Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 35

HUBUNGAN REGULASI DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK

MAHASISWA S1 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


ANGKATAN 2018 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

PROPOSAL PENELITIAN

DI SUSUN OLEH :

ISMAIL UTINA (C03418020)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2022
LEMBAR PENGESAHAN

i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................1
1.2. Identifikasi Masalah..................................................................4
1.3. Rumusan Masalah...................................................................4
1.4. Tujuan Penelitian......................................................................5
1.5. Manfaat Penelitian....................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................7
2.1. Tinjauan Teori..........................................................................7
2.2. Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan............................15
2.3. Kerangka Berfikir....................................................................18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..................................................................20
3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian................................................20
3.2. Desain Penelitian...................................................................20
3.3. Penentuan Variable Penelitian...............................................20
3.4. Definisi Operasional...............................................................20
3.5. Instrumen Penelitian...............................................................21
3.6. Populasi Dan Sampel.............................................................24
3.7. Teknik Pengumpulan Data.....................................................26
3.8. Uji Validitas dan Reliabilitas...................................................27
3.9. Teknik Analisis Data...............................................................27
3.10. Tahap Penelitian....................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29

ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penelitian yang relevan........................................................................17
Tabel 2. Definisi Operasional.............................................................................21
Tabel 3. Skala Likert..........................................................................................22
Tabel 4. Blue Print Skala Prokrastinasi Akademik.............................................22
Tabel 5. Blue Print Skala Regulasi Diri...............................................................24
Tabel 6. Tahap Penelitian...................................................................................28

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka berfikir..............................................................................18
Gambar 2. Kerangka Konsep............................................................................19

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Di era globalisasi saat ini seseorang dituntut untuk selalu dapat


meningkatkan kemampuan dan keahliannya agar dapat bersaing dan
menyesuaikan diri dalam dunia global yang penuh dengan tekanan dan
kompetisi. Kaitannya dengan manusia yang berkualitas, mahasiswa
diharapkan mampu menguasai suatu bidang sehingga dengan keahliannya
itu mereka menjadi siap bersaing di dunia kerja. Mahasiswa dapat
dikatakan sebagai kelompok dari generasi muda yang sedang belajar atau
menuntut ilmu di perguruan tinggi, dengan jurusan atau program tertentu,
aktivitas mereka adalah belajar. Belajar ilmu pengetahuan, belajar
berorganisasi, belajar bermasyarakat dan belajar menjadi pemimpin.
Kelompok ini menyandang sejumlah atribut di antaranya sebagai kelompok
inti pemuda, kelompok cendikia, atau golongan intelektual, calon pemimpin
masa depan, manusia idealis dan kritis karena di pundak mahasiswa
sebagian besar nasib masa depan suatu bangsa dipertaruhkan.(Lubis,
2018)
Sebagai mahasiswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan perkuliahan
dengan mengerjakan tugas-tugas yang diterima dengan baik dan selesai
tepat waktu. Pada kenyatannya harapan tersebut tidak sesuai dengan apa
yang terjadi saat ini. Masih banyak mahasiswa yang terlambat dalam
mengumpulkan tugas, terlambat masuk kelas bahkan tidak ikut
perkuliahan. Menurut Prayitno di antara salah satu faktor penentu
kesuksesan mahasiswa di perguruan tinggi adalah sejauh mana
mahasiswa tersebut mampu menyelesaikan dengan baik tugas-tugas yang
diberikan oleh dosen dengan baik dan tepat waktu. Jika dicermati,
sebenarnya mahasiswa berada pada masa-masa produktif ini. Seiring
berjalannya waktu, terdapat hal-hal penting yang mulai bergeser dari
budaya dan kewajiban mahasiswa seharusnya. Hal yang paling kentara
dewasa ini adalah budaya menunda-menunda kewajiban sebagai
mahasiswa atau yang sering disebut dengan istilah “prokrastinasi”. Hal
inilah yang mungkin tidak bisa disangkal, prokrastinasi dalam kondisi awal

1
dapat mengurangi stres seseorang ketika mendapatkan tugas atau
kewajiban yang sebenarnya tidak di inginkannya atau mungkin sulit untuk
dapat diselesaikan. Sebab individu akan berhenti untuk memikirkan hal-hal
yang memberatkan pikirannya tersebut, namun yang perlu dicermati adalah
perilaku seperti ini malah akan menjadi suatu bumerang. Sebab dalam
kondisi selanjutnya stres itu akan memuncak melebihi stres yang dihadapi
individu dikondisi awal, yaitu ketika individu dikejar deadline dalam
mengumpulkan tugas yang telah diberikan. Akibatnya tugas yang diberikan
menjadi terbengkalai dan jauh dari kesan yang diinginkan.(Mandasari &
Ihsan, 2020)
Seperti penelitian yang dilakukan Levy dan Ramim terkait fenomena
prokastinasi pada mahasiwa di Amerika. Penelitian ini dilakukan pada
1.629 mahasiswa dimana ditemukan bahwa lebih dari setengah (58%)
mahasiswa melakukan perilaku prokastinasi dalam mengerjakan tugasnya.
Di Indonesia sendiri, penelitian oleh Muyana (2018) menunjukkan bahwa
sebanyak 70% mahasiswa yang menjadi subjek penelitian berada pada
kategori tinggi pada pengukuran prokrastinasi akademik yang dilakukan.
Tingginya persentase prokrastinasi akademik di kalangan mahasiswa ini
menunjukkan umumnya perilaku ini ditemukan. Hal ini tentu menjadi
sebuah permasalahan tersendiri, karena mahasiswa berada dalam jenjang
dimana seseorang akan segera memasuki dunia kerja yang memberikan
tuntutan jauh lebih berat daripada masa kuliah.(Febritama & Sanjaya,
2018)
Menurut Ferrari dkk prokrastinasi akademik dapat diamati dengan
ciri-ciri tertentu seperti misalnya penundaan untuk mengerjakan tugas,
keterlambatan dalam menyelesaikan tugas, kesenjangan waktu antara
rencana yang ditetapkan dengan kegiatan lain yang sedang dilakukan,
melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan dari pada tugas yang
harus dikerjakan (seperti ngobrol, nonton, main game, mendengarkan
musik, jalan-jalan, dan lain-lain). Selain hal tersebut, mahasiswa juga
masih menerapkan sistem kebut semalam atau yang biasa disebut dengan
SKS yang artinya yaitu mengerjakan tugas secara cepat dengan waktu
yang terbatas. Kegiatan SKS salah satunya merupakan akibat dari adanya
perilaku prokrastinasi akademik yang memberikan dampak negatif

