Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penurunan struktur dan fungsi pada sistem gastrointensinal lansia dapat menyebabkan
konstipasi (Nugroho H.W 2008). Menurut Mubarak (2012), hal ini karena waktu pengosongan
lambung menjadi lebih lama, peristaltik usus melemah dan kemampuan absorbsi menurun.
Konstipasi pada lansia juga turut disebabkan oleh penurunan asupan cairan, konsumsi makanan
rendah serat, penurunan mobilitas dan penggunaan beberapa jenis obat. Menurut Rao Jorge T
Go & Rao (2010), insiden konstipasi akan meningkat seiring dengan pertambahan usia,
khususnya untuk orang-orang yang berusia 65 tahun ke atas.
Penyebab konstipasi pada lansia disebabkan adanya peristaltik usus yang lemah, sehingga
pengeluaran feses berjalan secara lambat sehingga usus besar mengabsorbsi air pada feses
berlebihan, dan feses menjadi keras serta susah dikeluarkan. Selain itu penurunan kekuatan otot
abdomen juga dapat memicu perlambatan waktu yang dibutuhkan feses untuk berpindah dari
kolon ke rectum (Ginting et al. 2015). Menurut Lamas et al (2009), pijat perut dapat mengatasi
konstipasi pada lansia.
Nilai lebih pijat perut yang lain, adalah dapat digunakan secara efektif dan dapat diaplikasikan
oleh siapa saja (Ikaristi et al. 2015). Pijat perut dapat menstimulasi saraf parasimpatis yang
berada di area abdomen, sehingga akan meningkatkan mekanisme gerakan peristaltik menjadi
lebih cepat dan memperkuat otot-otot abdomen serta membantu sistem pencernaan sehingga
dapat berlangsung dengan lancar (Ginting et al. 2015). Mengacu pada teori-teori tersebut,
penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh pijat perut terhadap tingkat konstipasi
pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Budhi Luhur Yogyakarta.

B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yaitu :
1. Untuk mengetahui manfaat pijat perut sebagai metode untuk menurunkan tingkat
konstipasi pada lansia.
2. Untuk mengetahui bahwa dengan melakukan pijat perut bisa memperbaiki kualitas
pencernaan pada lansia.
3. Untuk mengetahui persentase tingkat keberhasilan metode pijat perut dalam memperbaiki
kulitas pencernaan pada lansia.
4. Untuk mengetahui persentase tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang pijat perut
dapat menurunkan tingkat konstipasi pada lanjut usia.
BAB II ANALISA JURNAL
A. Jurnal Utama
1. Judul Jurnal
Pijat Perut Menurunkan Tingkat Konstipasi Pada Lanjut Usia
2. Peneliti
Erna Dwi Wahyuni
Silvia Lusiana Suwandi
Setho Hadisuyatmana
3. Populasi, sampel, dan tekhnik sampling
Populasi penelitian ini adalah lansia pada panti yang beresiko konstipasi yang berjumlah 38
responden, sample berjumlah 30 responden.
Tekhnik pengambilan sample secara sample random sampling. Instrumen yang digunakan
untuk mendapatkan data, peneliti menggunakan kuisioner Constipasion Assesment Scale
( CAS ).
4. Desain Penelitian
Untuk menghitung persentase dan proposi kemampuan pasien dalam melakukan tekhnik
pijat perut menggunakan metode quasy experiment dengan menggunakan pre test-post
test with control grup. Tekhnik pengambilan sample secara sample random sampling,
instrument yang digunakan untuk mendapatkan data, peneliti menggunakan kussioner
Constipasion Assessment Scale ( CAS ).
5. Instrumen yang digunakan
Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data, peneliti menggunakan kuissioner
Constipasion Assesment Scale ( CAS ). Analisa data menggunakan uji Wilcoxon sign rank test
dan Mann- Whitney dengan nilai P < 0,05.
6. Uji Statistik yang digunakan
Distribusi responden berdasarkan resiko konstipasi pada lansia
Perubahan tingkat konstipasi pada lansia

