Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

Nama SNMPTN dan SBMPTN Berubah Jadi SNBP dan SNBT pada 2023

CNN Indonesia
Senin, 26 Sep 2022 16:49 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
resmi mengganti nama seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) mulai 2023. Saat ini, pemerintah
menggunakan nama Seleksi Nasional Masuk PTN (SNMPTN) dan Seleksi Bersama Masuk PTN (SBMPTN).
Berdasarkan Permendikbud Nomor 48 Tahun 2022 tentang Penerimaan Mahasiswa Baru Program Diploma dan
Program Sarjana yang diteken Mendikbud Ristek Nadiem Makarim pada 1 September 2022, terdapat istilah
baru untuk seleksi masuk PTN.

Pada Pasal 4 tertulis, penerimaan mahasiswa baru dilakukan melalui tiga skema, yakni Seleksi Nasional
Berdasarkan Prestasi (SNBP), Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) dan Seleksi Secara Mandiri oleh
PTN.

Lebih jelasnya, SNBP dinilai melalui dua komponen. Pertama, penilaian yang dihitung berdasarkan rata-rata
nilai rapor seluruh mata pelajaran paling sedikit 50 persen dari dari bobot penilaian.

Kedua, penilaian yang dihitung berdasarkan nilai rapor paling banyak dua mata pelajaran pendukung program
studi yang dituju, portofolio, dan atau prestasi paling banyak 50 persen dari bobot penilaian.

Selanjutnya mekanisme SNBT dilakukan dengan menggunakan tes terstandar berbasis komputer atau tes yang
mengukur potensi kognitif, penalaran matematika, literasi dalam bahasa Indonesia, dan literasi dalam bahasa
Inggris.

SNBT dapat diselenggarakan beberapa kali dalam tahun berjalan dan setiap calon mahasiswa dapat
menempuh paling banyak dua kali seleksi nasional berdasarkan tes. Selain itu, dalam SNBT peserta dapat
menambahkan persyaratan portofolio untuk program studi seni dan olahraga.

Terakhir, seleksi mandiri PTN dilakukan berdasarkan seleksi akademis dan dilarang dikaitkan dengan tujuan
komersial. Sebelum pelaksanaan seleksi secara mandiri oleh PTN, maka institusi wajib mengumumkan tata
cara seleksi kepada masyarakat yang paling sedikit memuat sejumlah aturan.

Yakni, jumlah calon mahasiswa yang akan diterima masing masing program studi atau fakultas; metode
penilaian calon Mahasiswa, yang terdiri atas tes secara mandiri, kerja sama tes melalui konsorsium perguruan
tinggi,

Kemudian memanfaatkan nilai dari hasil seleksi nasional berdasarkan tes, atau metode penilaian calon
mahasiswa lainnya yang diperlukan.

Sesudah pelaksanaan seleksi secara mandiri oleh PTN, maka pihak PTN harus mengumumkan kepada
masyarakat terkait sejumlah hal. Di antaranya jumlah peserta seleksi yang lulus seleksi dan sisa kuota yang
belum terisi.

(khr/tsa)
Tes Mata Pelajaran di SBMPTN Akan Dihapus, Diganti Tes Skolastik

Kompas.com – 07/09/2022

KOMPAS.com – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim
akan menghapus tes mata pelajaran pada jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Nadiem menyebut, ke depan tak ada lagi tes spesifik ke setiap mata pelajaran pada seleksi nasional
berdasarkan tes tersebut.

Ia mengatakan, tak ada lagi tes mata pelajaran. Seleksi nasional berdasarkan tes akan diganti dengan tes
skolastik.

“Akan diganti dan disederhanakan hanya ada satu tes skolastik yang mengukur kemampuan bernalar siswa,
yang mengukur kemampuan kognitif logika, penalaran matematika, literasi dalam bahasa Indonesia, literasi
dalam bahasa Inggris,” ujar Nadiem, dalam Merdeka Belajar episode 22: Transformasi Seleksi Masuk Perguruan
Tinggi Negeri, Rabu (7/9/2022).

