Konsep Dasar Kepribadian

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 14

KONSEP DASAR KEPRIBADIAN

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Psikologi Perkembangan
Dosen Pengampu: Hj. Siti Ratnawati, M.Pd.

Disusun oleh :
Akhmad Muzakki (141421001)
Salma Selfi Salsadila (141421007)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM BAKTI NEGARA TEGAL
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas untuk mata kuliah Sejarah Peradaban Islam, dengan judul “Jazirah Arab; Tata Sosial
dan Budaya Pada Zaman Jahiliyah”. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, kritik, serta
saran sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan segala bentuk saran atau masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Tegal, November 2022

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa bergaul dan bersosialisasi satu
sama lain. Dalam melangsungkan sosialisasi dengan sesamanya, tidak  jarang manusia
mengalami perbedaan cara pandang dan cara berpikir. Terkadang perbedaan-perbedaan
itulah yang membuat manusia sering  bersitegang satu sama lain. Jika keduanya sama-
sama keras kepala dan tidak mau disalahkan, titik temu perdamaian tidak akan pernah
dijumpai sehingga masalah tidak akan selesai. Dalam hal ini, mereka butuh orang lain
yang bijak dan mampu membantu mereka menyelesaikan masalah dengan kepala dingin.
Penengah ini harus memberi pemahaman kepada pihak yang berseteru bahwa setiap
orang punya kepribadian yang berbeda-beda sehingga bisa menimbulkan cara pandang
dan cara berpikir yang berbeda pula, sehingga kedua pihak tersebut bisa lebih
bertoleransi kepada perbedaan-perbedaan yang terjadi diantara mereka.

Tak dapat dipungkiri bahwa kepribadian manusia berperan penting dalam


kelangsungan hidup tiap individu. Kepribadian mempengaruhi banyak hal seperti yang
sudah dipaparkan di atas, yaitu menghasilkan cara pandang dan cara pikir yang berbeda
pada setiap manusia. Kepribadian membuat seseorang berbeda dengan yang lainnya. Ada
yang menganggap bahwa kepribadian seseorang telah terbentuk semenjak ia lahir.
Sedangkan pihak lain menganggap kepribadian terbentuk karena pengaruh lingkungan
sekitarnya. Namun, ada pula yang menggabungkan kedua hal tersebut. Khusus dalam
mempelajari kepribadian seseorang tidak hanya dapat dilihat dari tampak luarnya saja,
karena sering kali apa yang terlihat dari luar tidak sama dengan kenyataan yang terjadi,
yang dialami seseorang, dan semua yang tampak dari luar hanyalah sebagai topeng saja.1

1
Asy’ari, Definisi Kepribadian, diakses melalui http://deskripsimakalah.blogspot.com/2017/01/definisi-
kepribadian.html?m=1
Oleh karena itu kita membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk memahami dan
menjelaskan tingkah laku diri sendiri dan orang lain. Kita harus memahami definisi
kepribadian serta bagaiman kepribadian itu terbentuk.Untuk itu kita membutuhkan teori-
teori tingkah laku, teori kepribadian agar gangguan-gangguan yang biasa muncul pada
kepribadian setiap individu dapat dihindari.

Mempelajari kepribadian merupakan hal yang menarik karena dinamika


pengetahuan mengenai diri kita sendiri secara otomatis akan bertambah. Hal ini karena
hakikatnya manusia adalah yang ada dan tumbuh berkembang dengan kepribadian yang
menyertai setiap langkah dalam hidupnya.2

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kepribadian?
2. Bagaimana struktur dari kepribadian?
3. Bagaimana ciri-ciri kepribadian yang matang?
4. Apa saja macam-macam tipologi kepribadian?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari kepribadian
2. Mengetahui struktur dari kepribadian
3. Mengetahui ciri-ciri kepribadian yang matang
4. Mengetahui macam-macam tipologi kepribadian
5. Mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian

