Professional Documents
Culture Documents
STUDI KINETIKA ESKTRAKSI MINYAK BEKATUL - Rev
STUDI KINETIKA ESKTRAKSI MINYAK BEKATUL - Rev
PROPOSAL PENELITIAN
Dosen Pembimbing 1:
Arysca Wisnu Satria, S.ST., M.Eng
Dosen Pembimbing 2:
Reni Yuniarti, S.T., M.T
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil beras yang cukup besar.
Meningkatnya produksi padi berdampak pula pada meningkatnya hasil samping
dari proses produksi tersebut. Hasil samping dari proses produksi padi meliputi
dedak atau bekatul. Bekatul memiliki kandungan senyawa bioaktif serta kaya akan
vitamin B, diantaranya B1, B2, B3, B5, dan B6 serta tokoferol dan tokotrienol.
Selama ini, bekatul hanya dimanfaatkan sebagai bahan tambahan dalam pakan
ternak. Salah satu metode untuk menjadikan bekatul lebih mempunyai banyak
manfaat adalah dengan mengolah bekatul menjadi minyak. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perlakuan fermentasi terhadap karakteristik minyak
bekatul. Percobaan ini dilakukan menggunakan bekatul yang sudah di ayak ±60
mesh lalu difermentasi menggunakan ragi dengan variasi waktu 2, 3, 4, dan 5
hari setelah itu di ekstraksi menggunakan metode sokhletasi dengan variasi 2, 3,
4, 5 jam. Parameter minyak yang akan dianalisis dengan studi kinetika yaitu kadar
rendemen, densitas, indeks bias, dan bilangan asam, serta hasil dari penelitian ini
akan dibandingkan dengan SNI yang telah ditetapkan.
ii
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN
Disahkan oleh,
Koordinator Program Studi Teknik Kimia
Jurusan Teknologi Produksi dan Industri
Institut Teknologi Sumatera
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.4 Hipotesis....................................................................................................3
2.1 Bekatul.......................................................................................................5
2.3 Fermentasi.................................................................................................8
3.1.1 Alat...................................................................................................23
3.1.2 Bahan...............................................................................................23
iv
3.2 Kondisi percobaan...................................................................................23
BAB V KESIMPULAN.........................................................................................38
5.1 Kesimpulan..............................................................................................38
5.2 Saran........................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................39
A.1 Data ekstraksi bekatul yang telah difermentasi dengan metode sokhletasi
44
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
b) Tujuan khusus
1. Menentukan pengaruh penambahan ragi terhadap karakteristik dari
minyak bekatul.
2. Menentukan perolehan/rendemen minyak bekatul melalui metode
fermentasi dan esktraksi.
3. Menentukan dan menganalisis model kinetika yang sesuai dengan
pengaruh kondisi operasi ekstraksi minyak bekatul yang meliputi waktu
fermentasi dan waktu ekstraksi.
1.4 Hipotesis
1. Proses fermentasi dapat meningkatkan karakteristik mutu dan rendemen
minyak bekatul.
2. Variasi waktu fermentasi dan ekstraksi yang digunakan dapat
meningkatkan rendemen dan kadar FFA dari minyak bekatul dan
didapat produk yang optimal.
3. Studi kinetika yang digunakan dapat menentukan variasi waktu terbaik
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bekatul
Dedak atau bekatul merupakan salah satu hasil samping dari proses
penggilingan padi. Dedak merupakan bagian terluar dari padi, sedangkan bekatul
merupakan bagian lebih dalam, sehingga secara fisik bekatul lebih halus daripada
dedak [2]. Bekatul merupakan lapisan yang menyelimuti endosperma beras yang
akan terpisah akibat penggilingan [15]. Menurut Badan Pusat Statistik (2020),
produksi padi Indonesia diperkirakan sebesar 55,16 juta ton atau setara beras
31,63 juta ton [1]. Penggilingan satu ton padi menghasilkan bekatul sebanyak 60-
80 kg [16]. Sehingga berdasarkan data produksi padi tahun 2020 dapat dihasilkan
bekatul sekitar 3,86 juta ton. Bagian-bagian padi dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Secara morfologi bekatul terdiri atas lapisan pericarp, testa dan lapisan
aleuron. Lapisan-lapisan ini mengandung sejumlah nutrien seperti protein, lemak
dan serat pangan serta sejumlah vitamin dan mineral. Jenis serat pangan terdiri
atas selulosa, hemiselulosa, piktin, arabinosilan, lignin, dan β-glukan [18].
