Tulisan Eman

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

Tanggerang,11 Maret 2019

.. No.014/S&P/III/2019

Kepada Yth

KETUA PENGADILAN NEGRI TANGGERANG

Di-

Tanggerang

HAL:PERMOHONAN PRAPERADIALAN

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini:

H. DEDEN SYUQRON,S.H. M.H., AMALIYAH,S.H. M.H., RINA,S.H., M.H, SUPRIYATI,S.H.


DICKY MIRDIYAN,S.H., LL.M,INTAN PRATIWI RAZAK, S.H. dan ACHMAD ALVIN
ZULKARNAEN,S.H., para Advokat dari law office SYUQRON &
PARTNERS,Advokat,mediator,15117,dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama :

1. DIHARDJO,S.H., lahir dari serang pada tanggal 7 juli 1959,wiraswasta,bertempat


tinggal di kp.sentul Rt/Rw 002/003 kel/desa sentuul,kecamatan balaraja,kabupaten
tanggerang Banten,berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 4 februari 2019,selaku
PEMOHON 1;

2. MULYANA,S.E.lahir dari tanggerang tanggal 7 juni 1973,wiraswasta,bertempat


tinggal di kp.canu Rt/Rw 004/001 kel/Desa Telagasari,kecamatan balaraja,kabupaten
tanggerang banten berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 4 februari 2019,selaku
PEMOHON II.

MELAWAN

PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA cq.KEPALA KEPOLISIAN REPUBLIK


INDONESIA cq.KEPALA KEPOLISIAN DAERAH BANTEN cq.DIREKTORAT
RESERSE KRIMINAL UMUM KEPOLISIAN DAERAH BANTEN yang beralamat di
jl.syech Nawawi Al-Bantani 76 searng 42123 selanjutnya di sebut sebagai TERMOHON.

Untuk mengajukan permohonan praperadialan terhadap penetapan para pemohon sebagai


tersangka dalam dugaan tindak pidana menyuruh memasukan keterangan palsu kedalam
suatu akta otentik dan/atau pemalsuan surat,sebagaimana di maksud dalam pasal 266 KUHP
jo.pasal 55 KUHP dan/atau pasal 263 KUHP oleh Direktorat Reserense kriminal umum
POLDA Banten.

Adapun yang menjadi alasan permohonan para PEMOHON adalah sebagai berikut:

I. DASAR HUKUM PERMOHONAN PRAPERADILAN

1. bahwa lahirnya lembaga praperadilan dealah karena terinspirasi oleh prinsip-


prinsip yang bersumber dari adanya hak Habeas carpus dalam sistem
praperadilan Anglo saxlon,yang memberikan jaminan faundamental
terhadaphak asasi manusia khususnya hak kemerdekaan.harbeas carpus Act
memberikan hak pada seseorang melalui suatu surat perintah pengadialn
menuntut penjabat yang melaksankan hukum pidana formil tersebut agar tidak
melanggar hukum(ilegal) atau tegasnya melaksanakan hukum pidana formil
tersebut benar-benar sah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.hal ini
untuk menjamin bahwa perampasan ataupun pembatasan kemerdekaan
terhadap seseorang tersangka atau terdakwa itu benar-benar telah memenuhi
kententuan-ketentuan hukum yang berlaku maupun jaminan hak-hak asasi
manusia.

2. Bahwa pasal 28D (1) undang-undang Dasar 1945 menentukan”setiap orang


berhak atas pengakuan,jaminan,perlindungan,dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”sehingga dengan demikian
secara jelas dan tegas UUD negara terlebih lagi,negara republik indonesia
telah merantifikasi international covenant on civil and political
reight/konvenan internsional tentang hak-hak sipil dan politik (“ICCPR”)
yakni melalui uu no.12 tahun 2005 tentang pengesahan ionternational
convenant civil and political reight.

Penetapan status seseorang sebagai tersangka,yang tidak di lakukan


berdasarkan hukum/tidak sah,jelas menimbulkan hak hukum bagi seseorang
untuk melakukan upaya hukum berupa koreksi dan/atau pengujian terhadap
keabsahan melalui lembaga praperadilan.upaya penggunaan hak yang
demikian itu selain sesuai dengan spirit atau ruh atau jiwa KUHAP.juga sesuai
dan di jamin dalam ketentuan pasal 17 undang-undang nomor 39 tahun 1999
tentang hak asasi manusia(“UU HAM”), yang menyatakan;
“setiap orang tanpa diskriminasi,berhak untuk memperoleh keadilan
dengan mengajukan permohonan pengaduan,dan gugatan baik dalam
perkara pidana,perdata,maupun adminitrasi serta di adili melalui proses
praperadilan yang bebas dan tidak memihak,sesuai dengan hukum
acara yang menjamin pemeriksan yang objektif oleh hakiumyang jujur
dan adil untuk memperoleh putusan yang dail dan benar”

