarah Sunan Giri dari
narasumber yang dikaji dengan mengguakan teori metafora dalam 8. Objek material dalam
penelitian ini adalah lirik tembang dolanan dan objek formalnya adalah hegemoni ideologi.
Selanjutnya dilakukan proses interpretasi data terhadap hasil pemaknaan dan wawancara
mendalam kepada penduduk setempat di wilayah makam Sunan Giri yang disajikan secara
narasi. Hasil wawancara didapatkan bahwa.....Hasil dari analisis kemudian disajikan dalam
bentuk narasi deskriptif kualitatif mengenai hegemoni dalam bentuk ideologi yang terdapat
dalam lirik tembang dolanan Sunan Giri.
Tinjauan pustaka tidak lebih dari 1000 kata dengan mengemukakan state of the art dan peta
jalan (road map) dalam bidang yang diteliti. Bagan dan road map dibuat dalam bentuk
JPG/PNG yang kemudian disisipkan dalam isian ini. Sumber pustaka/referensi primer yang
6
Rofifah, “済無 No Title No Title No Title.”
7
Rofifah.
8
Rachmawati, “Kearifan Lokal Dalam Leksikon Ritual-Kesenian Ogoh-Ogoh Di Pura Kerthabumi Dusun
Bongso Wetan Desa Pengalangan Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik-Jawa Timur.”
relevan dan dengan mengutamakan hasil penelitian pada jurnal ilmiah dan/atau paten yang
terkini. Disarankan penggunaan sumber pustaka 10 tahun terakhir.
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Yang Relevan
METODE
Objek Penelitian
Data penelitian ini merupakan data primer yang bersumber dari responden.
Jumlahnya 200 orang. Mereka dipilih secara cluster sampling (area sampling) dan snowball
sampling (Sugiyono, 2008:121-122), yakni berdasarkan daerah responden berada, gender
dan kelompok umur, yaitu 11–20 tahun, 21–30 tahun, 31–40 tahun, dan >41 tahun. Wilayah
penelitian di empat kelurahan di Kecamatan Kenjeran dan masing-masing diambil 100
responden.
Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan
pengutipan.
Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang dicantumkan dalam Daftar
Pustaka.
Status Luaran
Luaran
Draf Submitted/Review Accepted/Published
Jurnal Nasional Tuliskan kuantitas Tuliskan kuantitas Tuliskan kuantitas
Jurnal Internasional Tuliskan kuantitas Tuliskan kuantitas Tuliskan kuantitas
Hak Cipta Tuliskan kuantitas Tuliskan kuantitas Tuliskan kuantitas
Level TKT
Prototipe
Tuliskan TKT yang telah dicapai
TAHUN 2022
No Indikator Kinerja Kegiatan Target Keterangan
1. Hasil yang dicapai 100%
2. Proses yang dikerjakan 100%
3. Dst 100%
TAHUN 2023
No Indikator Kinerja Kegiatan Target Keterangan
4. Hasil yang dicapai 100%
5. Proses yang dikerjakan 100%
6. Dst 100%
TAHUN 2024
No Indikator Kinerja Kegiatan Target Keterangan
7. Hasil yang dicapai 100%
8. Proses yang dikerjakan 100%
9. Dst 100%
Jadwal Kegiatan
Deskripsi Waktu
No. Aktivitas Keterangan
Kegiatan Pelaksanaan
1. Pengambilan Data Peneliti akan bekerja Agustus 2022 Wawancara
Tembang Dolanan di sama dengan dengan
wisata religi wilayah beberapa narasumber narasumber di
Surabaya Pantura Jawa di beberapa titik beberapa wisata
Timur penelitian wisata religi
religi
7. Diseminasi hasil
penelitian dalam bentuk
digital di wilayah di
titik A (Lamongan)
8. Diseminasi hasil
penelitian dalam bentuk
digital di wilayah di
titik B (Gresik)
9. Diseminasi hasil
penelitian dalam bentuk
digital di wilayah di
titik A (Tuban)
Danandjaja, James. 2002. Folklore Indonesia: Ilmu Gosip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Falah, Fajrul. 2018. Hegemoni Ideologi dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman el Shirazy (Kajian Hegemoni
Gramsci). Jurnal NUSA: Vol. 13 No. 3
Harjito. Hegemoni Gramsci Dalam Sastra Indonesia: Student Hijo , Nasionalisme, Dan Wacana Kolonial, 2014.
Ilmiah, Jurnal, Universitas Gresik, and Cahaya Kampus. “Its Identity and Meaning: Part (1) Tembang Dolanan of Gresik, East Java
From Local to International Behavior Mas Darul Ihsan” 11, no. 1 (2012): 1–13.
Rachmawati, Dian Karina. “Kearifan Lokal Dalam Leksikon Ritual-Kesenian Ogoh-Ogoh Di Pura Kerthabumi Dusun Bongso Wetan
Desa Pengalangan Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik-Jawa Timur.” PAROLE: Journal of Linguistics and Education 5, no.
2 (2017): 144. https://doi.org/10.14710/parole.v5i2.12055.
Rofifah, Dianah. “済無 No Title No Title No Title.” Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents 13, no. 3 (2020): 12–
26.
Saptono. “Adalah Perangkat Kerja Yang Mampu Melakukan Tindak Kekerasan Yang Bersifat Memaksa Atau Dengan Kata Lain
Kekuasaan Membutuhkan Perangkat Kerja Yang Bernuansa.” Teori Hegemoni Sebuah Teori Kebudayaan Kontemporer, 1999,
1997–99.
Studies, Economic. “Politics , Ideology and Hegemony in Gramsci ’ s Theory Author ( s ): Joseph A . Woolcock Source : Social and
Economic Studies , Vol . 34 , No . 3 ( SEPTEMBER 1985 ), Pp . 199-210 Published by : Sir Arthur Lewis Institute of Social and
Economic Studies , U” 34, no. 3 (2016): 199–210.
Yoyok Rahayu, Basuki. (TAHUN). Sunan Giri (Raden Paku) (KOTA): Azar Publisher.
Hirawan Amelia. 2015. Manfaat Melatih Anak Menulis Cerita. https://www.parenting.co.id/usia-sekolah/kegiatan-menulis-sesuai-
untuk-anak (diakses pada 7 Februari 2022)
KumparanNews. 2020. Survei KPAI: 79% Anak Pakai Gadget Selain untuk Belajar Selama Pandemi Corona. Survei KPAI: 79%
Anak Pakai Gadget Selain untuk Belajar Selama Pandemi Corona | kumparan.com (diakses pada 8 Februari 2022)