Berdasarkan penelitian [19], bekatul mengandung komponen bioaktif seperti
tokoferol, tokotrienol, dan oryzanol. Bekatul mengandung minyak yang cukup
6
2.3 Fermentasi
Fermentasi ialah suatu proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa
sederhana yang mengaitkan mikroba [4]. Tujuan fermentasi adalah untuk
meningkatkan kandungan nutrisi suatu produk sehingga menjadi lebih baik serta
dapat mengurangi zat anti nutrisi [28]. Proses fermentasi umumnya digunakan
untuk mengolah bahan pangan, karena melalui proses fermentasi terhadap bahan
pangan menghasilkan beberapa keuntungan diantaranya meningkatkan mutu
bahan pangan tersebut baik dari aspek gizi maupun daya cernanya, selain itu juga
dapat meningkatkan daya simpannya [29]. Hal yang perlu diperhatikan untuk
memperoleh hasil fermentasi yang baik yaitu kondisi fermentasi yang optimum.
Kondisi yang kurang cocok bagi perkembangan mikroba akan menghambat
proses fermentasi dan juga akan berakibat tumbuhnya mikroba lain yang tidak
dikehendaki [30]. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam proses fermentasi
antara lain air, suhu, pH, fermentor, susunan bahan dasar dan bahan yang bersifat
mendukung. Bahan dasar dan bahan yang bersifat mendukung itu seperti bahan
baku dan bahan pembantu yang disebut medium atau substrat. Fungsi substrat
antara lain adalah sebagai sumber energi, bahan pembentuk sel, dan sebagai
produk metabolisme. Medium fermentasi harus bisa menyediakan semua nutrien
pembentuk sel dan biosintesa produk-produk metabolism [31]. Keberhasilan
fermentasi ditentukan oleh beberapa faktor yaitu:
a) Lama Fermentasi
Waktu fermentasi adalah waktu yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme yang terdapat dalam ragi tape untuk mengubah atau
memfermentasi senyawa organik menjadi senyawa yang lebih sederhana.
Semakin lama waktu fermentasi maka semakin tinggi kadar minyak
9
proses fermentasi bahan pangan dilakukan menggunakan ragi tape. Ragi tape
ataupun yang kerap disebut sebagai ragi merupakan starter untuk membuat tape
ketan ataupun tape singkong. Sebagian tipe mikroorganisme yang terdapat dalam
ragi ialah Chlamydomucor oryzae, Rhizopus oryzae, Mucor sp., Candida sp.,
Saccharomyces cerevisiae, Saccharomyces verdomanii, dan lain sebagainya [23].
Ragi tape mempunyai kandungan sekitar 8x107 sel/ gram– 3x108 sel/ gram
kapang, 3x106– 3x107 sel/ gram yeast serta 103 sel/ gram bakteri [32].
Mikroorganisme dari kelompok kapang akan menciptakan enzim-enzim amilolitik
yang akan memecahkan amilum pada bahan dasar menjadi gula- gula yang lebih
sederhana (disakarida serta monosakarida). Proses tersebut sering dinamakan
sakarifikasi (saccharification).
Pada ragi tape terdapat beberapa jenis mikroorganisme salah satunya adalah
rhizopus oryzae. Rhizopus oryzae mengandung enzim selulase yang mampu
membuka atau menghidrolisis serat selulosa menjadi rantai oligisakarida yang
lebih sederhana, sehingga ikatan senyawa bioaktif seperti minyak yang terikat
diantara selulosa akan lemah dan mudah terlepas [33]. Selulosa ditemui sebagai
dinding sel tanaman, tidak larut dalam air, ditemui banyak pada batang, dahan,
tangkai, daun, serta hampir seluruh jaringan tanaman. Selulosa dilapisi oleh
polimer yang sebagian besar terdiri dari xilan serta lignin. Bila xilan dan lignin
dihilangkan selulosa bisa didegradasi oleh selulase dari rhyzopus oryzae guna
menciptakan selobiosa serta glukosa [34]. Dugaan rekasi yang terjadi pada saat
pembukaan atau pemutusan matriks serat pada saat fermentasi dengan bantuan
enzim selulase ditunjukkan pada Gambar 2.2.