B. Jurnal Pendukung
1. Judul Jurnal
Pengaruh Pijat Perut Terhadap Peristaltik Usus Pada Pasien Post Anastesi Umum di RSUD dr
Soedirman Mangun Sumarno Wonogiri
2. Peneliti
Edy Septiwibowo
Isnaini Rahmawati
Ririn Afrian Sulistyawati
3. Hail Penelitian
Pasien yang menerima anestesi umum akan mengalami hipoperistaltik karena agen anestesi
umum yang digunakan selama pembedahan dapat menghentikan gerakan peristaltik secara
temporer. Pijat perut merupakan metode pijatan yang difokuskan pada daerah abdominal
berguna untuk menurunkan hiperaktivitas saraf vagus untuk meningkatkan peristaltik usus.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pijat perut terhadap peristaltik usus pada
pasien post anestesi umum di RSUD dr Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebesar 65,7% atau
25 orang dan usia rata-rata responden berusia 40,55 tahun, peristaltik usus pada kelompok
kontrol (mobilisasi dini) memiliki rata-rata peristaltik usus 1,53 kali, peristaltik usus pada
kelompok perlakuan (pijat perut) memiliki rata-rata peristaltik usus 4,42 kali.
Menurut peneliti pijat perut lebih efektif daripada dilakukan mobilisasi dini, hal ini
dikarenakan pijat dilakukan langsung pada daerah abdomen yang mamacu rilis hormonal
sebelum merangsang sekresi hormon gastro intestinal, yang pada akhirnya akan
meningkatkan gerak peristaltik usus dan waktu untuk mengembalikan fungsi gastrointestinal.

C. Analisa PICO
1. Problem
Penurunan struktur dan fungsi pada sistem gastrointensinal lansia dapat menyebabkan
konstipasi,hal ini karena waktu pengosongan lambung menjadi lebih lama, peristaltik usus
melemah dan kemampuan absorbsi menurun. Konstipasi pada lansia juga turut disebabkan
oleh penurunan asupan cairan, konsumsi makanan rendah serat, penurunan mobilitas dan
penggunaan beberapa jenis obat.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah Variabel perancu seperti konsumsi cairan, stress dan
aktifitas sehari- hari yang tidak dapat dikontrol.
2. Intervensi
Stimulasi dari luar dengan pijat perut dapat membantu merangsang saraf parasimpatis pada
usus dan memperlancar peredaran darah, sehingga peristaltik usus yang melemah menjadi
meningkat.
Responden dengan tingkat konstipasi paling tinggi, dianjurkan untuk mengkonsumsi cairan
<5 gelas perhari.
Menganjurkan responden untuk mengkonsumsi serat dan cairan yang cukup, sangat baik
untuk mencegah dan mengatasi konstipasi.
Menganjurkan responden untuk mengkonsumsi buah tinggi serat karena berpengaruh pada
kejadian konstipasi.
Menganjuran responden untuk melakukan aktifitas yang cukup karena dapat berpengaruh
pada terjadinya konstipasi, dikarenakan aktifitas yang kurang bahkan imobilisasi dapat
meningkatkan risiko konstipasi seseorang.
Menganjurkan responden dengan penyakit DM untuk melakukan aktifitas yang cukup karena
dapat meningkatkan risiko konstipasi karena adanya neuropati pada saluran pencernaan.
3. Compersion
1). Judul Jurnal
Hubungan Antara Asupan Serat dan Asupan Air Putih Dengan Kejadian Konstipasi Pada
Lansia.
2). Peniliti
- Khabiba Puspitasari
- Joko Pitoyo
3). Hasil
Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden yang mengalami konstipasi yakni
berusia 50-54 tahun sebanyak 9 orang (13,2%) dan yang paling sedikit yakni pada usia 45-49
tahun yakni 5 orang (7,4%). Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian
konstipasi. kejadian konstipasi tidak saja dialami oleh usia produktif namun juga banyak
dialami oleh bayi, anak-anak dan lansia. Namun yang paling sering mengalami konstipasi
adalah usia lansia > 60 tahun karena pada lansia akan mengalami kemunduran biologis
tubuh.
Sedangkan dari hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin yakni wanita lebih banyak
mengalami konstipasi dari pada laki laki karena jenis kelamin seseorang mempengaruhi
jumlah konsumsi serat pangan. Perbedaan jumlah konsumsi serat pangan antara pria dan
wanita disebabkan oleh perbedaan jumlah konsumsi total makanan perhari.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konstipasi disebabkan oleh banyak hal yaitu kurangnya
mengkonsumsi air putih, kurangnya asupan serat,serta aktifitas yang kurang.
4. Outcome
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menemukan bahwa pada kelompok perlakuan yang
mendapatkan pijat perut, sebagian besar terdapat penurunan tingkat konstipasi. Sebaliknya
pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan tingkat konstipasi yang signifikan.
Sebagian besar keluhan yang dirasakan responden mengarah pada tanda- tanda adanya
konstipasi. Adanya rasa penuh pada abdomen tersebut disebabkan oleh gerakan peristaltik
yang lambat sehingga feses dapat menumpuk pada kolon. Adanya rasa nyeri dan tidak
nyaman, serta rasa tidak tuntas, terjadi akibat peristaltik yang lemah sehingga pengeluaran
feses berjalan secara lambat. Akibat peristaltik usus yang lambat, maka usus besar
mengabsorbsi air pada feses secara berlebihan yang menyebabkan feses menjadi keras.
Feses yang keras dapat melukai mukosa dinding usus, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan
susah dikeluarkan.
Pijat perut berpengaruh terhadap tingkat konstipasi lansia dikarenakan pijat ini
menggunakan penekanan ringan sampai dengan medium dan searah dengan arah jarum
jam, hal ini sesuai dengan pendapat Saeger & Kyle (2008). Pijat perut ini dilakukan rutin
dalam 7 hari selama 10-15 menit, pijat perut yang dilakukan secara rutin dipercaya dapat
membantu merangsang saraf- saraf parasimpatis sehingga peristaltik usus meningkat dan
otot abdomen menjadi lebih kuat

