Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 25

LAPORAN PRAKTIKUM PERPETAAN TOPOGRAFI

ACARA LAPANGAN

Oleh :

AGTIAN GUNAWAN WIBISONO


115.210.072
KELOMPOK 05

LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI


JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN

ACARA LAPANGAN

Laporan ini disusun sebagai syarat mengikuti acara Praktikum Perpetaan


Topografi selanjutnya, tahun ajaran 2022/2023, Program Studi Teknik Geofisika,
Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.

Disusun Oleh :

AGTIAN. GUNAWAN WIBISONO


115.210.072

ACC 1 ACC 2

Lussy Ayu Anggita Fauzi Daffa Hananta

LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI


JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2022

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Puja dan puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT
dikarenakan dengan rahmat, berkah karunia serta hidayah-Nya penyusun dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Perpetaan dengan judul “Acara Lapangan”
sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan.
Laporan praktikum perpetaan ini bertujuan untuk memenuhi tugas
Praktikum Perpetaan Topografi pada Program Studi Geofisika, Fakultas
Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
tahun ajaran 2022/2023. Penulis berterimakasih banyak kepada banyak pihak
yang memberikan banyak bantuan dan masukan - masukan.
Penulis sangat terbuka dan berharap adanya kritik, saran, dan masukan
terhadap laporan praktikum ini dikarenakan penulis sadar terdapat banyak
kekurangan-kekurangan pada laporan. Siapapun yang membaca laporan ini
semoga dapat mepahami dan mendapat ilmu atau manfaat yang berguna serta
barokah. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Sleman, 3 November 2022

AGTIAN GUNAWAN WIBISONO

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………..………………………………….. i


HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Maksud dan Tujuan.......................................................................................2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Geologi Regional...........................................................................................4
2.1.1. Formasi Wungkal - Gamping.................................................................4
2.1.2. Formasi Kebo - Butak.............................................................................4
2.1.3. Formasi Semilir......................................................................................4
2.1.4. Formasi Nglanggeran..............................................................................5
2.1.5. Formasi Sambipitu..................................................................................5
2.1.6. Formasi Oyo...........................................................................................5
2.1.7. Formasi Wonosari...................................................................................5
2.1.8. Formasi Kepek........................................................................................6
2.1.9. Endapan Permukaan...............................................................................6
2.2. Geologi Lokal................................................................................................6
2.3. Penelitian Terdahulu......................................................................................7

BAB III. DASAR TEORI


3.1. Pengertian Peta..............................................................................................8
3.2. Jenis – Jenis Peta...........................................................................................9
3.3. Peta Topografi.............................................................................................11
3.4. Sayatan dan Penampang..............................................................................12

iv
3.5. Software Pengolahan Topografi..................................................................13
3.5.1. ..............................................................................................................13

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN


4.1. Diagram Alir Pengolahan Data...................................................................15
4.2. Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data..............................................16

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1. Langkah – Langkah Pembuatan Peta Topografi dan Sayatan.....................18
5.1.1. Peta Topografi Manual.........................................................................18
5.1.2 Peta Topografi Digital...........................................................................19
5.2. Peta Topografi Sayatan Software................................................................22
5.3. Peta Poligon Manual...................................................................................23
5.4. Peta Topografi Manual................................................................................24

BAB VI. PENUTUP


6.1. Kesimpulan..................................................................................................26
6.2. Saran............................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27
LAMPIRAN
LAMPIRAN A. Peta Topografi dan Sayatatan
LAMPIRAN B. Peta Poligon Manual
LAMPIRAN C. Peta Topografi Manual
LAMPIRAN D. Lembar konsul 1&2
LAMPIRAN E. Lembar Penilaian

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Gambaran peta umum (Waluya, 2015)..............................................9


Gambar 3.2. Gambaran Peta Geologi (Waluya, 2015).........................................10
Gambar 3.3. Gambaran Peta Topografi (Waluya, 2015)......................................11
Gambar 3.4. Garis Kontur (Rostianingsih, dkk., 2004)........................................12