2
Kurniawan, Makalah Kepribadian, diakses melalui http://kurniawaalex.blogspot.com/2014/10/makalah-
kepribadian.html?m=1

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepribadian
Kata personality dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani-kuno prosopon
atau persona yang artinya “topeng” yang biasa dipakai artis dalam teater. Jadi, konsep
awal dari pengertian personality (pada masyarakat awam) adalah tingkah laku yang
ditampakkan pada lingkungan sosial atau kesan mengenai diri yang diinginkan agar
dapat ditangkap oleh oleh lingkungan sosial.3

Pengertian kepribadian banyak diungkapkan oleh para pakar dengan definisi


berbeda berdasarkan paradigma dan teori yang digunakan. Beberapa definisi
kepribadian:

1. Kepribadian adalah kehidupan seseorang secara keseluruhan, individual, unik,


kemampuannya bertahan, membuka diri, serta memperoleh pengalaman. (Stern)
2. Kepribadian adalah pola trait-trait yang unik dari seseorang. (Guilford)
3. Kepribadian adalah seluruh karakteristik seseorang yang mengakibatkan pola yang
menetap dalam merespon suatu situasi. (Pervin)
4. Kepribadian adalah pola khas dari pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang
membedakan orang satu dengan yang lain serta tidak berubah lintas waktu dan
situasi. (Phares).4

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepribadian meliputi


segala corak perilaku dan sifat yang khas dan dapat diperkirakan pada diri seseorang atau
lebih bisa dilihat dari luar, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri
terhadap rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan
fungsional yang khas bagi individu itu, seperti bagaimana kita bicara, penampilan fisik,
dan sebagainya.

Menurut Florence Littauer dalam bukunya yang berjudul Personality Plus,


kepribadian adalah keseluruhan perilaku seorang individu dengan sistem kecenderungan
tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi.

3
Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press, 2009), hlm. 7
4
Ibid., hlm. 7-8

3
Maka dari itulah situasi diciptakan dalam pembelajaran harus diseimbangkan
dengan kebiasaan dan tindakan seorang anak, sehingga terdapat perasaan yang memaksa
atau tertekan dalam diri anak.5

B. Struktur Kepribadian
Psikologi kepribadian merupakan studi ilmiah yang mempelajari kekuatan-
kekuatan psikologis yang membuat masing-masing individu unik (mempelajari
bagaimana cara seseorang memiliki keunikan tersendiri sebagai individu).6

Kepribadian adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan manusia


menjadi satu kesatuan, tidak terpecah belah dalam fungsi-fungsi. Memahami kepribadian
berarti memahami aku, diri, self atau memahami manusia seutuhnya. Pemahaman
kepribadian sangat dipengaruhi oleh paradigma yang menjadi acuan dalam
pengembangan teori psikologi kepribadian.

Para ahli kepribadian memiliki paradigma masing-masing yang dapat


mempengaruhi pola pikirnya tentang kepribadian manusia secara sistemik. Teori-teori
kepribadian dapat dikelompokkan pada empat paradigma yang menjadi acuan dasar.
Adapun paradigma yang paling banyak berkembang di masyarakat adalah paradigma
psikoanalisis dengan teori psikoanalisis klasik yang dicetuskan oleh Sigmund Freud.7

Dalam ilmu psikologi kepribadian, terdapat istilah struktur kepribadian yang


dimaknai sebagai aspek atau elemen dalam diri manusia yang membentuk kepribadian. 8
Dalam teori Sigmund Freud, elemen pendukung struktur kepribadian manusia adalah :

a. The Id (aspek biologis)


Id adalah sistem kepribadian yang asli dan dibawa sejak lahir. Dari Id ini
kemudian akan muncul ego dan superego. Saat dilahirkan, Id berisi semua aspek
psikologik yang diturunkan seperti insting, impuls dan drives. Id berada dalam
daerah unconscious dan beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure
principle), yaitu berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Id
tidak mampu menilai atau membedakan benar-salah dan tidak tahu moral.9