BAB III
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Teori Pada Lansia
1. Pengertian Lansia
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah
keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi stres fisiologis (Effendi, 2009). Lansia adalah seseorang yang telah berusia
>60 tahun dan tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari (Ratnawati, 2017). Kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia
adalah seseorang yang telah berusia > 60 tahun, mengalami penurunan kemampuan
beradaptasi, dan tidak berdaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seorang diri.
2. Klasifikasi Lansia
3. Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugroho (2012) :
1) Young old (usia 60-69 tahun)
2) Middle age old (usia 70-79 tahun)
3) Old-old (usia 80-89 tahun)
4) Very old-old (usia 90 tahun ke atas )
4. Perubahan Pada lansia
1) Perubahan Psikososial
Faktor Faktor yang mempengaruhi psikososial lansia diantarnya : penurunan kondisi
fisik, perubahan fungsi dan potensi seksual, perubahan yang berkaitan dengan
pekerjaan, perubahan dalam peran social di masyarakat.
2) Perubahan Fungsional
Penurunan fungsi yang terjadi pada lansia biasanya berhubungan dengan penyakit dan
tingkat keparahannya yang akan memengaruhi kemampuan fungsional dan
kesejahteraan seorang lansia. Status fungsional lansia merujuk pada kemampuan dan
perilaku aman dalam aktivitas harian (ADL). ADL sangat penting untuk menentukan
kemandirian lansia. Perubahan yang mendadak dalam ADL merupakan tanda penyakit
akut atau perburukan masalah kesehatan.
3) Perubahan Kognitif
Perubahan struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan dengan gangguan kognitif
(penurunan jumlah sel dan perubahan kadar neurotransmiter) terjadi pada lansia yang
mengalami gangguan kognitif maupun tidak mengalami gangguan kognitif. Gejala
gangguan kognitif seperti disorientasi, kehilangan keterampilan berbahasa dan
berhitung, serta penilaian yang buruk bukan merupakan proses penuaan yang normal.
4) Perubahan Fisiologis
Pemahaman kesehatan pada lansia umumnya bergantung pada persepsi pribadi atas
kemampuan fungsi tubuhnya. Lansia yang memiliki kegiatan harian atau rutin biasanya
menganggap dirinya sehat, sedangkan lansia yang memiliki gangguan fisik, emosi, atau
sosial yang menghambat kegiatan akan menganggap dirinya sakit.
Perubahan fisiologis pada lansia bebrapa diantaranya, kulit kering, penipisan rambut,
penurunan pendengaran, penurunan refleks batuk, pengeluaran lender, penurunan
curah jantung dan sebagainya. Perubahan tersebut tidak bersifat patologis, tetapi dapat
membuat lansia lebih rentan terhadap beberapa penyakit. Perubahan tubuh terus
menerus terjadi seiring bertambahnya usia dan dipengaruhi kondisi kesehatan, gaya
hidup, stressor, dan lingkungan.
5. Permasalahan Pada Lansia
1) Masalah Ekonomi
Usia lanjut ditandai dengan penurunan produktivitas kerja, memasuki masa pensiun
atau berhentinya pekerjaan utama. Disisi lain, usia lanjut dihadapkan pada berbagai
kebutuhan yang semakin meningkat seperti kebutuhan akan makanan yang bergizi
seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, kebutuhan sosial dan rekreasi. Lansia
yang memiliki pensiun kondisi ekonominya lebih baik karena memiliki penghasilan tetap
setiap bulannya. Lansia yang tidak memiliki pensiun akan membawa kelompok lansia
pada kondisi tergantung atau menjadi tanggungan anggota keluarga (Suardiman, 2011).
2) Masalah Sosial
Memasuki masa lanjut usia ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik dengan
anggota keluarga atau dengan masyarakat. kurangnya kontak sosial dapat menimbulkan
perasaan kesepian, terkadang muncul perilaku regresi seperti mudah menangis,
mengurung diri, serta merengek-rengek jika bertemu dengan orang lain sehingga
perilakunya kembali seperti anak kecil (Kuntjoro, 2007).
3) Masalah Kesehatan
Peningkatan usia lanjut akan diikuti dengan meningkatnya masalah kesehatan. Usia
lanjut ditandai dengan penurunan fungsi fisik dan rentan terhadap penyakit (Suardiman,
2011).
4) Masalah Psikososial
Masalah psikososial adalah hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan
sehingga membawa lansia kearah kerusakan atau kemrosotan yang progresif terutama
aspek psikologis yang mendadak, misalnya, bingung, panik, depresif, dan apatis. Hal itu
biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat seperti,
kematian pasangan hidup, kematian sanak saudara dekat, atau trauma psikis. (Kartinah,
2008).