Gambar 5.1. Halaman awal software surfer ……………………………………19


Gambar 5.2. Plotting titik detil x, y, dan z pada worksheet.................................19
Gambar 5.3. Menyimpan data plotting.................................................................20
Gambar 5.4. Membuka document baru................................................................20
Gambar 5.5. Tampilan dialog box grid data – select data....................................20
Gambar 5.6. Membuat sayatan penampang.........................................................21
Gambar 5.7. Sayatan penampang dan grafik sayatan penampang.......................21
Gambar 5.8. Penamaan judul penampang topografi............................................21
Gambar 5.9. Merapihkan penampang topografi...................................................22
Gambar 5.10. Peta topografi.................................................................................22

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam melakukan eksplorasi geofisika pada suatu daerah, dibutuhkan data


geologi setempat ataupun pemetaan pada kawasan tersebut. Suatu pengukuran
atau pemetaan dapat menghasilkan suatu output berupa peta. Peta merupakan
gambaran konvesional dari permukaan bumi baik sebagian atau seluruhnya pada
bidang datar atau bidang yang bisa didatarkan dengan dibubuhi skala atau simbol
(Tim penyusun geografi PP – PAUD Dikmas Jawa Barat, 2017). Dari suatu peta,
kita dapat mengetahui suatu keadaan permukaan bumi dengan jelas dan mudah.
Karena, peta memuat kenampakan – kenampakan yang ada di bumi.
Salah satu jenis peta yang kita ketahui ialah peta topografi. Peta topografi
merupakan suatu peta yang menyajikan objek - objek dipermukaan bumi dengan
ketinggian yang dihitung dari permukaan air laut dan digambarkan dalam bentuk
garis-garis kontur, dengan setiap satu garis kontur mewakili satu ketinggian
(Afani, I, Y, N., Yuwono, B, D., & Bashit, N. 2019).
Dalam melakukan eksplorasi suatu daerah juga diperlukan adanya desain
survei pada daerah yang akan di teliti. Desain survei adalah rencana dan struktural
penelitian yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam
menjawab pertanyaan penelitian dengan mengefisiensikan waktu, dana, tenaga,
dan kemampuan yang dimilikinya selama melakukan kegiatan penelitian (Hadjar,
1999).
Geofisika sendiri merupakan bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi
menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip fisika. Penelitian geofisika diperlukan
untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan bumi melibatkan pendataan di
atas permukaan bumi dari parameter-parameter fisika yang dimiliki oleh batuan di
dalam bumi. Dari pendataan ini dapat ditafsirkan bagaimana sifat-sifat dan kondisi
di bawah permukaan bumi baik itu secara vertikal maupun horizontal (Bahri dan
Madlazim, 2012). Dalam geofisika memiliki banyak metode didalamnya yang tiap

1
metode memiliki perbedaan dalam pengaplikasiannya, salah satu dari metode
geofisika yang biasa digunakan adalah metode geomagnetik.
Metode geomagnetik adalah salah satu metode geofisika yang digunakan
untuk menyelidiki kondisi permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat
kemagnetan bahan yang diidentifikasikan oleh kerentanan magnet batuan. Alat
yang digunakan dalam metode geomagnetik adalah magnetometer. Metoda
geomagnet merupakan metode pengolahan data potensial untuk memperoleh
gambaran bawah permukaan bumi yang berdasarkan karakteristik magnetiknya.
Metode goemagnet memanfaatkan sifat kemagnetan bumi sehingga didapat kontur
yang menggambarkan distribusi suseptibiliti batuan di bawah permukaan pada
arah horizontal (Rusita dkk, 2016).

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui serta memahami tata cara
penggunaan alat pemetaan, peneliti dapat mengetahui tata cara pengukuran
poligon, peneliti dapat mengetahui cara menentuka koordinat suatu titik.

Tujuan dari penelitian ini yaitu peneliti dapat mengenal alat alat yang
digumengetahui cara kerja alat Total station, peneliti dapat menganalisis dan
membaca peta yang sudah digambar, peneliti dapat mengetahui dasar
pengoperasian alat total station, dan peneliti dapat mengolah data dari pengukuran
pemetaan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Geologi Regional


Daerah Istimewa Yogyakarta atau DIY berada pada zona pegunungan selatan.
Zona Pegunungan Selatan adalah daerah pegunungan yang berada pada bagian
selatan Jawa Tengah, daerahnya melampar dimulai dari bagian tenggara provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta, memanjang ke arah timur sepanjang pantai selatan
Jawa Timur (SM IAGI UGM., 2017)

ambar 2.1 Stratigrafi Pegunungan Selatan (Surono,1992)