2
terhadap tugas yang sedang dikerjakan, dimana hasilnya mungkin akan
kurang baik dibandingkan dengan belajar terlebih dahulu.(Suaiba, 2021)
Penelitian yang dilakukan oleh Steel menyebutkan bahwa
prokrastinasi dapat terjadi karena dipengaruhi oleh self regulatory failure
(kegagalan dalam pengaturan diri), rendahnya self efficacy, self control,
dan keyakinan irasional (takut akan gagal dan perfeksionis).(Lubis, 2018)
Berdasarkan permasalahan di atas yaitu prokrastinasi akademik yang
terjadi pada kalangan mahasiswa, salah satu faktor penyebab terjadinya
prokrastinasi adalah self regulatory failure (kegagalan dalam meregulasi
diri). Seorang individu yang memiliki kesulitan dalam meregulasi diri maka
ia akan dengan mudah melakukan perilaku yang negatif seperti
prokrastinasi akademik.
Dalam beberapa penelitian empiris, telah banyak ditemukan bahwa
self- regulated learning strategy berhubungan dengan prokrastinasi
akademik. Seperti penelitian yang dilakukan Fitriya dan Lukmawati
terhadap 123 orang Prodi DIII Keperawatan STIKES Mitra Adiguna
Palembang yang menemukan korelasi antara self-regulated learning
dengan prokrastinasi sebesar r= -0,755 dengan signifikansi p= 0,000.
Selanjutnya, Ardina dan Wulan terhadap 120 siswa kelas X di SMA Negeri
10 Jakarta dengan melakukan analisis regresi, ditemukan bahwa besar
pengaruh yang dihasilkan regulasi diri terhadap prokrastinasi akademik
adalah 29,3% dan 70,7% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. (Avati dkk.,
2019)
Zimmerman mendeskripsikan self regulated learning sebagai cara
belajar mahasiswa aktif secara individu untuk mencapai tujuan akademik
dengan cara memantau prilaku, memotivasi diri sendiri, dan menggunakan
fungsi kognitifnya dalam belajar. Mampu merencanakan, mengontrol
waktu, dan memiliki usaha terhadap penyesuaian tugas, tahu bagaimana
menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, mencari bantuan
dosen dan teman jika menemui kesulitan. Mampu melakukan strategi
disiplin dan menjaga konsentrasi. (Sumia dkk., 2020)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di Universitas
Muhamadiyyah Gorontalo (UMGo) pada hari Jum’at tanggal 4 Maret 2022,
ada 3 orang mahasiswa aktif Keperawatan anggkatan 2018 yang peneliti

3
temui mereka mengatakan bahwa sering menunda nunda mengerjakan
tugas karena punya alasan masing masing. Antara lain sibuk dengan
organisasi di dalam dan diluar kampus serta kurang memiliki motivasi dari
diri sendiri atau kurang dalam meregulasi diri mereka, sehingga lebih
memilih untuk menunda mengerjakan tugas yang telah diberikan bahkan
sampai tidak menggerjakannya. Mereka juga mengatakan bukan hanya
mereka saja yang mengalami peristiwa yang demikian tetapi teman teman
lain yang seangkatan mereka pun mengalami peristiwa tersebut.
Dari uraian fenomena yang telah di paparkan sebelumnya maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Universitas Muhamadiyah
Gorontalo peneliti ingin mengetahui seberapa besar hubungan regulasi diri
dengan prokrastinasi akademik mahasiswa keperawatan fakultas ilmu
kesehatan angkatan 2018.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan gambaran dari latar belakang diatas lakukan dapat


diidentifikasi permasalahan dalam peneltitian ini sebagai berikut:
1. Fenomena prokrastinasi akademik di amerika yang dilakukan pada
1.629 mahasiswa ditemukan bahawa lebih dari setengah (58%)
mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik. Di indonesia sendiri
menunjukan bahwa sebanyak 70% mahasiswa melakukan prokrastinasi
akademik yang termasuk dalam kategori tinggi.
2. Mahasiswa keperawatan angkatan 2018 sering menunda-nunda
mengerjakan tugas dengan alasan sibuk dengan organisasi, kurangnya
motivasi, serta belum mampu meregulasi diri sendiri.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi


permasalahan dalam peneltitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan regulasi diri mahasiswa keperawatan fakultas
ilmu kesehatan angkatan 2018 ?
2. Bagaimana Prokrastinasi akademik pada mahasiswa keperawatan
fakultas ilmu kesehatan angkatan 2018 ?

4
3. Bagaimana Hubungan regulasi diri dengan prokrastinansi akademik pada
mahasiswa keperawatan fakultas ilmu kesehatan angkatan 2018 ?

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:


1. Mengetahui tingkat regulasi diri pada mahasiswa keperawatan fakultas
ilmu kesehatan angkatan 2018
2. Mengetahui tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa keperawatan
fakultas ilmu kesehatan angkatan 2018.
3. Mengetahui apakah ada hubungan antara regulasi diri dan prokrastinasi
akademik pada mahasiswa keperawatan fakultas ilmu kesehatan
angkatan 2018.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan
informasi dan referensi yang berarti bagi pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang psikologi khususnya dalam pengembangan
regulasi diri dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa
keperawatan universitas muhammadiyah gorontalo.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Program studi Ilmu Keperawatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi
tentang hubungan antara regulasi diri dengan prokrastinasi
akademik.
b. Bagi Mahasiswa
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan
yang berarti, terutama dalam memperoleh regulasi diri dan
mengurangi prokrastinasi akademik pada mahasiswa.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
tambahan referensi dan bahan acuan dalam melakukan penelitian
selanjutnya, sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil yang lebih
lengkap dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan.

5
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori

2.1.1 Prokrastinasi Akademik


1. Pengertian Prokrastinasi
Bagi beberapa orang, prokrastinasi sangat mudah ditangani dan
dihilangkan. Tetapi untuk sebagian orang prokrastinasi adalah sebuah
masalah yang sangat serius dan sulit untuk ditangani. Prokrastinasi
memiliki arti menunda suatu tugas penting yang dilakukan dengan sengaja.
Dalam Bahasa Inggris disebut dengan procrastination. Menurut Yuen &
Burka Istilah tersebut berasal dari dua bahasa latin yang dipadukan yaitu
“pro” berarti “Forward” dan “crastinus” berarti “belonging to tomorrow”, jika
disatukan berarti “Forward it to tomorrow” kalimat itu bisa diartikan sebagai
“I will do it later” yang dalam bahasa Indonesia berarti “Saya akan
melakukannya nanti”. Telah banyak studi tentang prokrastinasi yang
dilakukan oleh para ahli dan peneliti hingga dirumusukan beberapa definisi,
diantaranya sebagai berikut. Tuckman beranggapan bahwa prokrastinasi
adalah ketidakmampuan mengatur diri sendiri sehingga terjadi penundaan
pekerjaan yang seharusnya berada dibawah kendali atau penguasaan
orang tersebut. Steel juga menyatakan bahwa prokrastinasi adalah
perilaku atau tindakan menunda suatu pekerjaan dengan sengaja dan lebih
memilih aktifitas lain meskipun mengetahui konsekuensi buruk yang akan
diterima dikemudian hari.
Dalam ranah pendidikan, perilaku penundaan disebut juga dengan
prokrastinasi akademik. Menurut Wolter Prokrastinasi akademik adalah
kegagalan dalam penyelesaian tugas sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan atau menunda mengerjakan tugas hingga batas waktu deadline
pengumpulan. Di samping itu, Ferrari Prokrastinasi akademik merupakan
jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang
berhubungan dengan tugas akademik.
2. Aspek Aspek Prokrastinasi
(Burka & Yuen, 2008: 144) menyatakan bahwa ada empat aspek
yang mendasari perilaku prokrastinasi yaitu :

