Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

Nama : Sahda Sabilah Luhtansa

Npm : 2143057015
Resume Radio Farmasi (Bab 18 Radiofarmaka)
Radiofarmaka Adalah Senyawa Kimia Yang Mengandung Atom Radioaktif Dalam
Strukturnya Dan Digunakan Untuk Diagnosis Atau Terapi. Dengan Kata Lain, Radiofarmaka
Merupakan Obat Radioaktif.
Sediaan Radiofarmaka Dibuat Dalam Berbagai Bentuk Kimia Dan Fisik Yang Diberikan
Dengan Berbagai Rute Pemberian Untuk Memberikan Efek Radioaktif Pada Target Bagian
Tubuh Tertentu. Beberapa Contoh Rute Pemberian: Per Oral (Kapsul Dan Larutan), Intravena,
Intraperitoneal, Intrapleural, Intratekal, Inhalasi, Instilasi Melalui Tetes Mata, Kateter Urin, 
Kateter Intraperitoneal Dan Shunts.
A. Kedokteran Nuklir
Radiofarmaka Dimanfaatkan Dalam Berbagai Jenis Pemeriksaan Dalam Kedokteran Nuklir.
Pemeriksaan Tersebut Terbagi Menjadi 3 Kategori:
1. Pemeriksaan Untuk Pencitraan
Pemeriksaan Ini Memberikan Informasi Untuk Tujuan Diagnostik Dan Dilakukan
Dengan Memeriksa Pola Distribusi Radioaktif Dalam Tubuh.
2. Pemeriksaan Fungsi Tubuh Secara In Vivo
Pemeriksaan Fungsi Tubuh Secara In Vivo Bertujuan Untuk Mengukur Fungsi Organ
Tubuh Atau Sistem Fisiologis Tubuh Berdasarkan Absorpsi, Pengenceran, Konsentrasi,
Bahan Radioaktif Dalam Tubuh Atau Ekskresi Bahan Radioaktif Dari Tubuh Setelah
Pemberian Radiofarmaka.
3. Pemeriksaan Untuk Tujuan Terapetik
Pemeriksaan Ini Bertujuan Untuk Keperluan Penyembuhan, Atau Terapi Paliatif.
Mekanisme Kerja Umumnya Berupa Absorpsi Radiasi Beta Untuk Menghancurkan
Jaringan Yang Terkena Penyakit.
B. Penggunaan Radiofarmaka
Jumlah Bahan Radioaktif Yang Diberikan Pada Pasien Dalam Kedokteran Nuklir,
Disebut Juga Sebagai Dosis, Umumnya Dinyatakan Dalam Ukuran Millicuries (Mci, Atau
10-3 Ci). Satu Curie (Ci) Setara Dengan 3,7 X 1010 Disintegrasi (Kerusakan Atom) Per Detik.
Dalam Satuan Unit International, Kekuatan Bahan Radioaktif Diukur Dalam
Satuan Becquerels (Bq). Satu Bq Setara Dengan 1 Disintegrasi Per Detik; Sehingga, 1 Mci =
37 Mbq. Jumlah Radiasi Yang Diabsorbsi Oleh Jaringan Tubuh Disebut Dosis Radiasi Dan
Dinyatakan Dengan Satuan Rad (Dosis Radiasi Yang Diabsorbsi). Satu Rad Setara Dengan
100 Ergs Energi Yang Diabsorbsi Oleh 1 Gram Jaringan. Satuan Unit Internasional (Iu)
Dosis Yang Diabsorbsi, Gray (Gy), Setara Dengan 1 Joule Energi Yang Diabsorbsi Oleh 1
Kg Jaringan (1 Gy = 100 Rad).
C. Radiofarmaka Untuk Diagnosis Dan Terapi
Teknik Deteksi Radiofarmaka Dapat Dilakukan Secara In Vivo Maupun In Vitro. In
Vivo Adalah Teknik Deteksi Dengan Cara Radiofarmaka Diinjeksikan Ke Dalam Tubuh
Pasien Kemudian Dilakukan Pencitraan Terhadap Tubuh Pasien. Sedangkan In Vitro  Adalah
Teknik Deteksi Dilakukan Di Luar Tubuh, Sampel Berupa Darah Pasien Yang Diambil
Kemudian Di Tes Menggunakan Kit Radioimmunoassay (Ria) Dengan Prinsip Immunologi.