Pegunungan Selatan secara umum tersusun oleh batuan sedimen


volkaniklastik dan batuan karbonat. Urutan stratigrafi penyusun Pegunungan
Selatan bagian barat dari tua ke muda adalah sebagai berikut :
2.1.1. Formasi Wungkal - Gamping
Formasi ini terletak di Gunung Wungkal dan Gunung Gamping, di
Perbukitan Jiwo. Satuan batuannya terdiri dari perselingan antara batupasir
dan batulanau serta lensa batugamping. Pada bagian atas, satuan batuan ini
berupa napal pasiran dan lensa batugamping. Formasi ini tersebar di

3
Perbukitan Jiwo, antara lain di G. Wungkal, Desa Sekarbolo, Jiwo Barat,
menpunyai ketebalan sekitar 120 meter (Bronto dan Hartono, 2001).
2.1.2 Formasi Kebo - Butak
Formasi ini disusun pada bagian bawah berupa batupasir berlapis baik,
batulanau, batulempung, serpih, tuf dan aglomerat, dengan ketebalan lebih
dari 650 meter.Bagian atasnya berupa perselingan batupasir dan batulempung
dengan sisipan tipis tuf asam. Setempat di bagian tengahnya dijumpai retas
lempeng andesit-basal dan di bagian atasnya dijumpai breksi andesit.
2.1.3. Formasi Semilir
Formasi ini berlokasi tipe di Gunung Semilir, sebelah selatan Klaten.
Dengan ketebalan lebih dari 460 meter.Litologi penyusunnya terdiri dari tuf,
tuf lapili, lapili batuapung, breksi batuapung dan serpih. Komposisi tuf dan
batuapung tersebut bervariasi dari andesit hingga dasit. Di bagian bawah
satuan batuan ini, yaitu di Sesar Opak, Dusun Watuadeg, Desa Jogotirto, Kec.
Berbah, Kab. Sleman, terdapat andesit basal sebagai aliran lava bantal
(Bronto dan Hartono, 2001).
2.1.4. Formasi Nglanggeran 
Pada formasi ini batuan penyusunnya terdiri dari breksi gunungapi,
aglomerat, tuf dan aliran lava andesit-basal dan lava andesit. Breksi
gunungapi dan aglomerat yang mendominasi formasi ini umumnya tidak
berlapis. Kepingannya terdiri dari andesit dan sedikit basal, berukuran 2 – 50
cm. Di bagian tengah formasi ini, yaitu pada breksi gunungapi, ditemukan
batugamping terumbu yang membentuk lensa atau berupa kepingan. Secara
setempat, formasi ini disisipi oleh batupasir.
2.1.5. Formasi Sambipitu
Lokasi tipe formasi ini terletak di Desa Sambipitu pada jalan raya
Yogyakarta – Patuk - Wonosari dengan ketebalan mencapai 230 meter.
Batuan penyusun formasi ini di bagian bawah terdiri dari batupasir kasar,
kemudian ke atas berangsur menjadi batupasir halus yang berselang-seling
dengan serpih, batulanau dan batulempung. Pada bagian bawah kelompok
batuan ini tidak mengandung bahan karbonat. Namun di bagian atasnya,
terutama batupasir, mengandung bahan karbonat.