OH
MeO
OH
OH OH MeO
OH
O O O O
O O
O O
O OH
O OH O OH
H H
H
n fermentasi OH
OH OH
O H H O
O O O O
O H O
selulase
O
O O
O O
O O
O O OH OH OH
OH OH OH
OH HO OH
HO OH HO
Pada proses fermentasi bekatul ini bertujuan untuk menurunkan kadar serat
pada bekatul. Karena selama proses fermentasi senyawa bioaktif seperti fenolik
yang terikat pada serat-serat kasar akan terlepas. Semakin banyak senyawa
bioaktif yang terlepas, maka akan semakin meningkat aktivitas antioksidannya.
Hal ini disebabkan pada saat fermentasi akan menghasilkan enzim yang dapat
melepaskan senyawa bioaktif yang terikat pada serat tidak larut [36]. Berikut
merupakan peranan minroorganisme yang terdapat dalam ragi tape dapat dilihat
pada Tabel 2.4 dibawahn ini:
Tabel 2.4 Peran Masing Masing Mikroba Yang Terdapat Dalam Ragi Tape
Jenis Mikroba Fungsi
Dari Tabel 2.7 di atas dapat diketahui perbedaan dari penelitian sebelumnya dan
yang akan dilakukan. Rata-rata yang digunakan dalam penelitian fermentasi
sebelumnya adalah bahan baku yang digunakan untuk fermentasi dan metode
pengolahannya, seperti penelitian terdahulu meneliti tentang fermentasi pada
bekatul dengan metode maserasi, fermentasi bekatul dengan sokhletasi.
Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan bekatul yang difermentasi dengan
metode sokhletasi dengan dengan beberapa analisis menggunakan studi kinetika.
Studi kinetika dilakukan dengan menganalisis pengaruh waktu fermentasi dan
waktu ekstraksi terhadap rendemen. Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui
bahwa pada waktu yang berbeda perolehan jumlah rendemen juga akan berbeda-
beda. Meningkatnya rendemen minyak bekatul dipengaruhi oleh metode
fermentasi yang digunakan untuk menghancurkan jaringan minyak pada bahan
yang digunakan dengan menggunakan enzim yang digunakan oleh
mikroorganisme.
23
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan untuk melakukan penelitian ini yaitu skema
alat sokhletasi, Refraktometer, piknometer, erlenmeyer, buret, timbangan,
gelas ukur, pipet tetes, corong, batang pengaduk, aluminium foil, kertas
saring, ayakan No.60 mesh, oven.
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini yaitu
Bekatul padi, Ragi Tape (Sacharomyces cerevise), n- Heksana, air, NaOH,
indikator amilum 1%.
Keterangan:
A = Jumlah ml NaOH untuk titrasi
N = Normalitas NaOH (N = 2)
G = Berat sampel (gr)
40 = Mr. NaOH
Mulai
Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
0.3
Rendemen Minyak Bekatul
0.25
(g.Minyak/g.bekatul)
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Fermentasi Hari Ke-
0.3
Rendemen Minyak Bekatul
(g.minyak bekatul.bekatul)
0.25
R² ==0.858568324895523
f(x) 0.0198899498300696 x + 0.144767222312132
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa untuk menentukan hubungan antara
rata-rata rendemen minyak bekataul dengan lama waktu fermentasi adalah melihat
nilai koefisien determinasi atau nilai regresi (R2) yang dihasilkan. Nilai R2 yang
dihasilkan sebesar 0,8586 atau jika dipersenkan menjadi 85,86%. Berdasarkan
pada Tabel 4.1 nilai R2 sebesar 85,86% termasuk dalam kriteria tingkatan
hubungan antar variabel itu kuat. Arti kuat pada hubungan ini adalah bahwa benar
metode fermentasi pada bekatul dapat meningkatkan rendemen minyak bekatul.
Hasil p-value yang dihasilkan dari perlakuan kombinasi fermentasi terhadap
proses ekstraksi sebesar 3,63 x 10−8 yang menandakan bahwa proses fermentasi
berpengaruh signifikan dalam meningkatkan rendemen minyak bekatul. Berikut
hubungan nilai koefisien dengan tingkat hubungan yang disajikan pada Tabel 4.1.
0.3
Dari data yang diperlihatkan Gambar 4.3, siklus ke-20 merupakan siklus
paling optimum dalam menghasilkan rendemen minyak bekatul yang ditunjukan
dengan titik tertinggi dari data yang diperoleh. Hal ini terjadi karena kelarutan
agen aktif yaitu minyak bekatul yang diekstrak semakin besar. Secara umum
waktu proses ekstraksi terbagi menjadi beberapa tahap diantaranya, fase
equilibrium, fase transisi, dan fase difusi [41]. Fase equilibrium merupakan fase
pertama dalam proses pengekstrakan, dimana pelarut berdifusi ke dalam padatan.
