Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 17

MAKALAH

TBC DALAM PANDANGAN MUHAMMADIYAH

OLEH
Nama : Mukmin Amsidi
Kelas : A
Prodi : Magister Pendidikan Matematika

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN


MATEMATIKA
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2022
ABSTRACT

TBC is an act that is highly commendable and needs to be avoided for every
Muslim, especially for Muhammadiyah members who are already involved in the
world of organization, by increasing righteous deeds and leaving all kinds of
shirk, both major shirk and minor shirk, which in Muhammadiyah terms is
takhayyul, bid’ah dan Khurafat or commonly known as TBC by the
Muhammadiyah Society. takhayyul is to believe in the illusion of the coming of
calamities or calamities brought under by God's creatures, such as birds, owls,
cats, snakes, butterflies and others. Bid'ah is doing worship that was never taught
and never practiced by the Prophet Muhammad or his companions. Khurafat is to
believe in false stories, such as the story of Nyai Roro Kidul, which is said to be
beneficial and harmful to the ocean, so offerings must be given, even though the
sea is a creature of Allah SWT who cannot create benefits and harm in accordance
with the development of situations and conditions. there is. The formulation of the
problem in this paper is related to the definition of TBC and how to preach with
people or members of Muhammadiyah who still adhere to one of the three
understandings of TBC above. The discussion in the paper uses various references
ranging from articles, books to journals. So it can be concluded that the act of
TBC is hated by Allah SWT and as a member of Muhammadiyah, it is necessary
to eradicate this trait. This paper was created to add deeper knowledge and
understanding related to TBC with the results in the form of scientific works
containing discussions about TBC, to procedures for eradicating TBC. In addition,
we have written our paper so that it can help better understand and avoid TBC
together

Keywords : Takhayyul, Bid'ah, Khurafat.


ABSTRAK
TBC adalah perbuatan yang sangat tidak terpuji dan perlu dihindari bagi setiap
muslim terlebih lagi bagi para warga Muhammadiyah yang sudah berkecimpung
dalam dunia organisasi, dengan memperbanyak amal shalih dan meninggalkan
segala macam syirik, baik syirik besar maupun syirik kecil, yang dalam Istilah
Muhammadiyah adalah takhayyul, bid’ah dan Khurafat atau biasa dikenal dengan
sebutan TBC oleh Masyarakat Muhammadiyah. Takhayyul ialah mempercayai
adanya khayalan datangnya bala atau musibah yang dibawah oleh makhluk Allah,
seperti burung, burung hantu, kucing, ular, kupu-kupu dan lain-lain. Bid’ah ialah
melakukan ibadah yang tidak pernah diajarkan dan tidak pernah di amalkan oleh
Rasulullah SAW atau oleh para sahabtnya. Khurafat ialah mempercayai kisah-
kisah yang batil, seperti kisah Nyai Roro Kidul, yang katanya dapat membuat
manfaat dan madharat bagi lautan, sehingga harus diberi sesaji, padahal laut
adalah makhluk Allah SWT yang tidak dapat membuat manfaat dan madharat
sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi yang ada. Rumusan masalah
dalam tulisan ini berkaitan dengan pengertian TBC dan cara berdakwah dengan
orang-orang atau warga Muhammadiyah yang masih menganut salah satu dari
ketiga paham TBC di atas. Adapun pembahasan dalam makalah menggunakan
berbagai referensi mulai dari artikel, buku hingga jurnal. Jadi dapat disimpulkan
bahwa perbuatan TBC sangat dibenci oleh Allah SWT dan sebagai warga
Muhamadiyah perlu memberantas sifat tersebut. Makalah ini dibuat untuk
menambah pengetahuan dan pemahaman terkait TBC yang lebih dalam dengan
hasil berupa karya ilmiah yang berisi pembahasan tentang TBC, hingga tata cara
memberantas TBC. Selain itu, kami telah menulis makalah kami sehingga dapat
membantu lebih memahami dan bisa sama-sama menghindari perbuatan TBC

Kata Kunci : Takhayyul, Bid’ah, Khurafat.