4
2.1.6. Formasi Oyo
Lokasi tipe formasi ini berada di Sungai Oyo. Batuan penyusunnya pada
bagian bawah terdiri dari tuf dan napal tufan. Sedangkan ke atas secara
berangsur dikuasai oleh batugamping berlapis dengan sisipan batulempung
karbonatan. Batugamping berlapis tersebut umumnya kalkarenit, namun
kadang-kadang dijumpai kalsirudit yang mengandung fragmen andesit
membulat. Formasi Oyo tersebar luas di sepanjang Kali Oyo. Ketebalan
formasi ini lebih dari 140 meter.
2.1.7. Formasi Wonosari
Formasi ini tersingkap baik di daerah Wonosari dan sekitarnya, dengan
ketebalan lebih dari 800 meter. Formasi ini didominasi oleh batuan karbonat
yang terdiri dari batugamping berlapis dan batugamping terumbu. Sedangkan
sebagai sisipan adalah napal. Sisipan tuf hanya terdapat di bagian timur.
2.1.8. Formasi Kepek
Lokasi tipe dari formasi ini terletak di Desa Kepek, tersebar di hulu.
Rambatan sebelah barat Wonosari yang membentuk sinklin. Batuan
penyusunnya adalah napal dan batugamping berlapis. Tebal satuan ini lebih
kurang 200 meter.
2.1.9. Endapan Permukaan
Endapan permukaan pada daerah Sungai Opak merupakan rombakan
batuan yang lebih tua yang terbentuk pada Kala Plistosen hingga masa kini.
Terdiri dari bahan lepas sampai padu lemah, berbutir lempung hingga
kerakal. Endapan ini dibagi menjadi Formasi Baturetno (Qb), Aluvium Tua
(Qt) dan Aluvium (Qa). Sumber bahan rombakan berasal dari batuan Pra-
Tersier Perbukitan Jiwo, batuan Tersier Pegunungan Selatan dan batuan
Gunung Merapi.

5
2.2. Geologi Lokal
Daerah penelitian di kawasan Bukit Teletubbies, Sumberharjo, Candisari,
Wukirharjo, Kec. Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dimana pada daerah tersebut termasuk kedalam Formasi Semilir pada zona
Panhuman Selatan. Pada formasi ini berlokasi tipe di Gunung Semilir, sebelah
selatan Klaten. Dengan ketebalan lebih dari 460 meter.Litologi penyusunnya
terdiri dari tuf, tuf lapili, lapili batuapung, breksi batuapung dan serpih.
Komposisi tuf dan batuapung tersebut bervariasi dari andesit hingga dasit. Di
bagian bawah satuan batuan ini, yaitu di Sesar Opak, Dusun Watuadeg, Desa
Jogotirto, Kec. Berbah, Kab. Sleman, terdapat andesit basal sebagai aliran lava
bantal

6
BAB III
DASAR TEORI

2.1. Konsep Dasar Alat


Total Station adalah alat yang digunakan untuk melakukan pemetaan secara
modern dan perencanaan konstruksi bangunan. Total Station merupakan alat
pengukur jarak dan sudut (sudut horisontal dan sudut vertikal) secara otomatis.
Total Station dilengkapi dengan chip memori, sehingga data pengukuransudut dan
jarak dapat disimpan untuk kemudian didownload dan diolah secara computasi.
Total station merupakan semacam teodolit yang terintegrasi dengan komponen
pengukur jarak elektronik (electronic distance meter (EDM)) untuk membaca
jarak dan kemiringan dari instrumen ke titik tertentu (rizky,2012).
(1) Handle, untuk pegangan tangan pada alat,
(2) Visier, berfungsi untuk membantu pembidikan yaitu Membantu
mengarahkan teropong ke target secara kasar,
(3) Battery mounting, pembuka tempat baterai,
(4) Battery, penaruh tempat baterai,
(5) Focusing telescope (klem pengatur fokus benang), untuk memperjelas
benang pada lensa (benang atas, tengah, dan bawah).
(6) Telescope (lensa okuler), lensa negatif sebagai lensa mata, (7) Klem
pengunci vertikal, untuk mengunci teropong agar tidak dapat Digerakkan
secara vertikal.
(7) Penggerak halus vertikal, untuk menggerakkan teropong secara vertikal ke
arah Rambu ukur (objek) secara halus.
(8) Nivo tabung, untuk menyetel posisi sumbu II pesawat secara horizontal,
dan dapat diatur dengan 3 sekrup penyama rata.
(9) Screen, untuk pembacaan skala lingkaran vertikal dan horizontal.
(10) Klem pengunci horizontal, untuk mengunci badan pesawat agar
tidak dapat diputar secara horizontal,
(11) Penggerak halus horizontal, untuk menggerakkan teropong
horizontal ke arah rambu ukur (objek) secara haluhal
(12) Klem pengunci, untuk mengatur posisi gelembung nivo berada
pada titik tengah.

