Hukum Perdata Internasional 25

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 20

Nama : Lingga Retno Amanda

Nim :042860652

1.Berdasarkan contoh kasus di atas, menurut analisis Anda adakah proses renvoi pada
kasus ini? tentukan pula hukum yang berlaku bagi peristiwa HPI yang terkait dengan
pewarisan ini.

doktrin penunjukan kembali


merupakan suatu
doktrin yang dapat digunakan
untuk menghindarkan
pemberlakuan kaidah atau sistem
hukum yang seharusnya berlaku
(lex causae) yang sudah
ditetapkan berdasarkan
prosedur hukum perdata
internasional secara normal dan
mengubah acuan kepada
suatu kaidah atau sistem hukum
yang lain, seperti contoh kaidah-
kaidah hukum
intern lex fori atau sistem hukum
lain selain lex causae .
Oleh karena itu, renvoi digunakan
sebagai alat bagi para hakim
untuk merekayasa
penentuan lex causae ke arah
sistem hukum yang dianggap
akan memberikan putusan
yang dianggapnya terbaik.
Sehingga sudah pasti dalam
proses renvoi, ada kaidah
hukum perdata internasional yang
dikesampingkan.
Dalam HPI Indonesia sendiri
telah terjadi pertentangan istilah
(Contraditio in Termins),
dengan kata lain seolah-olah
terdapat hukum perdata yang
berlaku di semua
negara padahal hukum perdata
tersebut (HPI) berlaku di
Indonesia.
Jawab:Renvoi atau yang di kenal dengan juga sebagai doktrin penunjukan kembali
merupakan suatu doktrin yang dapat di gunakan untuk menghindarkan pemberlakuan
kaidah atau sistem hukum yang seharusnya berlaku [lex causae] yang sudah di tetapkan
berdasarkan prosedur hukum perdata internasional secara normal dan mengubah acuan
kepada suatu kaidah atau sistem hukum yang lain,oleh karena itu renvoi di gunakan sebagai
alat bagi para hakim untuk rekayasa penentuan lex causae ke arah sistem hukum yang di
anggap akan memberikan putusan yang di anggapnya terbaik.Sehingga sudah pasti dalam
proses renvoi,ada kaidah hukum perdata internasional yang di kesampingkan.Dalam HPI
Indonesia sendiri telah terjadi pertentangan istilah (Contradition in Termins)dengan kata lain
seolah olah terdapat hukum perdata tersebut(HPI) berlaku di indonesia.
2. Jika Anda berposisi sebagai Hakim Pengadilan Virginia, apakah perkawinan keduanya
sah secara hukum, jelaskan alasannya?
Jawab:Menurut saya tidak sah karena Berdasarkan Pasal 1 Undan – Undang No.1 Tahun
1974 tentang perkawinan (‘’UU Perkawinan dikatakan dikatakan juga bahwa perkawinan
adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaannya.Ini berarti selain negara hanya mengenai perkawinan antara wanita dan
pria,negara juga mengembalikan lagi hal tersebut kepada agama masing-masing .Jadi.dapat
kiranya di simpulkan bahwa berdasrkan peraturan perundang-undangan di indonesia
perkawinan sesama jenis tidak dapat dilakukan karena menurut hukum,perkawinan adalah
antara seorang pria dan seorang wanita.Pada sisi lain,hukum agama islam secara tegas
melarang perkawinan secara jenis.
3. Teori kualifikasi apakah yang digunakan pada masing-masing kasus di atas? Dan
bagaimanakah penyelesaian kasus ini
Jawab:
Tahap pertama : Berdasarkan hukum swiss hakim terlebih dahulu menentukan kategori
hukum dari sekumpulan fakta yang dihadapinya.Seandainya Hukum swiss menganggap
peristiwa tersebut sebagai pewarisan,maka langkah selanjutnya adalah menetapkan
kaedah HPI apa dari hukum swis yang harus di gunakan untuk menetapkan lex
cause.Kaedah HPI swis menetapkan bahwa pewarisan harus di atur oleh hukum dari tempat
tinggal terakir pewaris tanpa membedakan benda bergerak dan tidak bergerak.Dengan
demikian berati HPI swis menunjukan hukum inggris.
Tahap kedua:Berdasarkan hukum inggris hakim kemudian menetapkan bagian bagian dari
harta peningkatan yang dikategorikan sebagai benda bergerak atau tidak bergerak.Setelah
itu berdasarkan kaedah hukum inggris hakim menetapkan hukum apa yang harus di
gunakan untuk mengatur pewaris tersebut.Pada tahap ini hakim akan dapat menjumpai
untuk untuk benda bergerak pewarisan akan di lakukan berdasarkan hukum dari tempat
pewaris berdomisili pada saat meninggal (hukum inggris).Untuk benda-benda tetap kaedah
HPI inggris tetap menetapkan yang berlaku adalah hukum dari tempat dimana benda itu
berada.seandainya sipewaris meninggalkan sebidang tanah di perancis maka tidak mustahil
akan di pergunakan hukum perancis untuk mengatur pewarisan tersebut.