Nadiem berharap penghapusan mata pelajaran tersebut bisa menjadi kabar gembira pada para siswa yang
nantinya akan mengambil tes SBMPTN.

Lantas, apa alasan penghapusan tes mata pelajaran pada SBMPTN?

Alasan penghapusan tes mata pelajaran di SBMPTN

Nadiem menyebut, alasannya menghapuskan tes mata pelajaran dan menggantinya dengan tes skolastik karena
tes pelajaran yang ada pada tes SBMPTN selama ini dinilai memberikan tekanan pada guru untuk terlalu
mengejar penuntasan materi pembelajaran.

Padahal, hal terpenting adalah bagaimana menekankan pemahaman kepada para siswa.

“(SBMPTN selama ini) menekan guru untuk fokus pada pertanyaan soal-soal UTBK. Dampaknya kualitas
pembelajaran mendalam turun di sekolah,” ujar Nadiem.

Selain itu, adanya sejumlah tes mata pelajaran pada seleksi SBMPTN juga memberikan tekanan tersendiri bagi
para siswa.

Nadiem menilai, siswa dituntut harus mengikuti berbagai bimbingan belajar agar bisa lulus tes SBMPTN.

Keharusan mengikuti bimbingan belajar ini memberikan beban finansial maupun mental bagi murid dan orang
tua.

Selain itu, keharusan ikut bimbingan belajar menjadikannya diskriminatif, terutama bagi mereka yang berasal
dari keluarga kurang mampu.

“Seleksi masuk PTN ini harusnya tak menurunkan kualitas pembelajaran pendidikan menengah dan tidak
diskriminatif bagi mereka yang tak mampu dan tak mampu mem-bibel-kan,” ungkapnya.

Tak ada lagi penghapalan materi


Nadiem menambahkan, penghapusan tes mata pelajaran pada seleksi SBMPTN ke depan akan membuat tak
akan ada lagi tes yang berhubungan dengan penghapalan materi.

Hanya ada tes skolastik yang hanya akan berhubungan dengan kemampuan bernalar, problem solving, dan
potensi kognitif siswa.

Selain itu, tes literasi Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia dalam tes SBMPTN yang baru ini bukanlah teknik
gramatika, tetapi tes kemampuan mengerti logika dari teks.

Dengan demikian, siswa benar-benar memahami literasi secara mendalam.

“Skema seleksi jauh lebih adil, dan memberi kesempatan sukses untuk semua yang ambil seleksi nasional
berdasarkan tes,” ungkapnya.

Nadiem berharap, dengan adanya perubahan ini maka siswa-siswa tak lagi tergantung pada bimbel untuk
persiapan tes.
“Tak perlu lagi khawatir dengan harus hapal begitu banyak konten untuk ikut tes seleksi, orang tua tak terbebani
finansial tambahan dan bagi guru bisa berfokus pada pembelajaran yang bermakna yang berorientasi pada
penalaran yang mendalam bukan hafalan,” katanya.
Siswa SD-SMP Surabaya Dibebaskan dari PR Mulai 10 November

CNN Indonesia
Selasa, 25 Okt 2022 07:14 WIB

Surabaya, CNN Indonesia -- Pelajar SD dan SMP di Surabaya, Jawa Timur, bakal dibebaskan dari pekerjaan
rumah (PR) mulai 10 November 2022 atau bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan.

Pemerintah Kota Surabaya ingin para pelajar punya lebih banyak waktu untuk meningkatkan karakter masing-
masing.

"Sebetulnya PR itu jangan membebani anak-anak, tapi yang saya ubah PR itu adalah untuk kegiatan
pembentukan karakter," kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Jumat (21/10).

Di sekolah, kata Eri, Dinas Pendidikan Surabaya juga bakal menerapkan dua jam pelajaran khusus untuk
pendalaman karakter pelajar. Termasuk juga peningkatan para pelajar untuk bersosialisasi.

Kepala Dinas Pendidikan Surabaya Yusuf Masruh mengatakan jam pelajaran di sekolah bakal dikurangi agar
siswa punya waktu lebih banyak waktu untuk aktivitas sosial.

