Professional Documents
Culture Documents
1105-Article Text-2732-1-10-20211225
1105-Article Text-2732-1-10-20211225
1105-Article Text-2732-1-10-20211225
Oleh
Yuniarti1), Zakiah2)
1,2Poltekkes Kemenkes Banjarmasin
Email: 1Yuniartifaathir@gmail.com
Abstract
The teenage girls is a group to suffering from anemia. Anemia are public health problems,
prevalensinya is still high especially in teenagers girls in the world of 30.2 percent, 45.7 percent in
South Eastern Asia (WHO, 2008). City Banjarbaru including district with prevalence of anemia in
teenagers higher than prevalence of South Kalimantan.The purpose of this research is to know
factors that deals with anemia in teenage girls in Banjarbaru city 2018. The design of this study is
descriptive analytic with cross sectional used a quantitative approach. The research variable is
teenage knowledge, body image, drinking tea regulary, menstruation period, meal frequency,
consumption supplements, mothers education, family size, family income, and anemia in teenage
girls. This study conducted in Cempaka districts Banjarbaru city. The population in this study was
teenage girls that studied in Junior High School Cempaka districts Banjarbaru city. Used clusters
sampling with 115 respondents. Analysis bivariat used chi square and multivariate analysis with
logistic regression test. There was a the relation between body image, consumption supplement
with anemia in teenagers girls in banjarbaru city, there was no relation between knowledge,
drinking tea regulary, menstrual period, meals frequency, mother education, family size and family
income by anemia with anemia in teenagers girls in banjarbaru city.
Keywords: Anemia In Teenage, Knowledge, Body Image, Drinking Tea Regulary,
Menstruation Period, Meal Frequency, Consumption Supplements, Mothers
Education, Family Size, And Family Income
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.7 Desember 2021 2255
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian PNS 20 17,4
Anemia Remaja Tidak bekerja 3 3,7
Karakteristik Jumlah %
Umur Remaja Pendidikan Ayah
12 Th 33 28,7 SMP 20 17,4
13 Th 20 53,9 SMU 62 53,9
14 Th 62 17,4 PT 33 28,7
Status
gizi Tabel 2. menunjukkan karakterisitik keluarga
BB/TB 43 37,4 responden yaitu sebagian besar ibu adalah ibu
Kurang 72 62,6 Rumah tangga 72 respomden (62,6%),
Baik pekerjaan ayah sebagian besar adalah Buruh
Jumlah Saudara yaitu sebesar 36 responden (53,9%) dan
1 Org 30 25 pendidikan ayah sebagian besar adalah SMU
2 Org 20 17,4 yaitu 62 responden (53,9%)
3 Org 36 53,9 Hasil analisis univariate dapat dilihat pada table
> 3 Org 3 3,7 berikut :
Frekuensi Tabel 3. Analisis univariat Responden
makan 33 28,7 Penelitian Anemia Remaja
1 kali sehari 20 17,4 Variabel Jumlah %
2 kali sehari 62 53,9 Anemia remaja putri
3 kali sehari • Anemia 46 40
Umur • Tidak anemia 69 60
menarche 33 28,7 Pengetahuan
< 11 tahun 62 53,9 • Kurang 20 17,4
11 - 13 tahun 20 17,4 • Cukup 62 53,9
> 13 tahun • Baik 33 28,7
Body Image
Berdasarkan 1 dapat dilihat karakteristik • Negatif 27 23,5
responden . sebagian besar responden berusia • Positif 88 76,5
14 tahun (17,4%), status gizi remaja sebagian
besar baik 72 responden (62,6%), jumlah
Kebiasaan minum Teh
saudara remaja putri sebagian besar adalah 3
• Ya 43 37,4
orang yaitu berjumlah 36 responden (53,9%).