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada 8
Dzulhijjah 1330 H atau 18 November 1912 oleh Muhammad Darwis yang
kemudian dikenal dengan Kyai Haji Ahmad Dahlan, setelah Kyai Haji Ahmad
Dahlan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci pada tahun 1890 dan 1902-
1904, beliau mulai menyampaikan benih pembaruan di Tanah Air Indonesia.
Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai Haji Ahmad Dahlan setelah berguru
kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah ketika beliau pergi
Haji. Ketika beliau pulang dari Ibadah Haji melihat keadaan ummat Islam
pada waktu itu dalam keadaan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat
mistik, Kyai Haji Ahmda Dahlan tergerak hatinya untuk mengajak mereka
kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur'an dan As-
sunnah.
Sejarah Berdiri dan Peranannya Nama Muhammadiyah pada mulanya
diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat Kyai Haji Ahmad Dahlan yang
bernama Muhammad Sangidu. Muhammad Sangidu merupakan seorang Ketib
Anom Keraton Yogyakarta dan tokoh pembaharuan yang kemudian menjadi
penghulu Keraton Yogyakarta. Nama Muhammadiyah kemudian diputuskan
Kyai Haji Ahmad Dahlan setelah melalui shalat istikharah. Artinya, untuk
mendirikan Muhammadiyah memiliki dimensi spiritualitas yang tinggi.
Sebagaimana tradisi kyai atau dunia pesantren. Pemberian nama
Muhammadiyah oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan diharapkan warga
Muhammadiyah dapat mengikuti Nabi Muhammad SAW dalam segala
tindakannya.
Kelahiran Muhammadiyah sebagaimana digambarkan melekat dengan
sikap, pemikiran, dan langkah Kyai Haji Ahmda Dahlan sebagai pendirinya.
Beliau mampu memadukan Islam yang ingin kembali pada Al-Quran dan
Sunnah Nabi dengan orientasi tajdid yang membuka pintu ijtihad untuk
kemajuan. Beridirnya Muhammadiyah adalah karena alasan-alasan dan tujuan-
tujuan sebagai berikut yaitu : Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh
dan kebiasaan yang bukan Islam. Reformulasi doktrin Islam dengan
pandangan alam pikiran modern Reformulasi. ajaran dan pendidikan Islam
Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan luar.
Lawan Berat dari K.H Ahamd Dahlan adalah kepercayaan-
kepercayaan mistik akibat ajaran Islam berafiliasi dengan budaya Jawa.
Muhammadiyah pada masa itu berusaha menyingkirkan ajaran Islam dari
pengaruh Jawa yang bermuatan animisme (Kepercayaan semua yang bergerak
dianggap hidup dan memili roh baik atau buruk / kepercayaan manusia kepada
roh leluhur) dan dinamisme (Kepercyaan benda-benda disekitar memiliki
kekuatan Ghaib). Pengaruh-pengaruh tersebut dianggap sebagai hasil adaptasi
Islam yang tidak tuntas sehingga ajaran Islam diselimuti Takhayul, Bid`ah dan
Churafat (TBC). Pemahaman itu mendorong Muhammadiyah kembali ke
sumber asal yakni, Alqur`an dan As-sunnah. Upaya tersebut merupakan hasrat
purifikasi dalam diri Muhammadiyah. Hasrat purifikasi mengandaikan cara
ber-Islam murni, otentik, sebagaimana zaman nabi hidup (M. Raihan
Hardiansya, dkk 2013:15). Oleh karena itu beliau memberikan pengertian
keagamaan dirumahnya ditengah kesibukannya sebagai Khatib dan para
pedagang. namun berkat ketekunan dan kesabarannya, akhirnya mendapat
sambutan dari keluarga dan teman dekatnya. Profesinya sebagai pedagang
sangat mendukung, sehingga dalam waktu singkat ajakannya menyebar ke luar
kampung Kauman bahkan sampai ke luar daerah dan ke luar pulau Jawa.

B. Pernyataan Masalah
Tujuan Muhammadiyah untuk menjadikan dakwah yang mengajak
kepada kebaikan, berusaha dengan sebenar-benarnya untuk ‘memasukkan’
agama Islam yang murni, yang bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Muhammadiyah meyakini bahwa segala amal perbuatan kita akan dilihat oleh
Allah dan akan dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya kelak. Oleh karena itu
dalam kehidupan sehari-hari, warga Muhammadiyah harus bisa memberikan
contoh Rasul dengan mencerminkan kepribadian yang baik, yang bisa
dijadikan teladan dan uswah khasanah bagi umat Islam. Sehingga dari
berbagai momentum selalu warga Muhammadiyah melakukan pembaharuan
melalui pendidirian Amal Usaha Muhammadiyah untuk dijadikan sebagai
pasantren atau tempat dakwah Muhammadiyah, Akan tetapi saat ini tradisi
TBC didalam bebrapa warga Muhammadiyah masih tetap dipraktekan padahal
Amal usaha Muhammadiyah sudah banyak dan pengkajian serta pengajian
selalu dilakukan.

