Professional Documents
Culture Documents
1 PB
1 PB
Deviany 1), Feerzet Achmad 1)* , Citra Nabilah1), Iskarnanda 1), Suhartono 2), Suharto 3)
1) Chemical Engineering, Institut Teknologi Sumatera , Lampung, 35365, Indonesia
2) Chemical Enginnering, Faculty of Engineering, Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi, 40533,
Indonesia
1) Research Unit of Material Technology, LIPI, Lampung, 35361, Indonesia
Kata kunci : Karet, Klon IRR 118, Koagulan alami, Belimbing Wuluh, Koagulasi
cukup mature (dewasa) untuk menghasilkan koagulasi dan pH lateks setiap penambahan 2 mL
produksi la teks yang sempurna. koagulan alami BW. Prosedur yang sama dilakukan
terhadap koagulan kimia asam form iat dengan
Prosedur Percobaan konsentrasi 2% dengan volume 20 mL sebagai
Prosedur percobaan pada penelitian ini pembanding.
terdiri dari 4 tahap yaitu:
1. Preparasi koagulan alami belimbing wuluh Karakterisasi karet
(BW) Persentase kandungan karet kering atau
2. Pengambilan lateks DRC dalam sampel dengan cara menimbang 100
3. Koagulasi lateks mL sampel lateks yang digumpalkan dengan
4. Karakterisasi karet penambahan 20 mL koagulan alami BW dengan
Prosedur penelitian yang lebih detailnya dapat berbagai konsentrasi. Koagulum (padatan yang
dijelaskan dibawah ini. mengeras) ditempatkan dalam cawan alumunium
dan dikeringkan pada temperatur 130 o C di dalam
Preparasi Koagulan Alami BW oven selama 1 jam. Perbandingan berat kering
Buah belimbing wuluh (BW) yang masih koagulum terhadap berat sampel lateks digunakan
segar dan berwarna hijau ditimbang sebanyak 1 kg. untuk mendapatkan persentase kandungan DRC
Selanjutnya dibersihkan dengan air sampai bersih (Feerzet Achmad, 2021).
untuk membuang kotoran yang lengket. Haluskan Karet kering ditimbang seberat 15 gr dan
BW dengan menggunakan blender, kemudian selanjutnya digiling dengan rolling mill dengan
disaring antara sari buah (ekstrak) BW dan ketebalan antara 1,6-1,8 mm. Sela njutnya dipotong
ampasnya dibuang. Ekstrak BW diambil sebanyak dengan alat wallace punch sebanyak 6 potongan. 3
500 mL dan diukur nilai pH. Encerkan dengan potongan digunakan untuk analisa Po dan 3
aquades untuk membuat variasi konsentrasi potongan lain digunakan untuk PRI. Letakan
koagulan alami BW masing-masing menjadi 20% potongan uji diantara 2 lembar kertas sigaret yang
v / (20 mL sari buah + 80 mL air), 40% (40 mL sari berukuran 40 mm x 35 mm diatas piringan
v
buah + 60 mL air), 60% (60 mL sari buah + 40 mL plastimeter, kemudian tutup piringan plastimeter
air), 80% (80 mL sari buah + 20 mL air) dan 100% tersebut. Setelah ketukan pertama piringan bawah
(100 mL sari buah BW). Setiap variasi konsentrasi akan bergerak keatas selama 15 detik dan menekan
koagulan alami BW diukur kembali pH. Ekstrak piringan atas, dan setelah ketukan kedua berakhir
BW ini siap untuk digunakan sebagai koagulan dicatat sebagai nilai pengukuran plastisitas awal
alami karet. (Po). Catat angka yang ditunjuk oleh mikrometer/
display pada waktu berhenti bergerak dan ulangi
Pengambilan Lateks sampai 3 kali percobaan. Sebagian yang lain
Pohon karet dengan klon IRR 118 disadap dimasukkan ke dalam oven dengan temperatur
untuk mendapatkan lateks. Pohon karet mulai 130 o C selama 30 menit. Lakukan pengujian nilai Pa
disadap pada jam 6 pagi supaya diperoleh produksi (plastisitas akhir) seperti pengukuran nilai Po.
lateks yang lebih banyak dan lateksnya tidak Percobaan diulangi sebanyak 3 kali dan catat
mengalami koagulasi alami. Lateks ditampung hasilnya. Hitung persentase PRI dengan
kedalam mangkok dan dikumpulkan sebanyak 1L membandingkan plastisitas awal dengan plastisitas
dari 10 pohon karet yang sehat (diameter pohon akhir dan dikalikan 100%.