3. Bahwa mengacu kepada asas fundamental KUHAP(perlindungan hak asasi manusia)


jo. Ketentuan pasal 17 UU HAM jo. Pasal 2 angka 3 huruf a dan b ICCPR yang telah
di ratifikasi melalui UU KOVENAN INTERNASIONAL,maka pengujian atas
keabsahan penggunaan wewenang Aparatur negara dalam melaksanakan KUHAP
melalui lembaga praperadilan telah secara sah mengalami perluasan sistematis(de
systematisce interpretatie) termasuk meliputi pengunaan wewenang penyidik yang
bersifat mengurangi atau membatasi hak seseorang sebagai tersangka secara tidak sah
dean tidak berdasarkan hukum.
4. Bahwa keberadaan lembaga praperadilan,sebagaimana di atur dalam bab x bagian
kesatu KUHAP dan bab XII bagian kesatu KUHAP,secara jelas dan tegas di
maksudkan sebagai sarana kontrol atau pegawasan horizontal untuk menguji
keabsahan penggunaan wewenang oleh aparat penegak
hukum(incosu:penyelidik/penyidik maupun penuntut umum),sebagai suatu koreksi
terhadap pengunaan wewenang apabila di laksanakan secara sewenang-wenang
dengan maksud /tujuan lain diluar dari yang di tentukan secara tegas dalam
KUHAP,guna menjamin perlindungan terhadap hak asasi setiap orang termasuk
dalam hal ini PARA PEMOHON.menurut luhut m.pangaribuan,lembaga praperadilan
yang terdapat di dalam KUHAP identik dengan lembaga pre trial yang terdapat di
amerika serikat yang menerapkan prinsip habeas corpus,yang mana pada dasarnya
menjelaskan bahwa di dalam masyarakat yangt beradab maka pemerintah harus selalu
menjamin hak kemerdekaan seseorang.
5. Tindakan upaya paksa,seperti penetapan
tersangka,penangkapan,penggeledahan,penyitaan,penahanan,dan penuntutan yang
dilakukan dengan melanggar peraturan perundang undangan pada dasarnya
merupakan suatu tindakan perampasan hak asasi manusia.menurut samidjo,s.h.dalam
buku”responsi hukum acara pidana(dalam penerapan sistem kredit semester”)
halaman 182,sebagai berikut:
“praperadilan berfungsi sebagai alat kontrol tentang tindakan penyidik
maupun penuntut umum agar hak asasi tersangka dalam tingkat penyidikan
maupun dalam tingkat pra-penuntutan terjamin dan hukum tidak di langgar
oleh petugas tersebut.”lebih lanjut menurut prof andi hamzah sebagaimana
dikutip oleh dr.luhut m.p pangaribuan dalam buku”hukum pidana surat resmi
advokat di pengadilan praperadilan eksepsi,pledoi,duplik,memori
banding,kasasi dan peninjauan kembali halaman 92 menguraikan.
“fungsi dan tujuan lembaga praperadialn,merupakan tempat mengadukan
pelanggaran hak asasi manusia apabial di lihat proses pembentukan KUHAP
niat di bentuknya praperadilan adalah sebagai terjemahan dari habeas corpus
yang merupakan substansi HAM yang memang pada kenyataanya
penyusunan KUHAP banyak di semangati dan berunjukan pada hukum
internasional yang telah menjadi international customary law.”

Oleh karena itu praperadilan menjadi satu mekanisme kontrol terhadap kemungkinan
pelanggaran HAM tersangka dan tindakan penyidik atau penuntut umum.hal ini
bertujuan agar hukum ditegakan dan terwujudnya perlindungan HAM terhadap
tersangka dalam pemeriksaan penyidikan atau penuntutan.di samping itu,praperadilan
bermaksud sebagai pengawasan secara horizontal terhadap hak-hak tersangka dalam
pemeriksaan pendahuluan(vide penjelasan pasal 80 KUHAP). Berdasarkan pada nilai
itulah penyidik dalam melakukan tindakan penetapan tersangka agar lebih
mengedepankan asas dan prinsip kehati hatian.

6. Bahwa pasal 1 angka 10 KUHAP menentukan:


“praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dan
memutus menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini,tentang:
1. Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan
tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka;
2. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas
permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan;
3. Permintaan ganti kerugian,atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau
pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan.’
7. Bahwa selain itu yang menjadi objek praperadilan sebagaimana yang diatur dalam
pasal 77 KUHAP diantaranya adalah;
“pengadilan negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus,sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini tentang:
1.sah atau tidaknya penagkapan,penahanan,penghentian penyidikan atau penghentian
penuntutan;
2.ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya dihentikan
pada tingkat penyidikan atau penuntutan;

8. Bahwa “penetapan tersangka”sebagai obyek praperadilan telah dikukuhkan oleh


putusan mahkamah konsitusi nomor : 21/PUU-XII/2014 tanggal 28 april 2015
halaman 105-106,yang menyatakan sebagai berikut:

“oleh karena penetapan tersangka adalah bagtian dari proses penyidikan yang
merupakan perampasan terhadap hak asasi manusia maka seharusnya penetapan
tersangka oleh penyidik merupakan obyek yang dapat dimintakan perlindungan
melalui ikhtiar hukum pranata praperadilan.hal tersebut semata-mata untuk
melindungi seseorang dari tindakan sewenang-wenang penyidik yang kemungkinan
besar dapat terjadi ketika seseorang ditetapkan sebagai tersangka,padahal dalam
prosesnya ternyata ada kekeliruan maka tidak ada pranata lain selain pranata
praperadilan yang dapat memeriksa dan memutusnya;

9. \Lebih lanjut putusan mahkamah konsitusi tersebut pada halaman 106 menjelaskan
maksud dijadikanya”penetapan tersangka”sebagai obyek praperadilan,yaitu;
“agar perlakuan terhadap seseorang dalam proses pidana memperhatikan
tersangka sebagai manusia yang mempunyai harkat,martabat,dan kedudukan
yang sama dihadapan hukum.berdasarkan pertimbangan tersebut
diatas,menurut mahkamah,dalil pemohon mengenai penetapan tersangka
menjadi obyek yang diadili oleh pranata praperadilan adalah beralasan
menurut hukum”
10. Bahwa putusan mahkamah konsitusi No.21/PUU-XII/2014 a quo memperkuat
diakuinya lembaga praperadilan juga dapat memeriksa dan mengadili keabsahan
penetapan tersangka,seperti pada kutipan putusan mahkamah konsitusi
nomor.21/PUU-XII/2014 sebagai berikut;

MENGADILI

Menyatakan

1.mengabulkan permohonan untuk sebagian:

1.1...........