C. Pertanyaan Kajian
Berdasarkan latar belakang dan pernyataan masalah diatas, maka untuk
mengkaji lebih dalam bagaimana silaturrahim yang baik yang tidak
mendatangkan mudarat bagi yang melakukannya, kita perlu mengetahui:
1. Apa itu TBC ?
2. Apa saja kasus TBC yang terjadi dalam kalangan Muhammadiyah ?
3. Bagaimana cara munculnya TBC dan prakteknya dalam masyarakat ?
4. Bagaimana berdakwah kepada orang yang menganut paham TBC dalam
kalangan Muhammadiyah ?
5. Untuk apa mengetahui perkembangan TBC dalam masyarakat ?

D. Tujuan Penulisan
Mengacu pada pernyataan kajian diatas tujuan dibuatnya makalah ini
untuk mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam
mengenai Tahatul Bid’ah dan Khurofat (TBC) dalam pandangan
Muhammadiyah, yang tidak mendatangkan mudarat bagi yang melakukannya.

E. Metodologi
Untuk menguraikan mengenai tulisan makalah yang terkait TBC dalam
pandangan Muhammadiyah, kami membuat pembahasan yang diperoleh dari
kumpulan data Studi Literatur dari artikel jurnal, textbook. Melalui metodelogi
ini, diharapkan akan menghasilkan hasil yang maksimal.