Frekuensi makan di dalam keluaga adalah 3 kali • Tidak 72 62,6
sehari yaitu 62 responden (58,9%), umur •
remaja mengalami menarche sebagian besar Lama menstruasi
adalah adalah antara 11 sd 13 tahun yaitu • Panjang 18 15,7
sebesar 62 responden (53,9%). • Normal 97 84,3
Tabel 2. Karakteristik keluarga Responden Frekuensi makan
Penelitian Anemia Remaja • ≥ 3 kali sehari 54 47
Karakteristik Jumlah % • < 3 kali sehari 61 53
Pekerjaan Ibu Konsumsi suplemen
Ibu Rumah tangga 72 62,6 • Tidak 24 20,9
Bekerja 43 37,4 • Ya 91 79,1
Pekerjaan Ayah Pendidikan Ibu
Petani 30 25 • Pendidikan 81 70,4
Buruh 36 53,9 Dasar 29 25,2
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2256 Vol.2 No.7 Desember 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
• Pendidikan 5 4,3 Tabel 4. Hubungan variabel bebas dengan
Menengah Anemia Remaja
• Pendidikan Variabel
Anemia
Anemia Remaja Putri
Tidak Anemia Jumlah P
Tinggi n % N % n %
Pengetahuan
Besar Keluarga • Kurang 11 55,0 9 45,0 20 100 0,300
• Keluarga Besar 41 35,7 • Cukup 22 35,5 40 64,5 62 100
> 4 Org 74 64,3 • Baik 13 39,4 20 60,6 33 100
• Keluarga kecil
Body Image
≤ 4 Org • Negatif 16 59,3 11 40,7 27 100 0,020*
Pendapatan Keluarga • Positif 30 34,1 58 65,9 88 100
• Pendapatan 39 66,1 Kebiasaan minum
Teh
tinggi 76 33,9 • Ya 17 39,5 26 60,5 43 100 0,937
•
• Pendapatan Tidak 29 40,3 43 59,7 72 100
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2258 Vol.2 No.7 Desember 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
negatif dan mengalami anemia sejumlah 16 remaja tidak menyadari bahwa kebiasaan
responden (59,3%). Remaja putri biasa sangat makan mereka saat ini akan berdampak pada
memperhatikan bentuk tubuh, sehingga banyak status kesehatan mereka di kemudian hari15.
yang membatasi konsumsi makanan, serta Jika seorang remaja menjaga pola konsumsinya
banyak yang menjadi pantangannya. Sehingga dengan baik maka status gizinya juga akan baik,
dalam konsumsi makanan tidak stabil, serta sedangkan seorang remaja yang mempunyai
pemenuhan gizinya kurang. Bila asupan makan pola konsumsi yang buruk maka status gizinya
kurang maka cadangan besi banyak yang buruk (kurang).
dibongkar. Keadaan yang seperti inilah Pada penelitian ini ditemukan tidak ada
mempercepat terjadinya anemia7. Remaja putri hubungan antara kebiasaan minum teh remaja
seringkali menjaga peampilan, keinginan tetap dengan kejadian anemia pada remaja. Terdapat
langsing sehingga berdiet dan mengurangi beberapa makanan yang mengandung zat
makan sehingga pola makan tidak teratur penghambat absorbsi besi diantaranya adalah
khususnya yang mengandung banyak zat besi beberapa jenis sayuran yang mengandung asam
yang etrdapat pada lauk hewani. Diet yang tidak oksalat, beberapa jenis serelia dan protein
seimbang dengan ketubuhan zat gizi tubuh akan kedelai yang mengandung asam fitrat, serta teh
menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi yang dan kopi yang mengandung tanin16. Bila besi
penting seperti besi4. tubuh tidak terlalu tinggi, sebaiknya tidak
Body Image yang dimiliki remaja akan minum teh atau kopi pada waktu makan.
berpengaruh kepada beberapa perubahan Kebiasaan minum teh paling tidak sejam
perilaku13. Perubahan prilaku yang terkait sebelum atau setelah makan akan mengurangi
dengan status gizi adalah seperti perubahan daya serap sel darah terhadap zat besi sebesar
porsi makan, perubahan waktu makan, dan 64 %1.
perubahan jenis makanan yang dikonsumsi. Pengurangan daya serap akibat teh ini
Perubahan ini terbentuk akibat body image lebih tinggi daripada akibat sama yang
yang dimiliki remaja tersebut yaitu body image ditimbulkan oleh minum segelas kopi setelah
negatif. Body image negatif dikarenakan makan. Kopi mengurangi daya serap hanya 39
komentar dan tanggapan dari teman-teman. %. Bila kita makan menu standar plus segelas
Remaja akan menarik diri dan merasa lebih teh, zat besi yang diserap hanya setengah dari
nyaman berada sendirian daripada bergaul makanan yang kita makan. Pengurangan daya
dengan teman teman. Anggapan tentang body serap zat besi itu diakibatkan oleh zat tanin
image yang ideal itu biasanya memicu remaja dalam teh. Sifat zat ini mengikat mineral. Anda
putri untuk melakukan apapun untuk memenuhi mungkin sering melihat adanya lapisan tipis di
standar tersebut. Fenomena fenomena terhadap permukaan air teh, bila air yang dipergunakan
gambaran wanita dengan kulit putih, badan banyak mengandung mineral (air sadah).