"Jam belajar selesai pukul 12.00 WIB dan pendalaman sampai pukul 14.00 WIB. Artinya dua jam sudah efektif,
anak-anak bisa mengikuti pola pembelajaran melalui pengembangan bakat masing-masing. Ada lukis, menari,
mengaji, dan lainnya," kata Yusuf.

Mengenai PR, sekolah masih boleh memberikan asalkan tidak terlalu banyak. Bagi siswa di tingkat SD dan
SMP, PR juga bisa dilakukan melalui kelas pengayaan, sehingga bisa diselesaikan di sekolah.

"Agar fresh, pulang anak-anak sudah tidak ada beban mengerjakan PR. Maka, pengayaan pembelajaran antar
teman bisa membantu menyelesaikan PR dan pulang sudah tidak memikirkan PR," ujarnya.

(frd/bmw)
Menko PMK Muhadjir Effendy Sebut Ada 4 Isu Pendidikan, Apa Saja?
Novia Aisyah - detikEdu
Senin, 31 Okt 2022 13:30 WIB

Jakarta - Melalui Forum Rektor Indonesia (29/10/2022), Menteri Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan bahwa sebenarnya isu pendidikan
ada empat. Isu pertama adalah kuantitas atau coverage, yakni jumlah atau besaran pendidikan yang
disediakan.
"Kedua adalah akses karena besaran jumlah belum tentu menjamin semuanya mendapatkan akses," ujar
Menko PMK dalam forum tersebut yang juga disiarkan dalam kanal YouTube Universitas Airlangga (Unair).

Muhadjir menyampaikan, kuantitas dan akses sangat penting, terutama untuk mengejar angka partisipasi.
Terlebih, menurutnya Human Development Index dari Bank Dunia mengukur coverage dan akses, angka
partisipasi, lamanya belajar di sekolah, juga kemelekhurufan.

Mantan Mendikbud 2016-2019 itu menekankan bahwa tanggung jawab pemerintah adalah tidak boleh
membiarkan ketimpangan pendidikan yang ada di Jawa dan di luar Jawa.

"Ketika lihat siswa-siswa yang ada di kota-kota di Jawa sudah pakai sepatu dan pegang gadget, kalo kita
ke wilayah pinggiran yang jauh dari sini masih banyak yang tidak pakai sepatu dan masih keluar ingus
seperti siswa-siswa tahun 60-an. Begitu lebarnya ketimpangan itu," jelas Muhadjir.

Isu Pendidikan Ketiga dan Keempat

Selanjutnya, isu pendidikan yang ketiga adalah kualitas. Menko PMK menerangkan, ketika kualitas
pendidikan sudah terbangun dengan baik, maka jika akan melakukan pemerataan melalui akses,
pemerataannya akan berkualitas pula.

"Kalau kita menyiapkan besaran pendidikan, kuantitasnya juga berkualitas, karena itu kualitas ini juga
harus dilakukan terus menerus," kata dia.

Sementara, isu pendidikan yang terakhir adalah relevansi atau kesesuaian. Menurutnya ada dua jenis
relevansi dunia pendidikan, yaitu untuk memenuhi lapangan kerja dan memenuhi tuntutan kebutuhan
masyarakat atau social demand.

Terkait isu relevansi, Muhadjir mengingatkan para rektor perguruan tinggi untuk mencermati Perpres 68
tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi.

Dia menambahkan, lulusan SLTA per tahun ada sekitar 3.600.000 siswa, tetapi tidak seluruhnya bisa
masuk ke jenjang pendidikan tinggi.

"Yang bisa masuk ke dunia perguruan tinggi hanya 37 persen, mohon dikoreksi," tuturnya.

Kemudian, para mahasiswa yang lulus perguruan tinggi yang akan masuk ke dunia kerja per tahunnya
sekitar 1.300.000 orang.

"Artinya berarti pemerintah menyiapkan lapangan kerja paling tidak per tahun harus tersedia lapangan
kerja baru sekitar 3 juta," ujar mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu.