1.2...........

1.3 pasal 77 huruf a undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang hukum acara
pidana(lembaran negara republik indonesia tahun 1981,nomor 76,tambahan lembaran
negara republik indonesia nomor 3209) tidak memiliki kekuatan hukum mengikat
sepanjang tidak dimaknai termasuk penetapan tersangka,penggeledahan dan
penyitaan.

1.4. pasal 77 huruf a undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana
(lembaran negara republik indonesia tahun 1981,nomor 76,tambahan lembaran negara
republik indonesia nomor 3209) tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang
tidak dimaknai termasuk penetapan tersangka,penggeledahan dan penyitaan.

11. Bahwa dengan demikian,putusan mahkamah konsitusi nomor 21/PUUXII/2014 a quo


telah menetapkan hak asasi manusia dalam tataran/kedudukan yang tinggi sehingga
setiap proses penegakan hukum pidana harus menjunjung dan menghormati hak asasi
manusia tersebut,tidak terkecuali dalam penetapan tersangka penyidik juga harus
menghormati hak asasi manusia dalam proses penetapan tersangka maka tindakan
penetapan tersangka tersebut harus dikoreksi melalui lembaga praperadilan.
jadi,lembaga praperadilan menjadi forum yang dapat digunakan sebagai sarana untuk
mengukur apakah tindakan penyidik dalam penetapan tersangka telah memenuhi
hukum acara yang berlaku atau tidak karena jaminan hak asasi manusia diperoleh
salah satunya melalui pelaksanaan hukum acara secara baik dan benar.

Dus,sangat jelas bahwa berdasarkan putusan mahkamah konsitusi


no.21/PUU-XII/2104 a quo penetapan tersangka merupakan bagian dari wewenang
peradilan.mengingat putusan mahkamah konsitusi bersifat final dan mengikat(final
and binding),maka sudah tidak dapat di perdebatkan lagi bahwa semua pihak harus
melaksanakan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap sejak diucapkan.

Dus,sangat jelas bahwa berdasarkan putusan mahkamah konsitusi


no.21/PUU-XII/2014 a quo penetapan tersangka merupakan bagian dari wewenang
praperadilan.mengingat putusan mahkamah konsitusi bersifat final dan
mengikat(final and binding),maka sudah tidak dapat diperbedakan lagi bahwa semua
pihak harus melaksanakan putusan yang telah berkekuatan hukum sejak diucapkan.
12. Bahwa selain itu,praperadilan juga berwenang memeriksa dan memutus tindakan lain
sebagaimana secara tegas ditentukan dalam pasal 95 KUHAP:
1. Tersangka terdakwa ataupun terpidana berhak menuntut ganti
kerugian karena ditangkap,ditahan,dituntut,dan diadili atau
dikenakan tindakan lain,tanpa alasan yang berdasarkan undang-
undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang
diterapkan.
2. Tuntutan ganti kerugian oleh tersangka atau ahli warisnya atas
penangkapan atau penahanan serta tindakan lain tanpa alasan yang
berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orang
atau hukum yang diterapkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan negeri,diputus
disidang praperadilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 77.

Dus, pasal 95 ayat (1) dan (2) KUHAP pada pokoknya mengatur
tindakan penyidik atau penuntut umum yang tanpa alasan hukum
menjalankan wewenangnya dengan melanggar hak asasi tersangka (in
cosu PARA PEMOHON) tersebut menjadi objek dalam permohonan
praperadilan ini.

13. Bahwa berdasarkan pasal 2 ayat (2) peraturan mahkamah Agung nomor 4 tahun 2016
tentang larangan peninjauan kembali putusan praperadilan,permohonan praperadilan
terhadap tidak sahnya penetapan tersangka dapat dilakukan,namun hakim hanya akan
menilai aspek formil,yaitu apakah ada paling sedikit 2(dua) alat bukti yang sah dan
tidak memasuki materi perkara.
Pasal 2 ayat 2 peraturan mahkamah agung nomor 4 tahun 2016 tentang larangan
peninjauan kembali putusan praperadilan.
“(2) pemeriksaan praperadilan terhadap permohonan tentang tidak sahnya penetapan
tersangka hanya menilai aspek formal yaitu apakah ada paling sedikit 2(dua) alat
bukti yang sah dan tidak memasuki materi perkara.
Dus, berdasarkian hal-hal tersebut di atas PARA PEMOHON memiliki legal
standing untuk mengajukan permohonan praperadilan ke pengadilan negri
yang memiliki kewenangan untuk itu(in;cosupengadilan negri tanggerang)
karena objek tidak pidana(locus delicti) yang terdapat dalam laporan polisi
nomor:lp/44/i/RES1.9/2019/SPKT III/ banten tanggal 28 januari 2019 berada di
wilayah hukum pengadilan negri tanggerang.

