Professional Documents
Culture Documents
Decanter
Decanter
Deskripsi
Tugas : Memisahkan benzaldehyde dari campuran keluar reaktor yang mengandung
benzaldehyde, cinnamaldehyde, serta NaOH dan katalis 2 HPb-CD terlarut
dalam air
Suhu : 50 oC (323 K)
Tekanan : 1 atm
Kondisi : Isothermal adiabatis
Neraca Massa
Arus masuk decanter berasal dari arus keluar evaporator.
Arus hasil atas decanter mengalir ke tangki akumulasi.
Arus hasil bawah decanter direcycle ke reaktor.
Arus masuk dan keluar decanter ditampilkan dalam tabel berikut.
Komponen Input Output
Top Bottom
Komponen Mr, ρ,
kg/kmol kg/m3
Cinnamaldehyde 132 1050
Water 18 1000
NaOH 40 2130
225
Lampiran
Light dan Heavy Stream
Prinsip dasar kerja decanter adalah pemisahan berdasarkan perbedaan massa jenis. Dipilih
light stream berupa arus yang memiliki massa jenis lebih ringan dan heavy stream berupa
arus yang memiliki massa jenis lebih berat. Dalam hal ini, light stream adalah campuran
benzaldehyde dan cinnamaldehyde, sedangkan heavy stream adalah air yang mengandung
NaOH, 2 HPb-CD, benzaldehyde, dan cinnamaldehyde terlarut.
Light Stream
Komponen m, ρ, Fv,
kg/jam kg/m3 3
m /jam
Heavy Stream
Komponen m, ρ, Fv,
kg/jam kg/m3 3
m /jam
Dengan,
ρ = Massa jenis campuran, kg/m3
m = Laju massa total campuran, kg/jam
Fv = Laju volumetrik total campuran, m3/jam
= 1.040,9646 kg/m3
226
Lampiran
Untuk heavy stream:
2.559,3339 kg/jam
ρ=
2,1439 m /jam
3
= 1.193,7483 kg/m3
Fase Terdispersi
Untuk menentukan fase terdispersi, digunakan persamaan berikut (Walas, 2005).
0,3
Q ρ .μ Ψ=()
LLH
Qr
ρ .μ
HHL
Dengan,
QL = Volumetric flow rate light stream, m 3/jam
QH = Volumetric flow rate heavy stream, m 3/jam
ρL = Densitas light stream, kg/m3
ρH = Densitas heavy stream, kg/m3
μL = Viskositas light stream, Nms/m 2
μH = Viskositas heavy stream, Nms/m 2
Sehingga,
0,0736 m /jam 1.040,9646 kg/m 0,0009 Nms/m .
332
Ψ()
0,3
=
. m 2,1439 m /jam 1.193,7483 kg/m 0,0013 Nms/ 3
32
= 0,0293
227
Lampiran
ψ Hasil
Settling Velocity
Dasar perancangan ukuran decanter adalah kecepatan fase kontinyu harus lebih kecil dari
settling velocity droplet dalam fase terdispersi.
uc < ud
Dengan,
uc = Kecepatan fase kontinyu
ud = Kecepatan settling fase terdispersi
2
g (ρ -ρ )
d
u = 18μ
ddc
d
c
Dengan,
dd = Diameter droplet, m
ρc = Densitas fase kontinyu, kg/m3
ρd = Densitas fase terdispersi, kg/m3
μc = Viskositas fase kontinyu, Ns/m 2
g = Percepatan gravitasi, m/s2
228
Lampiran
(15 x 10 m) 9,8 m/s 1.040,9646 1.193,7483 k ( ) ( - )
2 2 3 -6
u=
18g/m
d
2
) (0,0009 Nms/m
= -0,0021 m/s
Tanda negatif menunjukkan bahwa arah kecepatan adalah ke atas (rising).
L
c
u=
A
c
i
L
cc
A=
ui
Dengan,
uc = Kecepatan fase kontinyu, m/s Lc =
Volumetric flow rate fase kontinyu, m3/s A i =
Area interface, m2
Nilai uc maksimal adalah sama dengan nilai ud.
ucmaks = 0,0021 m/s
Lc = 2,1439 m3/jam
= 0,0006 m3/s
L
A=
u imin cmaks
3
c
= 0,0021
0,0006 m/s
m /s
= 0,2829 m2
Ai = wl
w = 2(2rz-z2)1/2
229
Lampiran
Dengan,
w = Kedalaman interface, m
z = Ketinggian interface dari dasar vessel, m
l = Panjang silinder, m
r = Jari-jari silinder, m
Sehingga diperoleh:
Diameter decanter = 0,3988 m
= 15,7008 in
Panjang decanter = 0,7976 m
Kedalaman interface = 0,3547 m
Ketinggian interface = 0,2906 m
Waktu Tinggal
z
τ= d
u
Dengan,
τ = Waktu tinggal dalam decanter, detik z =
Ketinggian interface dari dasar vessel, m ud =
Kecepatan settling fase terdispersi, m/s
ud = 0,0021 m/s
Sehingga,
230
Lampiran
τ=
(0,2906 m
()
0,0021 m/s)
= 138,0316 detik
= 2,3005 menit
Hasil tersebut memenuhi syarat waktu tinggal yang baik dalam decanter, yaitu antara 2
sampai 5 menit.