cukup besar, daunnya lebat dan rimbun). Lateks
dari 10 pohon tsb dicampurkan dan dimasukan HASIL DAN PEMBAHASAN
kedalam botol sampel untuk segera dibawa ke Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
laboratorium untuk dilakukan koagulasi. Penelitian pengaruh koagulan alami BW terhadap
ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2021. karakteristik karet dengan klon IRR 118. Variasi
Koagulasi Lateks konsentrasi koagulan alami BW pada penelitian ini
Timbang beker gelas kosong dan tambahkan yaitu konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%
100 mL lateks untuk mengetahui berat lateks awal. (v/v). Total volume koagulan yang digunakan
Tambahkan secara perlahan kedalam lateks hingga adalah 20 mL untuk setiap konsentrasi dengan
koagulan alami BW sebanyak 20 mL. Aduk sampel volume lateks 100 mL.
lateks dengan batang pengaduk sehingga terjadinya
koagulasi secara sempurna. Catat waktu proses
5,5
semakin banyak. Hal tersebut dikarenakan [H +] dari 5
BW akan mengalami penurunan akibat 4,5
pengenceran oleh air (Agustin, 2014). Nilai [H +] 4
dihitung menggunakan persamaan pH = -log [H +]. 3,5
Nilai [H +] dari persamaan rumus tersebut diperoleh 3
adalah 2E-3; 2E-2,8; 2E-2,5; 2E-2,2 dan 2E-2 pada 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
konsentrasi koagulan alami BW 20%, 40%, 60%, Volume Koagulan BW (mL)
80% dan 100%. Nilai pH atau [H +] ini menyatakan
bahwa koagulan alami BW termasuk kepada Gambar 1. Pengaruh penambahan volume koagulan
golongan asam kuat. Asam kuat dengan pH rendah alami BW terhadap pH koagulasi lateks
Dari Gambar 1 didapatkan nilai pH 1. Lateks terdiri dari molekul karet yang
koagulasi lateks yang paling rendah adalah didalamnya terdapat polimer karet yang
koagulan alami dengan konsentrasi 100%. diselubungi oleh protein yang bermuatan
Penambahan volume dan konsentrasi koagulan negatif. Setiap molekul karet saling bertolakan
alami dari BW mempengaruhi nilai pH koagulasi atau saling menjauhkan diri dikarenakan sama-
lateks dimana dengan semakin bertambahnya sama bermuatan negatif.
volume dan konsentrasi dari koagulan maka nilai 2. Penambahan muatan positif ion H + dari asam
pH semakin kecil. Penurunan nilai pH terjadi berupa koagulan alami BW mampu mengikat
karena adanya penambahan asam (ion H +) dari ion negatif (OH -) menyebabkan gaya tarik
koagulan alami BW mengakibatkan nilai pH menarik dan protein kehilangan muatan.
sampai ke titik isoelektrik (titik ketidakstabilan 3. Molekul karet akan mengalami kerusakan
lateks) sehingga lateks bisa menggumpal membran protein dan nantinya akan saling
(Suwardin, 2015). Fenomena proses koagulasi yang bertabrakan satu sama lain.
terjadi pada la teks akibat penambahan asam dapat 4. Protein pada lateks yang kehilangan muatan
dilihat pada Gambar 2. Tahapan proses koagulasi akan mengalami denaturasi sehingga selubung
dari lateks sebagai berikut : protein yang berfungsi melindungi partikel karet
akan pecah dan menyebabkan terjadinya proses
koagulasi.
Pengaruh Konsentrasi Koagulan Alami BW maka semakin kecil pH koagulan alami BW yang
Terhadap Waktu Koagulasi digunakan yang menyebabkan ion H + yang mampu
Pengaruh konsentrasi koagulan alami BW mengikat ion OH - didalam lateks semakin
terhadap waktu proses koagulasi dapat dilihat pada meningkat sehingga waktu koagulasi juga akan
Gambar 3. Total volume koagulan yang digunakan semakin cepat (Valentina, 2020), kemudian untuk
sebanyak 20 mL dan volume lateks yang digunakan sampel lateks yang tidak ditambah koagulan waktu
adalah 100 mL. Waktu koagulasi dihitung ketika untuk menggumpal mencapai 240 menit (4 jam).
koagulan ditambahkan ke lateks sampai proses Hal ini dikarenakan tidak ada penambahan
koagulasi selesai yang ditandai dengan lateks yang koagulan yang bersifat asam yang dapat membantu
telah menggumpal. mempercepat koagulasi sehingga lateks
Proses koagulasi tercepat terjadi pada saat membutuhkan waktu lebih lambat dalam proses
konsentrasi koagulan alami BW 100% yaitu selama koagulasi (M. Salomez, 2014). Waktu koagulasi
11 menit, sedangkan proses koagulasi terlama dengan menggunakan koagulan kimia asam formiat
terjadi pada saat konsentrasi 20% yaitu selama 90 dengan konsentrasi 2% dan volume 20 mL adalah 4
menit. Semakin tinggi konsentrasi koagulan alami menit, dimana waktu koagulasi ini lebih cepat
BW yang digunakan maka semakin cepat proses dibandingkan dengan koagulan alami BW.