7
a. Aspek Emosional, prokrastinasi melibatkan perasaan batin, ketakutan,
harapan, memori, impian, keraguan, dan tekanan. Tetapi banyak
pelaku prokrastinasi tidak menyadarinya. Mereka melakukan
prokrastinasi untuk menghindari perasaan tidak nyaman. Sebagian
besar pelaku prokrastinasi takut tidak dapat diterima oleh peraturan
yang ada.
b. Aspek Waktu, prokrastinasi memiliki masalah dalam memahami
penggunaan waktu. Mereka memiliki kesulitan dalam melakukan
penyesuaian antara subjective time dan clock time. Hal ini
menyebabkan mereka kesulitan dalam mengantisipasi deadline,
bekerja fokus mencapai tujuan, atau memprediksi banyaknya waktu
yang digunakan untuk menyelesaikan sesuatu.
c. Aspek Biologikal, prokrastinasi melibatkan tubuh, otak, dan faktor
genetik. Semua memiliki peran dalam terjadinya prokrastinasi. Bidang
ilmu saraf memberikan gambaran tentang apa yang terjadi di dalam
otak manusia. Apa yang terjadi di dalam otak akan mempengaruhi
perilaku seseorang untuk menghindar, dan begitu pula sebaliknya
perilaku menghindar akan mempengaruhi struktur dan fungsi dalam
otak. Hal ini dinamakan “neuroplasticity”.
d. Aspek Interpersonal, prokarastinasi melibatkan sejarah dalam
keluarga, hubungan sosial, dan kultur tempat tinggal. Dinamika
keluarga yang terjadi di masa lampau mungkin berlanjut pada masa
sekarang, dan hal itu mengambil peran penting pada perilaku
prokrastinasi. Sosial dan kultur dapat berpengaruh pada
kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi.
3. Faktor Fakator Penyebab Prokrastinasi
Bernard menyatakan bahwa ada 10 keadaan individu yang menjadi
faktor-faktor penyebab dilakukannya perilaku prokrastinasi:

a. Anxiety

Anxiety bisa diartikan sebagai kecemasan. Kecemasan tersebut


menjadi kekuatan magnetik yang berlawanan dengan tugas- tugas
yang diharapkan dapat diselesaikan berinteraksi dengan kecemasan
yang tinggi. Sehingga cenderung menunda tugas tersebut.

8
b. Self-Depreciation

Self-Depreciation diartikan sebagai pencelaan terhadap diri sendiri.


Seseorang memiliki penghargaan yang rendah pada dirinya sendiri
dan selalu menyalahkan diri sendiri ketika terjadi terjadi sebuah
kesalahan. Disamping itu juga memiliki perasaan tidak percaya diri
untuk meraih masa depan.

c. Low Discomfort Tolerance

Low Discomfort Tolerance diartikan sebagai rendahnya toleransi pada


ketidak nyamanan. Adanya kesulitan pada pengerjaan tugas membuat
seseorang mengalami kesulitan dalam mengatasi rasa frustrasi dan
kecemasan, sehingga mereka mengalihkan diri sendiri kepada tugas-
tugas yang mengurangi ketidaknyamanan dalam diri mereka.
d. Pleasure-seeking
Peasure-seeking dapat diartikan sebagai pencari kesenangan. Mereka
mencari kesenangan dan cenderung tidak ingin meninggalkannya.
Pada saat seseorang memiliki kecenderungan untuk mencari situasi
yang nyaman, maka ia akan memiliki keinginan yang kuat untuk terus
bersenang-senang dan tidak ingin meninggalkannya.
e. Time Disorganization
Time Disorganization dapat diartikan sebagai ketidak teraturannya
waktu. mengatur waktu adalah dapat memperkirakan dengan baik
berapa lama seseorang membutuhkan waktu untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut. Aspek lain dari lemahnya pengaturan waktu adalah
sulitnya memprioritaskan pekerjaan yang penting dan yang kurang
penting. Semua tuga terlihat penting, sehingga terjadi kesulitan pada
saat menentukan tugas yang harus dikerjakan terlebih dahulu.
f. Environmental Disorganisation
Environmental Disorganisation dapat diartikan sebagai ketidak
teraturannya lingkungan. Dalam hal ini lingkungan di sekitar tempat
tinggal tidak teratur dangan baik, itu terjadi karena kesalahan dari
individu itu sendiri. Ketidak teraturannya lingkungan bisa dalam bentuk
interupsi dari orang lain, kurangnya privasi, kertas yang bertebaran
dimana-mana, dan alat-alat yang dibutuhkan tidak tersedia. Banyaknya

9
gangguan pada area wilayah pekerjaan akan menyulitkan sesorang
untuk berkonsentrasi, sehingga terjadi penundaan.

g. Poor Task Approach

Poor Task Approach dapat diartiakan sebagai pendekatan yang lemah


terhadap tugas. Pada saat seseorang bersiap untuk mengerjakan
sesuatu, ia memiliki kecenderungan untuk meletakan kembali
pekerjaan tersebut karena tidak mengetahui darimana harus memulai.
Hal tersebut membuat seseorang tertahan oleh ketidaktahuannya pada
penyelesaian pekerjaan tersebut.
h. Lack Of Assertion
Lack Of Assertion diartikan sebagai memberikan pernyataan yang
tegas. Seseorang memiliki kesulitan untuk berkata tidak terhadap
permintaan yang ditujukan kepadanya padahal mereka mengetahui
masih banyak tugas yang harus dikerjakan. Mereka kurang memiliki
penghargaan terhadap komitmen dan tanggungjawab yang dimilikinya.
i. Hostility with others
Hostility with others diartikan sebagai memusuhi orang lain.
Kemarahan yang terus menerus tertanam dapat menimbulakan
dendam dan sikap bermusuhan, sehingga seseorang dapat memiliki
sikap menolak atau menentang perkataan orang lain.
j. Stress and fatigue
Stress and fatigue dapat diartikan sebagai perasaan tertekan dan
kelelahan. Stress muncul dari akumulasi tuntutan negatif dalam hidup,
digabung dengan gaya hidup dan kemampuan mengatasi masalah.
Semakin banyak tuntutan dan semakin lemah sikap seseorang dalam
memecahkan masalah serta gaya hidup yang kurang baik, maka
semakin tinggi stress seseorang.
2.1.2 Regulasi Diri
1. Pengertian Regulasi Diri
Menurut Bandura Regulasi diri didefinisikan sebagai kemampuan
seseorang untuk mengontrol perilakunya sendiri. Definisi lain menerangkan
regulasi diri adalah proses dalam kepribadian yang penting bagi individu
untuk berusaha mengendalikan pikiran, perasaan, dorongan, dan hasrat

