Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH Ragam Model KLP 3
MAKALAH Ragam Model KLP 3
RAGAM MODEL
Oleh :
Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kepada tuhanyang maha esa atas limpah rahmat
dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Ragam Model”
Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ibu
Niluh Ayu Eka Damayanti, S.Pd., M.Si selaku dosen mata kuliah Desain
Pembelajaran yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk
menyelesaikan tugas ini.
Kami berharap agar makalah tentamg Ragam Model ini dapat bermanfaat
dalam rangka menambah pengetahuandan juga wawasan bagipembaca sekalian.
Penyusun
Palu,13 september 2022
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan................................................................................................19
3.2 Saran...........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang
teratur atau sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian atau
penjelasan berikut saran. Uraian dan penjelasan menunjukan bahwa suatu model
disain pembelajaran menyajikan bagaimana suatu pembelajaran dibangun atas
dasar teori-teori seperti belajar, pembelajaran, psikologi, komunikasi, system, dan
sebagainya. Tentu saja semua mengacu pada bagaimana penyelenggaraan proses
belajar dengan baik Sebagai saran, disain pembelajaran mengandung aspek
bagaimana sebaiknya pembelajar an diselenggarakan atau diciptakan melalui
serangkaian prosedur serta penciptaan lingkungan belajar. Selain itu, disain
pembelajaran terdiri atas kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan untuk satu
proses belajar.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.2 Rasional Ragam Model Pembelajaran
3
seperti sebuah skema. Maka, tampilan visual suatu disain pembelajaran di
antaranya dapat berupa:
Uraian atau naratif
Skema
Melingkar
Prosedural, atau
Kombinasi dari model-model di atas
d. Penjabaran Komponen di Dalamnya
Berdasarkan tampilan visual tadi, maka komponen yang terdapat di
dalam model-model disain pembelajaran yang ada menjadi berbeda-beda pula.
Jika model berbasis sistem, maka komponen yang disajikan cenderung rinci,
dan cocok bagi suatu organisasi. Sedangkan model kegiatan belajar mengajar
(KBM) memiliki komponen lebih sedikit dibandingkan dengan model berbasis
sistem. Lebih jelas lagi tentang komponen ini akan dijabar kan pada uraian
setelah ini.
Tampilan visual dan banyaknya komponen yang ada pada suatu disain
pembelajaran mengandung makna yang mendalam bagi disain pembe lajaran
tersebut. Model KBM mengandung makna komunikasi dan inter aksi yang
terjadi antara pebelajar dan pengajar. Alur penyampaian materi jelas terlihat
sehingga proses belajar bisa dipantau dengan baik.
f. Cakupan
4
2.3 Komponen Dasar: Perbandingan
5
yang dapat diamati disebut tujuan khusus. Tujuan pembe lajaran khusus acap
kali disebut sebagai tujuan khusus kinerja atau dengan istilah aslinya
performance objectives.
c. Analisks Pembelajaran
Analisis pembelajaran adalah proses menganalisis topik atau materi yang
akan dipelajari. Analisis toplk dikaitkan dengan kemampuan awal, jika
dibutuhkan. Dengan demikian, disainer dapat memperkirakan tahap an
penguasaan materi dan kategorisasi materi itu sendiri. Analisis pem belajaran
dilakukan agar kendala belajar seperti tingkat kesulitan atau perilaku awal yang
belum dikuasai dapat ditelusuri dan diantisipasi.
d. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh perancang dalam
menentukan tehnik penyampaian pesan, penentuan metode dan media, alur isi
pelajaran, serta interaksl antara pengajar dan peserta didik
Strategi pembelajaran dapat dikembangkan secara makro atau mikro.
Strategi pembelajaran makro adalah strategi pembelajaran yang diterapkan
untuk kurun waktu satu tahun, atau satu semester. Sedangkan, strategi
pembelajaran mikro dikembangkan untuk satu KBM. Strategi pembelajaran
dilaksanakan melalui (cf: Suparman, 1997), yaltu:
Pemanfaatan media (OHP materials, program VCD, lingkungan, dan
seterusnya)
Pemilihan metode (diskusi, belajar kooperatif, praktik) Alokasi waktu
(satu jam pelajaran, satu semester, dan seterusnya)
Alokasi narasumber (guru, ahli materi, master performer, dan seterusnya)
e. Bahan Ajar
6
format materi yang diberikan kepada pebelajar. Format tersebut dapat dikaitkan
dengan media tertentu, handouts atau buku teks, permainan, dan sebagainya.
f. Penilalan belajar
Penilaian adalah masukan bagi disainer dan guru agar mereka tahu apa
yang menyebabkan pebelajar berhasil atau gagal. Selanjutnya langkah apa yang
harus dilakukan. Penilalan yang dilakukan sering dalam bentuk asesmen tes,
baik yang bersifat objektif atau subjektif. Sekolah di Indonesia jarang
menggunakan penilaian belajar nontes, seperti pengamatan atau survel. Padahal
kedua jenis penilaian belajar saling mendukung satu sama lain atas perolehan
innformasi keberhasilan belajar seseorang.