Zat yang memiliki konsentrasi tinggi akan berpindah kekonsentrasi yang lebih
rendah. Pada fasa equilibrium, terjadi perpindahan substrat pada lapisan luar
bahan yang akan diekstrak. Perpindahan substrat tersebut terjadi secara konstan
[41]. Pada Gambar 4.3 fase equilibrium terjadi pada siklus ke-0 sampai siklus ke-
4. Kemudian dilanjutkan pada fase transisi, pada tahap ini terjadi perpindahan
massa yang cukup tinggi karena zat yang terlarut (minyak bekatul) dalam padatan
(bekatul) akan larut ke dalam pelarut (n-Heksana) [41]. Minyak bekatul dapat
larut dalam n-Heksana karena terjadi adanya gaya interaksi antara molekul-
molekulnya yaitu dipol-dipol. Gaya tersebut terjadi karena zat bersifat polar-polar
atau non-polar-non polar yang saling berikatan. Jika dilihat dari Gambar 4.3 fase
transisi terjadi pada siklus ke-4 sampai siklus ke-20. Fase terakhir pada proses
ekstraksi yaitu fase difusi. Fase difusi sering disebut sebagai tahap pembatas pada
proses ekstraksi [41]. Laju ekstraksi pada fase ini berjalan lambat atau keluaran
hasil ekstrak tidak jauh berbeda, hal ini menandakan bahwa proses ekstraksi telah
mencapai waktu keseimbangan dimana perbedaan konsentrasi bernilai 0 [38].
32
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Banyaknya Siklus Ekstraksi
7.4
7.2
(g FFA/g sampel)
Kadar FFA
6.8
6.6
6.4
6.2
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Fermentasi Hari Ke-
Kadar FFA
Gambar 4. 5 Pengaruh Fermentasi Terhadap Bilangan Asam
Bilangan asam merupakan salah satu parameter dari ISI. Minyak bekatul
yang diteliti dalam penelitian ini, bilangan asam yang dihasilkan dari proses
fermentasi masih memenuhi standar dari ISI Minyak Bekatul yaitu 9 - 10
mg.NaOH/g.sampel. Untuk angka asam dari ISI Bekatul sendiri yaitu maksimal
10 mg.NaOH/g.sampel.
Dapat dilihat pada Tabel 4.2 variasi fermentasi lebih tinggi daripada bekatul
tanpa fermentasi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa dengan adanya fermentasi
dapat meningkatkan bilangan asam dan kadar FFA dari minyak bekatul
dikarenakan semakin lama waktu fermentasi maka asam lemak (Asam cis-5-
Dodecenoic) yang terbentuk semakin banyak [37]. Asam cis-5- Dodecenoic atau
34
sering disebut asam lemak laurat banyak terkandung pada kayu, biji dan minyak
[42]. Meningkatnya bilangan asam dan kadar asam lemak bebas juga dipengaruhi
oleh perombakan lignoselulosa dengan ragi tape (Saccharomyces cerevisiae) yang
menyebabkan rendemen yang dihasilkan semakin tinggi. Tingginya kandungan
asam lemak bebas dalam minyak menunjukkan kualitas minyak yang buruk.
Elovich’s
y (g.minyak bekatul/g.sampel)
0.3
0.25 f(x) = 0.111631736618903 x − 0.367458971307997
0.2 R² = 0.974635720247589
0.15
0.1
0.05
0
4 4.2 4.4 4.6 4.8 5 5.2 5.4 5.6 5.8
ln t (menit)
Parabolic Diffusion
y (g.minyak bekatul/g.sampel)
0.3
0.25 f(x) = 0.0183713016566512 x − 0.0420800047497518
0.2 R² = 0.928714037348329
0.15
0.1
0.05
0
7 9 11 13 15 17 19
t1/2 (menit)
Peleg Hyperbolic
15
bekatul/g.sampel)
1/y (g.minyak
0
0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 0.014 0.016 0.018
1/t (menit)
Power Law
0
bekatul/g.sampel)
-0.5
ln y (g.minyak
-1
-1.5 f(x) = 0.731021308007829 x − 5.39820283318517
-2 R² = 0.913667332237989
-2.5
-3
4 4.2 4.4 4.6 4.8 5 5.2 5.4 5.6 5.8
ln t (menit)
Unsteady Diffusion
0
bekatul/g.sampel)
-0.5
lny (g.minyak
-1
-1.5 f(x) = 0.00445073163936075 x − 2.50632971578272
-2 R² = 0.754726052858297
-2.5
-3
0 50 100 150 200 250 300 350
t (menit)
Weibull’s
short (ln(-ln(1-y))) (g.minyak
0
bekatul/g.sampel)
-0.5
-1
-1.5 f(x) = 0.796347998516038 x − 5.61961012552213
R² = 0.920829289573439
-2
-2.5
-3
4 4.2 4.4 4.6 4.8 5 5.2 5.4 5.6 5.8
ln t (menit)
y=E 0 + E 1 ×∫ ¿ (4.1)
Berdasarkan persamaan tersebut didapat y=-0,3675+0,1116 lnt.