Muhadjir menegaskan, isu relevansi dalam pendidikan di Indonesia perlu ikut menjadi perhatian para rektor
perguruan tinggi.

"Kalau sampai kita gagal mengantar usia produktif ini masuk ke dunia kerja, maka kita akan gagal
memanen (yang) namanya bonus demografi itu," terangnya.

(nah/nwy)
[SIARAN PERS] Indonesia Bawa Tiga Isu Prioritas G20 pada Keketuaannya di ASEAN 2023

Indonesia.go.id - Kamis, 10 November 2022 | 18:20 WIB

Tiga isu utama yang diusung Indonesia sebagai Presiden dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20
2022 adalah transisi energi berkelanjutan, transformasi digital, dan arsitektur kesehatan global.

SIARAN PERS NO.44/SP/TKMG20/11/2022


TIM KOMUNIKASI DAN MEDIA G20
Indonesia Bawa Tiga Isu Prioritas G20 pada Keketuaannya di ASEAN 2023

Denpasar, (10 November 2022) – Pemerintah Indonesia akan melanjutkan pembahasan tiga
isu utama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 ketika memegang tampuk keketuaan ASEAN
tahun depan. Posisi Indonesia sebagai Chairman (ketua) ASEAN akan efektif per 1 Januari
2023 mendatang.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah mengatakan keberlanjutan


pembahasan isu-isu G20 tersebut demi mendorong percepatan pemulihan global
pascapandemi. Hal itu sejalan dengan tema G20 yakni Recover Together, Recover Stronger.

“Isu prioritas yang Indonesia angkat (untuk G20) akan ditindaklanjuti saat menjadi ketua
ASEAN,” kata Faizasyah, kepada Tim Komunikasi dan Media G20, Kamis (10/11/2022).

Tiga isu utama yang diusung Indonesia sebagai Presiden dalam Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) G20 2022 adalah transisi energi berkelanjutan, transformasi digital, dan arsitektur
kesehatan global.

“Sebagai Ketua G20 tentu akan memanfaatkan capaian G20, termasuk isu prioritas Indonesia
untuk ditindaklanjuti sebagai Ketua ASEAN,” ujar Faizasyah.

Faizasyah menambahkan bahwa pemerintah tak menutup kemungkinan akan ada isu-isu lain
yang akan diangkat saat kepemimpinan Indonesia nanti, tapi ia tidak memerinci lebih lanjut.
“Tentu akan ada isu lain yang ditonjolkan (saat keketuaan ASEAN), tapi belum bisa diprediksi,”
ujarnya.

Indonesia terakhir kali memegang posisi Ketua ASEAN pada 2011. Sepanjang chairmanship
tersebut Indonesia berhasil menggulirkan sejumlah inisiatif. Antara lain Implementasi Cetak
Biru Komunitas Politik-Keamanan ASEAN dan mendorong terbentuknya ASEAN Institute for
Peace and Reconciliation (AIPR) dalam bidang manajemen resolusi konflik.
Dalam bidang maritim, ASEAN juga berhasil menyepakati penguatan kerja sama melalui
ASEAN Maritime Forum (AMF) guna penanganan kejahatan lintas negara secara
komprehensif. Termasuk juga kesepakatan tentang kawasan bebas senjata nuklir di kawasan
ASEAN.

Perihal bakal menindaklanjuti isu G20 saat menjadi Ketua ASEAN juga sempat disampaikan
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada awal Agustus lalu, dengan pertimbangan
bahwa isu-isu tersebut relevan dengan kondisi saat ini.

“Itu adalah tema-tema yang sangat relevan dengan tantangan ekonomi saat ini dan suasana
geopolitik serta perubahan tren global yang sedang terjadi,” kata Sri Mulyani, dikutip dari
situs Kementerian Keuangan.