langsing dan berambut panjang terjadi di Lapisan tipis tersebut sesungguhnya adalah
masyarakat saat ini sehingga menyebabkan hasil reaksi antara mineral dengan tanin,
remaja putri yang mudah terpengaruh berusaha membentuk tanat. apabila tanin tersebut
keras agar dapat memenuhi gambaran bereaksi dengan mineral-mineral dalam
tersebut14. Usaha yang dilakukan dapat seperti makanan, maka mineral tersebut akhirnya tidak
merubah pola konsumsi mereka. Biasanya dapat digunakan tubuh dan terbuang bersama
perubahan ini kearah yang kurang baik atau feses. Berdasarkan hasil penelitian dan teori
menyimpang dari yang seharusnya. Kebiasaan diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu
makan dapat membentuk pola konsumsi penyebab timbulnya anemia defisiensi besi.
pangan. Konsumsi pangan dipengaruhi pula Pada penelitian ini ditemukan tidak ada
oleh pengetahuan gizi dan persepsi remaja hubungan antara lama menstruasi remaja
mengenai tubuhnya (body image). Banyak dengan kejadian anemia pada remaja,
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.7 Desember 2021 2259
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
penelitian ini tidak sejalan dengan teori dengan misalnya roti, tepung-tepungan, sumber zat
penelitiaan Arisman, remaja putri merupakan pembangun misalnya ikan, telur, ayam, daging,
kelompok resiko terkena anemia karena setiap susu, kacang-kacangan, tahu, tempe, dan
bulannya remaja putri mengalami menstruasi. sumber zat pengatur seperti sayur-sayuran,
Seorang wanita yang mengalami menstruasi buah-buahan. Masa remaja terdapat
banyak selama lebih dari normal yang selalu peningkatan asupan makan siap saji yang
dikhawatirkan akan kehilangan besi, sehingga cenderung tinggi lemak, energi, natrium dan
membutuhkan besi penganti lebih banyak dari rendah asam folat, serat dan vitamin A17. .
pada wanita yang menstruasinya normal dan Pada penelitian ini ditemukan ada
sedikit4. hubungan antara kebiasaan konsumsi suplemen
Hasil penelitian menunjukkan remaja dengan kejadian anemia pada remaja,
dengan lama menstruasi yang panjang dan penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang
mengalami anemia sejumlah 8 responden menyatakan bahwa Penyerapan zat besi ini
(44,4%). Anemia yang terjadi disebabkan oleh dipengaruhi oleh faktor adanya protein hewani
kehilangan darah yang berlebihan saat dan vitamin C. sedangkan yang menghambat
menstruasi sehingga mengakibatkan terjadinya serapan adalah kopi, teh, garam kalsium dan
penurunan kadar hemoglobin di dalam darah. magnesium, karena bersifat mengikat zat besi.
Pada remaja dengan menstruasi yang lebih Menurunnya asupan zat besi yang merupakan
panjang pengeluaran darah yang dialami unsur utama pembentukan hemoglobin maka
cendrung lebih banyak dari normal dan kadar/produksi hemoglobin juga akan
18
pengeluaran hemoglobin didalam tubuh ikut menurun .
berkurang bersamaan dengan keluarnya darah Vitamin C meningkatkan penyerapan zat
menstruasi, hemoglobin berfungsi untuk besi yang memainkan peran penting dalam
megikat oksigen dalam darah, hemoglobin fungsi tubuh Anda. Zat besi membantu
yang menurun pasokan oksigen didalam tubuh membuat hemoglobin, bagian dari sel darah
ikut berkurang sehingga oksigen dan darah merah yang membawa oksigen. Vitamin C juga
untuk organ vital seperti jantung, pru-paru, membantu dalam produksi sel darah merah.
