Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 91

KEGAWATAN

TRAUMA
MUSKULOSKELETAL
PRESENTED BY
NS. WIWIK WARIANI, S.KEP., M.KEP., SP. KMB
• Perdarahan
4 major • Instabilitas
problems tulang & sendi
of bone • Cedera
jaringan lunak
injury • Amputasi
Instabilitas
Tulang dan
Sendi:
FRAKTUR
DISLOKASI-SUBLUKSASI
Fraktur
Type of fractures
 Fr. Tertutup vs Fr. Terbuka
 Fr. Komplit vs Fr. Inkomplit
 Fr. Oblique
 Fr. Spiral
 Fr. Greenstick
 dll

LeMone & Burke, 2000


Classification
Trauma Jaringan Lunak pd Fraktur Terbuka
menurut Gustilo-Anderson

I. Luka < 1 cm
II. Luka 1 – 10 cm
III. Luka > 10 cm, tdd:
IIIA: Soft tissue coverage
IIIB: Bone exposed
IIIC: Neurovascular injury
Classification
Trauma Jaringan Lunak pd Fraktur Terbuka
menurut Gustilo-Anderson
Klasifikasi Trauma
Tipe Deskripsi Jaringan Lunak pada
I Luka <1 cm Fraktur Terbuka (Gustilo-
Tampak bersih Anderson)
Pola fraktur sederhana
Kerusakan jaringan lunak minimal
Tidak ada tanda crush kulit
Tanpa kontaminasi
II Luka >1cm (1-10 cm)
Kontaminasi ringan
Kerusakan jaringan lunak luas
Crushing minimal-sedang
Tidak ada flap, avulsion
Pola fraktur lebih kompleks
III: Luka dan kerusakan jaringan lunak lebih luas, meliputi otot, kulit dan seringkali struktur
neurovaskuler
Instability
Kontaminasi tinggi
Tdd 3 tipe:
IIIA Luka >10 cm
Good soft tissue coverage
Severe contamination and severe crushing component.
IIIB Luka >10 cm
Expose bone fragment; extensive stripping of periosteum
Severe contamination and severe loss of tissues
IIIC Wound larger than 10 cm
Severe contamination and neurovascular injury (including arterial)
Fraktur femur 1/3 tengah terbuka grade IIIB
Derajat III B
10

Derajat III C
Fracture site and
potential blood loss
Fracture site Potential blood loss (Liter)
Humerus 1.0-2.0
Elbow 0.5-1.5
Forearm 0.5-1.0
Pelvis 1.5-4.5
Hip 1.5-2.5
Femur 1.0-2.0
Knee 1.0-1.5
Tibia 0.5-1.5
Ankle 0.5-1.5
Spine/ribs 1.0-3.0
Manifestasi Klinik Fraktur
 Deformitas—posisi abnormal tulang akibat fraktur & tarikan otot
 Swelling—edema, karena cairan serosa & bleeding lokal
 Pain/tenderness—spasme otot, trauma langsung jaringan, nerve
pressure, gerakan patahan tulang.
 Numbness—kerusakan saraf
 Guarding—nyeri
 Crepitus—adanya udara yg terperangkap; gesekan fragmen
tulang.
 Hypovolemic shock—blood loss
 Muscle spasms—kontraksi otot yang terdekat dengan fraktur.
 Echymosis—ekstravasasi darah di subkutan

LeMone & Burke, 2000


Komplikasi Fraktur
 Compartement syndrome
 Shock
 Fat embolism
 Deep vein thrombosis
 Infection
 Necrosis
 Delayed union
 Reflex sypathetic dystrophy
Assessment
PENGKAJIAN
Mekanisme Injuri
 Apa yg terjadi sebelum, selama dan setelah
insiden (dapat ditanyakan pada orang yg
berada disekitar klien/kejadian, pada
keluarga atau klien).
 Jika kecelakaan melibtkan mobil, seberapa
besar kerusakan ditimbulkan oleh mobil?
adakah tanda tergelincir di jalan?
 Untuk luka tikam, seberapa besar ukuran
pisau?
 Semua informasi ini penting utk memahami
cedera pasien.
Primary Assessment
 Pengkajian primer (ABC) ditujukan pada kondisi yg
mengancam hidup (termasuk perdarahan).
 Airway: bebas ??
 Breathing: spontan? sesak?, RR?, penggunaan otot bantu? bunyi
napas?
 Circulation: perdarahan? Nadi? TD?, CRT, pucat?
 Jika tdk ada kondisi yg mengancam hidup, lakukan
pengkajian sekunder
Secondary Assessment
 Pembengkakan
 Laserasi
 Abrasi
 Hematoma
 Warna
 Pergerakan
 Deformitas
 Crepitus