Serah terima tampuk keketuaan ASEAN direncanakan berlangsung pada KTT ASEAN 10-13
November 2022 di Kamboja. Perdana Menteri Kamboja akan menyerahkan posisi ketua
ASEAN itu kepada Presiden Joko Widodo, dan keketuaan Indonesia itu akan efektif mulai 1
Januari 2023 mendatang.

Merujuk laman Sekretariat Kabinet, selama kepemimpinan Indonesia di ASEAN pada 2023,
diperkirakan lebih dari 300 pertemuan akan terselenggara di Indonesia, baik terkait ekonomi,
sosial budaya, maupun politik dan keamanan. Indonesia juga akan memperkuat peran
Jakarta sebagai diplomatic capital of Indo-Pasific melalui keberadaan Sekretariat ASEAN.

Pertemuan diprioritaskan untuk dilakukan secara tatap muka, namun dapat berubah
tergantung perkembangan situasi Covid-19. Tak hanya itu, dalam rangka meningkatkan
pariwisata dalam negeri, ada kemungkinan sejumlah pertemuan akan digelar di luar ibu kota
seperti di Bali, Labuan Bajo, Lombok, Surakarta, atau Yogyakarta

Tentang #G20Updates:

Berbagai produk komunikasi disiapkan oleh Tim Komunikasi dan Media G20. Bertujuan untuk
menyediakan informasi yang komprehensif mengenai persiapan dan isu-isu yang berkaitan
dengan KTT G20 yang diadakan di Bali, Indonesia pada 15-16 November 2022.
Merdeka Belajar Jadi Praktik Baik Indonesia dalam EdWG G20

Indonesia.go.id

Dalam forum EdWG G20, delegasi Indonesia menyampaikan pentingnya mempersiapkan lulusan yang
adaptif dan siap terjun ke dunia kerja.

Indonesia terus memperkuat ajakan kepada negara-negara G20, negara undangan khusus,
organisasi internasional, serta kelompok kerja dan kelompok pelibatan G20 terkait untuk bergotong
royong menciptakan pendidikan yang berkualitas.

Komitmen tersebut dibangun melalui serangkaian agenda dalam pertemuan pertama Kelompok
Kerja Pendidikan atau Education Working Group (EdWG) G20 2022 yang diampu Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Perhelatan itu digelar di
Yogyakarta, pada 16-18 Maret 2022.

Negara-negara anggota G20 juga menyepakati komitmen untuk mendukung empat agenda prioritas
bidang pendidikan yang diharapkan dapat menjadi solusi bersama untuk bangkit dari situasi
pandemi Covid-19. Keempat agenda tersebut adalah pendidikan berkualitas untuk semua, teknologi
digital dalam pendidikan, solidaritas dan kemitraan, serta masa depan dunia kerja pascacovid-19.

Pada kesempatan tersebut, Indonesia yang menyampaikan tantangan selama pandemi dan berbagi
praktik baik terobosan Merdeka Belajar untuk memulihkan dunia pendidikan, pada pertemuan
pertama EdWG G20, para delegasi G20 juga berbagi inisiatif, strategi, sekaligus tantangan yang
dihadapi dalam mengakselerasi kualitas pendidikan.

“Indonesia berbagi praktik baik terobosan Merdeka Belajar untuk pemulihan pendidikan, di mana
sejumlah negara juga telah melakukan

praktik-praktik yang selaras dengan apa yang dilakukan Kemendikbudristek melalui Merdeka
Belajar,” ujar Ketua EdWG G20 2022 Iwan Syahril saat Konferensi Pers 1st G20 EdWG Meeting,
Jumat

(18/3/2022).

Iwan yang juga menjabat sebagai Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,
Kemendikbudristek, mengangkat dua konsep Merdeka Belajar di Perguruan Tinggi. Hal itu sebagai
contoh nyata komitmen Indonesia dalam mengadopsi semangat solidaritas dan kemitraan di bidang
pendidikan.

Di samping itu, Iwan Syahril menyampaikan bahwa semangat solidaritas dan kemitraan, dalam hal
ini gotong royong, menjadi salah satu hal yang utama dalam mendukung bangkitnya dunia
pendidikan dari setiap tantangan. Semangat kolaborasi ini menjadi salah satu agenda prioritas yang
diangkat Kemendikbudristek pada pertemuan Kelompok Kerja Pendidikan G20, yakni Solidaritas
dan Kemitraan.