D. Farmasi Nuklir
Sebagai Sediaan Farmasi Yang Berbahaya, Radiofarmaka Perlu Penanganan Khusus
Dalam Proses Pengadaan, Penyiapan, Penyimpanan Dan Pendistribusian, Terutama Untuk
Pemberian Ke Pasien Dalam Lingkungan Fasilitas Kedokteran Nuklir.
Teknik Penanganan
Teknik Farmasi Nuklir Dibagi Menjadi Dua Kategori Yaitu:
1. Teknik Protektif
Teknik Protektif Mencegah Atau Meminimalisasi Kontaminasi Radioaktif Dan Paparan
Radiasi Yang Tidak Perlu.
2. Teknik Aseptic
Teknik Aseptik Mencegah Atau Meminimalisasi Kemungkinan Kontaminasi Mikroba
Pada Larutan Steril Dan Peralatan.
Pemanfaatan Radionuklida Dilakukan Untuk Tujuan Diagnosis Atau Terapi Beberapa
Gangguan Penyakit Pada Otak, Kelenjar Tiroid, Jantung, Paru-Paru, Hati, Limpa Dan Sistem
Pencernaan, Ginjal Dan Tulang.
 Otak
Radiofarmaka Untuk Pemeriksaan Organ Pada Sistem Saraf Pusat (Ssp) Dibagi Menjadi
Lima Kelompok Utama Yaitu:
1. Nondiffusible Tracers
Merupakan Senyawa Yang Pertama Kali Digunakan Untuk Pencitraan Otak.
Kelompok Ini Secara Umum Mempunyai Karakteristik Sebagai Senyawa Hidrofilik
Terionisasi Dengan Mekanisme Lokalisasi Pada Lesi Otak Yang Tidak
Spesifik. Umumnya, Senyawa Dalam Kelompok Ini Tidak Dapat Memasuki Otak
Melalui Sawar Darah Otak (Blood-Brain Barrier, Bbb) Utuh. Namun, Pada Kondisi
Dimana Sawar Darah Otak Terganggu Oleh Kondisi Patologi, Senyawa Ini
Meninggalkan Ruang Vaskuler Dan Terkonsentrasi Pada Lesi. 
Senyawa Yang Termasuk Pada Kelompok Ini Diantaranya 99mtc-Natrium
Perteknetat, 99m Tc-Pentetat (99mtc-Dtpa), 99mtc-Gluseptat (99mtc-Gh), Dan Senyawa
Untuk Digunakan Pada Metoda Positron Emission Tomography (Pet) Yaitu 82rb-
Rubidium Klorida.
2. Diffusible Tracers
Kelompok Ini Mempunyai Kapasitas Untuk Memasuki Otak Normal Melalui
Sawar Darah Otak (Blood-Brain Barrier, Bbb) Utuh. Hal Ini Mungkin Karena
Senyawa Ini Merupakan Kompleks Lipofilik Netral Yang Berdifusi Secara Pasif
Melalui Sel Endotelial Kapiler Otak.
Senyawa Yang Termasuk Dalam Kelompok Ini Diantaranya Adalah 99mtc
Eksametazim (99mtc-Hmpao) Dan 99mtc-Bisitat (99mtc-Ecd).
3. Penanda Metabolism
Merupakan Agen Yang Terlokalisasi Pada Area Otak Yang Berhubungan Dengan
Aktivitas Metabolik Dan Hipermetabolik. Penanda Metabolik Yang Utama Digunakan
Dalam Pencitraan Pet Adalah 18f-Fluodeoksiglukosa (18f-Fdg).
4. Radiofarmaka Untuk Pemeriksaan Larutan Serebrospinal
Radiofarmaka Yang Digunakan Untuk Pemeriksaan Ruang Larutan Serebospinal
Ini Meliputi Senyawa Yang Tetap Ada Pada Ruang Larutan Serebospinal Setelah
Injeksi Lumbar Diberikan. Senyawa Ini Digunakan Untuk Mengevaluasi Distribusi
Dan Pergerakan Larutan Serebospinal Pada Berbagai Tahapan Penyakit. Sebagai
Contoh Hidrosefalus Secara Rutin Diperiksa Dengan Menggunakan 111in-Pentetat
(111in-Dtpa).
5. Radiofarmaka Untuk Pencitraan Reseptor Otak
Radiofarmaka Untuk Pencitraan Reseptor Otak Terutama Digunakan Untuk
Penelitian.  Komponen Reseptor Avid Yang Diberi Label 99mtc Dan Radionuklida
Lainnya Sedang Dikembangkan.