7
Manfaat model prosedural, yakni:
Merencanakan Merevisi
pembelajaran pembelajaran
Mengembang
Menganalisis kan strategi
Mendisain dan
pesertadidik pembelajaran
melaksanakan
serta aspek
evalusai
terkait
sumatif
8
Perencanaan
revisi
n
a Masalah Krakteristik
n Sumber pembelajaran peserta didik
a belajar Analisis
tugas
Evaluasi
y Instrumen
a Evakuasi Tujuan
l Penyampaia pembelajaran
n Strategi n
Urutan isi
pembelajara pembelajara
n n
Evaluasi formatif
Pengelolaan Proyek
Ilustrasi 3.2
Model Kemp,morrison & Ross
9
jumlah komponen relatif banyak dibandingkan model lain; dengan jumlah
komponen yang relatif banyak, maka dengan sendirinya model ini termasuk
lengkap.
sering kali diawali dengan komponen analisis kebutuhan, analisis lain terkait
dengan pembelajaran seperti lingkungan sekolah atau pekerjaan; memisahkan
penilaian proses belajar dan penilaian terhadap program pembelajaran;
merupakan prosedur pengembangan karena adanya alur umpan balik
(feedback) dan komponen revisi; serta
dapat saja mencantumkan aspek manajemen pelaksanaan disain pem belajaran
itu sendiri seperti pengelolaan SDM dan waktu yang diper lukan untuk seluruh
kegiatan disain pembelajaran.
Mengevaluasi pembelajaran
10
Disain pembelajaran materi ajar menitikberatkan bagaimana suatu topik
yang menjadi bagian dari suatu materi atau mata ajaran disampaikan kepada
pebelajar. Model ini cenderung mengembangkan strategi pembelajaran tertentu
seperti menggunakan media tertentu atau metode ter tentu agar materi dapat
dikuasi oleh pebelajar dengan baik Secara khusus, model disain materi ajar
mempunyai ciri-ciri seperti:
komponen yang ada tidak banyak, dan cenderung model disain ini sederhana,
misalnya hanya ada tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dikuasai,
kategorisasi materi ajar, dan strategi penyampaian;
strategi penyampaian cenderung memberikan masukan bagaimana cara
menjelaskan atau menyajikan materi di kelas;
kebanyakan mengacu kepada materi bersifat kognitif; dan dapat di laksanakan
oleh pengajar tanpa tim khusus.
e. Model Produk
Model produk ditandai dengan pekerjaan yang harus dilaksanakan
untuk memproduksi suatu bahan ajar. Modul ini sering kali diawali dengan tahap
perencanaan, yaitu rumusan tujuan belajar, analisis kebutuhan pe belajar. Setelah
itu, tahap pengembangan, yakni tentang pengembangan topik, penyusunan draf,
produksi prototipe dari satu jenis produk yang akan digunakan untuk belajar.
Tahap ketiga yaitu penilaian dengan melak sanakan uji coba prototipe produk
serta perbaikannya berdasarkan masuk an yang telah diperoleh sebelumnya.
menemukan
menggunakan
mengingat
11
dari sisi peserta didik, model ini merancang satu periode belajar tertentu.
Model ini memang hanya menitikberatkan pada satu KBM. Jika ditinjau Disain
pembelajaran untuk KBM sebenarnya memandu seorang pengajar bagaimana
mengelola, menciptakan interaksi belajar mengajar bahkan memotivasi pebelajar
dengan tepat. Kreativitas pengajar, kerja sama peng ajar dengan pebelajar dan
pihak lain yang terlibat dapat dikembangkan dengan baik dalam model KBM ini.
12
Disain KBM biasanya memiliki ciri-ciri menonjol seperti:
relatif lebih banyak komponennya dibandingkan dengan model materi ajar.
Komponen tersebut di antaranya analisis pebelajar, rumusan tujuan
pembelajaran, strategi pembelajaran, sistem penyampaian, penilaian proses
belajar dan penilaian pembelajaran.
tak jarang aspek perbaikan juga dicantumkan di dalamnya. Selain itu, model ini
sangat memerhatikan pebelajar, ditinjau dari proses belajar, tipe belajar, atau
kemampuan prasyarat.
Sama halnya dengan dua model sebelumnya, model KBM juga mem punyai
kelemahan tertentu. Kelemahan tersebut adalah:
tidak mencakup suatu mata pelajaran tertentu,
walau komponen relatif banyak, namun tidak semua komponen disain
pembelajaran termasuk di dalamnya;
model ini menitikberatkan penyampaian materi dan pengelolaan kelas yang
sebaiknya dilakukan oleh pengajar;
aspek lain yang berdampak terhadap proses belajar tidak dideteksi.
13
g. Model Cakupan Makro (Macro Mode)
Disain pembelajaran merupakan cikal bakal dirumuskannya suatu
kurikulum. Disain pembelajaran yang dimaksud adalah model cakupan makro
atau luas. Cakupan makro bersifat suprasistem, sangat luas, bisa saja bersifat
nasional, sedangkan cakupan mikro meliputi aspek sangat terbatas, seperti untuk
satu KBM, atau satu topik.