ρuD Re =
μ
Dengan,
Re = Bilangan Reynold
ρ = Densitas fase kontinyu, kg/m3
u = Kecepatan fase kontinyu, m/s
D = Diameter decanter, m
μ = Viskositas fase kontinyu, Ns/m 2
Sehingga,
( )( )( ) Re =
( ) 009 Ns/m
1.193,7483 kg/m 0,0021 m/s 0,3988 m
3
2
0,0
= 1.126,0140
231
Lampiran
NRe Effect
Berdasarkan tabel tersebut, pemisahan pada decanter dapat berlangsung dengan baik.
MECHANICAL DESIGN
Design Pressure and Temperature
Operating pressure
Decanter beroperasi pada tekanan atmosferis. Level cairan pada decanter cukup rendah
karena diameter decanter relatif kecil, sehingga tekanan hidrostatis dapat diabaikan dan
cukup dikoreksi dengan overdesign factor.
P = 1 atm
Design pressure
Design pressure di-set 10% di atas operating pressure.
Pdesign = (110%) (1 atm)
= 1,1 atm
= 16,17 psia
Operating temperature
Decanter beroperasi pada suhu 50 oC.
Toperasi = 50 oC
= 323 K
= 122 oF
Design temperature
Reaktor didesign agar dapat beroperasi pada suhu 50 oF di atas suhu operasinya (Walas,
2005).
Tdesign = (122+50) oF
= 172 oF
232
Lampiran
Material
Komponen-komponen dalam decanter bersifat korosif sehingga harus dipilih material yang
tahan korosi. Untuk perancangan decanter ini, dipilih material stainless steel AISI 316.
Design Stress
Untuk material Stainless Steel AISI 316 yang bekerja pada temperatur kurang dari 200 oF,
tensile strength sebesar 16.100 psia (Walas, 1990).
f = 16.100 psia
Corrosion Allowance
Untuk mengantisipasi reaktan yang bersifat korosif, diset corrosion allowance sebesar 4
mm.
c = 4 mm
= 0,1575 in
Tebal Shell
Untuk mencari tebal shell, digunakan persamaan berikut (Rase and Barrow, 1957).
P.r
t=+C
i
s
0,6.P
f.E -
Dengan,
ts = Tebal shell, in
P = Tekanan design, psia
ri = Jari-jari, in
f = Allowable working stress, psia
E = Joint efficiency
C = Corrosion allowance, in
233
Lampiran
P = 16,17 psia
Joint efficiency sebesar 0,8.
(16,17 psia) x (7,8504 in)
t = + 0,1575 in
s
(16.100 psia) x (0,8) - (0,6) x (16,17
psia) = 0,1674 in
Untuk perancangan, diambil tebal shell standard sebesar 3/16 in.
ts = 0,1875 in
Head
Decanter beroperasi pada tekanan hampir atmosferis, sehingga digunakan flanged and
dished head. Flanged and dished head merupakan jenis head yang paling ekonomis dan
hanya sesuai untuk vessel dengan tekanan rendah dan diameter kecil, sesuai dengan
kondisi decanter.
Head pada vessel didesain berdasarkan outside diameternya.
OD = ID + 2 x ts
= (15,7008 + 2 x 0,1875) in
= 16,0758 in
= 0,4083 m
Diambil OD standar sebesar 16 in.
Dari tabel diperoleh data untuk OD sebesar 16 in dan tebal shell sebesar 3/16 in (Brownell
and Young, 1959).
icr = 0,5625
sf = 2
ID = 15,625 in
= 0,3969 m
r = 15 in
Dimensi head dihitung sebagai berikut, berdasarkan Figure 5.8 Brownell and Young.
234
Lampiran
ID
a= 2
b = 2 2 r - (BC) - (AB)
ID
AB = 2– icr
BC = r – icr
AC = 2 2 (BC) - (AB)
OA = t + b + sf
Sehingga
diperoleh, a =
7,8125 in
AB = 7,25 in
BC = 14,4375 in
AC = 12,4851 in
b = 2,5149 in
OA = 4,7024 in
235
Lampiran
Pipa
Untuk pipa dengan bahan stainless steel, diameter optimum dapat dihitung dengan
persamaan berikut (Coulson, 2005).
dopt = 260 G0,52 ρ-0,37
Dengan,
dopt = Diameter optimum pipa, mm
G = Laju aliran massa, kg/s
ρ = Massa jenis, kg/m3
Sehingga,
dopt = 260 (0,7322 kg/s)0,52 (1.188,6757 kg/m3)-0,37
= 16,0995 mm
= 0,0161 m
= 0,6338 in
Berdasarkan tabel Kern, dipilih ukuran pipa standar sebagai berikut:
Material Stainless steel (Korosif)
NPS ½
Schedule number 40
236
Lampiran
Sehingga,
dopt = 260 (0,0213 kg/s)0,52 (1.040,9646 kg/m3)-0,37
= 2,6864 mm
= 0,0027 m
= 0,1058 in
NPS 1/8
Schedule number 80
Sehingga,
dopt = 260 (0,7109 kg/s)0,52 (1.193,7483 kg/m3)-0,37
= 15,8294 mm
= 0,0158 m
= 0,6232 in
NPS ½
Schedule number 40
237
Lampiran