Tugas 3 Hkum4409

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 3

TUGAS 3 HKUM4409

NAMA : TEUKU MIFTAH ARIFA


NIM : 041522313

Menurut BANI Arbitraton Center, di Indonesia minat untuk menyelesaikan sengketa


melalui Arbitrase mulai meningkat sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 30
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (UU Arbitrase).
Perkembangan ini sejalan dengan arah globalisasi, di mana penyelesaian sengketa
melalui Arbitrase telah menjadi pilihan pelaku bisnis untuk menyelesaikan sengketa
bisnis mereka.

1. Jelaskan apa alasan pelaku bisnis lebih memilih Arbitrase dibandingkan dengan
pengadilan!

Jawaban :
Alasan pelaku bisnis memilih arbitrase karena lebih ringkas dan tertutup dalam
pelaksanaan peradilan sengketa bisnis, dapat dilakukan di mana saja sesuai keinginan
penggugat dan tergugat sehingga pembisnis lebih leluasa dan tidak terikat dalam aturan
acara peradilan dari pengadilan, mereka dapat memilih hukum acara peradilan secara
bebas sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang.

Churchill Mining plc (Churchill). menghadapi masalah terkait adanya pencabutan Izin
Usaha Pertambangan (IUP) yang dilakukan oleh pihak PEMDA Kutai Timur atas PT
Ridlatama Group pada 4 Mei 2010. Permasalahan ini kemudian menjadi penyebab
terjadinya sengketa antara pihak perusahaan Churchill dengan Pemerintah Daerah Kutai
Timur.

Upaya Hukum Churchill yaitu melalui anak perusahaan PT Ridlatama Group mengajukan
gugatan terhadap Pemerintah Kabupaten Kutai Timur melalui Pengadilan Tata Usaha
Negara (PTUN) Samarinda, dengan Register Perkara Nomor 32/G/2010/PTUN.SMD.
Namun upaya hukum ini gagal PTUN Samarinda menilai tindakan Bupati Kutai Timur
dalam pencabutan IUP adalah benar, dan tidak melanggar peraturan admisitrasi manapun,
bahkan upaya hukum banding dan kasasi malah menguatkan putusan PTUN.
Dengan gagalnya upaya hukum yang dilakukan oleh Churchill melalui jalur badan
peradilan Indonesia PTUN Samarinda, hal tersebut membuat Churchill memutuskan
untuk melakukan upaya hukum melalui Arbitrase ICSID. Pada tanggal 22 Mei 2012,
Churchill mengajukan permohonan arbitrase kepada ICSID. Permohonan tersebut
diajukan sehubungan dengan adanya sengketa antara Churchill dan Indonesia yang
berkaitan dengan investasi Churchill di salah satu perusahaan Indonesia yang bergerak di
bidang industri pertambangan batubara.

2. Silakan saudara analisa mengapa Churchill sebagai pihak yang merasa dirugikan atas
keputusan Pemerintah Indonesia dapat mengajukan gugatan melalui Pengadilan Tata
Usaha Negara (PTUN) Samarinda, dan juga mengajukan gugatan arbitrase terhadap
Pemerintah Indonesia melalui badan International Centre for Settlement of Invesment
Dispute (ICSID)? Jelaskan!

Jawaban :
Tentang pengajuan gugatan upaya hukum Churchill yaitu melalui anak perusahaan PT
Ridlatama Group dengan dasar hukum :

Berdasarkan Pasal 1 angka 12 UU 51/2009, disebutkan bawah tergugat adalah badan atau
pejabat tata usaha negara yang mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada
padanya atau yang dilimpahkan kepadanya, yang digugat oleh orang atau badan hukum
perdata.

Pasal 53 ayat (1)UU 9/2004 menambahkan seseorang atau badan hukum perdata yang
merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat
mengajukan gugatan.

Maka Churchill berhak mengajukan gugatan melalui anak perusahaan PT Ridlatama


Group sesuai dengan hukum yang berlaku.

Adapun pengajuan gugatan arbitrase melalui badan ICSID dikarenakan adanya sengketa
investasi pihak Churcill kepada Perusahaan batu bara di Indonesia dengan Pemerintah
Indonesia melalui PTUN memenangkan pihak pemerintah.
Ketika investor hendak mengajukan suatu persoalan ke ICSID, maka terdapat satu
persyaratan bahwa pengajuan tersebut harus disetujui terlebih dahulu oleh negara
penerima investasi (host country of invesment), kecuali para pihak telah membuat
kesepakatan sebelumnya bahwa jika terjadi sengketa investasi, akan diselesaikan melalui
arbitrase internasional. Menurut ketentuan Pasal 25 ayat (3) Konvensi ICSID, disebutkan
syarat bahwa setiap sengketa atau perselisihan antara penanam modal asing baik dengan
Pemerintah Indonesia maupun dengan pihak partner lokal diharuskan melalui semua
upaya hukum dan administratif dari negara penerima modal terlebih dahulu sebelum
mengajukan kepada lembaga ICSID, Jika antara para pihak terjadi kesepakatan bahwa
penyelesaian sengketa penanaman modal asing tersebut akan diselesaikan melalui ICSID,
maka jika terjadi sengketa investasi dan tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah
dan mufakat, penyelesaiannya secara arbitrase internasional dapat melalui ICSID dengan
persyaratan mengenai penentuan jenis sengketa tersebut yang harus disesuaikan terlebih
dahulu dengan kewenangan (yurisdiksi) pada ICSID, sebagaimana yurisdisksi secara
eksplisit diatur dalam Konvensi ICSID Pasal 25 ayat (1).

You might also like