II .ALASAN-ALASAN PERMOHONAN PRAPERADILAN

A. FAKTA-FAKTA

1. Bahwa pada taggal 28 januari 2019 telah dibuat laporan polisi nomor
:LP/44/I/RES 1.9/2019/SPKT III/ banten terkait tindak pidana yang diduga
dilakukan oleh PARA PEMOHON. Kemudian penyidik ditreskrimun polda
banten telah membuat surat perintah penyidikan nomor : SP.sidik/12/1/RES
1.9/2019/ direstkrimum tanggal 31 jamuari 2019/direksrimum tanggal 31
januari 2019,dan mengirimkan surat pemberitahuan dimulainya surat
penyidikan nomor A.3/14/I/RES.1.9./2019/ direskrimum tanggal 31 januari
2019 kepada PARA PEMOHON dengan status terlapor yang telah diterima
oleh pemohon I pada tanggal 3 februari 2019.selanjutnya pada tanggal 4
februari 2019 TERMOHON langsung menetapkan para PEMOHON dengan
status tersangka.
2. Bahwa PARA PEMOHON dikejutkan dengan adanya surat perintah
penangkapan nomor.SP.kap/29/II/RES.1.9/2019/ direskrimum tanggal 4
februari 2019 dan surat perintah penangkapan nomor
sp.kap/30/II/RES.1.9/2019 direskrimum tanggal 4 februari 2019 yang
diberikan oleh TERMOHON dikediaman masing-masing PARA PEMOHON
tanpa adanya surat panggilan sebagai saksi terlebih dahulu yahng kemudian
pada saat itu PARA PEMOHON langsung dibawa dideriskrimum ppolda
banten untuk dimintai keterangan sebagai tersangka terhadap laporan polisi
nomor:LP/44/I/RES 1.9/2019/SPKT III/ banten tanggal 28 januari 2019 atas
dugaan tindak pidana melanggar pasal 266 KUHP jo.pasal 55 KUHP dan atau
pasal 263 KUHP jo.pasal 55 KUHP.
3. Bahwa PARA PEMOHON sama sekali tidak tahu-menahu peristiwa yang
sangkakan kepada PARA PEMOHON oleh TERMOHON terkait peristiwa
yang mana? Apabila peristiwa ini terkait dengan pemalsuan surat-surat dan
dokumen-dokumen kepemilikan tanah,maka surat surat dan dokumen
kepemilikan tanah mana yang dipalsukan hal tersebut terjadi memang
sejatinya PARA PEMOHON tidak pernah dimintai keterangan oleh
PEMOHON oleh karenanya PEMOHON sangat terkejut atas tindakan
penangkapan dan status tersangka terhadap para PEMOHON. Pemeriksaan
tersangka tenggal 4 februari 2019 dan surat perintah penahan
nomor:SP.Han/19/II/RES1.9/2019. Direskrimum tanggal 4 februari 2019.dan
surat perintah penahanan nomor: SP Han/20/II/RES1.9/2019/diretriskrum
tanggal 4 februari 2019 terhadap para PEMOHON yang saat ini telah
diperpanjang selama paling lama 40(empat puluh) hari berdasarkan surat
pemberitahuan perpanjangan penahanan nomor; b/341/II/RES1.9/2019,dan
surat pemberitahuan perpanjangan penahanan nomor SP.HAN/19/II/RES
1.9/2019/ Direskrimum tanggal 4 februari 2019. Terhadap diri para pemohon
yang saat ini telah diperpanjang jo. Surat perpanjangan penahanan nomor:
B/340/II/RES 1.9/2019/direskrimum tanggal 22 februari 2019 jo.surat
perpanjangan penahanan dari kejaksaan tinngi banten nomor B
596/O.6.4/EP.1/02/2019 tanggal 19,februari 2019,dan surat pemberitahuan
perpanjangan penahanan nomor B/341`/II/RES 1.9/2019/ direskrimum
tanggal 22 februari 2019.surat perpanjangan penahanan dari kejaksaan tinggi
banten nomor B 597/064/Ep.1/02/2019 tanggal 19 februari 2019.
4. Bahwa sebagaimana laporan polisi nomor IP/44/I/RES 1 9/2019/SPKT III/
banten tanggal 28 januari 2019.yang dibuat oleh H.roni ajroni,S.H terhadap
diri PARA PEMOHON sebagai terlapor,bermula dari pengajuan pendaftaran
sertifikat hak milik(“SHM”) ke kantor pertanahan kabupaten tanggerang oleh
PEMOHON I.atas hal tersebut PARA PEMOHON pada tahun 2013 dengan
menggunakan dasar atas kepemililkan surat ketetapan iuran pembangunan
daerah (girik) dan leter C desa balaraja nomor:876 atas nama enan bin
empi serta akta jual beli nomor:93/agr/jbl/1981 tanggal 3 april 1981
selanjutnya kantor pertanahan kabupaten tanggerang menerbitkan SHM
nomor 01406/ desa talagasari atas nama PEMOHON 1. Atas hal tersebut
PARA PEMOHON dilaporkan sebagaimana laporan polisi diduga melakukan
tindak pidana menyuruh memasukan keterangan palsu kedalam suatu akta
otentik dan/atau pemalsuan surat,sebagaimana dimaksud dalam pasal 266
KUHP jo.pasal 5 KUHP dan atau pasal 263 KUHP jo.pasal 55 KUHP.
5. Bahwa PEMOHON adalah pemilik bidang-bidang tanah yang terletak di desa
talagasari kecamatan balaraja kabupaten tanggerang dengan total luas
keseluruhan+ 5.411 m2 berdasarkan akta jual beli nomor : 93/agr/jbl/1981
tanggal 3 april 1981 antara enan bin empi sebagai penjual dengan
PEMOHON sebagai pembeli atas tanah adat Girik persil 89,89,91 dengan
leter C desa balaraja dan surat ketetapan iuran pembangunan daerah (girik)
nomor : 876 atas nama enan bin empi,yang hingga terbitnya SHM
nomor:01406/ desa talagasari atas nama PEMOHON sampai dengan saat ini
dalam kurun waktu+ 37 tahun tidak ada dokumen-dokumen lain mengenai
asal-usul kepemilikan tanah selain dokumen-dokumen kpemilikan tanah
tersebut.
6. Bahwa sebelum mengajukan pendaftaran SHM ke kantor pertanahan
kabupaten tanggerang dengan dasar leter C desa balaraja dan surat ketetapan
iuran pembangunan daerah (girik) nomor :93/Agr/jbl/1981,ada beberapa
orang yang mengakun sebagai pemilik atas objek tanah
PEMOHON,diantaranya suhari,Ajung, Atmaja,H rojak,ida piok,dan ibrohim.
7. Bahwa terhadap pengakuan tanah milik PEMOHON tersebut,kepala desa
talagasari(zuhaedi,S.E) telah memfasilitasi musyawarah di kantor desa
talagasari pada tanggal 22 maret 2013 yang dihadiri oleh beberapa orang
yang mengaku para objek tangan PEMOHON.musyawarah tersebut
dihasilkan kesepakatan bahwa PEMOHON akan membayar kompesasi
dengan alasan kemanusiaan sebesar Rp.160.000(seratus enam puluh ribu
rupiah permeter persegi) dan ditanda tangani oleh arsinah,suhari,dan ida
supoyo kesepakatan tersebut kemudian tidak terlaksana dikarenakan H.rojak
dan H.Ajung Atmaja tidak mendatangkan berita acara tersebut.
8. Bahwa PEMOHON selaku masyarakat yang memiliki bidang-bidang tanah
desa talagasari memohon kepada PEMOHON selaku p/s.kepala desa
talagasari untuk dibuatkan diketahui.
a. Surat keterangan nomor 590/105/ds.tigs/V/2013 tanggal 10 mei 2013.
b. Surat pernyataan yang dibuat oleh pemohon pada tanggal 2 mei 2013
yang diketahui oleh kepala desa talagasari pada saat itu PEMOHON II
nomor 590/99/Ds tigs/V/2013 tanggal 2 MEI 2013.
c. Surat pernyataan atas nama dihardjo.S.H (PEMOHON) terkait
kepemilikan tanah terletak di kohir 87 persil 89,89, dan 91 b terletak di
desa talagasari kec.balaraja kab.tanggerang seluas 5.810 m.
d. Surat pernyataan penguasaan fisik bidang tanah (sporadik) atas nama
dihardjo S.H (PEMOHON) tanggal 27 juni 2013
e. Surat pernyataan penguasaan fisik bidang tanah (sporadik) atas nama
dihardjo S.H (PEMOHON) tanggal 1 juli 2013 disaksikan oleh sdr.nana
sugiana dari Rahmat AR dan diketahui plt.kepala desa talagasari
(PEMOHON II)
f. Surat keterangan atas nama mulyana, S.E (PEMOHON II) nomor
590/118/SKPD tanggal 27 juni 2013;
g. Surat keterangan atas nama mulyana, S.E (PEMOHON I) tanggal 27 juni
2013 selaku Plt.kepala desa talagasari.
h. Surat permohonan hak atas nama dihardjo, S.H.(PEMOHON I) tanggal 1
juli 2013;dan/atau
i. Surat keterangan kepala desa talagasari terkait bidang tanah yang
dimohonkan sertifikat persil 89,89, dan 91 b kelas S.III/DIII C No.876
atas nama enan bin empi seluas 5.810 m