F. Hasil
Kami ingin memuat sebuah makalah yang berisi mengenai
pembahasan TBC dalam pandangan Muhammadiyah secara meluas,
tentang pengaruh TBC dalam kalangan Muhammadiyah. Selain itu, kami
ingin makalah ini dapat membuat orang yang tadinya hanya sekedar tahu
tentang TBC menjadi lebih paham dengan TBC yang mana sangat
memberikan manfaat baik itu didunia dan akhirat kelak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tahayul Bid’ah dan Khurofat (TBC)
Muhammadiyah adalah pelopor gerakan tajdid (pembaharu) yang tidak
menghendaki adanya Tahayul, Bid’ah, Khurofat, Syirik dan Taqlid buta
dalam aqidah dan ibadah umat Islam. Pembaharuan yang dilakukan
Muhammadiyah adalah menyatukan ajaran “Ar ruju’ ila al Qur’an wa Al
Sunnah” (kembali kepada Qur’an dan Sunah) dengan semangat “Ijtihad
dan Tajdid”.
1. Pengertian Tahayul
Kata tahayul berasal dari bahasa Arab yang artinya: berangan-angan
tinggi, melamun, membayangkan atau menghayal. Mengkait-kaitkan
kejadian-kejadian yang dianggap aneh dengan sesuatu, yang mana
tidak ada dasarnya di dalam ajaran Islam. Sebagai contoh tahayul
adalah : mempercayai akan mendapatkan rejeki ketika orang tertimpa
kotoran cicak. Atau suara burung yang dianggap akan ada tamu yang
dating, dan lain sebagainya.
2. Pengertian Bid’ah
Bid’ah pada dasarnya berarti sesuatu yang baru. Bid’ah merupakan
amalan baru dalam ibadah yang belum pernah ada di masa Rasulullah
SAW. Bid’ah dalam ibadah sebuah kesesatan dan sesat akan masuk
neraka.
“Barangsiapa yang mengada-adakan hal baru dalam urusan kami ini
(agama) padahal bukan dari bagiannya maka ia tertolak.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
3. Pengertian Churofat
Hampir sama dengan tahayul, tetapi lebih dikaitkan dengan aqidah.
Menganggap sesuatu memiliki kekuatan yang dapat mempengaruhi
manusia. Khurofat lebih dekat kepada syirik, sehingga sangat
berbahaya dalam aqidah seseorang.
B. Apa saja Kasus TBC dalam Kalangan Muhammadiyah
Di daerah-daerah tertentu di Indonesi, umat Islam masih sangat susah
untuk meninggalkan kepercayaan tahayul bahkan orang Muhammadiyah itu
sendiri sehingga sampai detik ini, segala bentuk hajatan yang melibatkan orang
ramai masih harus memilih hari baik.
Hari baik dimaksud adalah hari yang mendatangkan keberkahan dan bebas
dari bala atau bencana. Maka, tidak sembarang orang menikahkan anaknya karena
harus menunggu hari baik.
Kepercayaan di atas adalah bagian dari tahayul yang merupakan syirik
bahkan telah menuduh Tuhan menciptakan waktu yang tidak baik bagi manusia.
Padahal, semua waktu adalah baik, yang membedakan hanyalah manusia, apakah
dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk beriman, beramal saleh, saling
menasihati dalam kebenaran dan kesabaran menjalankan perintah Allah, ataukah
waktunya dipakai untuk hal-hal yang tidak bermanfaat yang justru akan
mendatangkan kerugian, (QS. Al-Ashr [103]). Demikian pula, berdirinya
persyarikatan Muhammadiyah antara lain bertujuan untuk
memberantas tahyul, selain bid’ah dan churafat atau yang disingkat TBC.
Tentang terlarangnya kepercayaan tahyul di atas dapat kita telaah hadis
riwayat Bukhari dan Muslim, bahwa Rasulullah bersabda, “Tidak ada ‘adwa,
thiyarah, hamah, dan safar”. ‘Adwa penularan penyakit. Thiyarah yaitu merasa
bernasib sial atau meramal nasib buruk karena melihat burung atau binatang
lainnya. Hamah maksudnya burung hantu. Safar adalah bulan kedua dalam tahun
Hijriyah, yaitu bulan sesudah Muharam.
Islam tidak mengenal adanya hari atau bulan nahas, celaka, sial, malang
dan yang sejenis. Yang ada hanyalah bahwa setiap hari dan atau bulan itu baik,
bahkan dikenal hari mulai (Jumat) dan bulan mulia (seperti bulan Ramadan,
Syawal dan Dzulhijjah). Jelas, tahayul tidak ada tempat dalam Islam dan dalam
hati kaum Muslimin. Tahayul merupakan bentuk syirik. Diriwayatkan dari Ibnu
Mas’ud, Nabi menegaskan, “Tiyarah (tahayul) ialah sejenis syirik”, (HR. Tirmizi).
Selain tahayul, memberantas bid’ah adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam
perjalanan dakwah dan perjuangan Muhammadiyah yang sayangnya semangat
mereduksi kejahatan dalam beragama ini sudah mulai pudar, bahkan menjadi
pelaku dari perbuatan itu sendiri. 
Pengertian bid’ah secara bahasa berarti sesuatu yang baru atau membuat
sesuatu tanpa ada contoh sebelumnya. Dalam tinjauan bahasa memang mobil
itu bid’ah, microphone itu bid’ah, computer itu bid’ah, hanphone juga bid’ah.
Akan tetapi bukan ini yang dimaksud oleh Nabi. Bid’ah yang dimaksud Nabi
adalah bid’ah dalam tinjauan syar’i atau Agama
Adapun bid’ah dalam tinjaun syar’i, sebagaimana yang disebutkan oleh Imam
Asy-Syatibi dalam kitab “Al-I’tisham”, adalah suatu cara beragama yang mirip
dengan syari’at yang dengan melakukannya seseorang bermaksud melakukan
ibadah kepada  Allah.
Contohnya adalah Tahlil atau acara kumpul-kumpul membaca doa di tempat
orang yang meninggal misalnya di NTT tepatnya di Alor Besar. Berkembang dan
merebaknya bid’ah–bid’ah adalah musibah. Bahkan tak ada yang lebih
menyesakkan dada para ulama melebihi kesedihan mereka ketika melihat
munculnya bid’ah. Ibnul Mubarak berkata, “kita mengadu kepada Allah akan
perkara besar yang menimpa umat ini, yakni wafatnya para ulama’ dan orang-
orang yang berpegang kepada sunnah, serta bermunculannya bid’ah–bid’ah.”
Abu Idris Al-Khaulani berkata, “Sungguh melihat api yang tak biasa kupadamkan
lebih baik bagiku daripada melihat bid’ah yang tak mampu aku padamkan.”
Bid’ah menjadikan pelakunya semakin jauh kepada Allah. Hasan Al-Bashri
mengungkapkan, “Bagi para pelaku bid’ah, bertambahnya kesungguhan ibadah–
yang dilandasi bid’ah hanya akan menambah jauhnya kepada Allah.”
Misi dakwah selanjutnya, bagi Muhammadiyah adalah memerangi segala
bentuk churafat atau khurafat yang tidak kalah berbahayanya
dibanding tahayul dan bid’ah.
Sumber churafat adalah dinamisme dan animisme. Dinamisme adalah
kepercayaan adanya kekuatan dalam diri manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan,
benda-benda, dan kata-kata. Sedangkan Animisme adalah kepercayaan adanya
jiwa dan ruh yang dapat mempengaruhi alam manusia. Churafat diartikan sebagai
cerita-cerita yang mempesonakan yang dicampuradukkan dengan perkara dusta,
atau semua cerita rekaan atau khayalan, ajaran-ajaran, pantangan, adat-istiadat,
ramalan-ramalan, pemujaan atau kepercayaan yang menyimpang dari ajaran Islam
Misalnya, meyakini kuburan orang saleh dapat memberikan berkah (tabarruk),
memuja atau memohon kepada makhluk halus (jin), meyakini sebuah benda
tongkat, keris, batu, dan lain-lain memliki kekuatan ghaib yang bisa diandalkan,
dan sebagainya.
Churafat adalah budaya masyarakat Jahiliyah. Mereka percaya kepada arah
burung yang berterbangan, memberi kesan kepada nasib mereka. Masyarakat
Jahiliah juga percaya, jika burung hantu menghinggapi dan berbunyi di atas
sebuah rumah, maka artinya salah seorang dari penghuni rumah itu akan
meninggal dunia. Kepercayaan begini mengakibatkan penghuni rumah akan
berdukacita dan masyarakat Jahiliah modern pun masih banyak
percaya churafat semacam itu contoh seperti di Alor Besar bahwa ketika hendak
membuat hajatan harus menanam linggis agar tidak hujan