5
Florence littaurer, Personality Plus, (Jakarta : PT. Rosdakarya, 2006) hlm 38
6
Alwisol, Psikologi Kepribadian..., hlm. 2
7
Ibid.
8
Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 56
9
Alwisol, Psikologi Kepribadian..., hlm. 14-15

4
b. The Ego (aspek psikologis)
Ego berkembang dari Id agar orang mampu menangani realita sehingga ego
beroperasi berdasarkan prinsip realita (reality principle). Ego sebagai eksekutif
kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan Id sekaligus juga memenuhi kebutuhan
moral dan kebutuhan mencapai kesempurnaan dari Superego.10 Di sini ego berperan
sebagai "eksekutif' yang memerintah, mengatur dan mengendalikan kepribadian,
sehingga prosesnya persis seperti "polisi lalu lintas" yang selalu mengontrol jalannya
id, super-ego dan dunia luar. Ia bertindak sebagai penengah antara insting dengan
dunia di sekelilingnya.
c. The Superego (aspek sosiologis)
Superego atau Das Ueber Ich adalah aspek sosiologis dalam kepribadian yang
merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional dan cita-cita masyarakat yang diajarkan
dalam bentuk perintah atau larangan. Superego lebih merupakan kesempurnaan
daripada kesenangan, karena itu Das Ueber Ich dapat pula dianggap sebagai aspek
moral dalam kepribadian.11 Fungsi pokoknya adalah menentukan apakah sesuatu itu
benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak, sehingga dengan demikian
pribadi dapat bertindak sesuai moral masyarakat.12

C. Ciri-ciri Kepribadian Yang Matang


Pada dasarnya konsep tentang kematangan Kepribadian diarahkan kepada
kepribadian yang matang dan sehat, menurut tanda-tanda dari kepribadian yang matang
ini, banyak para ahli memberikan penjelasan tentang ciri-cirinya dengan nuansa dan versi
berbeda.
Individu yang mengalami perkembangan dikatakan matang saat mencapai sesuatu
pertumbuhan dan perkembangan sebagai seorang pribadi yang dewasa, matang, dan
sehat. Allport (dalam Duane Schultz) memberikan tujuh kriteria kematangan pribadi
sebagai berikut:
a. Perluasan perasaan diri
Ketika diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau banyak orang atau
benda. Mula-mula diri hanya berpusat pada individu, kemudian ketika lingkaran
pengalaman tumbuh berkembang maka diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan
cita-cita yang abstrak.

10
Ibid., hlm. 15-16
11
Agus Sujanto dkk, Psikologi Kepribadian (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hlm. 61-62
12
Ibid.

5
Dengan kata lain bahwa, ketika orang menjadi matang, dia mengembangkan
perhatian-perhatian di luar diri. Orang harus menjadi partisipan langsung dan penuh,
ini dinamakan partisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana
yang penting dari usaha manusia. Suatu aktivitas harus relevan dan penting atau
berarti maka individu harus meluaskan diri ke dalam aktivitas. Semakin individu
terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktifitas atau ide, maka semakin juga dia akan
sehat secara psikologis. Dan perasaan otentik ini berlaku bagi pekerjaan, hubungan
dengan keluarga dan teman-teman, kegemaran dan keanggotaan dalam berbagai
aktivitas.
b. Hubungan diri yang hangat dengan orang lain
Orang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta)
terhadap orang tua, anak, teman, dan lain-lain. Kapasitas untuk keintiman
menghasilkan suatu perasaan perluasan diri yang berkembang dengan baik. Cinta
orang-orang yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan atau mengikat.
Orang yang sehat juga memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan, penderitaan,
ketakutan, dan kegagalan yang merupakan ciri-ciri kehidupan manusia.
c. Keamanan emosional
Kepribadian yang sehat adalah mampu menerima semua segi dari diri mereka,
termasuk kelemahan-kelemahan tanpa menyerah secara pasif pada kelemahan
tersebut. Kepribadian yang sehat dapat mengontrol emosi-emosi diri sendiri, tidak
berusaha sembunyi dari emosi sehingga emosi tidak mengganggu aktivitas antar
pribadi. Kualitas lain adalah sabar dari kekecewaan. Hal ini menunjukkan bahwa
seseorang itu bereaksi terhadap tekanan dan hambatan dari kemauan-kemauan.
Orang-orang yang sehat bebas dari perasaan-perasaan tidak aman dan
ketakutanketakutan. Orang yang sehat tidak menyerahkan diri pada kekecewaan
tetapi mampu memikirkan cara-cara untuk mencapai tujuan substitusi. Mereka telah
belajar menghadapi ketakutan hidup dan ancaman terhadap ego dengan perasaan
seimbang dan dapat menanggulangi perasaan tersebut dengan lebih baik.
d. Persepsi realistis
Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif, mereka
tidak terlalu percaya bahwa orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau
semuanya baik menurut prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima
realitas sebagaimana adanya.