Nuansa semangat dari kemitraan itu juga diakui oleh delegasi EdWG G20. Andres Contreras
Serrano selaku Ketua Delegasi Spanyol mengatakan, di bawah semangat gotong royong, solidaritas
secara global bukan hanya menjadi kepentingan moral, tetapi juga untuk kepentingan semua orang
untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Hal senada juga diungkapkan Delegasi Jerman Rebecca Stock. “Terima  kasih Indonesia telah
memilih agenda prioritas Solidaritas dan Kemitraan. (Agenda prioritas) ini adalah pilihan yang tepat,”
ujarnya.

Dalam pertemuan G20 EdWG tersebut, Iwan Syahril juga menuturkan, Indonesia telah belajar dari
pengalaman dalam upaya pemulihan pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Indonesia pun
optimistis dalam mendorong kolaborasi lintas sektoral, antara publik dan swasta, serta kemitraan
antara sektor pendidikan dan industri sehingga hal tersebut menjadi fokus Pemerintah Indonesia.

Dalam forum EdWG G20 itu, delegasi Indonesia menyampaikan pentingnya mempersiapkan lulusan
yang adaptif dan siap terjun ke dunia kerja.

Saat ini Pemerintah Indonesia mengedepankan kemitraan antara universitas dan industri.
Selanjutnya, sekolah menengah kejuruan (SMK) juga turut didorong untuk mengadopsi skema
kemitraan taut-suai atau link and match, sehingga dapat mengembangkan kurikulum yang relevan
bagi kemajuan keterampilan siswa, sekaligus meningkatkan infrastruktur sekolah.

Iwan Syahril menuturkan, sebagai bentuk adaptasi dan antisipasi perubahan kebutuhan dunia kerja,
pelaku pendidikan harus mendapatkan lebih banyak otonomi untuk berkreasi dan berinovasi.

“Khusus untuk pendidikan tinggi dan vokasi, tuntutan bertransformasi jauh lebih tinggi. Sejak
mahasiswa lulus dari pendidikan, mereka akan langsung terlibat dalam dunia kerja,” ujar Iwan di hari
kedua pertemuan pertama G20 EdWG di Yogyakarta, Kamis (17/3/2022).

Transformasi di bidang pendidikan, lanjutnya, juga menjadi fokus terobosan Merdeka Belajar
Episode Kesebelas Kampus Merdeka Vokasi, yakni untuk mewujudkan ekosistem pendidikan yang
semakin relevan dengan dunia kerja. Hal serupa juga diharapkan pada lulusan sekolah kejuruan
seperti SMK, agar siap beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang cepat dan perubahan
substansial dalam dunia angkatan kerja. Dalam kesempatan tersebut, Iwan juga berbagi praktik baik
Merdeka Belajar Episode Kedelapan, yakni SMK Pusat Keunggulan.

Dalam sesi agenda prioritas keempat pertemuan perdana G20 EdWG, pentingnya sinergi antara
dunia pendidikan dan dunia kerja menjadi perhatian para delegasi. Neeta Prasad, Troika Co-Chair
dari India menyampaikan apresiasinya kepada Indonesia yang telah memilih topik yang sangat
penting tersebut.

“Diskusi ini akan memungkinkan kita untuk memahami keterampilan baru dan peran pekerjaan yang
diperlukan di masa depan, di mana pemerintah dan kalangan industri dapat membantu
mengakselerasi perbaikan tersebut,” katanya.

Adapun Pertemuan G20 EdWG yang kedua, ketiga, dan keempat akan terus dilanjutkan sebelum
pertemuan tingkat menteri pendidikan pada Juli 2022 di Bali, Indonesia.