Model ini memang sangat berguna bagi suatu lembaga pendidikan atau
pelatihan, karena dengan memanfaatkan model ini, kurikulum lebih mudah
dibentuk. Persyaratan terkait dengan falsafah pendidikan sudah tercakup dalam
aspek organisasi dan karakteristik pengguna.
Model Gagne, Briggs, & Wager
Model yang diajukan oleh ketiga tokoh teknologi pendidikan tediri atas
empat tahap, yaitu jenjang sistem, jenjang mata ajar, jenjang KBM, dan jenjang
sistem. Rincian model ini seperti di halaman berikut ini.
Jenjang sistem (1 dan 2) menunjukkan bahwa disain pembelajaran di
rancang sebagai suatu suprasistem. Tujuan kurikuler, añalisis sumber, dan
seterusnya serta bagaimana penyelenggaraan evaluasi formatif dan sumatif serta
uji coba dilaksanakan adalah ciri makro dari model Gagne, Briggs, & Wager. Ciri
makro tidak terkait dengan KBM secara langsung, namun bisa berdampak besar
terhadap cakupan mikro (KBM).
Manfaat dari model cakupan makro ini adalah:
kelengkapan komponen di dalamnya mengandung aspek positif,
yaitumengantisipasi masalah pembelajaran
cakupan model adalah makro (kurikulum) dan mikro (KBM).
Pelaksanaan evaluasi formatif dan sumatif beserta uji coba dan revisi
14
Ilustrasi 3.7 (Model Gagne, Briggs, & Wager)
15
membina peserta didik menjadi lebih mandiri
mengembangkan daya kreatifitas peserta didik karena ia harus mem
perlihatkan hasil belajar atau karyanya
berlatih bekerja sama dengan anggota tim peserta didik.
Keterbatasan dari model ini di antaranya:
Belum banyaknya penelitian terkait model ini yang mengindikasikan
keefektifan model
Kemungkinan pengajar yang belum terbiasa akan lebih sulit untuk me
nerapkan model ini
Melatih peserta didik untuk refleksi, mandir, dan menilai diri sendiri tidak
mudah.
16
Integrative Learning Design Framework (IDLF)
Model IDLFadalah model disain pembelajaran yang khusus dikembang kan
untuk proses belajar masa depan, yaitu online-learning atau web-based learning
yang mengoptimalkan pemanfaatan teknologi telekomunikasi.
Model Disain Pembelajaran untuk Belajar-berbasis Jaringan (Web based
Learning/Online-Learning).
Model ini memiliki tiga tahapan yaitu eksplorasi, enactment, serta eva luasi.
Pentahapan ini disertai secara khusus pandangan terhadap konteks sosial dan
budaya yang sering luput dari perhatian masyarakat padahal dampaknya amat
jelas. Berikut tahapannya:
(1) Eksplorasi
Dalam tahap eksplorasi, pengembang pembelajaran mendokumentasi kan,
mengumpulkan informasi terkait dengan latar pembelajaran, misalnya
informasi tentang peserta didik
(2) Penyusunan
Enactment merupakan tahapan pemetaan informasi yang telah di peroleh
melalui eksplorasi. Termasuk dalam hal ini informasi tentang proses belajar,
17
materi berikut konteksnya, model pedagogik, serta me nentukan strategi
pembelajaran online.
(3) Evaluasi
Mirip dengan komponen evaluasi pada suatu disain pembelajaran, maka tahap
evaluasi adalah tahap untuk menentukan apakah maksud, tujuan
pembelajaran, hasil yang diperoleh serta revisi yang harus di laksanakan
berdasarkan masukan yang diterima.
Model IDLF ini ternyata memerhatikan beberapa hal di luar konteks
pembelajaran dan yang sempat luput dari perhatian para pakar. Hal ter sebut
adalah sosial budaya serta rumusan ulang peran pengembang pem belajaran.
Konteks Sosial Dan Budaya
Telekomunikasi yang canggif menyebabkan situasi lintas budaya dan sosial
terlupakan. Padahal arti jarak secara harfiah dapat menggambarkan betapa besar
perbedaan tradisi, adat istiadat, kebiasaan, waktu, serta kondisi sosial
(Prawiradilaga, draf modul Pembaruan Pembelajaran, 2004, hlm. 49). Padahal tipe
masyarakat di satu belahan bumi mungkin saja lokal, dari cara berpikirnya, namun
di belahan lain sudah menjadi masyarakat kosmopolit. Teknologi telekomunikasi,
seperti internet, melampaui tipe tipe masyarakat ini. Tentu saja pengaruhnya
sangat besar terhadap pribadi dan cara pandang seseorang. Demtikian pula dengan
model belajar online learning yang sudah tentu memanfaatkan jasa
telekomunikasi. Dampak dari konteks sosial dan budaya sudah tentu melekat erat.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20