Bahwa surat surat tersebut diatas merupakan salah satu bentuk pelayanan
publik yang bersifat administratif dan hanya merujuk pada dokumen-
dokumen kepemilikan tanah yang telah digunakan PEMOHON untuk
membuat akta jual beli nomor 93/Agr/jbl/1981 tanggal 3 April 1981.setelah
dikeluarkanya surat-surat tersebut,PEMOHON 1 memohon kepada kantor
pertanahan kabupaten tanggerang untuk menerbitkan sertifikat
tanah.selanjutnya setelah PEMOHON 1 memenuhi seluruh persyaratan-
persyaratan dokumen dalam rangka pendaftaran hak atas tanah yang
kemudian kantor pertanahan kabupaten tanggerang menerbitkan SHM
nomor :01046/ Desa talagasari atas nama PEMOHON 1.

9. Bahwa pada saat proses sertifikasi tanah milik PEMOHON 1 dikantor


pertanahan kabupaten tanggerang terdapat sanggahan dari rosid selaku kepala
desa talagasari terpilih berdasarkan surat tanggal 13 nopember 2013,yang
pada pokoknya menyatakan bahwa :
“PEMOHON II selaku pjs kepala desa talagasari tidak berwenang
atas pendatanganan surat nomor:590/36/peng/ds.tlgs/VII/2013 tanggal 11 juli
2013
Karenanya ROSID sebagai kepala desa talagasari terpilih memohon kepada
kepala kantor pertanahankabupaten tanggerang untuk menangguhkan atau
membatalkan proses pembuatan SHM atas nama PEMOHON 1.namun oleh
karena berdasarkan
1) Surat keputusan camat balaraja nomor 141.1/SK.22/kec.Blj/2013 tanggal
26 April 2013 tentang pengangkatan dan penetapan penjabat sementara
(PJS) kepala desa talagasari kecamatan balaraja kabupaten tanggerang
tahun 2013 pada pokoknya menetapkan bahwa PEMOHON II diangkat
sebagai pjs.sejak tanggal 26 april 2013 sampai dengan pelantikan kepala
desa talagasari terpilih dan berdasarkan surat keputusan kepala desa
talagasari nomor :141.3/001/kec.Ds.Tlgs/2013 tanggal 22 juli 2013
sehimgga penandatanganan PEMOHON II atas surat
nomor:590/36/peng/ds.tlgs/VIII/2013 tanggal 11 juli 2013 telah sesuai
dengan kewenangannya oleh karena bantahan atau sanggahan tersebut
TIDAK BERDASAR HUKUM
2) Surat kantor pertanahan kabupaten tanggaerang nomor
1055/peng.LST/04 VII/2013 tanggal 10 juli 2013 tentang pengumuman
data fisik dan data yuridis,yang diterima oleh PEMOHON II tanggal 11
juli 2013 dengan nomor 590/36/peng/ds,tlgs/VII/2013 yang pada
pokoknya menyatakan sebagai berikut
I. Untukn memenuhi ketentuan dalam pasal 26 ayat (1) PP
NO.24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah,dengan ini
diumumkan hasil pengumpulan data fisik dan data yuridis
atas bidang-bidang tanah dibawah ini yang terletak,luas dan
asal bidang tanah dimaksud seperti data terlampir (sporadik);
II. Dalam waktu 60(enam puluh) hari sejak tanggal
pengumuman ini,pada pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap bidang-bidang tanah dimaksud dalam pengumuman
ini,diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan.keberatan
mengenai pengumuman ini kepada kepala kantor pertanahan
kabupaten tanggerang;
III. Apabila keberatan-keberatan dimaksud disampaikan lewat
jangka waktu tersebut diatas,tidak dapat dilayani