Penulis: Kristantyo Wisnubroto


Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari
JK: Pendidikan Pesantren Menentukan Masa Depan Indonesia

Republika.co.id - Senin 07 Nov 2022 13:00 WIB

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-- Wakil Presiden ke 10 dan 12 Jusuf Kalla (JK) mengatakan


pondok pesantren berperan sangat penting dalam menentukan masa depan bangsa
Indonesia. JK menyampaikan hal tersebut saat menghadiri Pembukaan Konferensi
Internasional Pengasuh Pondok Pesantren se-Asia Tenggara di Pondok Pesantren
Darunnajah Jakarta, Senin (7/11).

"Pondok pesantren memiliki pengaruh besar bagi kemajuan bangsa Indonesia. Sehingga
jika pendidikan Islam berbasis asrama dikelola dengan baik, maka akan meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia," kata JK dikutip dari keterangannya, Senin.

Karena itu, Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) itu mengajak untuk bersatu
meningkatkan kemampuan entrepreneurship di kalangan umat Islam. Dengan menguasai
enterpreneurship, maka akan mampu mengejar ketimpangan penguasaan ekonomi secara
nasional maupun internasional.

Khususnya, kata JK, untuk kalangan pesantren agar aktif menciptakan wirausaha serta
pengusaha-pengusaha baru demi menentukan masa depan Bangsa Indonesia."Dengan
menguasai ekonomi maka akan membuat umat Islam akan semakin kuat," katanya.

Secara khusus, Ketua Umum PMI ini juga menyampaikan rasa syukur dan bangga karena
Darunnajah mampu mengembangkan pesantren dengan baik. Menurut JK, Darunnajah telah
mendidik dan membina generasi muda bangsa Indonesia serta berkomitmen meningkatkan
jenjang dan kwalitas pendidikan.

"Semoga perkembangan Darunnajah dari awal hingga kini menjadi amal jariyah bagi pendiri,
pengasuh dan pengajarnya," ujar JK.

Sementara itu, pimpinan pondok pesantren Darunnajah Dr. KH. Sofwan Manaf
menyampaikan, berdirinya Universitas Darunnajah berkat dorongan penuh dari Wakil
Presiden saat itu Jusuf Kalla. "Alhamdulillah setelah 6 tahun menyelesaikan sarana dan
prasarana, persyaratan administrasi, hari ini Universitas Darunnajah dapat dilaunching," kata
KH. Sofwan Manaf.

Pada kesempatan sama, Presiden Pengasuh Pondok Pesantren Indonesia KH. Tata Taufiq,
memberikan gelar Kiai kepada Jusuf Kalla. "JK pantas diberikan gelar Kiai, karena selama ini
kontribusi terhadap pesantren dan masjid yang begitu besar," katanya
Upaya Majelis Masyayikh Mendorong Pesantren Menjadi Ekosistem Pendidikan Nasional

Republika.co.id - Sabtu 22 Oct 2022 21:56 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Berlakunya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren telah mendorong peran


pesantren lebih besar sebagai bagian dari pembangunan ekosistem pendidikan nasional. Karena itu peran otonom
pesantren harus didukung dengan akuntabilitas yang harus dibangun sejak awal. Termasuk hadirnya negara dan dukungan
dari berbagai stakeholder terkait seperti kemenag, kemendikbud, BAN, BNSP, Bappenas untuk berkolaborasi.

Pandangan itu disampaikan KH Abdul Ghaffar Rozin Ketua Majelis Masyayikh (MM), di sela peringatan hari
Santri, Sabtu (22/10/2022). Menurutnya, saat ini di pesantren banyak sekali santri yang sudah mengikuti
pendidikan lanjut ala pesantren, secara substantif dia sudah setara s2. Namun, mereka kesulitan untuk
mengajar karena masalah regulasi. "Kita akan menata semua sehingga mereka yang memiliki ilmu meski tidak
memiliki ijasah formal tetap bisa mengajar," katanya. 

Pihaknya juga akan membuat standar minimal seorang pendidik agar dapat mengajar di pesantren. Ke depan
semua lulusan pesantren akan setara dan diakui Diknas. "Kuncinya ada di SDM, kalau mereka yang
sudah  qualified, harus ada penghargaan yang layak secara finansial yang harus mereka terima," kata ulama
yang akrab disapa Gus Rozin ini. 