otak. Oksigen yang.berkurang diotak dapat Kekurangan vitamin C bisa menyebabkan
menimbulkan keadaan pusing dan pucat karena anemia, atau jumlah sel darah rendah. Sumber
terjadinya penurunan sirkulasi darah kapiler dari vitamin C adalah sayuran dan buah-
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya buahan, terutama buah jeruk. Buah jeruk
anemia. termasuk jeruk, grapefruits, jeruk keprok, dan
Hasil penelitian menunjukkan tidak buah-buahan yang serupa. Buah-buahan segar
terdapat hubungan antara frekuensi makan dan beku, sayuran, dan jus biasanya memiliki
dengan kejadian anemia pada remaja putri lebih banyak vitamin C daripada yang
(p>0,05). Penyebab rendahnya kadar kalengan. Kekurangan vitamin C bisa terjadi
hemoglobin dalam darah salah satunya adalah jika tidak mendapatkan cukup vitamin C dari
asupan yang tidak mencukupi kebutuhan gizi makanan yang dikonsumsi . Kekurangan
remaja. Asupan zat gizi sehari-hari sangat vitamin C juga mungkin terjadi jika sesuatu
dipengaruhi oleh frekuensi makan. Hal ini mengganggu kemampuan untuk penyerapan
mungkin terjadi karena penelitian ini tidak vitamin C dari makanan. Misalnya, merokok
meneliti tentang asupan nutrisi dan model mengganggu kemampuan tubuh untuk
bahan makanan yang dikonsumsi oleh remaja menyerap vitamin C. Asam folic dan vitamin
putri. Pola makan memberikan gambaran C diperlakukan untuk mencegah terhadap
mengenai frekuensi, macam dan model bahan kejadian anemia.
makanan yang dikonsumsi tiap hari. Frekuensi Pada penelitian ini ditemukan tidak ada
makan yang dianjurkan adalah tiga kali sehari hubungan antara pendidikan ibu dengan
bagi remaja yang terdiri atas sumber zat tenaga kejadian anemia pada remaja. pendidikan ibu
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2260 Vol.2 No.7 Desember 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
merupakan modal utama dalam penunjang Pengetahuan gizi menjadi landasan yang
ekonomi keluarga juga berperan dalam menentukan konsumsi pangan. seorang ibu
penyusunan makan keluarga, serta pengasuhan yang berpendidikan rendah, kurang
dan perawatan anak. Bagi keluarga dengan memperhatikan makanan yang dikonsumsi
tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih anaknya dan kurang memperhatikan
mudah menerima informasi kesehatan pemenuhan kebutuhan gizi seimbang. Bagi
khususnya bidang gizi, sehingga dapat keluarga dengan tingkat pendidikan yang tinggi
menambah pengetahuannya dan mampu akan lebih mudah menerima informasi
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari20. kesehatan khususnya bidang gizi, sehingga
Pendidikan ibu dapat mempengaruhi dapat menambah pengetahuannya dan mampu
kejadian anemia pada remaja putri. Tingkat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari21.
pendidikan ibu yang lebih tinggi akan Hal ini juga sesuai dengan pendapat
mempengaruhi pengetahuan dan informasi Notoatmodjo bahwa semakin tinggi
tentang gizi yang lebih baik dibandingkan pendidikan maka ia akan mudah menerima
seseorang yang berpendidikan lebih rendah. halhal baru dan mudah menyesuaikan dengan
pendidikan orangtua yang baik akan hal yang baru tersebut10. Secara teori,
memungkinkan orangtua dapat memantau dan pendidikan ibu dapat berhubungan dengan
menerima informasi tentang kesehatan kejadian anemia.Pendidikan ibu merupakan
anaknya. Semakin tinggi tingkat pendidikan faktor yang sangat penting. Tingkat pendidikan
seseorang maka diasumsikan bahwa ibu secara langsung maupun tidak langsung
kemampuannya akan semakin baik dalam dapat menentukan pengetahuan dan
mengakses dan menyerap informasi demi keterampilan dalam menentukan menu
memenuhi kebutuhan gizinya19. keluarga yang selanjutnya akan berpengaruh
Pada penelitian ini diketahui remaja putri terhadap status kesehatan keluarga termasuk
lebih banyak memiliki ibu yang berpendidikan kejadian anemia pada anaknya21.