C. Bagaimana munculnya TBC dan praktek dalam Masyarakat


Munculnya TBC dan praktek dalam masyarakat dari kebudayaan dan kebiasaan
cerita nenen moyang yang dilanjutkan oleh orang-orng tanpa dasar :
1. Sekarang dilingkungan masyarakat kita terdapat upacara seperti menanam
kepala kerbau didalam tanah yang diatasnya nantinya akan dibangun
bangunan.
Bagaimana menurut pandangan Islam, orang islam yang melakukan
demikian dan bagaimana sikap kita rterhadap orang islam yang melakukan
demikian ?
Jawab
Kalau melakukan dengan keyakinan bahwa kalau tidak menguburkan
kepala kerbau akan mengalami bahaya atau Allah tidak merelakannya,
perbuatabn yang demikian tidak dibenarkan dalam Islam. Dan kalau
sekedar bisanya atau adatnya orang membangun bangunan dengan
menanam kepala kerbau, juga tidak sesuai pula dengan ajaran islam,
karena mengandung pemborosan atau melakukan sesuatu yang tidak
begitu berguna.
Sikap kita, kita harus tidak mempunyai keyakinan bahwa menanam kepala
kerbau itu tidak berakibat akan diridhai-Nya bangunan yang kita dirikan.
Terhadap orang islam yang melakukan demikian baik dengan keyakinan
atau sekedar adat, kalau dapat kita nasehati dengan cara yang baik. Dan
andaikan tidak dapat diterima nasehat itu, anggap saja itu sesuatu
perbuatan kebiasaan mudah-mudahan hilang pula bila masyarakat tahu
bahwa itu perbuatan yang tidak perlu. Kita telah berama ma’ruf
2. Menanam linggis agar tidak terjadi hujan atau menjadi pawang hujan
seperti di acara Moto GP mandalika apakah dibenarkan ?
Dalam adat kebiasaan orang NTT bahkan orang Muhamamidyah itu
sendiri masih mempercayai cara mengusir awan dengan menanam besi
linggis agar tidak terjadinya hujan, hal ini dilakukan saat hajatan, pesta
niakahan maupun pawai
Jawab
Kegiatan ini tidak dibenarkan karena yang berhak menahan dan
menurukan hujan hanya Allah SWT
Hal yang perlu kita lkukan adalah menasehatinya dan menunjukan jalan
kebaikan
3. Apakah memberi sajian kepada pohon-pohon besar atau bernazar pergi
kekuburan sembuh dari sakit dapat digolongkan musyrik ?
Jawab
Memberikan makan kepada pohon-pohon besar merupakan sesuatu yang
dilarang oleh agama. Kalau melakukannya dengan keyakinan bahwa
pohon yang besar itu memiliki kekuatan menyamai kekuatan Allah SWT.
Begitupula bernazar kalau sembuh dari sakit akan berziarah kekubur
dengan keyakinan bahwa kubur itu yang dapat menyebabkan kesembuhan
maka hal ini bertentangan dengan agama, yang membolehkan ziarah kubur
agar mengingat akan adanya kematian dan akhirat.bukan untuk meminta
berkah kubur itu hal ini bila terjadi maka akan menjerumuskan kepada
kemusyrikan.
4. Apakah Muhammadiyah membolehkan tahlilan, tetapi ada orang
Muhammadiyah yang masih memegang tradisi tahlilan ?
Jawab
Jika yang dimaksud tahlil adalah membaca “La Illaha Illaullah” (Tiada
Tuhan Selain Allah), Muhammadiyah tidak melarang, bahkan
menganjurkan agar memperbanyak membacanya, berapa kali saja untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT :
Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an sebagai berikut :
‫ࣖ فَ ْاذ ُكرُوْ نِ ْٓي اَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكرُوْ ا ِل ْي َواَل تَ ْكفُرُوْ ِن‬

Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah


kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku (QS. Al-baqarah :152)
Yang menjadi masalah adalah walaupun sudh melakukan tahlil namun jika
masih berbuat syirik, dan tidak beramal shalih sekalipun mebaca tahlil
ribuan kali, tidak akan ada manfaatnya. Maka yang terpenting sebenarnya
ialah bahwa tahlil itu harus benar-benar diyakini dan diamalkan dengan
berbuat amal shalih sebanyak-banyaknya.
Maka yang dilarang menurut Muhammadiyah adalah upcara yang
dikaitkan dengan Tujuh hari kematian, empat pulu h hari atau seratus hari
dan sebagiannya, sebagaimana dilakukan oleh pemeluk agama Hindu.
Apalgy harus mengeluarkan biaya besar, yang kadfang-kadang harus
pinjam kepada tetangga atau saudaranya, sehingga terkesan tabzir (berbuat
mubadzir).
Pada masa Rasulullah pun perbuatan semacam itu dilarang. Pernah
beberapa orang Muslim yang berasal dari Yahudi, yaitu Abdullah Bin
salam dan Kawan-kawannya minta izin kepada Nabi untuk memperingati
dan beribadah pada hari sabtu, sebagaimana dilakukan mereka ketika
masih beragama Yahudi, tetapi Nabi tidak memberikan Izin, dan kemudian
turunlah ayat :

208. Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara


keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia
musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah 208)
D. Cara berdakwah kepada orang yang menganut paham TBC dalam
kalangan Muhammadiyah
Gerakan Muhammadiyah memiliki tujuan membawa jamaahnya
sukses, baik dunia maupun akhirat untuk menghadirkan Islam yang
mengikuti jejak perjuangan Nabi Muhammad SAW. Pergerakan Islam ini
secara substantif dijiwai oleh spirit al-Quran surat Ali Imran ayat 104.
Gerakan bernama Muhammadiyah ini mengemban misi yad u ilal-
khayr (mengajak pada kebaikan, yakni ajaran Islam), wa ya’muruuna bil-
ma’ruf (menyeru kepada kebaikan), wa nahy ‘anil- munkar (mencegah
kemunkaran), yang semua itu harus dijalankan secara terorganisasi.
Maka tujuan Muhammadiyah untuk menjadikan dakwah yang
mengajak kepada kebaikan, berusaha dengan sebenar-benarnya untuk
‘memasukkan’ agama Islam yang murni, yang bisa dipraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari. Muhammadiyah meyakini bahwa segala amal
perbuatan kita akan dilihat oleh Allah dan akan dipertanggungjawabkan di
hadapan-Nya kelak.
Oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari, warga
Muhammadiyah harus bisa memberikan contoh Rasul dengan
mencerminkan kepribadian yang baik, yang bisa dijadikan teladan dan
uswah khasanah bagi umat Islam.
Misalnya, ketika sedang marah maka lebih baik diam, berwudlu,
duduk, tidur, dan shalat sehingga emosi marah itu hilang. Jangan sampai
perilaku kita tidak mencerminkan pribadi warga Muhammadiyah yang
berakhlakul karimah. Muhammadiyah berdakwah untuk kebaikan.
Dakwah di sini tidak hanya soal shalat, zakat, infak, dan shadaqah tapi
mengajarkan perbaikan amaliyah dan memperbanyak amal salih. Bahkan
berdakwah yang membuat keluarga yang tadinya lemah dalam ekonomi
menjadi layak, juga salah satu kebaikan dan dakwah yang sangat
dianjurkan. Jadi ciri paham agama dalam Muhammadiyah, yakni dakwah
dan praktik. Tujuannya menyebarluaskan paham agama supaya Islam
menjadi agama yang rahmatan lilalamin. (Haedar Nashir, 2019)
Berdawah adalah kegiatan yang sangat berat sehingga perlu
memgang teguh ayat-ayat al-Qur’an yang menjadi semangat motivasi
untuk berdakwah : (QS al-‘Asr : 1-3)