10
mereka. Regulasi diri melibatkan kontrol, arah, dan koreksi tindakan sendiri
dalam proses menuju atau menjauh dari tujuan. Dengan kata lain regulasi
diri merupakan proses individu dalam menuju atau menjauhi tujuan dengan
mengendalikan pikiran, perasaan, dorongan, dan hasrat mereka. Proses ini
melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.(Aziroh, 2017)
Sementara Carver dan Scheier mengungkapkan pengertian regulasi diri
sebagai proses di mana organisme mengejar tujuan yang penting. Proses
regulasi diri meliputi penetapan tujuan, pengawasan kemajuan dan
membuat penyesuaian dalam perilaku dalam mencapai hasil-hasil yang
diharapkan. Sejalan dengan King, Handy Susanto mendefinisikan regulasi
diri sebagai penggunaan suatu proses yang mengaktivasi pemikiran,
perilaku, dan affects (perasaan) yang terus menerus dalam upaya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.(Avati et al., 2019)
Proses self regulation dilakukan agar seseorang atau individu dapat
mencapai tujuan yang diharapkannya. Dalam mencapai suatu tujuan yang
diharapkan seseorang perlu mengetahui kemampuan fisik, kognitif, sosial,
pengendalian emosi yang baik sehingga membawa seseorang kepada self
regulation yang baik. Miller & Brown memformulasikan self regulation
sebanyak tujuh tahap yaitu:
a. Receiving atau menerima informasi yang relevan. Yaitu langkah awal
individu dalam menerima informasi dari berbagai sumber. Dengan
informasi-informasi tersebut, individu dapat mengetahui karakter yang
lebih khusus dari suatu masalah. Seperti kemungkinan adanya
hubungan dengan aspek lainnya.
b. Evaluating atau mengevaluasi. Setelah kita mendapatkan informasi,
langkhan berikutnya adalah menyadari seberapa besar masalah
tersebut. Dalam proses evaluasi diri, individu menganalisis informasi
dengan membandingkan suatu masalah yang terdeteksi di luar diri
(eksternal) dengan pendapat pribadi (internal) yang tercipta dari
pengalaman yang sebelumnya yang serupa. Pendapat itu didasari oleh
harapan yang ideal yang diperoleh dari pengembangan individu
sepanjang hidupnya yang termasuk dalam proses pembelajaran.
c. Triggering atau membuat suatu perubahan. Sebagai akibat dari suatu
proses perbandingan dari hasil evaluasi sebelumnya, timbul perasaan

11
positif atau negative. Individu menghindari sikap-sikap atau pemikiran-
pemikiran yang tidak sesuai dengan informasi yang didapat dengan
norma-norma yang ada. Semua reaksi yang ada pada tahap ini yaitu
disebut juga kecenderungan kearah perubahan.
d. Searching atau mencari solusi. Pada tahap sebelumnya proses evaluasi
menyebabkan reaksi-reaksi emosional dan sikap. Pada akhir proses
evaluasi tersebut menunjukkan pertentangan antara sikap individu
dalam memahami masalah. pertentangan tersebut membuat individu
akhirnya menyadari beberapa jenis tindakan atau aksi untuk mengurangi
perbedaan yang terjadi. Kebutuhan untuk mengurangi pertentangan
dimulai dengan mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi.
e. Formulating atau merancang suatu rencana. Yaitu perencanaan aspek-
aspek pokok untuk meneruskan target atau tujuan seperti soal waktu,
aktivitas untuk pengembangan, tempat-tempat dan aspek lainnya yang
mampu mendukung efesien dan efektif.
f. Implementing atau menerapkan rencana. Yaitu setelah semua
perencanaan telah teralisasi, baerikutnya adalah secepatnya megarah
pada aksi-aksi atau melakukan tindakan-tindakan yang tepat yang
mengarah ke tujuan dan memodifikasi sikap sesuai dengan yang
diinginkan dalam proses.
g. Assessing atau mengukur efektivitas dari rencana yang telah dibuat.
Pengukuran ini dilakukan pada tahap akhir. Pengukuran tersebut dapat
membantu dalam menentukan dan menyadari apakah perencanaan
yang tidak direalisasikan itu sesuai dengan yang diharapkan atau tidak
serta apakah hasil yang didapat sesuai dengan yang diharapkan.
2. Aspek Aspek Regulasi diri
Aspek-aspek Regulasi Diri Self-regulation merupakan fundamen
dalam proses sosialisasi dan melibatkan perkembangan fisik, kognitif, dam
emosi individu dengan self-regulation pada tingkat yang tinggi akan
memiliki regulsi diri yang baik dalam mencapai tujuan akademisnya.
Menurut Schunk dan Zimmerman menyatakan bahwa self regulation
mencakup tiga aspek :
a. Metakognisi

12
Metakognisi menurut Schunk & Zimmerman adalah kemampuan individu
dalam menentukan tujuan, menegendalikan perhatian, self monitoring
menentukan tujuan, mengatur diri agar mengetahui apa yang akan
dicapai dalam proses pembelajaran. Selfmonitoring. Mengatur diri agar
selalu memantau kemajuan atau pekembangan kearah tujuan yang
hendak dicapai, dan terkadang mengubah starategi belajar atau
memodifikasi tujuan jika diperlukan.
b. Motivasi
Motivasi Zimmerman dan Schunk mengatakan bahwa motivasi
merupakan pendorong (drive) yang ada pada diri individu yang
mencakup persepsi terhadap efikasi diri, kompetensi otonomi yang
dimiliki dalam aktivitas belajar. motivasi merupakan fungsi dari
kebutuhan dasar untuk mengontrol dan berkaitan dengan perasaan
kompetensi yang dimiliki setiap individu.
c. Perilaku
Perilaku menurut Zimmerman dan Schunk merupakan upaya individu
untuk mengatur diri melalui tindakan yang mendukung pembelajaran,
menyeleksi tindakan yang bermanfaat mendukung proses pengerjaan
tugas akhir, dan memanfaatkan lingkungan maupun menciptakan
lingkungan dan berperan aktif yang mendukung pengerjaan tugas akhir.
Berdasarkan dari uraian di atas dapat dipahami bahwa regulasi diri.
(HARAHAP, 2020)
3. Faktor Faktor Rregulasi Diri
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Regulasi Diri Terdapat dua faktor
yang mempengaruhi regulasi diri yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal dan faktor internal akan dijelaskan sebagai berikut. Faktor
Eksternal dalam Regulasi Diri.
a. Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dengan dua cara:
1) Standar
Faktor eksternal memberikan standar untuk mengevaluasi tingkah
laku kita sendiri. Standar itu tidaklah semata-mata berasal dari daya-
daya internal saja namun juga berasal dari faktor-faktor lingkungan,
yang berinteraksi dengan faktor pribadi juga turut membentuk standar
pengevaluasian individu tersebut. Siswa belajar melalui orangtua dan