sampai sampai SD. Ibu yang berpendidikan Pada penelitian ini ditemukan tidak ada
tinggi cenderung akan memberikan makanan hubungan antara besar keluarga dengan
yang sehat kepada anaknya, sedangkan ibu kejadian anemia pada remaja. Berdasarkan
yang berpendidikan rendah akan cenderung hasil penelitian dapat diketahui bahwa secara
memberikan makanan yang enak tetapi kurang keseluruhan remaja putri sebagian besar
sehat. memiliki keluarga besar yang terdiri atas 4
Bagi keluarga dengan tingkat pendidikan anggota keluarga atau lebih. besar keluarga
yang tinggi akan lebih mudah menerima akan mempengaruhi pengeluaran rumah
informasi kesehatan khususnya bidang gizi, tangga. Semakin besar keluarga maka semakin
sehingga dapat menambah pengetahuannya dan kecil peluang terpenuhinya kebutuhan individu.
mampu menerapkan dalam kehidupan sehari- Hal ini dapat disebabkan karena besarnya
hari20. Hal ini juga sesuai dengan pendapat anggota keluarga berkaitan dengan pemenuhan
Notoatmodjo bahwa semakin tinggi pendidikan kebutuhan individu. Besarnya keluarga dapat
maka ia akan mudah menerima hal hal baru dan mempengaruhi belanja pangan. Pendapatan
mudah menyesuaikan dengan hal yang baru perkapita dan belanja pangan akan menurun
tersebut10. sejalan dengan meningkatnya jumlah anggota
Menurut Rahmawati (2006), tingkat keluarga.
pendidikan terakhir ibu contoh merupakan Pada penelitian ini ditemukan tidak ada
salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hubungan antara pendapatan keluarga dengan
pola asuh anak termasuk status gizi. Hal ini kejadian anemia pada remaja, penelitian ini
karena pendidikan ibu sangat penting dalam tidak sejalan dengan Fajrin dalam
mendidik anak-anak dalam keluarganya. penelitiannya menyebutkan penyebab anemia
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.7 Desember 2021 2261
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
diantaranya karena konsumsi dan absorbsi zat PENUTUP
besi yang rendah, kehilangan darah yang terus Kesimpulan
menerus, infeksi cacing, asupan protein dan Anemia pada remaja putri di SMP
sosial ekonomi yang rendah22. Tingkat sederajat yang ada di Kecamatan Cempaka
ekonomi (pendapatan) masyarakat Indonesia masih tinggi yaitu 40%. Faktor yang
yang masih tergolong rendah membuat berhubungan dengan kejadian anemia pada
penyediaan pangan yang kurang baik bagi remaja putri adalah body image dan konsumsi
keluarga. Melihat kondisi ekonomi masyarakat suplemen, sedang Pengetahuan, kebiasaan
saat ini, kebutuhan zat besi sulit sekali minum teh, lama haid,frekuensi makan,
terpenuhi melalui konsumsi makanan yang pendidikan ibu dan besar keluarga. Disarankan
kaya akan zat besi, karena umumnya bahan untuk remaja putri yang merupakan calon
makanan ini harganya cukup mahal. Hal ini generasi penerus yang masih tumbuh dan
mempengaruhi pemenuhan asupan gizi yang berkembang untuk mengkonsumsi nutrisi yang
akan mempengaruhi pula dengan pemenuhan bergizi, remaja putri dalam menjaga
kebutuhan zat besi. pendapatan keluarga penampilan tidak mengabaikan terhadap
merupakan salah satu pengubah ekonomi yang kesehatan , misalnya diet sehat, makan teratur
cukup dominan sebagai determinan konsumsi walau porsi kecil. Untuk keluarga diharapkan
pangan. Pendapatan/penghasilan yang kecil dapat memperhatikan kebutuhan nutrisi remaja
tidak dapat member cukup makan pada anggota putri. Nutrisi yang seimbang sangat diperlukan
keluarga yang dapat mempengaruhi remaja untuk menunjang pertumbuhan dan
dalam mengkonsumsi zat gizi dan pengadaan perkembangannya,
aneka ragam makanan yang berdampak pada
kurangnya asupan zat besi. Rendahnya asupan DAFTAR PUSTAKA
zat besi kedalam tubuh yang berasal dari [1] Proverawati, A. (2011). Anemia dan
konsumsi zat besi dari maknan sehari-hari ansemia kehamilan. Yogyakarta: Nuha
merupakan salah satu penyebab terjadinya Medika.