 Jika klien sadar, tanyakan sensai (nyeri), kaji


status neurovascular ekstremitas dan otot
yang terlibat (pulse, pergerakan, sensasi)
Kaji Perdarahan Arteri
 Perdarahan arterial diidentifikasi selama primari assessment dan
di atasi setelah airway dan breathing distabilkan.
 Semua tipe perdarahan biasanya mudah dikenali, tetapi
kadang-kadang susah diketahui jika pasien mengunakan
pakaian gelap atau dibagian yg tersembunyi. Untuk itu semua
pakaian harus dilepas.
 Perhatikan pembengkakan yang terus meningkat pada bagian
ekstremitas—mengindikasikan perdarahan arteri internal
 Estimasi kehilangan darah (kadang susah dilakukan terutama (a)
jika warna pakaian gelap, (b) terabsorbsi melalui permukaan
bawah saat pasien berbaring, (c) larut oleh air atau hujan
 Lakukan pengkajian cepat potensi kehilangan darah melalui
ekstremitasyang trauma. Ini penting untuk menilai penurunan
perfusi dan terjadinya shock.
Kaji fraktur terbuka
dan tertutup
 Fr terbuka:
 Mudah dikenali
 Kaji perdarahan
 Kaji ujung-ujung fragment tulang
 Kaji pulse, pergerakan, sensasi dan warna

 Fr tertutup:
 Pembengkakan
 Hematoma
 Kaji pulse, pergerakan, sensasi dan warna
Lab & Diagnostic Tes
 Diagnosis fr—kajian
riwayat, bisanya
dikonfirmasi dg radiografi
 Test:
 X-ray—AP & lateral view
 Bone scan
 Blood test
 Urine myglobin

 Pd kasus fr. terbuka berat—lab tes


diperlukan
LeMone & Burke, 2000
Diagnosa
1. Nyeri
2. Defisit volume cairan
3. Gg mobilitas fisik
4. Risiko infeksi
5. Risiko kerusakan perfusi jaringan
6. Risiko perubahan persepsi/sensori: tactile
Management
Injury
Ekstremitas
Prioritas yg harus
dipertimbangkan dlm
managemen trauma
ekstremitas
I. Menagement kondisi yg mengancam jiwa
II. Menagement kondisi yg mengancam anggota
gerak
III. Menagement semua kondisi lain (jika waktu
memungkinkan)
 Jika ada perdarahan, atasi perdarahan dan
lakukan management shock dan segera
transportasi ke RS terdekat
 Managemen utk suspek fraktur:
 Bertujuan:
 Hentikan perdarahan dan atasi shock
 Immobilisasi ekstremitas cedera
 Reevaluasi setelah di immobilisasi
Perdarahan
Perdarahan
 Keluarnya darah dari pembuluh
darah
 Kemampuan tubuh utk berrespon dan
mengontrol robekan berkaitan
dengan:
 Ukuran pembuluh darah
 Adanya faktor pembekuan
 Kemampuan pembuluh darah untuk spasme

 Berpotensi shock (hipovolemic)


 Segera atasi/hentikan perdarahan
First aid:
menghentikan perdarahan
1. Balut tekan langsung
2. Meninggikan bagian luka di atas jantung
3. Penekanan pada titik-titik tertentu
4. Kompres es
5. Touniquet (controversial)
Pertolongan pertama menghentikan perdarahan:
a. Tekan langsung dg kasa steril
b. Jika darah merembes (jangan diganti) tambahkan
lagi kasa
Pertolongan pertama
menghentikan
perdarahan:

c. Jika perdarahan lebih


berat, tinggikan
bagian luka diatas
jantung

d. Jika perdarahan
masih berlanjut,
tambahkan kasa dan
ikat agar menekan
tempat luka
Cara Menghentikan
Perdarahan
e. Jika penekanan
langsung,
meninggikan bagian
luka dan balut tekan
gagal, lakukan
penekanan kuat
pada suatu titik
antara luka dan
jantung.
f. Dapat pula dikompres
es dengan tekanan
langsung.
Cara
Menghentikan
Perdarahan
g. Lakukan tourniquet
• Merupakan pilihan terakhir,
jika tindakan di atas gagal
• Harus dilepaskan secara
periodik utk mencegah
kekurangan oksigen di
jaringan tubuh