Jawab:

doktrin yang dapat digunakan


untuk menghindarkan
pemberlakuan kaidah atau sistem
hukum yang seharusnya berlaku
(lex causae) yang sudah
ditetapkan berdasarkan
prosedur hukum perdata
internasional secara normal dan
mengubah acuan kepada
suatu kaidah atau sistem hukum
yang lain, seperti contoh kaidah-
kaidah hukum
intern lex fori atau sistem hukum
lain selain lex causae .
Oleh karena itu, renvoi digunakan
sebagai alat bagi para hakim
untuk merekayasa
penentuan lex causae ke arah
sistem hukum yang dianggap
akan memberikan putusan
yang dianggapnya terbaik.
Sehingga sudah pasti dalam
proses renvoi, ada kaidah
hukum perdata internasional yang
dikesampingkan.
Dalam HPI Indonesia sendiri
telah terjadi pertentangan istilah
(Contraditio in Termins),
dengan kata lain seolah-olah
terdapat hukum perdata yang
berlaku di semua
negara padahal hukum perdata
tersebut (HPI) berlaku di
Indonesia.
doktrin penunjukan kembali
merupakan suatu
doktrin yang dapat digunakan
untuk menghindarkan
pemberlakuan kaidah atau sistem
hukum yang seharusnya berlaku
(lex causae) yang sudah
ditetapkan berdasarkan
prosedur hukum perdata
internasional secara normal dan
mengubah acuan kepada
suatu kaidah atau sistem hukum
yang lain, seperti contoh kaidah-
kaidah hukum
intern lex fori atau sistem hukum
lain selain lex causae .
Oleh karena itu, renvoi digunakan
sebagai alat bagi para hakim
untuk merekayasa
penentuan lex causae ke arah
sistem hukum yang dianggap
akan memberikan putusan
yang dianggapnya terbaik.
Sehingga sudah pasti dalam
proses renvoi, ada kaidah
hukum perdata internasional yang
dikesampingkan.
Dalam HPI Indonesia sendiri
telah terjadi pertentangan istilah
(Contraditio in Termins),
dengan kata lain seolah-olah
terdapat hukum perdata yang
berlaku di semua
negara padahal hukum perdata
tersebut (HPI) berlaku di
Indonesia.
doktrin penunjukan kembali
merupakan suatu
doktrin yang dapat digunakan
untuk menghindarkan
pemberlakuan kaidah atau sistem
hukum yang seharusnya berlaku
(lex causae) yang sudah
ditetapkan berdasarkan
prosedur hukum perdata
internasional secara normal dan
mengubah acuan kepada
suatu kaidah atau sistem hukum
yang lain, seperti contoh kaidah-
kaidah hukum
intern lex fori atau sistem hukum
lain selain lex causae .
Oleh karena itu, renvoi digunakan
sebagai alat bagi para hakim
untuk merekayasa
penentuan lex causae ke arah
sistem hukum yang dianggap
akan memberikan putusan
yang dianggapnya terbaik.
Sehingga sudah pasti dalam
proses renvoi, ada kaidah
hukum perdata internasional yang
dikesampingkan.
Dalam HPI Indonesia sendiri
telah terjadi pertentangan istilah
(Contraditio in Termins),
dengan kata lain seolah-olah
terdapat hukum perdata yang
berlaku di semua
negara padahal hukum perdata
tersebut (HPI) berlaku di
Indonesia.
doktrin penunjukan kembali
merupakan suatu
doktrin yang dapat digunakan
untuk menghindarkan
pemberlakuan kaidah atau sistem
hukum yang seharusnya berlaku
(lex causae) yang sudah
ditetapkan berdasarkan
prosedur hukum perdata
internasional secara normal dan
mengubah acuan kepada
suatu kaidah atau sistem hukum
yang lain, seperti contoh kaidah-
kaidah hukum
intern lex fori atau sistem hukum
lain selain lex causae .
Oleh karena itu, renvoi digunakan
sebagai alat bagi para hakim
untuk merekayasa
penentuan lex causae ke arah
sistem hukum yang dianggap
akan memberikan putusan
yang dianggapnya terbaik.
Sehingga sudah pasti dalam
proses renvoi, ada kaidah
hukum perdata internasional yang
dikesampingkan.
Dalam HPI Indonesia sendiri
telah terjadi pertentangan istilah
(Contraditio in Termins),
dengan kata lain seolah-olah
terdapat hukum perdata yang