koagulasi lateks. Hal tersebut terjadi karena Mukhlisin, 2019 telah melakukan penelitian
semakin besar konsentrasi koagulan alami BW tentang pengaruh koagulan alami BW terhadap
waktu koagulasi dimana diperoleh tendensi yang Persentase DRC dengan koagulan alami BW
sama dengan hasil penelitian ini yaitu semakin diperoleh antara 29%-34%, persentase DRC
besar konsentrasi koagulan alami BW maka waktu tersebut sudah memenuhi nilai DRC pada
koagulasi yang terjadi semakin cepat. umumnya berkisar 25-40 % (Perumal et al., 2013).
250 Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai DRC
225 antara lain yaitu jenis klon, sistem sadap, umur
200
pohon, waktu penyadapan, cuaca dan jenis
Waktu Koagulasi (menit)
31
30 besar 3% daripada nilai DRC yaitu 34% pada
29
koagulan alami BW konsentrasi 100%. Hal tersebut
28
dikarenakan pada TSC masih terdapat kandungan
27
selain karet yaitu karbohidrat, protein, dan lipid
0 20 40 60 80 100 sebesar 3% (Danwanichakul, 2012).
Konsentrasi B W (% )
Pengaruh Konsentrasi Koagulan Alami BW
Gambar 4. Pengaruh Konsentrasi koagulan alami BW
terhadap Nilai Plastisitas
terhadap DRC lateks
Plastisitas karet dibedakan menjadi dua yaitu
Persentase DRC sebesar 32% diperoleh dari Plastisitas awal (Po) dan Plasticity Retention index
(PRI). Plastisitas awal (Po) merupakan nilai
koagulan kimia asam formiat dengan konsentrasi
2%. Persentase DRC yang sama diperoleh dari plastisitas awal yang diukur dengan alat plastimeter
koagulan alami BW dengan konsentrasi 60%. Hal Wallace (BSN, 2011). Persentase Po
menggambarkan kekuatan karet dan Plasticity
tersebut dikarenakan nilai pH antara kedua sampel
tersebut sama besar yaitu 2,2. Retention index (PRI) merupakan nilai indeks
plastisitasnya menyatakan ketahanan karet alam
mentah terhadap oksidasi pada temperatur tinggi konsentrasi 20% sampai 100% sudah mencapai
sebelum dan setelah pengeringan pada temperatur persentase minimum Po untuk SIR 3L yang dapat
130ºC selama 30 menit. dilihat pada Tabel 2. Semakin besar persentase Po
maka semakin baik pula karakteristik karet yang
Po PRI dihasilkan dikarenakan karet ya ng memiliki
50 95 persentase Po yang tinggi mempunyai rantai
molekul yang tahan terhadap oksidasi sedangkan
93 untuk persentase Po yang rendah akan cenderung
45
lebih mudah teroksidasi dan menjadi karet lunak.
Pada Gambar 6 memperlihatkan pengaruh
PRI (% )
91
Po (% )
meningkatnya kandungan asam maka nilai PRI No. 2, pp. 1–8. doi: 10.35472/v5i1.371.
akan semakin tinggi. Selaras dengan hal tersebut Ferreira, M. dkk., 2009, "Angiogenic Properties of
maka dengan bertambahnya konsentrasi dari Natural Rubber Latex Biomembranes and
koagulan alami BW maka otomatis akan The Serum Fraction of Hevea Brasiliensis",
memperbesar nilai dari PRI karena kandungan asam Brazilian Journal of Physics, 39(3), pp. 564–
didalam belimbing wuluh yang semakin banyak, 569. doi: 10.1590/S0103-
dimana diketahui bahwa koagulan alami dari BW 97332009000500010.
dengan konsentrasi 100% memiliki nilai pH sebesar Indah dan Henry, 2014, "Pengaruh Penambahan
1,7. Sedangkan sebaliknya semakin kecil Ekstrak Belimbing Wuluh Sebagai Bahan
konsentrasi koagulan alami BW maka nilai PRI Penggumpal Terhadap Kualitas Karet SIR
akan semakin kecil dikarenakan kandungan asam 20". Bogor, pp. 33–38.
semakin sedikit akibat dari pengenceran. Latifah, Q. A., 2008, "Antibakteri Pada Buah
Belimbing Wuluh", Skripsi, Jurusan Kimia
KESIMPULAN Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Islam Negeri ( UIN ) Malang’.
dilakukan dapat disimpulkan bahwa semakin M. Salomez, dkk., 2014, "Microorganisms in Latex
meningkatnya volume dan konsentrasi koagulan and Natural Rubber Coagulant of Hevea
alami BW maka nilai pH koagulasi lateks semakin Brasiliensis", Journal of Applied
kecil, waktu koagulasi semakin cepat dan Microbiology ISSN 1364-5072 Review, pp.
persentase DRC, Po dan PRI semakin meningkat. 921–927. doi: 10.1111/jam.12556.