2.2. Perhitungan Dasar


Pada konsep ini dihasilkan Ha, Va, SD. Sehingga diperoleh rumus:
1. Perhitungan mencari sudut yang dibuat TS terhadap prisma
∝ = 𝟗𝟎° − 𝐕𝐀

7
2. Perhitungan mencari jarak sebenarnya dari TS
𝐃 = 𝐒𝐃 𝐜𝐨𝐬 ∝
3. Perhitungan mencari ordinat
𝐘 = 𝐒𝐃 𝐬𝐢𝐧(𝟗𝟎° − 𝐕𝐀)
4. Perhitungan mencari ketinggian
𝐇 = 𝐓𝐚𝐥𝐚𝐭 + 𝐘 – 𝐓𝐫𝐚𝐦𝐛𝐮
Keterangan :
Ha = Pembacaan Horizontal
Va = Pembacaan Vertikal
SD = Jarak Miring
D = Jarak Sebenarnya
Talat = Tinggi alat
Trambu = Tinggi rambu
H = Ketinggian

2.3. Poligon
Kata poligon awalnya berasal dari kata poly yang artinya banyak dan gono
yang artinya sudut. Sementara secara istilah poligon diartikan sebagai serangkaian
titik titik yang berurutan sebagai kerangka dasar pemetaan dan memiliki banyak
sudut. Poligon merupakan gabungan dari ruas garis yang bertemu di titik akhir
dan tiap ruas garis bertemu 2 ruas garis lainnya. Diagonal dari poligon merupakan
kelas garis yang menghubungkan antar dua titik puncak dari si banyak tersebut.
2.3.1 Poligon Terbuka

Poligon terbuka merupakan poligon dengan titik awal dan titik akhir yang
tidak sama dan biasanya memiliki bentuk memanjang. Biasanya titik awal
hitungan pada poligon terbuka disebut titik ikat yang merupakan acuan dalam
melakukan perhitungan koordinat pada titik titik selanjutnya(Sukirman, 1999).

Biasanya poligon terbuka ini dapat digunakan untuk mengukur jalan, sungai
maupun, irigasi, dan juga dapat digunakan untuk mengukur luas. Poligon terbuka
dibagi menjadi tiga yaitu.

1. Poligon terikat sempurna

8
Merupakan poligon yang sudut awal dan akhirnya diketahui, memiliki absis dan
ordinat titik awal atau akhir, serta memiliki koordinat awal dan koordinat akhir.

2. Poligon terikat sebagian

Merupakan poligon yang hanya diikat oleh koordinat atau sudut saja dan yang
lainnya tidak diketahui.

3. Poligon tidak terikat

Merupakan poligon yang hanya memiliki titik awalazimut awal dan jarak
sementara yang lainnya tidak diketahui.

2.3.2 Poligon Tertutup

Poligon tertutup merupakan poligon yang mana titik awalnya dan titik akhirnya
menyambung menjadi satu dan poligon ini adalah poligon yang paling banyak
digunakan dan disukai karena tidak membutuhkan titik ikat yang banyak dan
hasil pengukuran nya cukup terkontrol. Pada poligon tertutup arah pengukuran
nya berlawanan dengan jarum jam.

Fungsi dari poligon tertutup adalah untuk mengoreksi besaran sudut yang ada
pada tiap segi banyak. Selain itu fungsi poligon tertutup juga dapat mengkoreksi
sudut dalam untuk mengoreksi elevasi.

2.4. Koreksi Data

Data hasil pengukuran tidak lepas dari kesalahan (error) kesalahan dapat
disebabkan karena kalibrasi alat yang tidak benar, oleh karena itu koreki data
harus dilakukan sebelum melakukan penggambaran peta.

2.4.1. Koreksi Poligon

Untuk mencari nilai absis (x) dan ordinat (y) menggunakan persamaan:

∆X = D sin Ha terkoreksi

∆Y = D cosHa terkoreksi

KOREKSI ∆X = (∆X x Σ∆X)/ (Σ∆X)

KOREKSI ∆Y=(∆Y x Σ ∆Y)/( Σ ∆Y)

9
Apabila

∆X = negatif maka, ∆X terkoreksi = ∆X + koreksi ∆X

∆X= positif maka, ∆X terkoreksi – ∆X-koreksi ∆X

∆Y= negatif maka, ∆Y terkoreksi = ∆Y + koreksi ∆Y

∆Y= positif maka, ∆Y terkoreksi = ∆Y – koreksi ∆Y

Untuk mendapat nilai D terkoreksi dapat dilakukan dengan menggunakan :