6
Mereka tidak perlu mengubah realitas agar sesuai dengan keinginan-keinginan,
kebutuhan-kebutuhan, dan khayalan-khayalan ataupun ketakutan-ketakutan mereka
sendiri.
e. Keterampilan-keterampilan dan tugas-tugas
Orang yang berkepribadian sehat menunjukkan keberhasilan dalam pekerjaan,
perkembangan keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu sesuai tingkat
kemampuannya. Mereka menggunakan keterampilan-keterampilannya secara
antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan atau tugas.
Dan mereka memiliki komitmen yang kuat sehingga mereka sanggup
menenggelamkan semua pertahanan ego ketika terbenam dalam suatu pekerjaan atau
tugas. Dedikasi pada pekerjaan dihubungkan dengan gagasan tentang tanggung
jawab dan dengan kelangsungan hidup yang positif. Pekerjaan dan tanggung jawab
dilakukan dengan dedikasi, komitmen, dan ketrampilan-ketrampilan sehingga
memberikan perasaan kontinuitas untuk hidup.
f. Pemahaman diri
Kepribadian yang sehat mencapai suatu tingkat pemahaman yang lebih tinggi.
Pengenalan diri yang memadai menuntut pemahaman tentang hubungan atau
perbedaan antara gambaran tentang diri yaitu memiliki gambaran yang akurat
tentang kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dirinya yang dimiliki
seseorang dengan dirinya menurut keadaan sesungguhnya. Semakin dekat hubungan
antara keduanya, maka individu juga semakin matang. Hubungan yang penting
adalah hubungan antara yang dipikirkan seseorang tentang dirinya dan yang
dipikirkan orang lain tentang dirinya. Orang yang sehat terbuka dengan pendapat
orang lain dalam merumuskan gambaran diri yang objektif. Orang yang memiliki
suatu tingkat pemahaman diri yang tinggi akan sikap bijaksana kepada orang lain
dan akan di terima dengan lebih baik oleh orang lain. Orang ini memiliki wawasan
yang lebih cerdas dan perasaan humor yang menyangkut persepsi tentang halhal
yang aneh dan mustahil serta kemampuan menertawakan diri sendiri.
g. Filsafat hidup yang mempersatukan
Orang yang sehat melihat ke depan, di dorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-
rencana jangka panjang. Orang-orang ini mempunyai suatu perasaan akan tujuan,
suatu tugas untuk bekerja sampai selesai, sebagai batu sendi kehidupan mereka, dan
ini memberi kontinuitas bagi kepribadian mereka.