h. Segera rujuk ke RS
terdekat
32
Pemilihan treatment
Tergantung pada :
 Tipe fraktur
 Lokasi fraktur
 Cedera lain
Dasar treatment
 Reduksi
 Immobilisasi
Treatment
 Jika ada perdarahan, atasi perdarahan
 Atasi nyeri. Awal diberikan narkotik im
 Antibiotik—sbg profilaksis, terutama fr
terbuka/kompleks
 Immobilisasi
Immobilisasi
 Immobilisasi:
 Bidai
 Traksi
 Gips
 Pembedahan
 Internal fixation (ORIF)
 External fixation (OREF)
Metode treatment
 Reduksi tertutup
 Reduksi terbuka
 Traksi
 Splinting
 Gips
 Fiksasi internal
 Fiksasi eksternal
 Brace
 Amputasi
 Kombinasi
38
Penatalaksanaan
OREF 40
Dislokasi & subluksasi (1)
 Keduanya terjadi di dalam sendi
 Dislokasi: ujung-ujung tulang dlm sendi
displace dan permukaan sendi hilang kontak
 Subluksasi: hanya sebagian dari permukaan
sendi yang hilang kontak.
 Sering terjadi pada:
 Bahu/shoulder
 Siku
 Jari-jari tangan
 Knee
 Hip
42
Dislokasi
43
44
Dislokasi & subluksasi (2)
Gejala dan tanda:
 Nyeri sendi
 Sendi tdk dpt digerakan/terbatas
 Kram otot
 Bengkak
 Deformitas sendi
 Ekimosis atau hematoma
 Pemendekan ekstremitas
46
47
Dislokasi & subluksasi (3)
Intervensi:
 Splint sendi dan ekstremitas
 Beri anestesi/relaksan otot intra vena
 Relokasi/reduksi sendi
 Immobilisasi sendi:
 Bahu—sling
 Siku—sling
 Pergelangan tangan—splint, sling
 Jari-jari—splint
 Knee—splint
Arm sling
Sindrome Kompartemen (1)
 Salah satu komoplikasi fraktur
 Ekstremitas mengandung jaringan otot di dalam ruang tertutup
yang dikelilingi oleh membran yang tidak dapat meregang.
 Trauma (crush injury, fraktur terbuka/ tertutup, atau kompresi) pada
area ini dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan
dalam ruang tertutup.
 Bila tekanan > 30 atau 40 mm Hg
 Pembengkakan kemudian menekan pembuluh darah dan saraf.
 Terjadi pada hitungan jam sampai 6 hari post-injury
 Gejala awal: nyeri dan parestesia
 Harus dipikirkan diagnosis ini sebelum terjadi gejala lanjut.
 Gejala lanjut “5P”: pain (nyeri), pallor (pucat), pulselessness (nadi
tidak teraba), parestesia (baal), dan paralisis.
Sindrome Kompartemen (2)
Intervensi:
 Elevasi ekstremitas tetapi TIDAK di atas level jantung
 Longgarkan balutan/bidai/gips
 Ukur tekanan kompartemen
 Siapkan pasien utk fasciotomy
AMPUTASI
Dislokasi terbuka sendi talokruralis
Penderita amputasi traumatis setinggi pergelangan tangan
Amputasi (1)
 Atasi perdarahan aktif
 Bilas stump dg cairan normal saline (NS)
 Tutup stump dg kasa steril yg dilembabkan NS dan tutup
 Tinggikan ekstremitas
 Berikan obat analgetik, ab, tt
 Rawat bagian tubuh yang terpotong:
 Kumpulkan bagian yang terpotong
 Bilas utk membuang kontaminasi
 Bungkus dg kasa steril kering atau kasa lembab NS
 Jangan mencucinya dg air karena dapat menyebabkan maserasi
 Tempatkan di dalam kantung plastik yang tertutup
 Masukan ke dalam kantung plastik yang berisi bagian tubuh yang
terpotong tsb ke dalam es
 Tulis identitas pasien pada kantung tsb
 Transportasikan pasien dan bagian tubuh yang terpotong
Sling and
Splinting
59
Spinal cord injury
 Pada injuri spinal perlu diimobilisasi utk mencegah
paralisis seumur hidup atau bahkan kematian
akibat cedera medula spinalis.
 Tempatkan pasien pada Long Spineboard,
dengan cara Logroll.
Cedera
Jaringan Lunak:
Sprain and Strain
Pendahuluan
 Sprain dan strain
merupakan cedera yang
sering terjadi pada sistem
musculoskeletal
 Dua kata tersebut sering
dipergunakan secara
tumpang tindih.
 Sesungguhnya ada
perbedaan tipe cedera
diantara keduanya.
Definisi dan
Gejala Sprain
• Sprain adalah cedera yang
melibatkan peregangan atau
robekan pada ligament
• Ligamen adalah serat yang kuat,
fleksibel yang menghubungkan
tulang satu dengan tulang lainnya
• Ketika suatu ligamentum
mengalami tarikan terlalu jauh atau
robek, sendi akan nyeri dan
bengkak
Definisi dan
Gejala Sprain
 Kerusakan berat pada
ligamen atau kapsul sendi
dpt menyebabkan
instabilitas sendi
 Gejala: nyeri, inflamasi,
edema, kebiruan, dan pada
beberapa kasus tidak dapat
digerakan (lengan, kaki)
 Sprains terjadi ketika suatu
sendi bergerak melebihi
ROM normal, misalnya
gerakan putar, melintir.
Tipe/Grade Sprain
 Tipe/Grade I
 Sparin ringan
 Sering pada sendi ankle
 Cedera inversi saat kaki rotasi ke
dalam
 Peregangan ligaments minimal