Koagulan alami BW dapat digunakan Martins, M. B. G. dan Zieri, R., 2003, "Leaf
sebagai koagulan lateks untuk menggantikan Anatomy of Rubber-tree Clones", Scientia
koagulan kimia asam formiat dengan karakteristik Agricola, 60 (4), pp. 709–713. doi:
karet yang lebih baik dan memenuhi SNI SIR 3L. 10.1590/s0103-90162003000400015.
Mukhlisin, akhyarnis F., 2019, "Pengaruh
UCAPAN TERIMA KASIH Penggunaan Ekstrak Belimbing Wulu
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Sebagai Pengumpal Getah Karet," Jurnal
1. PT. Perkebunan Nusantara VII, Afdeling 3 Unit Sains Agro, 4 (2), pp. 1–7. Available at:
Way Berulu Pesawaran, Lampung. https://ojs.umb-bungo.ac.id/.
2. Institut Teknologi Sumatera atas bantuannya Perrella, F. W. dan Gaspari, A. A., 2002, "Natural
berupa dana penelitian sesuai dengan sesuai Rubber Latex Protein Reduction with An
kontrak nomor 134g/IT9.C1/PP/2018. Emphasis on Enzyme Treatment", Methods,
27 (1), pp. 77–86. doi: 10.1016/S1046-
DAFTAR PUSTAKA 2023(02)00055-5.
Agustin, F., 2014, "Pembuatan Jelly Drink Perumal, V. dkk., 2013, "Natural rubber Producing
Averrhoa blimbi L. (Kajian Proporsi Plants: An Overview", African Journal of
Belimbing Wuluh : Air dan Konsentrasi Biotechnology, 12 (12), pp. 1297–1310. doi:
Karagenan)", Jurnal Pangan dan 10.4314/ajb.v12i12.
Agroindustri, 2 (3), pp. 1–9. Suwardin, D., 2015, "Jenis Bahan Penggumpal dan
Bambang, 2016, "Statistik Perkebunan Karet Pengaruhnya Terhadap Parameter Mutu
Indonesia", Direktorat Jendral Perkebunan, Karet Spesifikasi Teknis", Warta
p. 11. Perkaretan, 34 (2), p. 147. doi:
BSN, 2011, "Standar Nasional Indonesia (SNI) 10.22302/ppk.wp.v34i2.256.
1903-2011 tentang karet spesifikasi teknis", Syarifa, L. F., dkk., 2016, "Dampak Rendahnya
Badan Standarisasi Nasional, pp. 1–9. Harga Karet Terhadap Kondisi Sosial
Danwanichakul, 2012, "Correlation Between Dry Ekonomi Petani Karet Di Sumatera Selatan",
Rubber Content in Field Latex and Viscosity Jurnal Penelitian Karet, pp. 119–126. doi:
Measured with Efflux Time Method", 10.22302/ppk.jpk.v34i1.218.
Songklanakarin Journal of Science and Tistama, R. dkk., 2019, "Physiological Status of
Technology, 34 (5), pp. 551–555. High and Low Metabolism Hevea Clones in
Darojat, M. R. dan Sayurandi, S., 2019, "Status the Difference Stage of Tapping Panel
Klon-Klon Karet Seri IRR Hasil Kegiatan dryness", Biodiversitas, 20 (1), pp. 267–273.
Pemuliaan Indonesia dan Adopsinya di doi: 10.13057/biodiv/d200143.
Perkebunan Karet Indonesia", Perspektif, Valentina, A., 2020, "Pengaruh Asam Sulfat
17(2), p. 101. Sebagai Bahan Koagulan Lateks Terhadap
Feerzet Achmad, dkk., 2021, "Pengaruh Usia Karakteristik Karet dan Mutu Karet", Jurnal
Tanaman Karet Terhadap Analisa Diagnosa Penelitian Karet, 38 (1), pp. 85–94. doi:
Lateks Pada Klon RRIM 921", JSAT, Vol.5, 10.22302/ppk.jpk.v38i1.639.