Persamaan Elovich diturunkan dengan mengasumsikan bahwa laju
ekstraksi senyawa khusus menurun secara eksponensial dengan meningkatnya
hasil ekstraksi [45]. Persamaan Elovich ditulis sebagai relasi logaritma.
Persamaan diturunkan dengan asumsi bahwa tingkat ekstraksi menurun
secara eksponensial dengan meningkatnya ekstraksi yang di hasilkan:
dy
=β × exp (−αy) (4.2)
dt
β adalah laju ekstraksi awal atau ekstraksi mula-mula sedangkan α adalah cakupan
permukaan atau ekstraksi permukaan. Berdasarkan persamaan 4.2 dapat di
sesuaikan dengan data penelitian ini bahwa β=E 1 ×exp ( E0 / E1 ), Sehingga didapat
nilai β=4,14 x 1 0−3 mg/g.min, dan α =1/ E 1 α = 8,96.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari penelitian ini yaitu:
1. Perlakuan fermentasi dapat meningkatkan rendemen minyak bekatul,
waktu fermentasi yang paling optimum berada pada hari ke-5 dengan
siklus ke-20 yang menghasilkan rendemen minyak bekatul sebanyak
0,2622 g.minyak bekatul/g.bekatul.
2. Perolehan bilangan asam dan kadar FFA pada fermentasi bekatul
berbanding lurus dengan lamanya waktu fermentasi, semakin lama
fermentasi maka tingkat asam yang dihasilkan akan semakin tinggi. Angka
asam yang dihasilkan pada penelitian ini bernilai 9 – 10
mg.NaOH/g.sampel yang mana masih sesuai dengan SNI Minyak Bekatul
adalah maksimal 15 mg.NaOH/g.sampel.
38
5.2 Saran
Adapun saran untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut:
1. Memperpanjang waktu fermentasi agar dapat mengetahui waktu optimal
dalam fermentasi bekatul serta memperpanjang waktu ekstraksi agar dapat
mengetahui fase difusi.
2. Melakukan uji GC-MS kualitatif maupun kuantitatif guna mengetahui
kondisi fisiko-kimia yang terkandung dalam minyak bekatul.
39
DAFTAR PUSTAKA
[21] Kahlon, T., Chow, F.I. 1997. Hypocholesterolemic effects of oat, rice and
barleydietary fiber and fractions. Cereal Food World, 42 : 86-92.
[22] Cahyanine, M., Estiasih, E., dan Nisak, F. C. 2008. Fraksi Kaya Tokoferol
dari Bekatul Beras dengan Teknik Rekristalisasi Pelarut Suhu Rendah.
Jurnal Teknologi Pertanian . 9 (3) : 165-172.
[23] Rao B.S.N. 2000. Nutritive Value of Rice Bran. Nutrition Foundation of
India: 58.
41
[24] Diana, A.S., Ardiana D., Gita P., dan Bening Y.G., 2012. Polaritas Pelarut
Sebagai Pertimbangan Dalam Pemilihan Pelarut Untuk Ekstraksi Minyak
Bekatul Dari Bekatul Varietas Ketan (Oriza Sativa Glatinosa). Simposium
Nasional. RAPI XI FT UMS.
[25] Luh, 1991. Properties of The Rice Carryopsis. In The Rice Production. 2nd
ed. PublishingCo., Wespaort, CT.pp. 1 (6): 389-314.
[26] Gorengan Sehat dengan Minyak Bekatul. (2011, Oktober 6). Diakses pada
Agustus 28, 2020. dari artikel ilmiah:
https://amp.kompas.com/biz/read/2011/10/06/14530693/~Bugar%20&
%20Sehat~Diet?page=all#page2.