7
Dorongan ini sebagai arah yang membimbing semua segi kehidupan seseorang
menuju suatu tujuan serta memberikan orang itu suatu alasan untuk hidup. Nilai-
nilai (bersama dengan tujuan-tujuan) sangat penting bagi perkembangan suatu
filsafat hidup yang mempersatukan. Dan nilai-nilai itu akan kuat apabila suara hati
berperan pada perasaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan
kepada orang lain dan mungkin berakar dalam nilai-nilai agama atau nilai-nilai etis
dalam suatu filsafat hidup yang mempersatukan.
Dengan demikian dari beberapa pendapat atas penjelasan-penjelasan diatas maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa pribadi yang matang merupakan kepribadian manusia
yang sangat efektif dalam melakukan setiap tingkah lakunya sehari-hari baik di
lingkungan keluarga maupun di lingkungan sosialnya. Dengan kepribadian yang matang
pula setiap individu akan lebih mampu dan percaya diri dengan segala permasalahan
yang dihadapinya dan lebih bertanggung jawab dalam segala tujuan dan maksud-
maksudnya (commitment) dan konsisten dalam segala tingkah lakunya.

D. Tipologi Kepribadian
Setiap individu manusia mempunyai tipe kepribadian yang berbeda. Ada yang
memiliki karakter lemah lembut, periang, dan ramah. Ada pula yang mempunyai
kepribadian lain seperti pemalu, keras kepala, dan lainnya.

Ada banyak sekali tipe kepribadian seperti yang diungkapkan oleh para ahli. Mulai
dari Hippocrates dan Galenus, C.G Jung, Gerart Heymans, dan juga Eduard Spranger.
Para ahli tersebut memberikan sebuah pandangan dan pendapat mengenai tipe
kepribadian dari sudut pandang yang berbeda.

Berikut ini terdapat penjelasan mengenai berbagai tipe kepribadian menurut


pandangan Hippocrates dan Galenus. Menurut kedua ahli di atas, tipe kepribadian
manusia dibagi menjadi empat macam, antara lain:

a. Sanguinis

Tipe kepribadian yang satu ini ditandai dengan adanya sifat yang hangat,
bersemangat, lincah, meluap-lupa, dan individu yang menyenangkan. Seseorang
yang memiliki kepribadian ini lebih mudah terpengaruh dan mudah dimasuki oleh
pikiran serta perasaan yang meledak-ledak.

8
Tipe kepribadian sanguinis adalah orang yang sangat ramah terhadap orang
lain. Sehingga mereka akan dianggap sebagai orang yang cukup ekstrovert.

b. Koleris

Tipe kepribadian selanjutnya adalah koleris. Orang yang memiliki kepribadian


ini biasanya akan tampil lebih hangat, aktif, pasif, serba cepat, berkeinginan keras,
dan cukup independen. Mereka akan cenderung lebih tegas dan memiliki pendirian
yang keras. Selain itu, mereka juga mudah dalam membuat sebuah keputusan bagi
dirinya sendiri dan orang lain. Mereka tidak memerlukan gerakan dari luar.
Malahan, orang yang memiliki kepribadian koleris akan mempengaruhi
lingkungannya dengan pendapat dan gagasannya, tujuan, rencana, dan juga
ambisinya yang tidak pernah habis.

c. Melankolis

Orang yang memiliki kepribadian melankolis akan cenderung lebih suka


berkorban, tipe perfeksionis, analisis, dan memiliki sifat emosi yang cukup sensitif.
Seorang melankolis akan sangat menikmati keindahan karya seni dan tak ada
seorang pun yang bisa menandingi mereka. Akan tetapi, jika mereka sedang murung,
maka akan menjadi seseorang yang sangat antagonis.

d. Phlegmatis

Tipe kepribadian berikutnya adalah phlegmatis, yaitu seseorang yang hidupnya


terlihat cukup tenang, gampangan, dan tidak pernah merasa terganggu dengan orang
lain. Oleh karena itu, mereka hampir tidak pernah marah. Mereka adalah orang-
orang yang memiliki sifat mudah bergaul dan paling menyenangkan. Bagi mereka
yang memiliki kepribadian ini, hidup adalah sebuah kegembiraan dan mereka akan
cenderung menjauh dari hal-hal yang tidak menyenangkan. Mereka tampak begitu
tenang dan cukup pendiam. Jadi, mereka jarang terhasut dengan apapun yang ada di
sekitarnya.13