Dus,berdasarkan surat-surat tersebut diatas,oleh karena PEMOHON II masih


memiliki kewenangan dalam menandatangani surat nomor :
590/36/peng/Ds.Tlgs/VII/2013 tanggal 11 juli 2013,dan pemohonan
penangguhan/keberatan dari rosid telah lewat jangka waktu,maka kantor
pertanahan kabupaten tanggerang TETAP MEMPEROSES SERTIFIKASI
dan MENERBITKAN SHM nomor: 01046/ desa talagasari atas nama
PEMOHON I pada tanggal 16 desember 2013.

10. Bahwa pelapor (ruyani,arsinah,H.rojak,suhari,dan try purnomo aji) pada


tanggal 13 agustus 2015 telah mengajukan gugatan perdata ke pengadilan
negri tanggerang melawan dihardjo (tergugat I/PEMOHON I), budiman
suwandi (tergugat II), kepala kantor pertanahan kabupaten tanggerang (turut
tergugat I),budiman suwandi(tergugat II),kepala kantor pertanahan kabupaten
tanggerang(turut tergugat I) dari PPAT aili papang hartono,S.H.,M.Kn(turut
tergugat II)dengan register perkara perdata nomor
:474/pdt.G/2015/PN.Tng.perkara gugatan perdata tersebut telah diputus oleh
pengadilan negri tanggerang dengan putusan NO(niet ontvankelijke
verklard)atau gugatan tidak diterima,dengan pertimbangan hukum majelis
hakim perkara a quo bahwa;

Batas-batas tanah yang didalilkan sebagai para penggugat yang menjadi


objek sengketa adalah tidak sesuai dengan batas-batas tanah yahng
didalilkan oleh para penggugat dalam gugatanya,terutama batas-batas
tanah sebelah timur,batas tanah disebelah selatan,dan batas tanah sebelah
utara.

Bahwa putusan pengadialn negri tanggerang tersebut telah dikuatkan oleh putusan
pengadilan negri banten nomor:94/PDT/2017/PT.BTN tanggal 27 oktober 2017 dan saat
ini sedang dalam proses kasasi dimahkamah Agung RI oleh pemohon kasasi (dahulu para
penggugat/para pembanding yang telah diterima dan diregister pada tanggal 17 september
2018 dengan register nomor 2682 k/ PDI/2018

Dus, sejak tanah milik adat enan bin empi dijual ke PEMOHON I pada tanggal 3 April
1981 sampai dengan diterbitkanya SHM nomor : 01406/ desa talagasari atas nama
PEMOHON I oleh kantor pertanahan kabupaten tanggerang. Bahkan smapai dengan
diajukanya permohonan praperadilan ini tidak ada satu pihak pun yang memiliki
dokumen perolehan hak (surat ketetapan iuran pembagunan daerah (girik) nomor 876 atas
nama enan bin empi dan leter C desa balaraja

DALLUWARSA PENUNTUTAN TERHADAP PARA PEMOHON

11. bahwa penyidikan yang dilakukan oleh TERMOHON terhadap para


PEMOHON adalah tidak sah karena dasar penyidikan TIDAK JELAS dan
dilakukan dengan melanggar Asas kepastian hukum.
12. bahwa pasal 263 KUHP dan pasal 266 KUHP menentukan sebagai berikut;

Pasal 263 KUHP

“(1). Barang siapa membauat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat
menimbulkan sesuatu hak perikatan atau pembebasan hutang atau
pembebasan hutang atau yang dipertunjukan sebagai bukti daripada sesuatu
hal dengan maksud untuk memakai tidak palsu,diancam jika peamakaian
tersebut dapat menimbulkan kerugian

“(2). Diancam dengan pidana yang sama barang siapa dengan sengaja
memakai surat palsu atau yang dipalsukan seolah olah sejati,jika pemakaian
surat itu dapat menimbulkan kerugian.

Pasal 266 KUHP:

“(1). Barang siapa yang menyuruh memasukan keterangan palsu dalam suatu
akta oktentik mengenai sesuatu hal yang kebenaranya harus dimyatakan
oleh akta itu. Dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain
memakai akta itu seolah olah keteranganya,sesuai dengan
kebenaran,diancam,jika pemakaian itu dapat menimbulkan kerugian,dengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.