‫هَّلل‬
ِ ‫ِبسْ ِم ٱ ِ ٱلرَّ حْ َم ٰـ ِن ٱلرَّ ح‬
‫ِيم‬
‫َو ْال َعصْ ۙ ِر‬
ٍ ۙ ‫اِ َّن ااْل ِ ْن َسانَ لَفِ ْي ُخس‬
‫ْر‬
َّ ‫صوْ ا بِال‬
‫صب ِْر‬ ِّ ‫صوْ ا بِ ْال َح‬
َ ‫ق ەۙ َوت ََوا‬ َ ‫ت َوت ََوا‬ ّ ٰ ‫اِاَّل الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َو َع ِملُوا ال‬
ِ ‫صلِ ٰح‬

E. Mengetahui perkembangan TBC dalam masyarakat


Seharusnya perlu adanya penghetahuan terkait mengapa perlu adanya ilmu
terkait TBC, TBC adalah sesuatu perkara yang paling memomokan dalam
pandangan Muhammadiyah dan kita sebagai orang Muhammdiyah perlu
mengetahui praktek-praket dari Tahayyul, Bid’ah dan Churofat tersebut
agar selain menjadi tameng diri di samping itu juga menjadi kekuatan dari
kita kepada orang lain dalam hal menyampaikan kebaikan sesuai dengan
yang sudah di informasikan dalam QS Ali-Imran Ayat 104

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Takhayyul ialah mempercayai adanya khayalan datangnya bala atau musibah yang
dibawah oleh makhluk Allah, seperti burung, burung hantu, kucing, ular, kupu-
kupu dan lain-lain. Bid’ah ialah melakukan ibadah yang tidak pernah diajarkan
dan tidak pernah di amalkan oleh Rasulullah SAW atau oleh para sahabtnya.
Khurafat ialah mempercayai kisah-kisah yang batil, seperti kisah Memberi makan
Naga di Alor Besar, yang katanya dapat membuat manfaat dan madharat bagi desa
tersebut, sehingga harus diberi sesaji, padahal darat, laut dan udara adalah ciptaan
Allah SWT. Sehingga kewajiban kita adalah bagaimana harus saling
mengingatkan sebagai warga Muhamamdiyah
Kasus TBC dalam kalangan Muhamamdiyah di Alor Besar Tahayyul mereka
percaya kepada hari baik untuk menikahkan anaknya. Bid’ah mengadakan
Tahillan. Khurafta menanam besi gali agar tidak hujan. Hal ini bisa hiilang jika
kita menyadari tentang adanya bahaya TBC dan perlu kita berantas.

DAFTAR PUSTKA
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah Singkat Berdirinya
Muhammadiyah”https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/17/164408
569/sejarah-singkat-berdirinya-muhammadiyah?page=all.
https://hidayatullah.com/artikel/opini/read/2015/08/04/75158/muhammadiyah-
dan-gerakan-tbc.html
https://pwmu.co/150741/06/06/muhammadiyah-islam-tanpa-tbc/
fatwa-fatwa Tarjih tanya jawab Agama Bagian 6
M. Raihan Hardiansyah dkk, 100 Tahun Muhammadiyah Menyinari Negri,
(Yogyakarta: Majlis Pustaka dan Informasi Pimpinan Muhammadiyah,
2013), h. 15.

You might also like