B. Konsep Teori Pijat Perut Untuk Mengatasi Konstipasi


Konstipasi menjadi masalah yang banyak ditemui pada anak dan lasia. Gejala konstipasi
diantaranya feses keras, ukuran besar, dan rasa tidak nyaman saat buang air besar yang
mengakibatkan frekuensi buang air besar menurun. Terapi yang dapat dilakukan untuk
mengatasi konstipasi adalah membiasakan buang air besar secara teratur dengan cara
modifikasi perilaku, pemberian diet serat, laksatif, dan pendekatan psikologis. Selain itu,
penanganan yang dapat dilakukan pada pasien konstipasi adalah dengan terapi pijat. Terapi pijat
telah ada di Indonesia sejak lama dan saat ini mulai diteliti pengaruh dan manfaatnya pada
tubuh. Pijat memberikan manfaat pada konstipasi dengan cara menstimulasi gerak peristaltik
dan menurunkan waktu transit kolon sehingga dapat meningkatkan frekuensi buang air besar.
Kelebihan pijat diantaranya tidak memiliki efek samping, dapat dilakukan sendiri oleh pasien
karena pijat mudah untuk dipelejari, dan biayanya murah
Langkah langkah pijat perut untuk mengatasi konstipasi adalah :
1. Ambil posisi berbaring terlentang
2. Mulai pijatan lembut dari sisi kanan dekat tulang pinggul. Berikan tekanan dengan gerakan
memutar searah jarum jam hingga kebawah tulang rusuk.
3. Gerakan tangan ke sisi kiri dan lanjutkan ke bawah tulang pinggul, kemudian kembali ke
atas menuju pusar.
4. Ulangi gerakan tersebut sesuai kebutuhan.