berlaku di semua
negara padahal hukum perdata
tersebut (HPI) berlaku di
Indonesia.
doktrin penunjukan kembali
merupakan suatu
doktrin yang dapat digunakan
untuk menghindarkan
pemberlakuan kaidah atau sistem
hukum yang seharusnya berlaku
(lex causae) yang sudah
ditetapkan berdasarkan
prosedur hukum perdata
internasional secara normal dan
mengubah acuan kepada
suatu kaidah atau sistem hukum
yang lain, seperti contoh kaidah-
kaidah hukum
intern lex fori atau sistem hukum
lain selain lex causae .
Oleh karena itu, renvoi digunakan
sebagai alat bagi para hakim
untuk merekayasa
penentuan lex causae ke arah
sistem hukum yang dianggap
akan memberikan putusan
yang dianggapnya terbaik.
Sehingga sudah pasti dalam
proses renvoi, ada kaidah
hukum perdata internasional yang
dikesampingkan.
Dalam HPI Indonesia sendiri
telah terjadi pertentangan istilah
(Contraditio in Termins),
dengan kata lain seolah-olah
terdapat hukum perdata yang
berlaku di semua
negara padahal hukum perdata
tersebut (HPI) berlaku di
Indonesia.
doktrin penunjukan kembali
merupakan suatu
doktrin yang dapat digunakan
untuk menghindarkan
pemberlakuan kaidah atau sistem
hukum yang seharusnya berlaku
(lex causae) yang sudah
ditetapkan berdasarkan
prosedur hukum perdata
internasional secara normal dan
mengubah acuan kepada
suatu kaidah atau sistem hukum
yang lain, seperti contoh kaidah-
kaidah hukum
intern lex fori atau sistem hukum
lain selain lex causae .
Oleh karena itu, renvoi digunakan
sebagai alat bagi para hakim
untuk merekayasa
penentuan lex causae ke arah
sistem hukum yang dianggap
akan memberikan putusan
yang dianggapnya terbaik.
Sehingga sudah pasti dalam
proses renvoi, ada kaidah
hukum perdata internasional yang
dikesampingkan.
Dalam HPI Indonesia sendiri
telah terjadi pertentangan istilah
(Contraditio in Termins),
dengan kata lain seolah-olah
terdapat hukum perdata yang
berlaku di semua
negara padahal hukum perdata
tersebut (HPI) berlaku di Ind
mengembalikan lagi hal tersebut
kepada agama masing-masing.
Jadi, dapat kiranya
disimpulkan bahwa berdasarkan
peraturan perundang-undangan di
Indonesia
perkawinan sesama jenis tidak
dapat dilakukan karena menurut
hukum, perkawinan
adalah antara seorang pria dan
seorang wanita. Pada sisi lain,
hukum agama Islam
secara tegas melarang
perkawinan sesama jenis.
3. Kasus tersebut menggunakan
teori kualifikasi bertahap
Tahap Pertama; Berdasarkan
hukum Swiss hakim terlebih
dahulu menentukan kategori
hukum dari sekumpulan fakta
yang dihadapinya. Seandainya
Hukum Swiss
menganggap peristiwa tersebut
sebagai pewarisan, maka langgak
selanjutnya adalah
menetapkan Kaedah HPI apa dari
Hukum Swis yang harus
digunakan untuk
menetapkan lex Causae. Kaedah
HPI swis menetapkan bahwa
pewarisan harus diatur
oleh hukum dari tempat tinggal
terakhir pewaris tanpa
membedakan benda bergerak
dan tidak bergerak. Dengan
demikian berarti HPI Swis
menunjuk hukum Inggris.
Tahap Kedua; Berdasarkan
hukum Inggris hakim kemudian
menetapkan bagianbagian
dari harta peninggalan yang
dikatagorikan sebagai sebagai
benda bergerak atau tidak
bergerak. Setelah itu berdasarkan
kaedah hukum ingris hakim
menetapkan hukum apa
yang harus digunakan untuk
mengatur pewarisan tersebut.
Pada tahap ini hakim akan
dapat menjumpai untuk benda
bergerak pewarisan akan
dilakukan berdasarkan hukum
dari tempat pewaris berdomisili
pada saat meninggal ( hukum
Inggris ).Untuk benda-
benda tetap kaedah HPI inggris
menetapkan yang berlaku adalah
hukum dari tempat
dimana benda itu berada.
Seandainya Sipewaris
meninggalkan sebidang tanah di
Prancis maka tidak mustahil akan
dipergunakan hukum Prancis
untuk menga

You might also like