Dterkoreksi = √V∆X terkoreksi² + ∆Y terkoreksi²

Untuk mencari nilai titik ploting X,Y,Z. menggunakan persamaan:

Xpengukuran Xacuan + AX terkoreksi

Ypengukuran = Yacuan + AY terkoreksi

Zpengukuran = Zacuan + AX terkoreksi

2.4.2. Koreksi Sudut Dalam


Untuk mendapat besar masing-masing sudut digunakan rumus seperti berikut:
<1 =(BM I BM 3)-(BM 1BM 2)
< 2 =(BM 2 BM 1)-(BM2 BM 3)
< 3 =(BM 3 BM 2)-(BM3 BM 1)

2.4.3. Koreksi Beda Tinggi


Untuk koreksi Ha dihitung berdasarkan nilai absis dan ordinatnya, nilai absis dan
ordinat ini juga menentukan kuadran yang digunakan karena setiap kuadrannya
memiliki persamaan yang berbeda. Persamaan masing-masing kuadran :
∆𝐇 = 𝐓𝐚𝐥𝐚𝐭 + 𝐘 – 𝐓𝐫𝐚𝐦𝐛𝐮
∑∆𝐇 = ∆𝐇𝟏 + ∆𝐇𝟐 + ∆𝐇𝟑
|∑∆𝐇| = |∆𝐇𝟏| + |∆𝐇𝟐| + |∆𝐇𝟑|
Keterangan :
∆𝐻 = perbedaan tinggi

10
Talat = Tinggi alat
Trambu = Tinggi rambu
Perhitungan mencari koreksi ∆𝐻 adalah :

𝐊𝐨𝐫𝐞𝐤𝐬𝐢 ∆𝐇 = ||∆𝐇. ∑∆𝐇|/|∑∆𝐇||


Keterangan :
𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 ∆𝐻 = Perbedaan tinggi koreksi
∑∆𝐻 = Total seluruh perbedaan ketinggian
∆𝐻 = Perbedaan ketinggian
Apabila :
∑∆𝐇 = 𝐧𝐞𝐠𝐚𝐭𝐢𝐟 𝐦𝐚𝐤𝐚,
∆𝐗 𝐭𝐞𝐫𝐤𝐨𝐫𝐞𝐤𝐬𝐢 = ∆𝐇 + 𝐤𝐨𝐫𝐞𝐤𝐬𝐢 ∆𝐗
∑∆𝐇 = 𝐩𝐨𝐬𝐢𝐭𝐢𝐟 𝐦𝐚𝐤𝐚,
∆𝐗 𝐭𝐞𝐫𝐤𝐨𝐫𝐞𝐤𝐬𝐢 = ∆𝐇 – 𝐤𝐨𝐫𝐞𝐤𝐬𝐢 ∆𝐗
𝐇 = ∆𝐇 𝐭𝐞𝐫𝐤𝐨𝐫𝐞𝐤𝐬𝐢 + (𝐙)

2.5. Alat-Alat Pemetaan Topografi


Alat- alat yang digunakan dalam pemetaan topografi yaitu
1. Total station
Merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk membuat peta
topografi maupun planimetri. Data yang diperoleh dari pengukuran
dilapangan menggunakan alat ini adalah sudut vertikal (Va), sudut
horizontal (Ha), jarak Vetikal (SD).
2. Statif
Alat ini digunakan untuk memberdirikan alat survey dan prisma pembalik.
Peletakan prisma ada dua, ada yang diletakkan diatas statif untuk
penentuan titik utama dan ada yang diletakkan diatas yalon untuk
pengukuran detil
3. Roll meter
Roll meter digunakan untuk melakukan pengukuran tinggi alat ukur yang
dipasang terhadap tanah. Tinggi ini penting untuk mengetahui selisih
tinggi alat yang ditembakkan.
4. Payung
Payung digunakan untuk melindungi dari sinar matahari ataupun hujan
5. Kompas

11
Digunakan untuk membantu mengorientasikan arah utara
6. Unting-unting
Digunakan untuk meposisikan kelurusan alat dengan patok pengukuran di
bawahnya.
7. Pole
Digunakan untuk membantu pembacaan ketinggian dan peletakkan prisma
detil
8. Alat tulis