C. Konsep Intervensi Yang Diberikan


Analisa SWOT
1. Strenghts ( Kekuatan )
Pijat perut berpengaruh terhadap penurunan tingkat konstipasi pada lansia, karena stimulasi
dari luar pada abdomen dalam bentuk pijat perut dapat membantu menurunkan nyeri saat
BAB, BAB terasa lebih tuntas dan nyaman.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pilihan terapi suportif untuk membantu para lansia yang
tinggal di panti dalam mencegah konstipasi, tanpa melupakan aspek nutrisi, cairan dan
aktivitas.
2. Weaknesses ( Kelemahan )
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah Variabel perancu seperti konsumsi cairan, stress
dan aktifitas sehari- hari yang tidak dapat dikontrol. Pijat perut harus dilakukan setiap pagi
selama selama beberapa hari secara berturut turut, sehingga memerlukan kerja sama yang
baik antara responden dengan peneliti ( Perawat dan pasien ).
3. Opportunitis ( Peluang )
Apabila pasien bisa kerja sama yang baik maka dengan dilakukannya pijat perut bisa
membantu pasien dalam hal mengatasi tingkat konstipasi pada lansia, karena stimulasi dari
luar pada abdomen dalam bentuk pijat perut dapat membantu menurunkan nyeri saat BAB,
BAB terasa lebih tuntas dan nyaman. Sehingga lansia bisa merasa nyaman dalam hal
pencernaanya, apalagi bila lansia mampu mengimbanginya dengan diit yang baik, minum
yang cukup dan aktifitas yang cukup juga
4. Threats ( Ancaman )
Apabila lansia tidak mampu bekerja sama dengan baik maka mereka akan mengalami
konstipasi dan mengakibatkan ketidaknyamanan diperut dan akibatnya akan mengalami
konstipasi dan rasa sakit saat defekasi. Dan apabila lansia juga tidak melakukan diit yang
baik, minum yang cukup dan kurang aktifitas maka akan memperburuk kondisinya.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pijat perut berpengaruh terhadap tingkat konstipasi lansia
dikarenakan pijat ini menggunakan penekanan ringan sampai dengan medium dan searah
dengan arah jarum jam, pijat perut yang dilakukan secara rutin dipercaya dapat membantu
merangsang saraf- saraf parasimpatis sehingga peristaltik usus meningkat dan otot abdomen
menjadi lebih kuat.
Oleh karena itu pijat perut berpengaruh terhadap penurunan tingkat konstipasi pada lansia,
karena stimulasi dari luar pada abdomen dalam bentuk pijat perut dapat membantu
menurunkan nyeri saat BAB, BAB terasa lebih tuntas dan nyaman
B. Saran
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pilihan terapi suportif untuk membantu para lansia yang
tinggal di panti dalam mencegah konstipasi, tanpa melupakan aspek nutrisi, cairan dan aktivitas.
Dan untuk menyesuaikan dengan jam biologis tubuh manusia sebaiknya pijat perut dilakukan
pada pagi hari.
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Handayani,Erna, Sylvia lusiana Suwandi. 2018. Jurnal Pijat perut menurunkan tingkat
konstipasi pada lanjut usia. Fakultas Ilmu KeperawatanUniversitas airlangga.

Ginting, D.B., Waluyo, A. & Sukmarini, L., 2015. Mengatasi Konstipasi Pasien Stroke Dengan
Masase Abdomen dan Minum Air Putih Hangat. , 18(1), pp.23–30.

Hidayah, N.D., 2014. Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada
Nenek R dengan Masalah Konstipasi di Wisma Dahlia PSTW Budi Mulia 1 Cipatung. Universitas
Indonesia.

Ikaristi, S., Anjar, F. & Estri, A.K., 2015. Pengaruh Massage Abdominal dalam Upaya Pencegahan
Konstipasi pada Pasien yang Menjalani Rawat Inap di RS Panti Nugroho Yogyakarta.

Ikaristi, S., Anjar, F. & Estri, A.K., 2015. Pengaruh Massage Abdominal dalam Upaya Pencegahan
Konstipasi pada Pasien yang Menjalani Rawat Inap di RS Panti Nugroho Yogyakarta.

Puswitasari, Khabiba dan Joko Piyoyo.2019. Jurnal Hubungan antara asupan serat dan asupan
air putih dengan kejadian konstipasi pada lansia. STIKES Maharani Malang.

Septiwibowo, Edi dan Isnaini Rahmawati. 2018. Jurnal Pengaruh pijat perut terhadap peristaltic
usus pada pasien post anastesi umum di RSUD dr Soedirman Mangun Sumarso Wonogiri.

You might also like