13
gurunya baik-buruk, tingkah laku yang dikehendaki dan yang tidak
dikehendaki. Melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan
yang lebih luas, anak kemudian mengembangkan standar yang dapat
ia gunakan dalam menilai prestasi diri.
2) Penguatan (reinforcement)
Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dalam bentuk penguatan
(reinforcement). Hadiah intrinsik tidak selalu memberikan kepuasan,
manusia membutuhkan intensif yang berasal dari lingkungan
eksternal. Standar tingkah laku biasanya bekerja sama; ketika orang
dapat mencapai standar tingkah laku tertentu, perlu penguatan agar
tingkah laku semacam itu menjadi pilihan untuk dilakukan lagi.
b. Faktor Internal dalam Regulasi Diri Faktor eksternal berinteraksi dengan
faktor internal dalam pengaturan diri sendiri. Bandura mengemukakan
tiga bentuk pengaruh internal:
1) Observasi diri (self observation)
Dilakukan berdasarkan faktor kualitas penampilan, kuantitas
penampilan, orisinalitas tingkah laku diri, dan seterusnya. Observasi
diri terhadap performa yang sudah dilakukan. Manusia sanggup
memonitor penampilannya meskipun tidak lengkap atau akurat. Kita
memilih dengan selektif sejumlah aspek perilaku dan mengabaikan
aspek lainnya yang dipertahankan biasanya sesuai dengan konsep
diri.
2) Proses penilaian (judgmental process)
Proses penilaian bergantung pada empat hal: standar pribadi,
performaperforma acuan, nilai aktivitas, dan penyempurnaan
performa. Standar pribadi bersumber dari pengamatan model yaitu
orangtua atau guru, dan menginterpretasi balikan/penguatan dari
performasi diri. Setiap performasi yang mendapatkan penguatan
akan mengalami proses kognitif, menyusun ukuran-ukuran atau
norma yang sifatnya sangat pribadi, karena ukuran itu tidak selaku
sinkron dengan kenyataan. Standar pribadi adalah proses evaluasi
yang terbatas. Sebagian besar aktivitas harus dinilai dengan
membandingkan dengan ukuran eksternal, bisa berupa norma
standar perbandingan sosial, perbandingan dengan orang lain, atau

14
perbandingan kolektif. Dari kebanyakkan aktivitas, kita mengevaluasi
performa dengan membandingkannya kepada standar acuan.
Disamping standar pribadi dan standar acuan, proses penilaian juga
bergantung pada keseluruhan nilai yang kita dapatkan dalam sebuah
aktivitas. Akhirnya, regulasi diri juga bergantung pada cara kita
mencari penyebab-penyebab tingkah laku demi menyempurnakan
performa.
3) Reaksi diri (self response)
Manusia merespon positif atau negatif perilaku mereka tergantung
kepada bagaimana perilaku ini diukur dan apa standar pribadinya.
Bandura meyakini bahwa manusiamenggunakanstrategi reaktif dan
proaktif untuk mengatur dirinya. Maksudnya, manusia berupaya
secara reaktif untuk mereduksi pertentangan antara pencapaian dan
tujuan, dan setelah berhasil menghilangkannya, mereka secara
proaktif menetapkan tujuan baru yang lebih tinggi.
2.2. Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan

2.2.1 Syella T. Aring, Meike E. Hartati dan Dewo A. N. Narosaputra jurnal ini
berjudul HUBUNGAN ANTARA REGULASI DIRI DENGAN
PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA, Psikopedia Vol. 2 No. 1
Maret 2021, halaman 7-10
Salah satu kendala yang dihadapi siswa dalam dunia pendidikan yaitu
kecenderungan siswa melakukan penundaan dalam mengerjakan tugas, di
sisi lain untuk mencapai tujuan akademik siswa harus mampu memiliki
regulasi diri yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah terdapat hubungan yang negatif antara regulasi diri dengan
prokrastinasi akademik pada siswa kelas X di SMA Negeri 1 Remboken.
Penelitian ini memakai metode analisis regresi linear sederhana dengan
bantuan program SPSS 20. Subjek dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas
X SMA Negeri 1 Remboken yang berjumlah 110 siswa. Pengambilan
sampel dilakukan dengan dengan teknik simple random sampling. Hasil
penelitian menyatakan terdapat hubungan yang negatif antara variabel
regulasi diri (X) terhadap variabel prokrastinasi akademik (Y) dengan nilai
berdasarkan pengujian hipotesis diperoleh persamaan regresi sederhana Y

15
= 97,869 - 0.476X. Nilai signifikansi (sig) = 0,000 < 0,05 dan R square =
0.395 atau 39,5%, yang berarti jika semakin tinggi regulasi diri maka akan
semakin rendah kecenderungan melakukan prokrastinasi akademik
sebaliknya semakin rendah regulasi diri maka akan semakin tinggi
kecenderungan melakukan prokrastinasi akademik pada siswa kelas X
SMA Negeri 1 Remboken.(Aring, 2021)
2.2.2 Alimatur Rohmaniyah, judul jurnal HUBUNGAN ANTARA SELF
REGULATED LEARNING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK
PADA ANGGOTA BEM UNIVERSITAS X, Volume 05. Nomor 02 (2018).
Character: Jurnal Penelitian Psikologi, halaman 1-6
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara self
regulated learning dengan prokrastinasi akademik pada anggota BEM
Universitas X dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Subjek
penelitian ini berjumlah 65 mahasiswa. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah skala self regulated learning dan skala prokrastinasi
akademik. Teknik analisa yang digunakan adalah teknik korelasi product
moment dengan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hasil analisa diketahui
nilai F sebesar -0,468 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (P<0,05). Hasil
penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara self regulated learning
dengan prokrastinasi akademik pada anggota BEM Universitas X.
(Rohmaniyah, 2018)
2.2.3 Rani Isnaini Suaibah, judul jurnal HUBUNGAN ANTARA REGULASI
DIRI DENGAN PROKRASTINASI PADA MAHASISWA YANG
MENGIKUTI ORGANISASI, Jurnal psikologi universitas muhammadiyah
malang tahun 2021.
Mahasiswa dengan kesibukannya dalam kuliah tentunya juga memiliki
kegiatan lain yang mereka kerjakan, salah satunya adalah mengikuti
kegiatan organisasi di kampus. Sebagai mahasiswa harus mampu dalam
membagi waktu agar kegiatan akademik mereka tidak terganggu dan tetap
dapat terlaksana dengan baik meskipun mereka juga melakukan kegiatan
lain. Hal tersebut apabila tidak dapat dilakukan dengan seimbang, bisa
menyebabkan seorang mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik
pada tugastugas penting. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
hubungan antara regulasi diri dalam belajar dengan prokrastinasi akademik