2.6. Garis Kontur


Garis kontur merupakan garis khayal yang menghubungkan titik-titik dengan
ketinggian yang sama di permukaan bumi atau kedalaman yang sama di dasar
laut, yang diukur dari suatu titik ketinggian acuan biasanya diambil dari
permukaan air laut rata- rata. Garis kontur memiliki beberapa sifat, yaitu :
1. Garis kontur merupakan garis yang tertutup.
2. Nilai garis kontur dihitung dari ketinggian muka air laut rata-rata sebagai
nilai nol.
3. Garis kontur tidak akan berpotongan atau bertemu dengan nilai ketinggian
yang berlainan, kecuali dalam keadaan ekstrim seperti over hanging cliff.
4. Garis kontur tidak bercabang
5. Garis kontur rapat menunjukan topografi yang curam, sebaliknya garis
kontur yang renggang menunjukan topografi yang landai
6. Garis kontur akan meruncing ke hulu jika memotong suatu lembah sungai
2.7 Metode Interpolasi

12
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Diagram Alir Pengolahan Data

Gambar 4.1 Diagram Alir

13
4.2. Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data
Langkah – langkah yang digunakan dalam proses penelitian ini adalah :
1. Memulai penelitian dengan melakukan kajian awal dengan melakukan
studi literatur yang berasal dari paper yang bersangkutan dengan metode,
tempat, dan target penelitian.
2. Melakukan survei daerah penelitian untuh mengetahui kondisi medan
lokasi penelitian dan menetukan titik-titik Benchmark.
3. Membuat desain survei untuk mempermudah pengukuran di lapangan.
4. Melakukan pengukuran di lapangan untuk mendapatkan data lapangan
menggunakan alat Total Station.
5. Mengolah data yang sudah didapat berupa data (HA,VA,SD)
menggunakam Microsoft Excel.
6. Melakukan koreksi data (HA, VA, SD) yang telah diolah dan mengoreksi
data koordinat.
7. Membuat peta poligon sistem azimuth menggunakan data HA terkoreksi
dan D terkoreksi.
8. Membuat peta poligon sistem koordinat menggunakan data koordinat
terkoreksi berupa nilai absis terkoreksi, ordinat terkoreksi, dan koreksi
beda tinggi.
9. Mengolah data detil yang didapatkan di lapangan berupa data koordinat
x,y,z menggunakan Microsoft Excel.
10. Melakukan plotting titik detil yang sudah didapatkan dan menghubungkan
tiap titik detil menggunakam metode triangulasi.
11. Membuat peta topografi dengan menghubungkan titik-titik yang memiliki
ketinggian yang sama dengan memperhatikan indeks dan interval kontur
12. Membuat sayatan pada peta topografi dan membuat penampang sayatan
tersebut.
13.
14. Penelitian telah selesai dilakukan.

14
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Peta Desain Survei

15
Gambar 4.1 Peta Desain Survei

Dalam melakukan pemetaan di suatu daerah perlu dilakukan desain


survei yang bertujuan untuk memberikan arahan dan mempermudah dalam proses
survei di lapanagan untuk mencari data. Penelitian dilakukan didaerah Sungai
Oyo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Target
dari penelitian ini adalah untuk melakukan pemodelan pola sebaran anomali
geomagnetik untuk mengetahui keberadaan jalur dan susunan formasi Sesar Oyo.
Penelitian ini mengambil kavling yang cukup kecil yakni daerah dengan luasan
639,198 m2 dengan Panjang 623 m kearah Y dan 1076 m kearah X. Adapun 45
titik yang digunakan dalam penelitian menggunakan metode geomagnetik ini.

5.2 Peta Desain survey (Peta Geologi)

5.3 Peta Geologi (Geomorfologi)

16
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan praktikum mengenai desain survei ini adalah :
 Pada pembuatan desain survei, digunakan menggunakan bantuan software,
antara lain google earth, global mapper, dan ArcGIS
 Pada bidang geosaintis, desain survey dilakukan sebelum dilakukannya
eksplorasi untuk mengetahui kondisi lapangan serta dapat menentukan
tempat-tempat pengambilan data
 Pemilihan metode geofisika pada penelitian dipilih berdasarkan target
yang akan dicari.
 Target yang dicari dalam penelitian ini yaitu litologi pada Sesar Oyo dan
jalur sesar tersebut.
 Output yang didapat setelah melakukan pengolahan data yaitu Peta Desain
Survei dan Peta Desain Survei (Peta Geologi).