13
Lely Azizah, Tipe Kepribadian Manusia: Pengertian, Ciri, Tipe, Konsep, Dan Fungsinya, diakses melalui
https://www.gramedia.com/best-seller/tipe-kepribadian-manusia/

9
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Kepribadian
Ada dua faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian, yaitu:
a. Faktor internal
Faktor internal yaitu faktor yang bersala dari dalam seseorang itu sendiri.
Biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan. Maksudnya faktor genetis yaitu
faktor yang berupa bawaan sejak lahir dan meruapakn pengaruh keturunan dari salah
satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua orangtuanya atau bisa juga gabungan
atau kombinasi dari sifat orangtuanya.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor ini
biasanya pengaruh yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor ini biasanya
pengaruh yang berasal dari lingkungan anak dimana anak mulai belajar untuk
menyesuaikan diri dengan dunia sosialnya yaitu teman-temannya.
Faktor-faktor pendukung terbentuknya kepribadian dan watak ialah unsur-unsur
badan dan jiwa manusia disatu pihak dan lingkungan di lain pihak. Badan dan jiwa
disebut sebagai faktor endogen, dan lingkungan adalah faktor eksogen.
Faktor endogen disebut juga faktor dalam, faktor internal, faktor bawaan dan faktor
keturunan. Sedangkan faktor eksogen disebut juga faktor luar, faktor eksternal empiris,
dan faktor pengalaman.

10
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Kepribadian merupakan suatu bentuk pola perilaku individu yang secara khas
hanya ada dalam dirinya dan membedakan dirinya dengan individu yang lainnya.
Menurut Sigmund freud struktur kepribadian dikategorikan menjadi 3 bagian yaitu: Id,
Ego, dan Superego. Salah satu ciri utama kepribadian yang matang adalah setiap individu
akan lebih mampu dan percaya diri dengan segala permasalahan yang dihadapinya dan
lebih bertanggung jawab dalam segala tujuan dan maksud-maksudnya (commitment) dan
konsisten dalam segala tingkah lakunya. Tipologi kepribadian adalah istilah yang
digunakan sebagai usaha menggolongkan manusia menjadi tipe-tipe tertentu atas dasar
faktor-faktor tertentu, misalnya karakteristik fisik, psikis, pengaruh dominant nilai-nilai
budaya dan sebagainya.Kemudian terdapat dua faktor yang mempengaruhi kepribadian
manusia, yaitu faktor genetika (pembawaan) dan faktor dari luar berupa faktor
lingkungan.

Pendidikan menjadi faktor utama yang sangat mempengaruhi perkembangan


kepribadian, baik melalui pembentukan karakter kepribadian individu secara formal,
informal, maupun nonformal. Bila tertanam kepribadian yang baik dalam pendidikan
maka sosial dan pengetahuannya pun akan berkembang dengan baik. Perilaku sangat
tercermin dari kepribadian yang baik pula.

B. Saran

Kepribadian adalah materi yang sangat luas jika dipelajari. Tentunya makalah ini
tidak luput dari banyak kekurangan. Maka dari itu, marilah kita cari dan baca referensi
tentang kepribadian di berbagai buku-buku psikologi atau dari internet agar wawasan
kita tentang kepribadian bisa dikembangkan lebih jauh lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press

Asy’ari. Definisi Kepribadian. Diakses melalui http://deskripsimakalah.blogspot.com/
2017/01/definisi-kepribadian.html?m=1

Azizah, Lely. Tipe Kepribadian Manusia: Pengertian, Ciri, Tipe, Konsep, Dan
Fungsinya. Diakses melalui https://www.gramedia.com/best-seller/tipe-
kepribadian-manusia/

Littaurer, Florence. 2006. Personality Plus. Jakarta : PT. Rosdakarya

Mujib, Abdul. 2006. Kepribadian dalam Psikologi Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada

Kurniawan. Makalah Kepribadian. Diakses melalui http://kurniawaalex.blogspot.com/
2014/10/makalah-kepribadian.html?m=1

Sujanto, Agus dkk. 1997. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara

12

You might also like