16
pada mahasiswa yang mengikuti kegiatan organisasI di kampus. Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dengan uji analisis
Correlation Product Moment. Subjek yang digunakan adalah mahasiswa
aktif yang sedang mengikuti kegiatan organisasi di kampus dengan jumlah
125 subjek. Teknik sampling yang digunakan yaitu Accidental Sampling.
Kemudian instrumen penelitian yang digunakan adalah skala dari Tuckman
Procrastination Scale (TPS) dan skala Academic Self-Regulation Learning
Scale (A-SRL-S). Berdasarkan dari hasil analisa dengan menggunakan
teknik analisa Correlation Product Moment, menunjukkan bahwa terdapat
hubungan negatif signifikan antara regulasi diri dalam belajar dan
prokrastinasi akademik pada mahasiswa dengan nilai koefisien korelasi (r)
= -0.220, dan nilai sig/p = 0.014 (< 0.005). Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi regulasi diri dalam belajar maka akan semakin rendah
prokrastinasi akademik, dan sebaliknya semakin tinggi prokrastinasi
akademik maka akan semakin rendah regulasi diri dalam belajar.(Suaiba,
2021)
Tabel 1.
Penelitian yang relevan

Nama peneliti Judul penelitian Persamaan Perbedaan

Perbedaan dalam
Sama sama penelitian ini yaitu
Syella T. Aring, menggunakan Populasi dan
Meike E. Hartati Hubungan Antara metode penelitian sampel serta
dan Regulasi Diri Dengan kuantitatif dan analisis data
Prokrastinasi Akademik penggambilan menggunakan
Dewo A. N. Pada Siswa data analisis regresi
Narosaputra menggunakan sederhana.
kuisoner.

Hubungan Antara Self Sama sama Perbedaannya yaitu


Regulated Learning menggunakan teknik
Alimatur Dengan Prokrastinasi metode penelitian penggambilan
Rohmaniyah Akademik Pada Anggota kuantitatif korelasi populasi dan
Bem Universitas X product moment. sampel.

Hubungan Antara
Sama sama
Regulasi Diri Dengan Perbedaan dalam
menggunakan
Prokrastinasi Pada penelitian ini yaitu
Rani Isnaini metode penelitian
Mahasiswa Yang Populasi dan
Suaibah kuantitatif korelasi
Mengikuti sampel.
product moment.
Organisasi

17
2.3. Kerangka Berfikir

2.3.1 Kerangka Teori

Mahasiswa Jurusan Keperawatan


angkatan 2018

Tugas tugas yang di berikan

Self regulation tinggi Self regulation rendah


1. Menentukan prioritas tugas 1. Tidak menentukan prioritas tugas
2. Menetapkan waktu pengerjaan 2. Tidak menetapkan waktu
tugas pengerjaan tugas
3. Menentukan aktivitas yang 3. Tidak menentukan aktivitas yang
berkaitan dengan tugas berkaitan dengan tugas
4. Mencari bantuan teman atau 4. Tidak mau mencari bantuan
dosen dalam mengerjakan teman atau dosen dalam
tugas mengerjakan tugas
5. Menyiapkan reward dan 5. Tidak memperlakukan reward
punishment dan punishment

Prokrastinasi
Prokrastinasiakademik
akademikrendah
rendah Prokrastinasi akademik tinggi
1. Menunda untuk memulai
2. Lambat mengerjakan tugas
3. Melakukan aktivitas lain yang
dianggap lebih menyenangkan

Gambar 1.
Kerangka berfikir self regulation dan prokrastinasi akademik

18
2.3.2 Kerangka Konsep

Berdasarkan teori teori sebelumnya dapat dikemukakan kerangka


konseptual penelitian ini sebagai berikut :

Prokrastinansi akademik
Regulasi Diri (X)
(Y)

Keterangan

= Variabel Bebas

= Variabel Terikat

= Hubungan

Gambar 2.
Kerangka Konsep

2.3.3 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan regulasi
diri dengan prokrastinasi akademik mahasiswa keperawatan angkatan
2018 Universitas Muhammadiyah Gorontalo.

19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

1.
2.
3.
3.

3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Gorontalo
2. Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan maret sampai bulan Juni
tahun 2022

3.2. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pedekatan kuantitatif yang bersifat


korelasional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara regulasi diri
dengan prokrastinasi akademik.

3.3. Penentuan Variable Penelitian

Berikut adalah variabel-variabel yang hendak diteliti. Variabel terikat


(Y) penelitian ini adalah prokrastinasi akademik. Sementara Variabel bebas
(X) yang diteliti yakni regulasi diri.
1. Prokrastinasi akademik (Variabel Y)
Prokrastinasi akademik adalah perilaku penundaan pada tugas
akademik yang dilakukan oleh mahasiswa dan diukur menggunakan
skala prokrastinasi akademik dengan aspek penundaan, keterlambatan
mengerjakan tugas, kesulitan untuk tepat waktu dan melakukan aktivitas
yang menyenangkan.
2. Regulasi diri (Variabel X)
Regulasi diri dalam belajar adalah suatu bentuk pengaturan diri dan
diukur menggunakan skala regulasi diri dengan aspek kemampuan
metakognisi, pengaturan motivasi dan pengarahan perilaku secara aktif.

20
3.4. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.
Definisi Operasional

Variabel Definisi Aspek Alat ukur Kategori Skala


Prokrastinasi prokrastinasi 3. (Fear of Failure) Kuisioner 1. sangat tinggi Ordinal
akademik akademik adalah Perasaan takut /skala >181
perilaku pada kesalahan 2. tinggi 153 – 180
menunda-nunda 4. (Fear of Success) 3. sedang 125 –
pekerjaan Perasaan takut 152
ataupun tugas pada keberhasilan 4. rendah 97 – 124
akademik yang 5. (Fear of Losing 5. sangat rendah
dialkukan tanpa The Battle) <96
alasan yang jelas. Perasaan takut
pada kekalahan
dalam berjuang
6. (Fear of
Separation and
Fear of Intimacy)
Ketakutan pada
Separasi dan
Intimasi
Regulasi diri Regulasi diri 1. Metakognisi Kuisioner 1. sangat Tinggi Ordinal
adalah individu Merencanakan, /skala 105 – 125
mampu mengatur mengendalikan dan 2. tinggi 85 - 105
kemampuannya mengevaluasi 3. sedang 65 – 85
dalam mengontrol 2. Motivasi 4. rendah 45 – 65
diri pada proses Dorongan dan 5. sangat rendah 25
psikologis dan usaha yang - 45
perilakunya. dilakukan
3. Perilaku
Verbal, non verbal
dan tingkah laku
selektif

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua skala, yaitu


skala prokrastinasi akademik dan skala Regulasi Diri. Teknik pengumpulan
data pada penelitian ini adalah kuisioner/angket. Peneliti menyusun kuisioner
dengan mengacu pada prinsip-prinsip skala Likert. Sugiyono menyatakan
bahwa skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala

21
merupakan teknik penetapan data yang bersifat mengukur, karena diperoleh
hasil ukur yang berbentuk angka-angka.(Jatikusumo, 2018)
Dalam skala likert ini biasanya menggunakan lima tingkatan tertinggi
sampai tingkatan terendah, yaitu: Sangat Sesuai, Sesuai, Netral, Tidak
Sesuai, Sangat tidak Sesuai. Pernyataan dalam skala penelitian ini terdapat
pernyataan Favorable dan Unfavorable. Favorable adalah pernyataan yang
berisi hal hal yang positif atau mendukung terhadap obyek sikap. Pernyataan
Unfavorable adalah pernyataan yang berisi hal hal yang negatif atau tidak
mendukung terhadap obyek sikap yang hendak diungkap.(Aziroh, 2017)

Tabel 3.
Skala Likert

Skor
Alternatif jawaban
Favorabel Unfavorabel
Sangat sesuai 4 1
Sesuai 3 2
Tidak sesuai 2 3
Sangat tidak sesuai 1 4

1. Skala Prokrastinasi Akademik


Skala prokrastinasi ini digunakan untuk mengukur tingkat
prokrastinasi akademik subjek penelitian. Penyusunan skala prokrastinasi
akademik ini berdasarkan aspek aspek menurut Burka dan Yuen dan
telah digunakan oleh Michael Rio Jatikusumo dengan judul penelitian
Tingkat Prokrastinasi Akademik Mahasiswa (Studi Deskriptif pada
Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta Angkatan 2016)
Skala prokrkkastinasi akademik berjumlah 72 item yang terdiri dari
36 item Favorable dan 36 item Unfavorable. Berikut ini adalah skala
prokrastinasi akademik menurut Burka dan Yuen :

Tabel 4.
Blue Print Skala Prokrastinasi Akademik

Item
No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Total
1 (Fear of Failure) Memiliki perasaan takut yang
1,2,3 4,5,6
Perasaan takut berlebihan saat dihadapkan
pada kesalahan dengan

22
Menganggap jika hasil dari
kerjanya
mendapatkan penilaian yang 7,8 9,10
buruk maka
Menganggap kemampuan 18
yang dimiliki
menentukan keberhargaan 11,12 13,14
dirinya
Terlalu sering menilai dirinya 15,16 17,18
Tidak mampu mengambil
keputusan 19,20 21,22
dengan tepat
23,24,2
Tidak memiliki daya juang 26,27,28
5
Tidak mampu bersaing 29,30 31,32
(Fear of Success) Merasa tidak memiliki
2 Perasaan takut kemampuan yang
pada keberhasilan cukup untuk menyelesaikan 33,34 35,36
tugasnya 26
Tidak mampu menjaga
37,38 39,40
komitmen
Terlalu memikirkan
tanggapan orang 41,42 43,44
lain tentang dirinya
Tidak mampu menyesuaikan
diri dengan 45,46 47,48
aturan yang ada
(Fear of Losing Selalu melawan aturan yang
The Battle) 49,50 51,52
3 ada
Perasaan takut
pada kompetisi Tidak mau diganggu 53,54 55,56 16
Merasa dapat mengerjakan
tugas dengan 57,58 59,60
waktu yang singkat
Terlalu membatasi hubungan
(Fear of dengan 61,62 63,64
Separation and orang lain
Fear of
Memiliki kebutuhan untuk
4 Intimacy) 65,66 67,68
terus diakui
Ketakutan pada 12
Separasi dan Memiliki keinginan berlebihan
Intimasi untuk 69,70 71,72
menjadi independen
Total 36 36 72

2. Skala Regulasi Diri


Skala Regulasi diri digunakan untuk mengungkap tingkat Regulasi
diri subjek penelitian. Penyusunan skala Regulasi diri berdasarkan teori
dari Zimmerman, yaitu Meta kognisi, Motivasi dan Perilaku. Skala ini juga
telah digunakan oleh Leny Fatkhiyatul Aziroh dengan judul penelitian

23
Pengaruh Regulasi Diri Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Perilaku
Menyontek Siswa Siswi Mts Miftahul Huda Bulungan Pakis Aji Jepara.
Skala Regulasi diri berjumlah 36 item yang terdiri dari 18 item
Favorable dan 18 item Unfavorable. Berikut Blue Print dari skala Regulasi
Diri dengan indikator berdasarkan teori dari Zimmerman, yaitu:

Tabel 5. Blue Print Skala Regulasi Diri

Item
No Aspek Indikator Total
Favorable Unfavorable

Merencanakan 11, 16 1,3


1 Meta
. Kognisi Mengorganisasi 7, 13 18, 21
12
Evaluasi 9, 12 36, 15

Motivasi
29, 27 34, 14
Intrinsik
2
Motivasi
. 12
Efikasi diri 19, 25 4, 32

Otonom 33, 26 5, 23

Mengatur 31, 35 6, 17
3 Menyeleksi 10, 22 24, 20
Perilaku
. 12
Memanfaatkan
2, 8 28, 30
dan menciptakan
Jumlah 18 18 36

3.6. Populasi Dan Sampel

1. Populasi
Pengertian populasi menurut Sugiyono adalah wilayah generalisasi
(suatu kelompok) yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.(Nisva & Okfrima, 2019)
populasi dalam penelitian ini yaitu Seluruh Mahasiswa aktiv Keperawatan

24
Angkatan 2018 Universitas Muhammadiyah Gorontalo Berjumlah 169
orang.
2. Sampel
Menurut Sugiyono sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut sampel yang diambil dari
populasi tersebut harus betul-betul representatif atau mewakili populasi
yang diteliti. Pengertian sampel menurut para lainnya dalam hal ini yakni
Arikunto menyatakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari
populasi yang akan diteliti(Nisva & Okfrima, 2019). adapun yang menjadi
sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif keperawatan
angkatan 2018 berjumlah 63 orang.
Untuk menentukan sampel yang akan menjadi perwakilan dari
populasi yang ada, peneliti menggunakan teknik random sampling
sederhana.
Berdasarkan rumus slovin jumlah sampel dapat dihitung sebagai
berikut:

N
n=
1+ Ne ²

169
n=
1+169 x 10 % ²

169
n=
2,69

n=62,82

n ≈ 63

Keterangan:

N = Ukuran pupolasi (169)

n = Ukuran sampel (63)

e = 10% kelonggaran ketelitian karena kesalahan penarikan


sample yang masih dapat ditolerir atau di inginkan.

25
3.7. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data


Menurut Azwar teknik pengumpulan data dalam penelitian bertujuan
untuk mengungkap fakta mengenai variabel yang hendak diteliti.
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala. Skala
merupakan suatu metode pengumpulan data yang berisi daftar pernyataan
yang harus dijawab oleh subjek secara tertulis. Skala didasarkan pada
laporan pribadi (self report) yang memiliki beberapa kelebihan, antara lain
(Mentari, 2021):
1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.
2. Apa yang dinyatakan subjek pada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya.
3. Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksud dengan peneliti.

Meskipun demikian, menurut Hadi metode skala ini juga memiliki


kekurangan dimana karena berupa laporan diri sehingga individu mungkin
sekali merasa segan atau takut dalam memberikan jawaban tentang diri
mereka. Hal tersebut tentunya akan membuat hanya beberapa hal saja
yang sesuai atau dapat diselidiki dari diri individu sehingga dapat
menghasilkan gambaran yang kurang teliti (Mentari, 2021). Untuk
meminimalisir hal tersebut maka dibuatlah item favorabel dan aitem
unfavorabel.