 Tipe/Grade II
 Sprain sedang
 Peregangan ligamen komplit

 Tipe/Grade III
 Sprain berat
 Semua ligamen robek, dan sendi
instabil
Definisi dan Gejala Strain
 Strains adalah cedera regangan
atau robekan otot dan tendon
 Terjadi ketika regangan dan
kontraksi otot mendadak
(misalnya saat lari, melompat)
 Sering terjadi pada pelari
mengenai otot hamstrings
 Gejala: nyeri, spasme otot, loss
of strength, and limited rom.
 Strain kronik akibat stress
berulang, dapat menimbulkan
tendinitis.
 Contoh: pada area bahu
pemain tennis
Tipe Strain
 Tipe/Grade I
 Strain ringan
 Regangan/robekan otot ringan

 Tipe/Grade II
 Strain sedang
 Regangan/robekan otot parsial namun masih utuh

 Tipe/Grade III
 Strain berat
 Regangan/robekan otot komplit
 Sendi instabil
Treatment
PENATALAKSANAAN
Treatment
 Penanganan Dini Cedera
 R : rest
 I : ice
 C : compression
 E: elevation
 Ibuprofen
 Paracetamol (sejenisnya)
 Rehabilitasi (physical therapi)
Tujuan Physical Therapy
Restore the ROM
Reduce swelling, reduce
pain
 Restorebalance and co-
ordination
Promote tissue healing
Regain strength and
flexibility
ANKLE SPRIAN REHABILITATION
 Strengthening
 ROM exercise Initially start by pushing the
Initially, start by using a towel to foot outward against a wall.
gently pull the foot towards you. Hold for 3 seconds - repeat 20
Repeat this several times a day, times, several times a day.
Later use calf muscle stretches Later use an elastic band that
against the wall. is tied to a heavy object and
move the foot outward
against this.

• Balance
Initially, start by balancing on
one foot - hold for as long as
possible - repeat several times
a day. Later a 'wobble' board
can be used.Balance
ASUHAN
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Keluhan Utama
 Kaji nyeri pada cedera : PQRST & Skala Nyeri
P. Trauma
Q. Sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul
atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri
acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap, atau hilang timbul, makin lama makin nyeri .
R. letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya sehingga letak nyeri dapat
diketahui dengan cermat.
S. Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi yang
bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang
menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan yang mendesak. Obat-
obatan yang sedang diminum seperti analgetik, berapa lama diminumkan.
T. Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilng timbul, makin lama
makin nyeri.
PENGKAJIAN
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
▪ Pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan jantung, paru-paru, perut.
▪ Inspeksi ekstremitas dalam berbagai posisi dan gerakan untuk evalusi neurogenic.
▪ Palpasi dan perkusi dikerjakan dengan hati-hati pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah
yang paling terasa nyeri.
Neuorologi
▪ Pemeriksaan motorik
▪ Pemeriksan sensorik, rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi) untuk
menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga dapat ditentuakn pula radiks mana yang
terganggu.
▪ Pemeriksaan refleks
▪ Pemeriksaan range of movement (ROM) dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan
derajat nyeri, functio laesa, atau untuk memeriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.
PENGKAJIAN
Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen? Sinar-X
2. CT-Scan
3. MRI
4. Pemeriksaan lainnya sesuai indikasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan


muskuloskeletal dan nyeri.
 Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (Fisik, kelainan
muskuloskeletal dan sistem syaraf vaskuler)
 Gangguan rasa nyaman : Nyeri sendi dan otot berhubungan
dengan adanya peradangan sendi.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal
1. Tujuan
Mobilitas fisik yaitu klien mampu beradaptasi dan mempertahankan mobilitas fungsionalnya
2. Kriteria hasil
Meningkatkan atau mempertahankan mobilitas, mempertahankan posisi fungsional,
meningkatkan kekuatan atau fungsi yang sakit dan mengkompensasikan bagian tubuh.
3. Rencana Tindakan
a. Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan adalah cedera atau pengobatan dan perhatikan
persepsi pasien terhadap mobilisasi
b. Bantu atau dorong perawatan diri atau keberihan diri (mandi,mencukur)
c. Awasi tekanan darah klien dengan melakukan aktivitas fisik, perhatikan keluhan pusing
d. Tempatkan dalam posisi terlentang atau posisi nyaman dan ubah posisi secara periodic
e. Awasi kebiasaan eliminasi dan berikan ketentuan defekasi rutin
f. Berikan atau bantu mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat sesegera mungkin
g. Konsul dengan ahli terapi fisik atau rehabilitasi spesialis
h. Rujuk ke perawat spesialis psikiatrik klinik atau ahli terapi sesuai indikasi
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri : Fisik
(Kelainan muskuloskeletal dan sistem syaraf vaskuler)
1. Tujuan
Klien mampu beradaptasi dan mempertahankan mobilitas fungsionalnya
2. Kriteria hasil
Tingkat nyeri
- Melaporkan nyeri ber-kurang / hilang
- Frekuensi nyeri berku-rang / hilang
- Lama nyeri berkurang
- Ekspresi oral berkurang / hilang
- Ketegangan otot berku-rang / hilang
- Dapat istirahat
- Skala nyeri berkurang / menurun
Kontrol Nyeri
- Mengenal faktor-faktor penyebab
- Mengenal onset nyeri
- Jarang / tidak pernah melakukan tindakan pertolongan dengan non analgetik
- Jarang / tidak pernah menggunakan analgetik
- Jarang / tidak pernah melaporkan nyeri kepa-da tim kesehatan.
- Nyeri terkontrol
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal
3. Rencana Tindakan
Manajemen nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karateristik, durasi, frekuensi, kualitas,
dan faktor presipitasi).
2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
3. Gunakan teknik komunikasi terapetik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien.
4. Kontrol lingkungan yang dapat mempe-ngaruhi nyeri (suhu ruangan, pencahayaan, dan
kebisingan)
5. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmokologi, non farmakologi dan inter-personal)
7. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
8. Ajarkan tentang teknik non farmakologi.
9. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
10. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
11. Tingkatkan istirahat
12. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil.
13. Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.
Gangguan rasa nyaman : nyeri sehubungan dengan adanya cedera muskuloskeletal
1. Tujuan
a. Rasa nyaman terpenuhi
b. Nyeri berkurang / hilang
2. Kriteria hasil
a. klien melaporkan penurunan nyeri
b. menunjukkan perilaku yang lebih relaks
c. memperagakan keterampilan reduksi nyeri yang dipelajari dengan peningkatan keberhasilan.
3. Rencana tindakan
a. Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri; observasi terhadap kemajuan nyeri ke daerah yang baru.
b. Berikan analgesik sesuai terapi dokter dan kaji efektivitasnya terhadap nyeri.
c. Berikan dorongan untuk mengubah posisi ringan untuk meningkatkan rasa nyaman.
d. Ajarkan dan bantu dalam teknik alternatif penatalaksanaan nyeri.
4. Rasional.
a. Nyeri adalah pengalaman subjek yang hanya dapat di gambarkan oleh klien sendiri.
b. Analgesik adalah obat untuk mengurangi rasa nyeri dan bagaimana reaksinya terhadap nyeri klien.
c. Dengan ganti – ganti posisi agar otot – otot tidak terus spasme dan tegang sehingga otot menjadi lemas
dan nyeri berkurang.
d. Metode alternatif seperti relaksasi kadang lebih cepat menghilangkan nyeri atau dengan mengalihkan
perhatian klien sehingga nyeri berkurang.

You might also like