 Tiroid
Radionuklida Pada Kelenjar Tiroid Digunakan Untuk Menilai Fungsi Kelenjar
Tiroid Dengan Pemeriksaan Radioactive Iodine Uptake (Raiu), Dalam Pengobatan
Hipertiroidisme Dan Kanker Tiroid, Dan Pencitraan Untuk Mendeteksi Penyakit Dalam
Kelenjar Tiroid Dan Deteksi Adanya Metastasis Tiroid Dengan Memindai Seluruh
Tubuh.
Pemeriksaan Yang Lazim Digunakan Dalam Kedokteran Nuklir Untuk
Mengevaluasi Pasien Yang Diduga Mengalami Gangguan Tiroid Adalah Pemeriksaan
Raiu, Pemindaian Kelenjar Tiroid, Dan Terapi Radioiodin. 
 Jantung
Pemeriksaan Kedokteran Nuklir Klinis, Sekarang Ini Pada Umumnya
Menggunakan Metoda Single-Photon Emission Computed (Spect) Dan Metoda Positron
Emission Tomography (Pet). Radiofarmaka Yang Digunakan Untuk Memeriksa Penyakit
Jantung Terdiri Dari Empat Kelompok Utama Yaitu (1) Bahan Perfusi Untuk Memeriksa
Aliran Darah Arteri Koroner Dan Iskemik, (2) Bahan Pengumpul Darah Untuk
Memeriksa Fungsi Jantung, (3) Bahan Untuk Memeriksa Infark Miokard, Dan (4) Bahan
Metabolisme Untuk Menilai Viabilitas Miokard.
 Paru-Paru
Radiofarmaka Untuk Pencitraan Paru-Paru Dapat Dibagi Menjadi Dua Kelompok
Utama, Bahan Perfusi Paru, Dan Bahan Ventilasi Paru.
Pencitraan Untuk Melihat Fungsi Paru-Paru Dalam Kedokteran Nuklir Dilakukan
Untuk Mengevaluasi Fungsi Ventilasi Dan Perfusi Paru. Fungsi Ini Dapat Dilihat Dengan
Melakukan Inspirasi Gas Inert Seperti Xenon 133xe Atau Aeorosol Berlabel Radioaktif
Seperti 99mtc-Dtpa. Indikasi Pencitraan Ventilasi Dan Perfusi Paru Terutama Untuk
Pemeriksaan Pasien Yang Diduga Mengalami Embolisme Paru Akut.
 Hati, Limpa, Dan Sistem Saluran Cerna
Sekarang Ini, Magnetic Resonance Imaging (Mri), Computed Tomography (Ct)
Dan Ultrasound Lazim Dipakai Untuk Memeriksa Anatomi Hati, Sistem Hepatobilier
Dan Limpa. Namun, Pencitraan Dengan Menggunakan Radionuklida Memberikan Lebih
Banyak Informasi Mengenai Fisiologi Dan Fungsi Organ-Organ Tersebut.
 Ginjal
Metode Scintigraphy Telah Dikembangkan Untuk Menilai Fungsi Glomerolus
Dan Tubulus Ginjal, Untuk Mendeteksi Keberadaan Tumor Atau Kista, Dan Juga Untuk
Mengukur Fungsi Relatif Antara Kedua Ginjal Kiri Dan Kanan. Selain
Itu, Scintigraphy Ginjal Berperan Penting Dalam Evaluasi Perfusi Ginjal, Fungsi Ginjal,
Dan Pada Kasus Tertentu Juga Berperan Untuk Melihat Abnormalitas Anatomi.
Pencitraan Menggunakan Radionuklida Dapat Memberikan Kombinasi Informasi
Anatomi Dan Fisiologi Ginjal.
 Tulang
Pencitraan Tulang Dilakukan Untuk Berbagai Tujuan, Diantaranya Untuk
Pemeriksaan Penyakit Metastase, Infeksi, Dan Luka Trauma. Keunggulan Dari
Pencitraan Tulang Adalah Sensitivitasnya Yang Tinggi, Sehingga Dimanfaatkan Untuk
Menilai Lesi Patologis Pada Tulang Pada Tahap Awal Timbulnya Penyakit. Kelemahan
Pencitraan Tulang Adalah Tidak Dapat Mendeteksi Jenis Patologi Tulang.

You might also like