17
 Prediksi jalur Sesar Oyo setelah dilakukannya penelitian terbagi dua
segmen, yaitu segmen pertama memanjang dari tenggara melewati
Formasi Wonosari dan Sambipitu dan segmen kedua memanjang kea rah
N160° dari ujung segmen pertama.
 Dalam penelitian ini pengaplikasian metode magnetic dapat digunakan
untuk menentukan keberadaan suatu sesar.

6.2. Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya ialah sebaiknya peneliti dapat lebih
paham dan memahami pengoperasian dari software pengolahan peta, karena
software petai ini sangat mempermudah kita dalam proses pembuatan peta.
Namun, peneliti juga tidak boleh terbuai dengan adanya kemajuan teknologi.
Peneliti harus tetap dapat membuat peta topografi menggunakan cara manual.
Diharapkan juga agar peneliti mendapat pelajaran lebih lanjut mengenai cara
penginstalan software-software yang akan digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Afani, I, Y, N., Yuwono, B, D., & Bashit, N. (2019). Optimalisasi Pembuatan


Peta Kontur Skala Besar Menggunakan Kombinasi Data Pengukuran
Terestris dan Foto Udara Format Kecil. Jurnal Geodesi UNDIP, Vol 8 (1),
180 – 189
Ahmad, F., Handayani, I. D., & Margiantono, A. (2018). Analisis Tingkat
Kebisingan di Universitas Semarang dengan Peta Kontur Menggunakan
Software Golden 1. Elektrika, 10 (2), 22-27.
Anonim. (2017, Mei). Geologi Regional Pegunungan Selatan. Diakses dari
https://sm-iagi.ft.ugm.ac.id/geologi-regional-pegunungan-selatan/
Ardiananda, C, R., Virgianti, I., Qamil, I, M., & Juwitaningsih, D. (2017).
Geografi: Pengetahuan Dasar Perpetaan dan Penginderaan Jauh. (Modul
2). Tim Penyusun geografi. Jawa Barat, Indonesia: PP – PAUD dan
Dikmas Jawa Barat
Bronto, S., Hartono, G., dan Astuti, B., 2004. Hubungan genesa antara batuan
beku intrusi dan ekstrusi di Perbukitan Jiwo, Kecamatan Bayat, Klaten,
Jawa Tengah. Majalah Geologi Indonesia, 19 (3), h.147-163.
David Buisseret, ed., Monarchs, Ministers and Maps: The Emergence of
Cartography as a Tool of Government in Early Modern Europe. Chicago:
University of Chicago Press, 1992, ISBN 0-226-07987-2

18
Isnaini, N. (2018). Komparasi Penggunaan Media Google Earth dengan Peta
Digital pada Materi Persebaran Fauna Kelas XI IPS di SMA Negeri 1
Semarang. Jurnal Geografi: Media Informasi Pengembangan Dan Profesi
Kegeografian, 12(1), 52-61.
Kepala PUSDIKLAT Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan
Infrastruktur Wilayah. (2017). Perencanaan Geometrik Jalan Tingkat
Dasar: Dasar - Dasar Pengukuran Topografi Untuk Pekerjaan Jalan.
(Modul 2). Bandung, Indonesia: Kementrian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Mandala Adi, 2012. Belajar Surfer dan Peta Kontur. Surabaya. Graha Ilmu.
Rostianingsih, S., Handoyo, I., & Gunadi, K. (2004). Pemodelan peta topografi ke
objek tiga dimensi. Jurnal Informatika, 5(1), 14-21.
Samsarmin. (2016). Geologi Dinamik "Peta Topografi & Peta Geologi".
Makassar: Universitas Pejuang Republik Indonesia
Setyaningsih, U. H., & Rahardjo, N. (2019). Evaluasi Penyajian Informasi Pada
Berbagai Jenis Peta Aeronautika. Jurnal Bumi Indonesia, 8(4).
Utama, M. R. (2014). Pembangunan Peta Kampus 3D Universitas Komputer
Indonesia Berbasis WebGL. Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika, 1.
Waluya, B. (2015). Peta, Globe, dan Atlas. Direktorat UPI.

19

You might also like