anemia. Uraian di atas sejalan dengan hasil [2] Riskesdas (2013). Badan penelitian dan
penelitian Farida yang menyatakan bahwa pengembangan kesehatan. 2013. Riset
kejadian anemia pada remaja putri dengan Kesehatan Dasar Kementrian kesehatan
keluarga berpendapatan rendah lebih besar republik indonesia. Jakarta
dibandingkan keluarga berpendapatan tinggi21. [3] Arumsari, 2008. Faktor Risiko Anemia
Berdasarkan hasil penelitian dan teori di atas Pada Remaja Putri Peserta Program
maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa Pencegahan Dan Penanggulangan
responden dengan pendapatan keluarga rendah Anemia Gizi Besi (PPAGB) Di Kota
lebih cenderung anemia dibandingkan dengan Bekasi [skripsi]. Bogor: Fakultas
remaja putri yang pendapatan keluarganya Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
tinggi, hal ini disebabkan karena keluarga [4] Arisman. 2010. Gizi dalam Daur
dengan penghasilan tinggi memiliki Kehidupan. EGC, Jakarta
kemampuan untuk membeli makanan serta [5] Dinkes Propinsi Kalsel 2015. Profil
memudahkan dalam memilih bahan makanan Kesehatan Kalimantan Selatan 2015
atau jenis hidangan yang akan disajikan. [6] Proverawati, Atikah dkk. 2011. Menarche
Peningkatan pendapatan akan berpengaruh Menstruasi Pertama Penuh Makna.
pada perbaikan kesehatan dan kondisi keluarga Yogyakarta : Nuha Medika.
yang selanjutnya berhubungan dengan gizi [7] Kirana D. 2011. Hubungan Asupan Zat
termasuk diantaranya status anemia. Gizi dan Pola Menstruasi Dengan
Kejadian Anemia pada Remaja Putri di
SMA N 2 Semarang.
http://eprints.undip.ac.id/32594/..
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2262 Vol.2 No.7 Desember 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
[8] Grogan, Sarah. 2008. Body Image: [21] Gunatmaningsih, D. (2007).Faktor faktor
Unerstanding Body Dissatisfaction in yang Berhubungan dengan Kejadian
Men, Women and Children. New York Anemia pada Remaja Putri di SMA
: Routletge Negeri 1 Kecamatan Jatibarang
[9] Briawan D. 2013. Masalah Gizi pada Kabupaten Brebes . Skripsi. Semarang.
Remaja Wanita. EGC, Jakarta FIK - JIKM UNS
[10] Notoatmodjo, S., 2010. Pendidikan dan [22] Farida I. 2007. Determinan Kejadian
Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Anemia pada Remaja Putri di Kecamatan
Cipta Gebog Kabupaten Kudus Tahun 2006.
[11] Brown JF, Isaacs JS, Krinke UB, [Tesis]. Semarang (ID): Universitas
Murtaugh MA, Stang J, Wooldridge NH. Diponegoro.
Nutriton Through the life cycle. second [23] Fajrin A. 2012. Faktor risiko sosial
edition. Thomson Wadsworth. USA. ekonomi, asupan protein, asupan zat besi
2004 terhadap kejadian anemia pada anak
[12] Abramson E. 2007. Body Intelligence: sekolah. Jurnal Gizi Indonesia Volume 35
Menurunkan dan Menjaga Berat Badan (1): 22-29.
Tanpa Diet. Dwi Prabantini, penerjemah.
Yogyakarta (ID)
[13] Andea, Raisa (2012). Hubungan Body
Image dan Prilaku Diet pada Remaja
[14] [Skripsi]. Sumatra Utara; Universitas
Sumatra Utara
[15] Chairiah, Putri (2012). Hubungan
Gambaran Body Image Dan Pola Makan
Remaja Putri Di Sma 38 [Skripsi].
Jakarta: Universitas Indonesia.
[16] Stang, J dan M. Story. 2004. Guideline
For Adolescent Nutrition Service. Dalam:
Razak, Maryam. Perubahan Pola
Konsumsi Dan Status Gizi Mahasiswa
Putra Dan Putri TPB IPB.[Skripsi].
Bogor: Institut Pertanian Bogor; 2009
[17] Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu
Gizi. Jakarta: Gramedia. Cetakan IX.
[18] Panat AV, Sambhaji A, Pathare, Asrar S,
Gangadhar Y. Rohokale (2013). Iron
deficiency among rural college girls :a
result of poor nutrition dan prolonged
menstruation. Journal of Community
Nutrition & Health. 2013. Vol.2. Issue 2.
[19] Tarwoto, Wasnidar, 2007, Buku Saku
Anemia Pada Ibu Hamil, Jakarta: Trans
Info Medika
[20] Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar
Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)