2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah informasi
yang bermakna dan dapat berupa tulisan, gambar, suara, angka, dan
kombinasinya. Dalam riset pendekatan kualitatif, data yang diperlukan
adalah daya dalam bentuk kuantitas yang diwakili dengan menggunakan
angka. Data riset dibagi menjadi data primer dan data sekunder
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang berasal dari sumber
pertama atau narasumber. Data ini diperoleh langsung, baik dari
observasi/interview ataupun pengisian kuesioner.

26
b. Sumber Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan dan diproses oleh
pihak atau instansi tertentu sehingga data tersebut sudah tersedia dan
bisa kita gunakan.

3.8. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut.
2. Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu koesioner dikatakan
reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

3.9. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono Analisis data yaitu kegiatan setelah data dari


seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Pada analisis data hal
yang dilakukan yaitu dengan cara menggolongkan data sesuai variabel dan
jenis responden, men”tabulasi” data berdasarkan variabel dari seluruh
responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk mengecek hipotesis yang telah disulkan.(Dinyanti, 2021)
1. Analisis univariat
Analisis univariat yaitu untuk menggambarkan ciri-ciri pada tiap
objek penelitian Analisis ini hanya mengukur satu varaibel untuk n sampel
Pada penelitian ini analisis yang digunakan yaitu analisis univariat untuk
menjelaskan data yang telah disusun dalam bentuk tabel dengan cara
menggambarkan tentang faktor demografi (usia, pendidikan, dan
pekerjaan), pengetahuan, persepsi, sikap, dan intensi.(Dinyanti, 2021)
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji terhadap dua variabel
(independent dan dependent) yang saling berhubungan.Variabel

27
independent dalam penelitian ini adalah pengetahuan, persepsi dan si
kap, variabel dependent dalam penelitian ini adalah persepsi, sikap,
dan intensi. Analisis bivariabel dalam penelitian ini dilakukan untuk
melihat hubungan tiap masing-masing variabel independent terhadap
variabel dependent dengan menggunakan tabulasi silang yaitu uji Chi-
Square pada derajat kepercayaan 95 (α = 0,05). Jika nlai p-value > α
(0,05), maka H0 diterima dan jika nilai p-value < α (0,05), maka H0 ditolak
ini merupakan dasar pengambilan keputusan pnelitian untuk menentukan
hipotesis. Untuk mengetahui odds dari variabel bebas terhadap variabel
terikatmaka menggunakan odds ratio (OR). Analisis data secara statistik
dilakukan dengan menggunakan software komputer dengan bantuan
program SPSS (Statistical Package for the Social Science)(Dinyanti,
2021)
3.10. Tahap Penelitian

Tabel 6. Tahap Penelitian

Tahapan
No. Tryout Pelaksanaan Pengolahan Data
Persiapan
Tahap ini Setelah data
Pada tahap ini
adalah tahap Pada tahap ini terkumpul, data
peneliti melakukan
untuk dilakukan kemudian diolah
identifikasi
melakukan uji pengumpulan data menggunakan
permasalah,
coba terhadap yang diperlukan teknik analisis dan
1. menentukan subjek
alat ukur yang guna memecahkan metode yang telah
penelitian, dan alat
akan permasalahan yang ditentukan dengan
ukur yang akan
digunakan telah dirumuskan bantuan
digunakan untuk
kepada subjek pada tahap awal. perhitungan SPSS
penelitian.
penelitian. for windows Ver.21

28
DAFTAR PUSTAKA
Aring, S. T. (2021). Prokrastinasi Akademik Pada Siswa. 2(1), 7–10.

Avati, P., Riskinanti, K., & Riskinanti, K. (2019). Hubungan antara Self Regulated
Learning dan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa IIQ Jakarta.
Biopsikososial: Jurnal Ilmiah Psikologi Fakultas Psikologi Universitas
Mercubuana Jakarta, 3(2), 114.
https://doi.org/10.22441/biopsikososial.v3i2.9002

Aziroh, L. F. (2017). Pengaruh Regulasi Diri dan Motivasi Berprestasi terhadap


Perilaku Menyontek Siswa-Siswi MTS Muftahul Huda Bulungan Pakis Aji
Jepara. SKRIPSI (Dipublikasikan), Skripsi.

Dinyanti, S. (2021). Digital Repository Repository Universitas Universitas Jember


Jember Digital Digital Repository Repository Universitas Universitas Jember
Jember. In Digital Repository Universitas Jember (Issue September 2019).

Febritama, S., & Sanjaya, E. L. (2018). Hubungan Antara Regulasi Diri Dengan
Perilaku Prokastinasi Akademik Pada Mahasiswa. Jurnal Ecopsy, 5(2), 94.
https://doi.org/10.20527/ecopsy.v5i2.5178

HARAHAP, P. I. (2020). HUBUNGAN REGULASI DIRI DAN DUKUNGAN


SOSIAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA DI SMA N
1 SUNGGAL. UNIVERSITAS MEDAN AREA.

Jatikusumo, M. R. (2018). Tingkat prokrastinasi akademik mahasiswa. Studi


Deskriptif Pada Mahasiswa Program Studi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2016, 101.

Lubis, I. S. L. (2018). Hubungan Regulasi Diri dalam Belajar dan Efikasi Diri
dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Jurnal Diversita, 4(2), 90.
https://doi.org/10.31289/diversita.v4i2.1884

Mandasari, E., & Ihsan, M. (2020). Hubungan Antara Konsep Diri dan Regulasi
Diri terhadap Tingkat Prokrastinasi Mahasiswa Pendidikan Agama Islam.
Darul Ilmi: Jurnal Ilmu Kependidikan Dan Keislaman, 8(01), 133–150.
https://doi.org/10.24952/di.v8i01.2707

Nisva, L., & Okfrima, R. (2019). Hubungan Antara Regulasi Diri dengan
Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Korps Sukarela Palang Merah
Indonesia (KSR PMI) di Universitas Negeri Padang. Psyche 165 Journal,
12(2), 155–164. https://doi.org/10.35134/jpsy165.v12i2.35

Rohmaniyah, A. (2018). Hubungan antara Self Regulated Learning dengan


Prokrastinasi Akademik pada Anggota BEM Universitas X. Character: Jurnal
Penelitian Psikologi., 5(2), 1–6.

Suaiba, R. I. (2021). HUBUNGAN ANTARA REGULASI DIRI DENGAN


PROKRASTINASI PADA MAHASISWA YANGMENGIKUTI ORGANISASI.
Universitas Muhammadiyah Malang.

29
Sumia, D., Sandayanti, V., & Detty, A. U. (2020). Pengaruh Teman Sebaya Dan
Regulasi Diri Dalam Belajar Pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi Malahayati,
2(2). https://doi.org/10.33024/jpm.v2i2.2593

30

You might also like