[28] Rana, P.S., dan Sony, G. 2004. In Vivo antioksidant potential rice bran oil
(RBO) in albino rats. Indian J. Physol Pharmacol. 48 (4)
[29] Rukmini, C. 1986. Rice bran oil and hypocholesterolemia in rats. Lipids,
21:715- 717.
[37] Amalia, R.N., 2016. Pengaruh pH dan Suhu Pada Peningkatan Aktivitas
Antioksidan Bekatul Terfermentasi oleh Bacillus brevis. Skripsi. Malang.
UIN Maulana Malik Ibrahim.
[38] Zubaidah, E., Ella, S., dan Josep, H. 2012. Studi Aktivitas Antioksidan
pada Bekatul dan Susu Skim Terfermentasi Probiotik (Lactobacillus
plantarum B2 dan Lactobacillus acidophillus). Jurnal Teknologi Pertanian,
13(2):111–118.
[39] Sukma, M. C., & Ibrahim, M. (2016). Developing materials for active
learning of guided inquiry-integrated bowling campus on the topic of sense
of hearing and sonar system of living organism. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia, 5(2), 256-260.
[40] Sahriawati and A. Daud, “Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Ikan Metode
Dan Suhu Berbeda,” J. Galung Trop., vol. 5, no. 3, pp. 164–170, 2016.
[41] Xiao, Q., C., Qin, L., Fan, Z., 2005. Microwave Assited Extraction of
Polysaccharides From Solanum Nigrum, Journal of Central and South
University Technology, 12(5) : 556-560.
[42] H. Smith and S. Idrus, “Kontribusi Lama Pemeraman Daun dan Modifikasi
Saringan Ketel Terhadap Laju Distilat dan Rendemen Minyak Nilam Asal
Maluku,” Maj. BIAM, vol. 15, no. 02, pp. 106–113, 2019.
43
[43] Sri, S. H. Dkk. 2013. Analisis Asam Lemak Omega-3 dari Minyak Kepala
Ikan Sunglir (Elagatis bipinnulata) melalui Esterifikasi Enzimatik. Jurnal
Natur Indonesia 15 (2) : 75 – 83.
[52] M. Akmaliyah, “済無 No Title No Title,” J. Chem. Inf. Model., vol. 53, no.
9, pp. 1689–1699, 2013.
[54] kue tradisional khas Aceh and kue tradisional khas Aceh, “No 主観的健康
感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構
造分析 Title,” vol. 2507, no. February, pp. 1–9, 2020.
45
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN DATA PENELITIAN
Ekstrak di
Labu Ekstrak
Ekstrak botol
Variabel Siklus dan Botol dan
di labu sebelum
ekstrak botol
penguapan
4 363,6 7,4 12,25 15,03 2,78
8 364,6 8,4 12,2 15,83 3,63
NF 12 366,06 9,86 12,18 18,71 6,53
16 363,5 7,3 12,3 17,32 5,02
20 362,24 6,04 12,16 16,96 4,8
4 361,94 5,74 12,26 14,38 2,12
8 364,5 8,3 12,22 15,99 3,77
F2 12 365,16 8,96 12,2 19,26 7,06
16 368,12 11,92 12,23 18,16 5,93
20 365,92 9,72 12,22 17 4,78
4 363,26 7,06 12,15 17 4,85
8 364,04 7,84 12,21 17,93 5,72
F3 12 365,24 9,04 12,33 17,54 5,21
16 363,64 7,44 12,6 16,85 4,25
20 363,36 7,16 12,22 15,48 3,26
4 365,56 9,36 12,25 17,31 5,06
8 365,74 9,54 12,2 17,74 5,54
F4 12 369,34 13,14 12,23 23,05 10,82
16 366,04 9,84 12,25 20,67 8,42
20 370,24 14,04 12,18 22,9 10,72
46
Keterangan :
0 0 0 0 0 0
4 12,25 15,72 3,47 0,0346 0,0346
8 12,2 16,06 3,86 0,0385 0,0731
F4
12 12,23 19,96 7,73 0,0771 0,1502
16 12,25 16,48 4,23 0,0422 0,1925
20 12,18 14,9 2,72 0,0271 0,2196
0 0 0 0 0 0
4 12,18 20,06 7,88 0,0786 0,0786
F5 8 12,25 22,88 10,63 0,1060 0,1847
12 12,23 15,44 3,21 0,0320 0,2167
16 12,23 14,57 2,34 0,0233 0,2401
20 12,18 14,39 2,21 0,0220 0,2621