(2). Diancam dengan pidana yang sama,barang siapa dengan sengaja


memakai akta tettrsebut seolah-olah isinya sesuai degan kebenaran,jika
karena pemakaiana tersebut dapat menimbulkan kerugian

13. Bahwa terhadap sangkaan yang dikenakan kepada PARA PEMOHON yang
diduga telah melanggar pasal 266 KUHP dan pasal 263 KUHP dihubungkan
dengan pasal 78 ayat (2) KUHP,maka pemalsuan ysng dimaksud dalam perkara a
quo adalah terhitung 1 (satu) hari sejak kejahatan membuat surat palsu atau
kejahatan memalsukan surat digunakan,berarti terdapat 2 (dua) perubahan hukum
sebgai berikut:

1) terlebih dahulu adanya pembuatan surat palsu atau pemalsuan surat


selanjutnya

2) Adanya penggunaan terhadap surat palsu atau surat yang dipalsukan


tersebut.

Sedangkan dalam perkara a quo,surat ketetapan iuran pembangunan


daerah(IPEDA)/Girik dan leter C desa balaraja nomor:876 atas nama enan bin
empi adalah dokumen-dokumen kepemilikan tanah yang telah diperoleh
PEMOHON I berdasarkan Akta jual beli nomor: 93/Agr/jbl/1981 tanggal 3 april
1981.dengan demikian untuk menerapkan sangkan pasal 266 KUHP Jo.pasal 55
KUHP dan/atau pasal 263 KUHP Jo.pasal 55 KUH terhadap PARA PEMOHON
harus memeriksa terlebih dahulu keabsahan/kepalsuan dokumen-dokumen
kepemilikan tanah PEMOHON I tersebut.

Dalan perkara a quo,terdapat 4 (empat) alternatif perhitungan daluwarsa


penuntutan pemindaan sebagai berikut.

a.memeriksa dokumen-dokumen kepemilikan tanah PEMOHON I yang telah


diperoleh melalui pembelian tanah pada tahun: 1981 dari enan bin empi (+37
tahun lalu) yaitu

b.setidak-tidaknya 32 tahun lalu sejak pembelian tanah pada tahun 1981 dari enan
bin empi sampai dengan tahun 2013 yakni sehubungan dengan dibautnya berita
acara Tangal 22 maret 2013,atau

c.setidak-tidaknya 32 tahun lalu sejak pembelian tanah pada tahun 1981 dar
enan bin empi sampai dengan tahun 2013 yakn i sehubungan dengan perbuatan
PEMOHON II dalam membuat surat keterangan nomor 590/105/Ds.tlgs/V/2013
tangal 10 mei 2013 dan surat pernyataan yang dibuat oleh pemohon I yang
diketahui oleh kepala desa talagasari(pada saat itu PEMOHON II) nomor
590/99/Ds.Tlgs/V/2013 tanggal 2 mei 2013 dalam rangka pembuatan SPPT atas
nama PEMOHON I yang pada pokoknya merujuk pada dokumen dokumen
kepemilihan tanah,yaitu surat ketetapan iuran pembangunaan daerah( IPEDA)/
Girik dan leter C desa balaraja Nomor : 876 atas nama enan binti empi yang telah
diperoleh PEMOHON I melalui pembelian tanah pada tahun 1981 dari enan binti
empi;atau

d.setidak-tidaknya 33 tahun lalu sejak pembelian tanah pada tahun 1981 dari enan
empi sampai dengan tahun 2014 saat dibuatnya akta jual beli nomor 06 tahun 2014
tanggal 21 maret 2014 terhadap SHM nomor 01408/desa talagasari atas nama
budiman suwandi.

Berarti jelas terlihat bahwa penerapan TERMOHON atas pasal 266 KUHP jo pasal
55 KUHP dan/atau pasal 263 KUHP jo.pasal 55KUHP terhadap PARA PEMOHON
adalah TELAH DALUWARSA,bahkan jauh melampaui 12 (dua belas) tahun
masa daluwarsa sebagaimana dimaksud pasal 78 kuhp

14.bahwa selanjutnya dalam pasal 263 KUHP yang menyatakan bahwa”suatu surat yang
dapat menimbulkan hak” in casu alas hak yang diperoleh oleh PEMOHON I sebagai
dasar pembuatan akta jual beli nomor : 93/Agr/jbl/1981 tanggal 3 April 1981 adalah surat
ketetapan iuran pembangunan daerah(IPEDA) girik dan leter C desa balaraja nomor :876
atas nama enan bin empi.oleh karenanya penerapan pasal 263 KUHP sejak akta jual beli
nomor : 93/Agr/jbl/1981 tanggal 3 April 1981 diterbitkan(in casu:surat yang dapat
menimbulkan hak berdasarkan pasal 263 KUHP tersebut) telah daluwarsa + 37
tahun/lebih dari 12 tahun sejak tahun 1981.
Dalam hubunganya dengan pasal 263 KUHP,Drs.Adami Chazawi S.H.dalam
bukunya”kejahatan twerhadap pemalsuan”,halaman 101-102,menjelaskan macam-
macam surat yang dapat menjadi obyek pemalsuan surat,sebagai berikut:

“tidak semua surat dapat menjadi obyek pemalsuan surat,melainkan terbatas


pada 4 (empat) macam surat yakni:

1. surat yang menimbulkan suatu hak


2. surat yang menimbulkan suatu perikatan
3. surat yang menimbulkan pembebasan hutang;dan
4. surat yang diperuntukan bukti mengenai sesuatu hal”
terkait 4 ( empat ) macam surat tersebut dihubungkan dengan perkara a quo dapat
dikemukakan sebagai berikut :

a.surat yang menimbulkan suatu hak.