Menurutnya, pendidikan pesantren memiliki akar sangat kuat dalam tradisi dan budaya masyarakat Islam
Indonesia jauh sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) lahir. Meskipun demikian, peran,
pengembangan dan kelembagaan pesantren terus berdampingan sejak zaman perjuangan kemerdekaan
Republik Indonesia hingga era modern saat ini.

Pondok Pesantren bukan sekedar Lembaga Pendidikan, karena pondok pesantren juga memiliki fungsi dakwah
dan pemberdayaan masyarakat. Peran pesantren baik secara institusi serta individunya (para pengasuh/kiyai
dan alumninya) tak dapat dipungkiri mempengaruhi sendi-sendi sosial, politik, ekonomi, budaya dan hal
utamanya yakni pendidikan. Lahirnya undang-undang Pesantren haruslah berfungsi menjaga tradisi keilmuan
pesantren yang khas dan unik. Kehadiran Majelis Masyayikh sebagai instrumen penting guna mewujudkan
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Pesantren.

Saat ini, berdasarkan data Kementerian Agama RI, jumlah pondok pesantren lebih dari 36 ribu, dengan santri
lebih dari 4 juta. Masing-masing pesantren mempunyai sistem dan satu sama lain mempunyai kekhasan yang
berbeda-beda. Maka, penjaminan mutu yang dimaksud tidak melakukan penyeragaman terhadap keseluruhan
pesantren. Salah satu karakteristik penting Pendidikan pesantren adalah kemandiriannya, mulai dari tata Kelola,
kurikulum, sistem.

Pesantren menyelenggarakan Pendidikan formal (Pendidikan Diniyah Formal (PDF), Ula, Wustho, Ulya,
Pendidikan Muadalah Ula, Wustho, Ulya dan Ma'had Aly) dan/atau Pendidikan non-formal yakni pengkajian
kitab kuning. Empat satuan Pendidikan tersebut yang menjadi kewenangan Majelis Masyayikh.

Dibentuknya Majelis Masyayikh ditujukan untuk merumuskan dan menetapkan sistem penjaminan mutu
Pendidikan Pesantren. Sistem penjaminan mutu ini berfungsi untuk 1) melindungi kemandirian dan kekhasan
Pesantren; 2) Melindungi kemandirian dan kekhasan Pesantren; 3) Memajukan penyelenggaraan pendidikan
pesantren. Tujuannya adalah: 1) Memajukan penyelenggaraan pendidikan pesantren, 2) Memajukan
penyelenggaraan pendidikan pesantren. 3) Memajukan penyelenggaraan pendidikan pesantren.

Dengan merujuk pada tujuan dan fungsi tersebut, Majelis Masyayikh memiliki enam tugas yang ditetapkan oleh
UU. 1) Menetapkan kerangka dasar dan struktur kurikulum Pesantren. 2) Memberi pendapat kepada Dewan
Masyayikh dalam menentukan kurikulum Pesantren. 3) Memberi pendapat kepada Dewan Masyayikh dalam
menentukan kurikulum Pesantren. 4) Merumuskan kompetensi dan profesionalitas pendidik dan tenaga
kependidikan. 5) Melakukan penilaian dan evaluasi serta pemenuhan mutu. 6) Melakukan penilaian dan
evaluasi serta pemenuhan mutu.

Saat ini, Majelis Masyayikh sedang menyusun rencana induk yang bersifat jangka panjang, jangka menengah,
dan jangka pendek yang diterjemahkan dari tupoksi Majelis Masyayikh. Untuk mengakselerasi pelaksanaan UU
Pesantren di setiap pesantren, Majelis Masyayikh juga sedang dan akan melakukan sosialisasi UU pesantren di
14 provinsi: Sulawesi Selatan, Aceh, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Banten, Riau, Jawa Barat, Jawa Timur,
Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Yogyakarta, Sumatera Utara

You might also like