1. surat ketetapan iuran pembangunan daerah ( IPEDA)/girik dan leter C desa balaraja
nomor : 876 atas nama anna bin empi merupakan surat-surat yang menimbulkan
hak bagi enan bin empi untuk menjual tanah milik adat kepada PEMOHON I;
dan

2. akta jual beli nomor 91/Agr/jbl/1981 tanggal 3 april 1981 merupakan surat yang
menimbulkan hak bagi PEMOHON I untuk membuat surat pernyataan dan surat
surat permohonan kepada PEMOHON II sebagaimana dimaksud bagian A angka 8

b. surat yang menimbulkan suatu perikatan

akta jual beli nomor 93/Agr/jbl/1981 tanggal 3 april 1981 merupakan surat surat
yang menimbulkan suatu perikatan dimana enan bin empi berkedudukan selaku
penjual yang wajib menyerahkan tanah milik adat dan PEMOHON I selaku pembeli
yang berhak atas perolehan tanah milik adat dalam suatu perikatan jual beli tanah

c. surat yang diperuntukan bukti mengenai sesuatu hal.

Akta jual beli 93/Agr/Jbl/1981 tanggal 3 april 1981 berikut surat ketetapan iuran
pembangunan daerah ( IPEDA)/ Girik dan leter C desa balaraja nomor 876 atas
nama enan bin empi merupakan surat-surat yang diperuntukan sebagai bukti
mengenai suatu hal. Yang dalam perkara a quo diperuntukan sebagai bukti
kepemilikan tanah milik adat oleh ( PEMOHON I bahkan di lampirkan dalam
rangka

1) membuat surat-surat pernyataan oleh PEMOHON I


2) permohonan pembuatan surat-surat keterangan oleh PEMOHON I kepada
PEMOHON II.dan
3) pendaftaran SHM dikantor pertanahan kabupaten tanggerang
15 bahwa selanjutnya sangkaan tindak pidana melanggar pasal 266 KUHP
(terhadap diri PARA PEMOHON) yang menyatakan bahwa “kebenaranya harus
dinyatakan oleh PEMOHON I berdasarkan akta jual beli nomor :
93/Agr/jbl/1981, karena pembelian tanah oleh PEMOHON I tanggal 3 April
1981,karena pembelian tanah oleh PEMOHON I untuk membuat surat-surat
pernyataan dan mengajukan permohonan/pembuatan surat-surat pada tahun 2013
dalam rangka pedaftaran SHM.sehingga apabila TERMOHON tidak
memeriksa akta jual beli yang terjadi pada tanggal 3 April 1981, maka pasal
266 KUHP tersebut tidak terpenuhi, karena ISI akta jual beli nomor :
93/Agr/jbl/1981 tanggal 3 April 1981 tersebut dan TANDA TANGAN para pihak
selaku penjual dan pembeli harus terlebih dahulu dicek kebenaranya dan/atau
dinyatakan kepalsuanya.
Doktrin hukum prof.satochid kartanegara dan prof.simons dalam buku P.A.F
lamintang dan samosir “dasar-dasar hukum pidana indonesia”cetakan
kedua,halaman 161,sebagai berikut :
“terdapat perbedaan antara membuat secara palsu dengan memalsukan ialah
bahwa:
a.pada perbuatan membuat secara palsu,pada mulanya tidak terdapat
sepucuk surat apapun,tetapi kemudian telah dibuat sepucuk surat yang
isinya bertentangan dengan kebenaran.
b.pada perbuatan memalsukan,sejak semula memang sudah terdapat
sepucuk surat,yang isinya kemudian telah diubah dengan cara yang
sedemikian rupa,hingga menjadi bertentantgan dengan kebenaran.
Menurut prof.satochid kartanegara perbuatan membuat secara palsu hanya
dapat dilakukan mengenai isi sepucuk surat.adapun menurut
prof.simons,perbuatan tersebut bukan hanya dapat dilakukan mengenai isi
sepucuk surat saja melainkan juga mengenai tandatanganan yang
dibubuhkan pada surat tersebut.”
16. bahwa faktanya hingga saat ini girik sebagai alas hak atas tanah dan bukti
kepemilikan atas tanah masih diakui keberadaan dan kedudukan hukumnya. Di
seluruh wilayah republik indonesia sebagaimana penjelasan pasal 24 huruf A
peraturan pemerintah nomor 24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah, yang
menetapkan sebagai berikut.
“bukti kepemilikan itu pada dasarnya terdiri dari bukti kepemilikan atas
nama pemegang hak pada waktu berlaku UUPA dan apabila hak tersebut
kemudian beralih,bukti peralihan hak berturut-turut sampai ke tangan
pemegang hak pada waktu dilakukan pembukaan hak alat-alat bukti tertulis
yang dimaksudkan dapat berupa:
a.
b.
c.
k. petuk pajak bumi/ landrente,girik,pipit,kekitir dan verponding
indonesia sebelum berlaku dan peraturan pemerintah nomor 10 tahun 1961
i...dst s/d m”tanah yang aktif-lah (in casu PEMOHON I) untuk melakukan
pendaftaran tanah berbeda dengan pendaftaran tanah secara sistematik
dimana negara yang bersikap pro aktif karena pendaftaran tanah
melibatkan pemerintah ( badan pertanahan nasional) sebagai pelaksana
dibantu dengan penitia independen.
17. bahwa apabila TERMOHON menduga perbuatan hukum PARA
PEMOHON dalam rangka mengajukan permohonan sertifikat tanah adalah tidak
benar secara hukum Quad non- surat-surat yang telah dibuat oleh PEMOHON II
terkait dengan dikeluarkanya/diketahuinya
a. surat keterangan nomor : 590/105/Ds.Tlgs/V/2103 tanggal 10 mei

You might also like